DEBI MULIYANDANA
17.48201.101298.0237
JULIA PUTRI
17.48201.060199.0210
MAKSURAH
17.48201.250200.0221
DEBI MULIYANDANA
17.48201.101298.0237
JULIA PUTRI
17.48201.060199.0210
MAKSURAH
17.48201.250200.0221
OLEH :
DEBI MULIYANDANA
17.48201.101298.0237
JULIA PUTRI
17.48201.060199.0210
MAKSURAH
17.48201.250200.0221
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa
Dewan Fakultas Ilmu Kesehatan Ka. Prodi S1 Farmasi
(Penulis)
i
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI…....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... iiv
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Tujuan KKP......................................................................................2
1.3 Manfaat KKP....................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
2.1 Pengertian Apotek.............................................................................4
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek...................................................................5
2.3 Ketentuan Umum dan Peraturan Perundangan Apotek..........................5
2.4 Persyaratan Apotek...........................................................................6
2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA)..........10
2.6 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Kefarmasian (TTK).....................11
2.7 Pengelolaan Apotek...........................................................................13
2.8 Pelayanan KIE dan Pharmaseutical Care............................................15
BAB III. TINJAUAN UMUM APOTEK..........................................................16
3.1 Sejarah Apotek................................................................................17
3.2 Struktur Organisasi Apotek...............................................................18
3.3 Pengelolaan Apotek..........................................................................18
3.4 Pelayanan KIE dan Pharmaseutical Care...........................................19
BAB IV. PEMBAHASAN...............................................................................20
4.1 Pengelolaan Apotek.........................................................................20
4.2 Pengelolaan Obat.............................................................................20
4.3 SDM..............................................................................................24
4.4 Pengelolaan Resep...........................................................................24
ii
4.4.1 Resep Asli...............................................................................25
4.4.2 Salinan Resep...........................................................................29
4.4.3 Skrining Resep.........................................................................33
4.4.4 Indikasi Obat Pada Resep...........................................................37
4.4.5 Pembahasan Kasus Pada Resep..................................................40
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................46
5.1 Kesimpulan.....................................................................................46
5.2 Saran..............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................47
LAMPIRAN...........................................................................................................49
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memiliki
peranan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, harus mampu
menjalankan fungsinya dalam memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik,
yang berorientasi langsung dalam proses penggunaan obat pada pasien. Selain
menyediakan dan menyalurkan obat serta pembekalan farmasi, apotek juga
merupakan sarana penyampaian informasi mengenai obat atau sediaan farmasi
secara baik dan tepat, sehingga dapat tercapai peningkatkan kesehatan masyarakat
yang optimal dan mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan
(Kepmenkes,2002). Disamping berfungsi sarana pelayanan kesehatan dan unit
bisnis, apotek juga merupakan salah satu tempat pengabdian dan praktik tenaga
teknis kefarmasian dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan,dan pendistribusi atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (PP RI, 2009).
Semua aspek dalam pekerjaan kefarmasian tersebut dapat disebut juga
sebagai pelayanan kefarmasian. Dimana suatu sistem pelayanan kesehatan
dikatakan baik, bila struktur dan fungsi pelayanan kesehatan dapat menghasilkan
pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu : tersedia,
adil dan merata, tercapai, terjangkau, dapat diterima, wajar, ekfektif, efisien,
menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan berkesinambungan
(Azwar,1996).
Pelayanan kefarmasian semula berfokus pada pengelolaan obat sebagai
commodity menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun sering berjalan nya waktu dan
semakin mudahnya informasi tentang obat yang diperoleh masyarakat, maka saat
terjadi perubahan paradigma pelayanan kefarmasian dari drugoriented menjadi
patient oriented yang mengacu pada pharmaceutical care yang mengharuskan
farmasis untuk meningkatkan berinteraksi dengan pasien dengan tenaga
kesehatan lainnya. Selain itu seorang farmasi juga harus mengetahui mengenai
sistem manajemen di apotek (Kepmenkes, 2004).
Mengingat tidak kalah pentingnya peranan tenaga teknis kefarmasian
dalam menyelenggarakan apotek, kesiapan institusi pendidikan dalam
menyediakan sumber daya manusia calon Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
yang berkualitas menjadi faktor tertentu. Oleh karena itu, program studi sarjana
farmasi universitas sains cut nyak dhien langsa menyelenggarakan Kuliah Kerja
Praktek (KKP) di Apotek Sudirman yang berlangsung dari tanggal 24 September
sampai dengan 24 Oktober 2020. Kegiatan KKP ini memberikan pengalaman
kepada calon sarjana farmasi untuk mengetahui pengelolaan suatu apotek dan
pelaksaan pengabdian sarjana famasi khususnya di apotek.
a. Lokasi
Jarak minimum antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, tetapi tetap
mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah
penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan dan hygiene lingkungan.
Selain itu apotek dapat didirikan di lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya diluar sediaan farmasi (Firmansyah, M., 2009). Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya dengan
memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
b. Bangunan
Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek (Firmansyah, M.,
2009). Persyaratan teknis bangunan apotek setidaknya terdiri dari (Permenkes No.
9 Tahun 2017) :
i. bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
ii. bangunan apotek harus bersifat permanen.
iii. bangunan bersifat permanen dapat merupakan bagian dan/atau terpisah
dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah
susun, dan bangunan yang sejenis.
Apotek berasal dari bahasa Belanda yaitu Apotheek, yang berarti toko
tempat meramu dan menjual obat. Istilah apoteke atau apotek mulai diperkenalkan
oleh seorang dokter atau tabib Romawi bernama Galen, yang menamakan
tempatnya memeriksa pasien sebagai latron dan tempat menyimpan obat sebagai
apotheca, yang secara harfiah berarti gudang. Nama Galen saat ini dikenal sebagai
sebutan ilmu meracik obat (Para kontributor Wikipedia, 2020).
Ilmu farmasi baru menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada
abad XVII di Prancis dan buku tentang farmasi mulai diterbitkan dalam beberapa
bentuk, antara lain: buku pelajaran, majalah, farmakope, dan komentar. Kemajuan
Prancis ini diikuti oleh negara Eropa yang lain, misalnya Italia, Inggris, Jerman,
dan lainnya. Di Amerika, sekolah farmasi pertama berdiri pada tahun 1821.
Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Belanda,
sehingga buku pedoman maupun Undang-undang yang berlaku pada waktu itu
berkiblat ke Belanda. Setelah kemerdekaan, buku pedoman maupun Undang-
undang yang dirasa cocok tetap dipertahankan, sedangkan yang tidak sesuai lagi
dihilangkan (Syamsuni, 2006).
Pekerjaan kefarmasian, terutama meracik obat-obatan, dikerjakan di
apotek yang dilakukan oleh asisten apoteker dibawah pengawasan apoteker.
Bentuk apotek yang pernah ada di Indonesia ada tiga macam, yaitu apotek biasa,
apotek darurat, dan apotek dokter.
Apotek Sudirman adalah sebuah apotek yang beralamat di Jl. Sudirman
no. 29 Dusun Melati Langsa. Didirikan oleh pemilik sarana apotek (PSA) pada
tanggal 4 Mei 2018. Apotek ini melayani dari hari senin – jum’at dengan memulai
waktu pelayan dari jam 16.00 – 22.00 Wib.
Apotek ini dibangun agar mempermudah dalam pembelian obat dari resep
yang di berikan oleh dokter tersebut. Apotek dikelola oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA) dan dibantu oleh seorang asisten apoteker.
3.2 Struktur Organisasi Apotek
Asisten Apoteker
Sri Lestari, Amd. Farm
PEMBAHASAN
c. Penerimaan
Pada saat penerimaan barang, salesman membawa surat pesanan disertai
surat jalan dan faktur pembelian sebanyak empat lembar. Dua lembar untuk PBF,
satu lembar yang asli untuk penagihan dan satu lembar lagi untuk apotek. Faktur
ini dibuat sebagai bukti yang sah dari pihak kreditur mengenai transaksi penjualan
barang. SP disesuaikan dengan faktur untuk mencocokkan barang yang dipesan
dengan barang yang dikirim. Dilihat juga masa expirednya, jika beberapa bulan
lagi expired maka harus menukar kembali. Setelah sesuai dengan pesanan APA
atau AA yang memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) yang menerima akan
menandatangani faktur , memberi cap apotek dan menuliskan nama terang beserta
No. SIK sebagai bukti penerimaan barang.
d. Penyimpanan
Di apotek sudirman perbekalan farmasi yang sudah dibeli langsung dijual ,
tidak disimpan di dalam gudang.Tetapi langsung diletakkan di tempat yang sesuai
berdasarkan penyimpanan dari masing-masing sediaan farmasi meliputi;rak
obat,kulkas,dan etalase agar terjamin keamanan dan stabilitasnya. Barang yang
sudah dibeli wajib dilakukan pencatan pada kartu stok dan dapat langsung dijual.
Penyusunan dan penyimpanan obat atau barang harus dilakukan secara
sistematis berdasarkan :
i. Kategori terapetik (efek farmakologi) misalnya obat demam
(paracetamol, ibu profen), obat sakit maag (promag, antasida doen,
mylanta), obat sakit perut (diapet, entrostop, diatab), vitamin,
suplemen, dan lain-lain. Kategori terapetik ini hanya tersusun di
etalase khusus untuk obat bebas dan bebas terbatas.
ii. Alfabetis misalnya amlodipin, beta one, cravit, dobrizol, exaflam dan
seterusnya. Penyusunan alfabetis dilakukan di rak obat.
iii. Bentuk sediaan misalnya sirup, tablet, salep, suppositoria, krim.
iv. Suhu penyimpanan dibagi 2 :
a). suhu kamar atau suhu ruang (25ºC sampai 30ºC) contohnya
paracetamol, ibu profen, antasida doen, dan lain-lain.
b). suhu sejuk (8-15ºC) contohnya insulin, suppositoria.
v. FEFO (first expired first out) obat yang pertama expired itu yang
keluar biasanya penyusunannya yang pertama expired di letakkan
paling depan.
Penyimpanan obat psikotropika dilakukan dalam lemari khusus sesuai
dengan persyaratan peraturan perundangan No. 22/1997, hal tersebut untuk
menghindari penyalah gunaan obat psikptropika, lemari tersebut terbuat dari kayu
atau bahan lain yang kokoh dan kuat yang di tempel pada dinding,memiliki dua
kunci yang berbeda, terdiri dari dua pintu, kunci tersebut di pegang oleh asisten
apoteker sebagai penanggung jawab yang di beri kuasa oleh apoteker pengelola.
e. Pemusnahan
Belum pernah melakukan pemusnahan.
f. Pengendalian
Pengendalian persediaan farmasi dilakukan menggunakan kartu stok dan
komputer. Pada komputer terdapat aplikasi inofarma untuk mencocokkan dengan
kartu stok agar dapat mengetahui jumlah persediaan obat yang masuk, keluar dan
sisa obatnya.
e. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi
meliputi pengadaan (surat pesanan dan faktur ), penyimpanan (kartu stock),
penyerahan ( nota atau struk penjualan).
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan
eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan meliputi pelaporan psikotropika setiap
bulan.
Pengelolaan obat selanjutnya yaitu pelayanan farmasi klinik. Apotek
sudirman melayani penjualan baik sediaan farmasi maupun perbekalan kesehatan
lainnya. Pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan resep dan non resep.
Pelayanan non resep ini dapat berupa penjualan obat bebas, obat bebas terbatas
(over the counter drugs / OTC) maupun swamedikasi. Pelayanan resep, asisten
apoteker yang menerima resep selalu memperhatikan isi resep yang menyangkut
nama obat, bentuk obat, umur pasien, aturan pakai dan cara penggunaan obat.
Apabila asisten apotek ragu maka asisten apoteker akan bertanya kepada dokter
yang menulis resep. Sebelum obat disiapkan, asisten apoteker mengecek ada atau
tidak stok obat yang diminta, jika stok obat sudah habis atau tidak tersedia di
apotek, maka asisten apoteker menanyakan kepada dokter obat dapat diganti atau
tidak. Selanjutnya menghitung harga obat kemudian memberitahukan harga obat
kepada pasien, jika pasien setuju dengan harga resep, petugas apotek
menyiapkan/meracik obatnya, menyiapkan etiket atau penandaan obat dan
kemasan.
Sebelum diserahkan kepada pasien, obat dilakukan pengecekan kesesuaian
dengan resep seperti bentuk, jenis sediaan obat, dosis pemakain, aturan pakai,
nama pasien, umur, alamat. Penyerahan obat dilakukan oleh asisten apoteker
disertai dengan informasi yang jelas tentang cara pemakaian, penggunaan, khasiat
obat dan efek samping dari setiap obat yang diserahkan kepada pasien.
Selanjutnya pasien membayar obat.
Resep 3 Maksurah
Exaflam merupakan obat yang meredakan nyeri dan mengurangi radang
pada pasien Rematoid Atritis akut dan kronis.sebaiknya di minum setelah
makan.penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter, 2 x 1 pagi dan
malam tiap 12 jam. Obat ini mempunyai efek samping gangguan pada saluran
pencernaan(gastrointestinal).
Lameson adalah obat golongan kortikosteroid untuk menekan system
kekebalan tubuh dan mengurangi peradangan.penggunaan obat ini harus sesuai
dengan petunjuk dokter, 2 x 1 pagi dan malam tiap 12 jam. Efek samping obat ini
gangguan kejiwaan(misalnya depresi, insomnia dan perubahan suasana hati) tukak
peptic sehingga harus di minum segera setelah makan.
Nepatik adalah obat yang di gunakan untuk terapi tambahan terhadap obat
anti epilepsi yang tidak dapat di kendalikan serangannnya. Nepatik juga dapat di
gunakan untuk pengobatan nyeri gangguan syaraf.penggunaan obat ini harus
sesuai dengan petunjuk dokter, 2 x 1 pagi dan malam tiap 12 jam. Efek samping
obat ini pusing, mual, muntah dan sakit kepala.Jadi obat ini boleh ataupun tidak di
konsumsi bersamaan dengan makanan.
Dobrizol termasuk golongan obat PPI (proton pompa inhibitor) yang
efektif bekerja dengan menghambat sekresi asam lambung. Sebaiknya diminum
pada saat perut kosong atau pagi hari sebelum makan agar bisa memperoleh
manfaat obat secara maksimal. Penggunaan obat ini harus sesuai petunjuk pada
kemasan dan anjuran dokter, 2 x 1 pagi dan malam tiap 12 jam. Efek sampingnya
yaitu sakit kepala, mual, muntah, diare, kembung, pusing, dll.
Resep 3 Julia putri
Sikstop adalah obat Antiinflamasi non streroid yang berfungsi untuk
meredakan nyeri dan pembengkakan pada penderita osteo arthritis. Efek samping
obat ini sakit maag,tukak lambung atau ulkus duodenum.
Nepatik adalah obat yang di gunakan untuk terapi tambahan terhadap obat
antiepilepsi yang tidak dapat di kendalikan serangannnya. Nepatik juga dapat di
gunakan untuk pengobatan nyeri gangguan syaraf. Efek samping obat ini infeksi
virus,nyeri punggung,pusing,mual,muntah dan sakit kepala. Jadi obat ini boleh
ataupun tidak di konsumsi bersamaan dengan makanan.
Acyclovir salep adalah obat dengan cara di oleskan ke area kulit yang
terinfeksi.Acyclovir topical di gunakan untuk meredakan nyeri dan mempercepat
penyembuhan luka lepuh di kulit sekitar bibir atau kelamin, serta herpex pada
mata. Efek samping obat ini kulit membengkak,kulit terasa nyeri, kulit terasa
terbakar, kulit terasa gatal-gatal, kulit kering atau mengelupas.
Indanox merupakan obat yang mengandung klindamycin yang di gunakan
untuk mengobati infeksi serius oleh bakteri aneorobik yang rentan dari golongan
streptococcus,pneumokokus dan staphylococcus. Efek samping obat ini kulit
pecah-pecah,kulit kemerahan,bengkak dan berkerak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dengan adanya Kuliah Kerja Praktek di Apotek Sudirman, kami dapat
merasakan bagaimana pelaksanaan praktek langsung di lingkungan dunia kerja,
menambah pengetahuan, mencari wawasan melalui bekerja langsung pada
pekerjaan sesungguhnya, dan menambah keterampilan. Bahkan kami dapat
mengukur sejauh mana penguasaan ilmu yang didapatkan di kampus.
5.2 Saran
Sebaiknya apotek meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi dan dan
sebaiknya apotek meningkatkan pelayanan konseling pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun
2017 tentang Apotek.Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
FKIK UMY.
Rovers, J.P., Currie, J.D., Hagel, H.P., McDonough, R.P., Sobotka, J.L. Eds.,
2003.APractical Guide to Pharmaceutical Care,2nd Ed., American
Pharmaceutical Association. Washington, D.C.
Asisten Apoteker
Sri Lestari, Amd. Farm
Lampiran 2. Copy Resep
Lampiran 3. Etiket
Etiket Putih
Etiket Biru
Lampiran 4. Surat Pesanan