Anda di halaman 1dari 86

STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

(SKAI)
TERDIRI :
9 LINGKUP, 38 UNIT, 133 ELEMEN,
318 UNJUK KERJA DAN 491 KRITERIA PENILAIAN

Editor :
ALI MASHUDA

PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA


2011
Sambutan Ketua Umum Pengurus Pusat
Ikatan Apoteker Indonesia

Salam Apoteker

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia yang
diberikan kepada kita sehingga penyusunan buku Standar Kompetensi Apoteker Indonesia ini
dapat terlaksana. Semoga apa yang diinginkan dengan buku Standar Kompetensi ini dapat
tercapai dan Apoteker Indonesia benar-benar memiliki kompetensi seperti yang diinginkan.

Buku Standar Kompetensi Apoteker Indonesia ini merupakan catatan sejarah, dokumen yang
nantinya akan bercerita bahwa Apoteker Indonesia telah berupaya membangun profesinya
secara serius dan akan terus berupaya meningkatkan kompetensi sehingga Apoteker Indonesia
tidak hanya diakui tapi juga dapat diterima dan dipertukarkan kepada masyarakat secara global.

Penyusunan Buku Standar Kompetensi Apoteker Indonesia ini diinspirasi oleh kebutuhan
yang sangat mendesak akan definisi serta standarisasi Apoteker Indonesia sebagai suatu
profesi karena tuntutan perundang-undangan yaitu Undang-undang No.36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian serta tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bahan baku dari Buku Standar Kompetensi Apoteker Indonesia ini adalah Buku Standar
Kompetensi Apoteker Indonesia yang disusun oleh Badan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia (BPP ISFI) Tahun 2004 kemudian dilakukan kejian mendalam dari mulai
kondisi nyata Apoteker saat ini dihadapkan pada dinamika pelayanan kesehatan dan
pelayanan kefarmasian dengan menggunakan referensi Standar Kompetensi Apoteker dari
Australia, Singapura, United Kingdom, Malaysia serta negara-negara lain.

Melalui diskusi yang panjang hampir setengah tahun oleh Tim Penyusun Standar Kompetensi
Apoteker Indonesia yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI)
diperoleh draft yang kemudian menjadi bahan untuk diskusi yang lebih intensif dari seluruh
stake holder yang tergabung dalam Tim HPEQ Project.

Dalam Tim HPEQ Project juga tidak begitu saja disepakati, banyak kajian, diskusi serta
pergumulan pemikiran yang intensif akhirnya didapatkan draft yang siap disahkan oleh
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. Dan pada tanggal 9 Desember 2010 dalam Forum
Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia di Makassar Sulawesi Selatan, akhirnya draft
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia disahkan secara resmi dengan beberapa revisi dan
perbaikan terkait redaksional dan penempatan poin-poin yang menurut forum
membutuhkan penyesuaian.
| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 2
Oleh karena itu dengan bangga dan ucapan syukur yang tak terhingga kepada Allah Yang
Maha Kuasa, inilah buku yang ditunggu-tunggu oleh segenap Apoteker Indonesia sebagai
Standar Kompetensi.

Semoga buku ini dapat menjawab atas banyak pertanyaan dan kegelisahan Apoteker
Indonesia tentang kompetensi yang ingin dan harus dicapai untuk dapat memberikan ilmu
dan ketrampilan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia dan kemanusiaan.

Ucapan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada seluruh
anggota Tim Penyusun Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, para kontributor dan semua
pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Semoga Allah Yang Maha Kuasa memberikan
balasan berupa pahala dan kebaikan atas perjuangan dan pengorbanan sejawat semua.

Namun demikian, walau sudah optimal diusahakan, ada saja kekurangan dan
ketidaksempurnaan di sana sini. Oleh karena itu masukan,kritik dan saran kami mohonkan
kepada semua pihak sehingga di kemudian hari dapat disempurnakan.

Semoga Buku Standar Kompetensi Apoteker Indonesia ini dapat diterima dan bermanfaat
sebagai pegangan bagi seluruh Apoteker dan juga stake holder.

Terima kasih,

Wassalam,

Drs. Mohamad Dani Pratomo, MM., Apt


Ketua Umum PP IAI

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 3


KATA PENGANTAR

Buku Standar Kompetensi Apoteker Indonesia ini merupakan dokumen resmi dari Ikatan Apoteker
Indonesia, sebagai hasil kerja kelompok yang ditugasi untuk membuat dan disyahkan oleh Pengurus
Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.

Buku ini merupakan revisi dari buku terdahulu yaitu buku Standar Kompetensi Farmasis Indonesia
yang disyahkan oleh Badan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia tahun 2003. Tujuh tahun
masa berlaku merupakan masa yang memungkinkan terjadi perubahan dari sisi lingkungan dan
pemikiran maupun kebutuhan praktik Apoteker di Indonesia. Walau kenyataan membuktikan bahwa
secara umum berapa persen Apoteker di Indonesia telah memenuhi standar sebagai landasan
praktiknya, namun revisi tetap harus dilakukan untuk menjamin kesesuaian standar kompetensi
apoteker dengan perkembangan lingkungan dan kebutuhan. Revisi diperlukan untuk menyesuaikan
kompetensi yang dibutuhkan dengan permintaan masyarakat saat ini dan masa yang akan datang.

Standar kompetensi apoteker penting ada sebagai tolok ukur yang menjadi baku mutu kompetensi
seorang Apoteker di Indonesia. Mengingat Standar Kompetensi Apoteker sudah dibudayakan jauh
hari sebelumnya di luar negeri maka menjadi saringan bagi apoteker negara lain yang akan masuk ke
Indonesia. Kompetensi adalah intelegensia intelektual yang merupakan integrasi dari pengetahuan
substansial, pengetahuan kontekstual, keterampilan, pengalaman, kemampuan fisik dan pergaulan.
Mengingat atribut kompetensi yang banyak tersebut maka kinerjanya diukur berdasar variasi atribut
kompetensi. Perbedaan nilai pengukuran kompetensi merupakan variasi kualitas kompetensi. Itulah
mengapa perlu ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar seseorang dikatakan kompeten
sesuai dengan kompetensinya. Standar Kompetensi ini dapat digunakan juga oleh Perguruan Tinggi
yang memiliki fakultas atau jurusan farmasi sebagai acuan standar outcome dari pendidikannya.

Globalisasi menjadikan dunia sebagai sebuah kampung saja. Lintas negara bisa dilakukan oleh
siapapun. Demikian juga dengan Apoteker. Globalisasi mengharuskan kompetensi apoteker di dunia
mempunyai standar yang sama atau mendekati sama sehingga kompetensi bisa digunakan untuk
menyaring apoteker dari penjuru dunia manapun, apabila menghendaki untuk masuk di sebuah
negara.

Revisi kompetensi yang dilakukan merupakan framework mendekati kompetensi-kompetensi dari


negara-negara yang lain yang disesuaikan dengan kompetensi apoteker Indonesia. Dengan demikian
mendekatkan kualitas Apoteker Indonesia dengan Apoteker-apoteker dari negara lain.

Dokumen ini adalah dokumen yang dinamis, dalam kurun waktu tertentu akan selalu diperbaharui
sesuai kemajuan pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan kompetensi profesi apoteker
berubah.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 4


DAFTAR ISI

Sambutan Ketua Umum IAI 2


Kata Pengantar 4
Daftar Isi 5
SK TENTANG STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA 8
SK PENGESAHAN STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA 10
SK PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA 12
SUSUNAN TIM PENYUSUN STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA 14
UCAPAN TERIMA KASIH 15
ISTILAH DAN DEFINISI 16
BAB I PENDAHULUAN 23
BAB II SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA 27
BAB III STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA 29
A. Sembilan Kompetensi Apoteker Indonesia 29
B. Kompetensi Apoteker Indonesia, Unit dan Elemen 29
C. Kompetensi Apoteker Indonesia, Unit, Elemen, Kriteria Kinerja dan Unjuk 35
Kerja
1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik 35
Unit Kompetensi 1.1. Menguasai Kode Etik Yang Berlaku dalam Praktik Profesi 35
Unit Kompetensi 1.2. Mampu Menerapkan Praktik Kefarmasian Secara Legal 36
Dan Profesional Sesuai Kode Etik Apoteker Indonesia
Unit Kompetensi 1.3. Memiliki Ketrampilan Komunikasi 38
Unit Kompetensi 1.4. Mampu Berkomunikasi dengan Pasien 40
Unit Kompetensi 1.5. Mampu Berkomunikasi dengan Tenaga Kesehatan 41
Unit Kompetensi 1.6. Mampu Berkomunikasi Secara Tertulis 41
Unit Kompetensi 1.7. Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan Farmasi 42
dan Alat kesehatan (Konseling Farmasi)
2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan 43
Farmasi
Unit Kompetensi 2.1. Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan Obat Yang 43
Rasional
Unit Kompetensi 2.2. Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat Pasien 47
Unit Kompetensi 2.3. Mampu Melakukan Monitoring Efek Samping Obat 49
(MESO)
Unit Kompetensi 2.4. Mampu Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat 50
Unit Kompetensi 2.5. Mampu Melakukan Praktik Therapeutic Drug Monitoring 51
(TDM)*

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 5


Unit Kompetensi 2.6. Mampu Mendampingi Pengobatan Mandiri (Swamedikasi) 53
Oleh Pasien
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 54
Unit Kompetensi 3.1. Mampu Melakukan Penilaian Resep 54
Unit Kompetensi 3.2. Mampu Melakukan Evaluasi Obat yang Diresepkan 56
Unit Kompetensi 3.3. Mampu Melakukan Penyiapan dan Penyerahan Obat Yang 58
Diresepkan
4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat 60
Kesehatan sesuai Standar Yang Berlaku
Unit Kompetensi 4.1. Mampu Melakukan Persiapan Pembuatan/Produksi Obat 60
Unit Kompetensi 4.2. Mampu Membuat Formulasi dan Pembuatan/Produksi 62
Sediaan Farmasi
Unit Kompetensi 4.3. Mampu Melakukan IV-Admixture dan Mengendalikan 64
Sitostatika/Obat Khusus*
Unit Kompetensi 4.4. Mampu Melakukan Persiapan Persyaratan Sterilisasi Alat 66
Kesehatan
Unit Kompetensi 4.5. Mampu Melakukan Sterilisasi Alat Kesehatan Sesuai 67
Prosedur Standar
5. Mempunyai Keterampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi 70
dan Alat Kesehatan
Unit Kompetensi 5.1. Mampu Melakukan Pelayanan Informasi Obat 70
Unit Kompetensi 5.2. Mampu Menyampaikan Informasi Bagi Masyarakat 72
Dengan Mengindahkan Etika Profesi Kefarmasian
6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan 72
Masyarakat
Unit Kompetensi 6.1. Mampu Bekerjasama Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar 72
7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan 73
Standar Yang Berlaku
Unit Kompetensi 7.1. Mampu Melaksanakan Seleksi Sediaan Farmasi dan Alat 73
Kesehatan
Unit Kompetensi 7.2. Mampu Melakukan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat 74
Kesehatan
Unit Kompetensi 7.3. Mampu Mendesain, Melakukan, Penyimpanan dan 75
Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Unit Kompetensi 7.4. Mampu Melakukan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan 76
Alat Kesehatan sesuai Peraturan
Unit Kompetensi 7.5. Mampu Menetapkan Sistem dan Melakukan Penarikan 76
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Unit Kompetensi 7.6. Mampu Mengelola Infrastruktur Dalam Pengelolaan 77
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 6


8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan 79
Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian
Unit Kompetensi 8.1. Mampu Merencanakan dan Mengelola Waktu Kerja 79
Unit Kompetensi 8.2. Mampu Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan 80
Unit Kompetensi 8.3. Mampu Bekerja Dalam Tim 81
Unit Kompetensi 8.4. Mampu Membangun Kepercayaan Diri 82
Unit Kompetensi 8.5. Mampu Menyelesaikan Masalah 82
Unit Kompetensi 8.6. Mampu Mengelola Konflik 83
9. Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang 84
Berhubungan Dengan Kefarmasian
Unit Kompetensi 9.1.Bersedia Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi untuk 84
Kemajuan Profesi
Unit Kompetensi 9.2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Pengembangan 85
Profesionalitas
Penutup 86

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 7


SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : 058/SK/PP.IAI/IV/2011

Tentang

STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dengan
ini memutuskan :
Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Hasil Keputusan Kongres Nasional XVII Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI) di Jakarta tertanggal 9 – 10 Desember 2009 telah
ditetapkan Program Umum Organisasi IAI.
b. Bahwa Program Umum seperti dimaksud dalam butir a di atas
perlu dijabarkan ke dalam Program Kerja Nasional PP IAI 2009 –
2013,
c. Bahwa berdasarkan Hasil Rapat Kerja Nasional PP IAI tanggal 9 –
10 April 2010 maka harus dibentuk Tim Khusus yang bertugas
menyusun Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
d. Bahwa Hasil Kerja Tim Penyusun Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia telah melaporkan hasil kerjanya dalam forum Rapat
Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia 10 Desember 2010 di
Makassar dan telah diterima dengan beberapa perbaikan
redaksional.
Memperhatikan : Usulan, masukan dan saran peserta rapat Tim Penyusun Standar
Kompetensi Apoteker Indonesia dan usulan, masukan dan saran para
pakar di dalam forum rapat-rapat HPEQ (Health Professional
Education Quality) Project Tahun 2011
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
24 ayat 1
2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian Pasal 35 dan 36
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker
Indonesia.
4. Surat Keputusan Kongres Nasional XVIII/2009 Nomor
007/KONGRES XVIII/IAI/2009 tentang Program Umum Organisasi
IAI Masa Bakti 2009 – 2013.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 8


MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia tentang
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia sebagai standar dan acuan
bagi Apoteker Indonesia dalam melaksanakan praktik dan pekerjaan
profesi sebagai Apoteker.
Kedua : Standar Kompetensi Apoteker Indonesia dimaksud diktum pertama
sebagaimana dalam lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Semua Apoteker dalam melaksanakan praktik kefarmasian harus
mengacu pada Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
Keempat : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini
akan dilakukan perbaikan seperlunya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 15 April 2011

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Drs. Mohammad Dani Pratomo, MM., Apt Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt
Ketua Umum Sekretaris Jenderal

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 9


SK PENGESAHAN STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA
KEPUTUSAN RAPAT KERJA NASIONAL
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : 004/RAKERNAS-IAI/XII/2010

Tentang

STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Ikatan Apoteker Indonesia perlu memiliki Naskah


Organisasi berupa Standar Kompetensi Profesi sesuai dengan
amanat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan
Apoteker Indonesia.
b. Bahwa sehubungan dengan itu perlu ditetapkan Keputusan
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
24 ayat 1
2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian Pasal 35 dan 36
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker
Indonesia Bab XVI Pasal 24
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia tanggal 9 – 10
April 2010 di Jakarta.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
Pertama : Keputusan Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia tentang
Standar Kompetensi Apoteker Indonesia sebagaimana tercantum
dalam lampiran keputusan ini.
Kedua : Standar Kompetensi Apoteker Indonesia masih perlu penyempurnaan
oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
Ketiga : Standar Kompetensi Apoteker Indonesia ini menjadi pedoman bagi
seluruh Apoteker di Indonesia.
Keempat : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 10


Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 11 Desember 2010

PIMPINAN SIDANG
RAPAT KERJA NASIONAL
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua, Sekreatris,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Nunut Rubiyanto, S. Si., Apt

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 11


SK PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : 44/SK/PP-IAI/V/2010

Tentang

PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN STANDAR KOMPETENSI


APOTEKER INDONESIA

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dengan
ini memutuskan :
Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Hasil Keputusan Kongres Nasional XVII Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI) di Jakarta tertanggal 9 – 10 Desember 2009
telah ditetapkan Program Umum Organisasi IAI.
b. Bahwa Program Umum seperti dimaksud dalam butir a di atas
perlu dijabarkan ke dalam Program Kerja Nasional PP IAI 2009 –
2013,
c. Bahwa berdasarkan Hasil Rapat Kerja Nasional PP IAI tanggal 9
– 10 April 2010 maka harus dibentuk Tim Khusus yang bertugas
menyusun Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
Memperhatikan : Usulan, masukan dan saran peserta rapat Koordinasi dengan
Pengurus Daerah se-Jawa Bali dtelah diperoleh berbagai masukan
untuk Tim Penyusun Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker
Indonesia
2. Surat Keputusan Kongres Nasional XVIII/2009 Nomor
007/KONGRES XVIII/IAI/2009 tentang Program Umum Organisasi
IAI Masa Bakti 2009 – 2013.
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia tanggal 9 – 10
April 2010 di Jakarta.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 12


MEMUTUSKAN

Menetapkan
Pertama : Membentuk Tim Penyusun Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
yang bertugas untuk merumuskan dan menyusun Standar
Kompetensi Apoteker Indonesia.
Kedua : Menunjuk Tim Penyusun Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.
Ketiga : Tim Penyusun diharapkan dapat menyelesaikan tugas ini dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 01 Agustus 2010 dan melaporkan
kepada Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
Keempat : Segala biaya yang timbul akibat Surat Keputusan ini menjadi beban
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
Kelima : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini
akan dilakukan perbaikan seperlunya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 15 Mei 2010

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Drs. Mohammad Dani Pratomo, MM., Apt Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt
Ketua Umum Sekretaris Jenderal

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 13


SUSUNAN TIM
PENYUSUN STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

1. Ketua : Dra. L. Endang Budiarti, M. Phar., Apt


2. Wakil Ketua : Supriyanto, S. Si., Apt
3. Sekretaris : Bondan Ardiningtyas, S. Si., Apt
4. Wakil Sekretaris : Nunut Rubiyanto, S. Si., Apt
5. Bendahara : Dra. Endang Yuniarti, M. Kes., Apt
6. Anggota : Dra. Dwi Pujaningsih, M. Kes., Apt
7. Anggota : Dra. Pangestuti Supoyo, M. Kes., Apt
8. Anggota : Drs. Ahaditomo, MS., Apt
9. Anggota : Drs. Sugiyartono, MS., Apt
10. Anggota : Drs. Robby Sondakh, MS., Apt
11. Anggota : Drs. JAT Vijaya, Apt

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 14


UCAPAN TERIMA KASIH

Dokumen penting ini tidak akan terwujud tanpa komitmen dan dukungan semua pihak
yang tidak mungkin dapat disebutkan satu per satu. Untuk itu perkenankan ucapan
terima kasih ditujukan kepada :
Kontributor Utama :
1. Tim Penyusun Standar Kompetensi Apoteker Indonesia
2. Drs. Totok Sudjianto, M.Kes., Apt
3. Dra. Ning Raswani, Apt
4. Dra. Indah Budiarti, M.Kes., Apt

Kontributor Pendukung :
1. Dra. Hidayati, MM., Psi., Apt
2. Dra. Edi Kusumastuti, Apt
3. Dra. Sri Haryanti, M. Si., Apt
4. Monica Viena, S. Si., Apt
5. Dra. AM Wara Kusharwanti, M. Si., Apt

Supporting :
1. PE Wardani, Apt., MAB
2. Yulianto, S. Farm., Apt
3. Luh Komang Mela Dewi, S. Farm., M.Sc., Apt
4. Drs. I Made Wartana, Apt
5. Aditya Nugraha A, S. Farm., Apt
6. Anna Purwaning Rahayu, S. Si., Apt
7. Pramudya Yudha R.A, S. Farm., Apt
8. Singgih Prabowo Adi, S. Farm., Apt
9. Nolen Mayrani Manik, S. Farm., Apt
10. Donald Tandiose, S. Farm., Apt
11. Apoteker, Apoteker Muda magang dan mahasiswa PKPA RS Bethesda, RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Apotek UGM periode Agustus 2010.

Ucapan terima kasih khususnya kepada Ketua Pengurus Daerah Ikatan


Apoteker Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta beserta segenap jajaran
Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia Daerah Istiimewa Yogyakarta atas
dukungan penuh selama proses penyelenggaraan kerja tim.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 15


ISTILAH DAN DEFINISI

NO. ISTILAH KETERANGAN DEFINISI REFERENSI


1. Absah Keabsahan a sah: surat keterangan ini tidak Anonim, 2008, Kamus Besar
meliputi sah Bahasa Indonesia, Jakarta
kelengkapan --; Departemen Pendidikan
resep Resep harus memuat: Nasional Republik Indonesia
a. Nama, alamat dan nomor
izin praktek dokter, dokter http://pusatbahasa.diknas.
gigi atau dokter hewan; go.id/kbbi/index.php
b. Tanggal penulisan resep,
nama setiap obat atau Keputusan Menteri
komposisi obat; KesehatanNo. 280 tahun
c. Tanda R/ pada bagian kiri 1981 tantang Ketentuan dan
setiap penulisanresep; Tata Cara Pengelolaan
d. Tanda tangan atau paraf Apotek
dokter penulis resep, sesuai
dengan peratuan
perundang-undangan yang
berlaku;
e. Jenis hewan dan serta
nama alamat pemiliknya
untuk resep dokter hewan;
f. Tanda seru dan paraf
dokter untuk resep yang
mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis
maksimal.
2. Komunikasi Disertai Komunikasi merupakan suatu Anonim, 2008, Kamus Besar
keterangan proses yang mempunyai Bahasa Indonesia, Jakarta,
mengenai komponen dasar pengirim Departemen Pendidikn
prinsip dasar pesan, pesan dan penerima Nasional Republik Indonesia,
komunikasi pesan. Komunikasi disertai http://pusatbahasa.diknas.
(komunikator) keterangan mengenai prinsip go.id/kbbi/index.php
serta penerima dasar komunikasi, pemberian
informasi informasi (komunikator) serta Anonim, 2009, Komunikasi,
(komunikan) penerima informasi diakses tanggal 27 Juli 2009,
(komunikan) www.kmpk.ugm.ac.id/
Pengirim pesan adalah orang SMPKK/3d-KOMUNIKASI
yang mempunyai ide untuk (revJan’03).doc
disampaikan kepada seseorang
dengan harapan dapat
dipahami oleh orang yang
menerima pesan sesuai dengan
yang dimaksudkannya.
Pesan adalah informasi yang
| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 16
akan disampaikan atau
diekspresikan oleh pengirim
pesan. Pesan dapat verbal
atau non verbal dan pesan akan
efektif bila diorganisir secara
baik dan jelas.
Penerima pesan adalah orang
yang dapat memahami pesan
dari si pengirim meskipun
dalam bentuk code/isyarat
tanpa mengurangi arti pesan
yang dimaksud oleh pengirim

PESAN
Pengirim
Pesan
Penerima
Pesan
3. Mombaca Untuk menjamin baca v; 1 membaca/melihat Anonim, 2008, Kamus Besar
resep ketepatan, serta memahami isi dr apa yang Bahasa Indonesia, Jakarta,
kelengkapan dan tertulis (dng melisankan atau Departemen Pendidikn
menggambarkan hanya dlm hati; Nasional Republik Indonesia,
kejelasan terapi 2 mengeja atau melafalkan apa http://pusatbahasa.diknas.
yang diinginkan yang tertulis; go.id/kbbi/index.php
oleh dokter 3 memperhitungkan;
memahami. Keputusan Menteri
Resep adalah permintaan Kesehatan Republik
tertulis dari dokter, dokter gigi, Indonesia no. 1027 tahun
dokter hewan kepada Apoteker 2004 tentang Standar
(Apoteker Pengelola Apotek Pelayanan Kefarmasian di
atau Apoteker Pendamping) Apotek.
untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Skrining Resep meliputi:
a. Persyaratan adminishasi:
1) Nama, SIP, dan
alamat dokter;
2) Tanggal penulisan resep;
3) Tanda tangan atau paraf
dokter penulis resep;
4) Nama alamat,umur,jenis
kelamin, dan berat
badan pasien;
5) Nama obat, potensi,

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 17


dosis, jumlah obat
yang diminta;
6) Cara pemakaian
yang jelas;
7) Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik
bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilias,
inkompatibilitas, cara
dan lama pemberian
c. Pertimbangan klinis: adanya
alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis,
jumlah obat dan lain-lain).
Jika ada keraguan terhadap
resep hendaknya
dikomunikasikan kepada
dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan
dan alternatif seperlunya
bila perlu menggunakan
persetujuan setelah
pemberitahuan.
Pengkajian Resep : Kegiatan
dalam pelayanan kefarmasian
yang dimulai dari seleksi
persyaratan administarasi,
persyaratan farmasi dan Keputusan Menteri
persyaratan klinis baik untuk Kesehatan Republik
pasien rawat inap maupun Indonesia No. 1197 tahun
rawat jalan. 2004 tentang Standar
a. Persyaratan adminishasi Pelayanan Kearmasian di
meliputi : Rumah Sakit
1) Nama, umur, jenis
kelamin dan berat
badan pasien;
2) Nama, nomor ijin,
alamat dan parafdokter;
3) Tanggal resep;
4) Ruangan/unit asal resep.

b. Persyaratan
farmasi meliputi :
1) Bentuk dan
kekuatan sediaan;
2) Dosis dan Jumlah obat;
3) Stabilitas dan

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 18


ktersediaan;
4) Aturan, cara dan tehnik
penggunaan
c. Persyaratan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi, dosis
dan waktu penggunaan
obat;
2) Duplikasipengobatan;
3) Alergi, interaksi dan efek
samping obat;
4) Kontra indikasi;
5) Efek aditif.
4. Regimen merupakan suatu rencana, Anonim, 1998, Definition of
ataupun suatu regulasi khusus Regimen, http
yang mengafur tentang ://www.medterms.com
program pengobatan, yang /scriot/main/art.aso?
didesain secara khusus untuk articlekey-5278. dia*ses 21
menghasilkan outcome clinic September 2010
yarlrg baik meliputi : nama obat,
kekuatan, bentuk
sediaan, frekuensi, wakfu, rute
durasi
5. Meracik Obat racik v, meracik v mencampur Anonim, 2008, Kamus Besar
bahan-bahan untuk dijadikan Bahasa Indonesia, Jakarta,
jamu (obat ): jamu; obat; Departemen Pendidikn
Nasional Republik Indonesia,
obat n 1 Far bahan untuk http://pusatbahasa.diknas.
mengurangi, menghilangkan go.id/kbbi/index.php
penyakit, atau menyembuhkan Anonim, 2008, Kamus Besar
seseorang dr penyakit. Bahasa Indonesia, Jakarta,
Departemen Pendidikn
Obat yang menurut undang – Nasional Republik Indonesia,
undang yang berlaku, http://pusatbahasa.diknas.
digolongkan ke dalam obat go.id/kbbi/index.php
keras, obat keras tertentu dan Lampiran Keputusan menteri
obat narkotika harus diserahkan Kesehatan Republik
kepada pasior oleh apoteker. Indonesia No.
1197 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit.
6. Care giver Caregiver : Pharmacists provide Wiedenmayer, Karin Et
caring sentices. They must view all,2006, Developing
their practice as integrated and pharmacy practice A focus
continuous with those of the on patient care
health care system and other HANDBOOK Geneva,
health professionals. Switzerland, World Health
Services must be of the highest Organization Department of

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 19


quality. Medicines Policy and
Care-giver: Farmasis sebagai Standards
pemberi pelayanan dalam btk Sulasmono, Hartini. Y.S.,
pelayanan klinis, analitik, teknis, 2008, Apotek: Ulasan
beserta Naskah Peraturan
sesuai peraturan perundang-
Perundang- undangan
undangan. Dalam memberikan terkait Apotek termasuk
pelayanan, farmasis harus naskah dan ulasan Peraturan
berinteraksi dengan pasien Menteri kesehatan tentang
secara individu maupun Apotek Rakyat, Yogyakarta,
kelompok. Farmasis Universitas Sanata Dharma
harus mengintegrasikan
pelayanannya
pada sistem pelayanan
kesehatan secara
berkesinambungan dan
pelayanan farmasi yang
dihasilkan harus bermutu tinggi.
7. DRP/DTP(Drug Pengertian dasar Drug therapy problems adalah Strand, L.M., Morley, P.C.,
Related DRP/DTP serta kejadian yang tidak diinginkan Cipolle RJ., 2004,
Problem/Drug kategori atau tidak diharapkan terjadi Pharmaceutical Care
Theraphy DRP/DTP akhral Practice, 82-83, McGraw-Hill
pada pasien selama terapi
Problem dan potensial Co., New York
penggunaan obat, sehing ga
dapat menggangagu
tercapainya tujuan terapi
Jenis DTP ada obat tanpa
indikasi dan butuh obat
tambahan merupakan DTP
yang berhubungan dengan
indikasi.
Pemilihan obat yang salah dan
dosis pemberian yang terlalu
rendah dan tinggi berhubungan
dengan masalah
keefektifan. Efek samping dan
interaksi obat serta dosis
pemberian yang terlalu
tinggi berhubungan dengan
masalah keamanan, sedangkan
jenis DTP yang
terakhir berhubungan dengan
masalah kepatuhan pasien

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 20


8. Repacking . suatu kegiatan produksi lokal Quick, Jonathan et al, 1997,
terhadap bahan-bahan farmasi Managing Drug Supply,
yang memungkinkan untuk Second editon, Revised and
dikemas ke dalam ukuran yang Expanded, Kumarian Press,
lebih kecil, United States
tentunya dengan biaya yang
lebih ekonomis
9 Dispensing Dispensing merupakan kegiatan Keputusan Menteri
pelayanan yang dimulai dari Kesehatan Republik
tahap validasi resep, Indonesia No. 1197 tahun
interpretasi resep, 2004 tentang Standar
menyiapkan/meracik obat, Pelayanan Kearmasian di
memberikan label/etiket, Rumah Sakit
penyerahan obat dengan
pemberian informasi yang
memadai disertai sistem
dokumentasi.
10. Steady State suatu kondisi di mana laju Bauer, Larry A., 2001,
Concentration pemberian obat sama dengan Applied Clinical
laju eliminasi obat, di mana Pharmacokinetics, Second E
(Css)
jumlah obat yang terkandung dition, McGraw-Hills
dalam tubuh telah mencapai Companies, Inc, United
nilai yang konstan States of America
11. Loading dose dosis yang dibutuhkan untuk Bauer, Larry A., 2001,
mencapai kadar puncak dalam Applied Clinical
darah(steady state cons) dalam Pharmacokinetics, Second E
waktu yang singkat setelah obat dition, McGraw-Hills
diberikan Companies, Inc, United
States of America
12. C Max konsentasi maksimum suatu Bauer, Larry A., 2001,
obat pada akhir pemberian Applied Clinical
Pharmacokinetics, Second E
dition, McGraw-Hills
Companies, Inc, United
States of America
13. T Max waktu yang dibutuhkan untuk Bauer, Larry A., 2001,
suatu obat dapat mencapai Css Applied Clinical
maksimum Pharmacokinetics, Second E
dition, McGraw-Hills
Companies, Inc, United
States of America
14. Obat Khusus Obat khusus adalah obat yang ISMP
memerlukan perhatian khusus
(Hight alert drug) meliputi :
adrenergic agonist
(ephineprine, nor
ephinefrine, isoproterenol),
| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 21
 cardioplegic solution, 
 chemotherapeutic agent, 
 chloral hidrat in paediatric 
 colchicines injection, 
 high concentration
 dextrose (10%), 
 hypoglycemic agent oral, 

 hypertonic NaCI
 injection (>0,9%), 
 insulin, 
 iv-adrenergicantagonist 

 (propanolol, esnolol,
 metoprolol), 
 iv-Ca, ir-Mg 
 iv-digoxin, 

 iv-potassium
 (phosphate, chloride), 
 lidocain, benzocain, others, 
 Midazolam. 

 Neuromuscul ar
 blocking agent. 
 Opiat 
 Thrombolitics,
heparin, warfari n. 

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 22


BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu komponen kesejahteraan
masyarakat yang dijamin oleh Undang-Undang dasar Tahun 1945 bahkan tercantum dalam
pembukaan yang merupakan rumusan tujuan nasional yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dab ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi serta keadilan sosial.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya pembangunan yang


berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah dan
terpadu, termasuk diantaranya adalah pembangunan kesehatan.

Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional pada hakekatnya
adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang besar artinya bagi
pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia sebagai modal Pembangunan Nasional.

Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya
penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya
kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang
mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.

Oleh karena itu, setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan dan
berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa serta pembangunan nasional.

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat


dengan menanamkan kebiasaan hidup sehat. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas diselenggarakan
upaya kesehatan yang didukung antara lain oleh sumber daya tenaga kesehatan yang memadai sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan.Oleh karena itu pola pengembangan
sumber daya tenaga kesehatan perlu disusun secara cermat yang meliputi perencanaan, pengadaan
dan penempatan tenaga kesehatan yang berskala nasional.

Tenaga kesehatan terdiri antara lain tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan
sebagainya. Tenaga kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 terdiri dari
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 23


Apoteker sebagai pelaku utama pelayanan kefarmasian yang bertugas sebagai pelaksana atau
pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai kompetensi pendidikan yang diperolehnya,
sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibannya.

Kompetensi dan kewenangan apoteker tersebut menunjukkan kemampuan profesional yang baku
dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut. Apoteker kesehatan yang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesinya akan mendapatkan perlindungan hukum.

Apoteker sebagai pendukung upaya kesehatan dalam menjalankan tugasnya harus diarahkan dan
dibina sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan dilakukan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dan kemampuannya, sehingga selalu tanggap
terhadap permaslahan kesehatan yang menjadi tanggungjawabnya. Sedangkan pengawasan
dilakukan terhadap kegiatannya agar tenaga kesehatan tersebut dapat melaksanakan tugasnya sesuai
dengan kebijaksanaan peraturan perundang-undangan dan sistem yang telah ditetapkan.

Perkembangan ilmu kefarmasian yang pad awalnya sekedar meracik bahan-bahan alam (galenis)
kemudian berkembang menjadi penemuan sintesa senyawa bahan obat dan kemudian diproduksi
secara massal dengan intervensi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya
berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker dituntut untuk meningkatkan


kompetensinya yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan
pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan
dan terdokumentasi dengan baik.

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication
error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar
yang ada untuk menghindari hal tersebut. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga
kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.

Kondisi tersebut dipayungi secara legal oleh Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
yaitu Pasal 108 yang menyatakan bahwa (1) Praktik Kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Ketentuan mengenai pelaksanaan
praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 24


Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
disebutkan bahwa Pasal 1 poin 1, Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pasal 1 poin 4, Pelayanan Kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud untuk mencapai hasil yang pasti untukmeningkatkan mutu kehidupan pasien.

Selanjutnya pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 disebutkan bahwa (1) Peraturan
Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran
dan pelayanan sediaan farmasi. (2) Pekerjaan Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Kemudian
dijelaskan lagi pada Pasal 33 (1) Tenaga Kefarmasian terdiri atas : a. Apoteker; dan b. Tenaga Teknis
Kefarmasian. (2) Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Pada perkembangan selanjutnya ketika Pasal 108 Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tersebut dijudicial
review ke Mahkamah Konstitusi, maka putusan Sidang Mahkamah Konstitusi secara substantif justeru
menguatkan kedudukan Pasal 108 tersebut sebagaimana kutipan Putusan Mahkamah Konstitusi berikut:
bahwa Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
sepanjang kalimat, “......harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai peraturan perundang-undangan” bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang tidak
dimaknai bahwa tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga kefarmasian, dan dalam hal tidak ada
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat melakukan praktik kefarmasian secara terbatas,
antara lain dokter dan/atau dokter gigi, bidan, dan perawat yang melakukan tugasnya dalam keadaan
darurat ayng mengancam keselamatan jiwa dan diperlukan tindakan medis segera untuk menyelamatkan
pasien; (dibacakan dalam Sidang MK tanggal 27 Juni 2011).

Pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
berikutnya juga telah diatur bagaimana proses registrasi termasuk arti penting Sertifikat Kompetensi
bagi Apoteker. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (PP
51/2009) mengatur tentang prasarat untuk melaksanakan praktik bagi Apoteker antara lain Sertifikat
Kompetensi sebagaimana disebutkan pada Pasal 37.
(1) Apoteker yang menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus memiliki Sertifikat Kompetensi
Profesi.
(2) Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh Sertifikat Kompetensi
secara langsung setelah melakukan registrasi.
(3) Sertifikat kompetensi profesi berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk setiap 5
(lima) tahun melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker tetap akan menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 25


(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara memperoleh sertifikat kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan tatacara registrasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.

Bahkan pada pasal 40 ayat 1 ketentuan mengenai Sertifikat Kompetensi merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Dengan demikian maka untuk dapat
memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), seorang Apoteker wajib memiliki Sertifikat
Kompetensi.

Proses sertifikasi tersebut menjadi media yang semestinyA mampu meng-update pengetahuan dan
keterampilan apoteker untuk bekal menjalankan praktik kefarmasian. Sehingga harus didesain yang
betul-betul matang dan merepresentasikan kompetensi seorang apoteker.

Dengan demikian telah jelas status hukum praktik kefarmasian di Indonesia dimana dalam praktik
kefarmasian tersebut apoteker harus teregistrasi oleh Komite Farmasi Nasional dan harus memiliki
Sertifikat Kompetensi sebagai pengakuan kompetensinya. Artinya kompetensi Apoteker merupakan
prasyarat mutlak bagi apoteker untuk dapat diregistrasi oleh Negara. Dalam kerangka inilah Standar
Kompetensi Apoteker Indonesia merupakan ukuran keahlian apoteker yang akan menjalankan praktik
kefarmasiannya.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 26


BAB II
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

Standar Kompetensi Apoteker Indonesia terdiri dari 9 (sembilan) unit kompetensi yang
sistematikanya adalah :

Unit Kompetensi 1 merupakan etika profesi dan profesionalisme apoteker dalam melakukan praktik
kefarmasian. Terdiri dari 7 (tujuh) elemen dimana masing-masing elemen terbagi-bagi lagi dalam
unjuk kerja beserta kriteria penilaian kompetensi. Harapannya dalam melakukan praktik kefarmasian,
apoteker selalu menjunjung tinggi etika profesi dan profesionalisme sebagai tenaga kesehatan.

Unit Kompetensi 2 merupakan keahlian apoteker dalam menyelesaikan setiap permasalahan terkait
penggunaan sediaan farmasi. Keahlian ini bukan sekedar kemampuan teknis akan tetapi secara
substantif dibentuk oleh karakter patient care sehingga disamping mendeskripsikan pemahaman
penyelesaian masalah juga ketrampilan dan karakter yang didasari kepedulian kepada pasien. Terdiri
dari 6 (enam) elemen dan dijabarkan dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.

Unit Kompetensi 3 merupakan keahlian dasar apoteker yang meliputi unsur pengetahuan,
kterampilan dan karakter sebagai care giver. Terdiri dari 3 (tiga) elemen dan dijabarkan dalam unjuk
kerja beserta kriteria penilaiannya.

Unit Kompetensi 4 merupakan keahlian dalam memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan
alat kesehatan sesuai standar yang berlaku. Terdiri dari 5 (lima) elemen dan dijabarkan dalam unjuk
kerja beserta kriteria penilaiannya.

Unit Kompetensi 5 merupakan keterampilan dalam mengkomunikasikan pemahaman terhadap sediaan


farmasi serta pengaruh (efek) yang ditimbulkan bagi pasien. Unit kompetensi ini disamping terbentuk dari
pengetahuan juga keterampilan berkomunikasi serta sikap dan perilaku untuk menyampaikan informasi.
Terdiri dari 2 (dua) elemen dan dijabarkan dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.

Unit Kompetensi 6 merupakan pemahaman apoteker terhadap masalah publik health yang banyak
dijumpai di lingkungan sekitar untuk kemudian berkontribusi sesuai keahlian dan kewenangannya
menurut peraturan perundang-undangan. Terdiri dari 1 (satu) elemen dan dijabarkan dalam unjuk
kerja beserta kriteria penilaiannya.

Unit Kompetensi 7 adalah kemampuan apoteker dalam bidang managemen dengan didasari oleh
pemahaman terhadap sifat fisiko-kimia sediaan farmasi dan alat kesehatan serta keahlian
memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu untuk mempermudah pengelolaan. Terdiri dari 6 (enam)
elemen dan dijabarkan dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.

Unit Kompetensi 8 adalah keterampilan dalam mengelola dan mengorganisasikan serta keterampilam
menjalin Hubungan Interpersonal dalam melakukan praktik kefarmasian. Terdiri dari 6 (enam) elemen
dan dijabarkan dalam unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 27


Unit Kompetensi 9 adalah karakter dan perilaku apoteker untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dengan menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat
sehingga selalu memiliki karakter life-long learner. Terdiri dari 2 (dua) elemen dan dijabarkan dalam
unjuk kerja beserta kriteria penilaiannya.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 28


BAB III
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

A. Sembilan Kompetensi Apoteker Indonesia


1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian secara Profesional Dan Etik
2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait dengan Penggunaan Sediaan Farmasi
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
sesuai Standar yang Berlaku.
5. Mempunyai Keterampilan Komunikasi dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi
Dan Alat Kesehatan
6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan sesuai Standar yang Berlaku
8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan
Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Profesionai Kefarmasian
9. Mampu mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
Berhubungan dengan Kefarmasian

B. Kompetensi Apoteker Indonesia, Unit dan Elemen


1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian secara Profesional Dan Etik
1.1. Menguasai Kode Etik yang Berlaku dalam Praktik Profesi.
1.1.1. Artikulasi Kode Etik dalam Praktik Profesi

1.2. Mampu menarapkan Praktik Kefarmasian secara Legal dan Profesional sesuai Kode Etik
Apoteker Indonesia.
1.2.1. Perilaku profesional sesuai dengan Kode Etik Apoteker Indonesia
1.2.2. Integritas personal dan professional

1.3. Memiliki Keterampilan Komunikasi


1.3.1. Mampu menerapkan prinsip-prinsip Komunikasi Terapetik
1.3.2. Mampu mengelola Informasi yang ada dalam diri untuk dikomunikasikan
1.3.3. Mampu memfasilitasi proses komunikasi

1.4. Mampu Berkomunikasi dengan Pasien


1.4.1. Mampu menghargai pasien
1.4.2. Mampu melaksanakan tahapan komunikasi dengan pasien

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 29


1.5. Mampu Berkomunikasi dengan Tenaga Kesehatan
1.5.1. Mampu melaksanakan tahapan komunikasi dengan tenaga kesehatan

1.6. Mampu Berkomunikasi Secara Tertulis


1.6.1. Pemahaman Rekam Medis (Medical Record) atau Rekam Kefarmasian/Catatan
Pengobatan (Medication Record)
1.6.2. Mampu komunikasi tertulis dalam Rekam Medis (Medical Record) atau Rekam
Kefarmasian/Catatan Pengobatan (Medication Record) secara benar’

1.7. Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan farmasi dan Alat Kesehatan (Konseling
Farmasi)
1.7.1. Melakukan persiapan konseling sediaan farmasi dan alat kesehatan
1.7.2. Melakukan konseling farmasi
1.7.3. Membuat dokumentasi Praktik Konseling

2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait dengan Penggunaan Sediaan Farmasi


2.1. Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan obat yang rasional
2.1.1. Mampu Melakukan Penelusuran riwayat pengobatan pasien (patient medication history)
2.1.2. Mampu Melakukan Tinjauan Penggunaan Obat Pasien
2.1.3. Melakukan Analisis Masalah Sehubungan Obat (DTPs/DrugTherapy Problem)
2.1.4. Mampu Memberikan Dukungan Kemandirian Pasien Dalam Penggunaan Obat
2.1.5. Mampu Monitoring Parameter Keberhasilan Pengobatan
2.1.6. Mampu Evaluasi hasil akhir terapi obat Pasien

2.2. Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat Pasien


2.2.1. Melakukan Tindak lanjut Hasil Monitoring Pengobatan Pasien
2.2.2. Melakukan Intervensi/Tindakan Apoteker
2.2.3. Membuat Dokumentasi Obat Pasien

2.3. Mampu Melakukan Monitoring Efek Samping Obat


2.3.1. Melakukan Sosialisasi Pentingnya Pelaporan Efek Samping Obat
2.3.2. Mengumpulkan Informasi Untuk Pengkajian Efek Samping Obat
2.3.3. Melakukan Kajian data yang Terkumpul
2.3.4. Memantau Keluaran Klinis(Outcome Clinic) Yang Mengarah Ke Timbulnya Efek Samping
2.3.5. Memastikan Pelaporan Efek Samping Obat
2.3.6. Menentukan Alternatif Penyelesaian Masalah Efek Samping Obat
2.3.7. Membuat Dokumentasi MESO

2.4. Mampu Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat


2.4.1. Menentukan Prioritas Obat Yang Akan Dievaluasi
2.4.2. Menetapkan Indikator Dan Kriteria Evaluasi Serta Standar Pembanding
2.4.3. Menetapkan Data pengobatan yang Relevan Dengan Kondisi Pasien
2.4.4. Melakukan Analisis Penggunaan Obat Dari Data Yang Telah Diperoleh
| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 30
2.4.5. Mengambil Kesimpulan Dan Rekomendasi Alternatif Intervensi
2.4.6. Melakukan Tindak lanjut dari rekomendasi
2.4.7. Membuat Dokumentasi Evaluasi Penggunaan Obat

2.5. Mampu Melakukan Praktik Therapeutic Drug Monitoring (TDM)*


2.5.1. Melakukan Persiapan kelengkapan pelaksanaan TDM
2.5.2. Melakukan Analisis Kebutuhan Dan Prioritas Golongan Obat
2.5.3. Melakukan Assessment Kebutuhan Monitoring Terapi Obat Pasien
2.5.4. Melakukan Praktik TDM
2.5.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Praktik TDM
2.5.6. Membuat Dokumentasi Praktik TDM

2.6. Mampu Mendampingi Pengobatan Mandiri (Swamedikasi) oleh Pasien


2.6.1. Mampu Melakukan Pendampingan Pasien dalam Pengobatan Mandiri
2.6.2. Meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pengobatan mandiri
2.6.3. Melaksanakan pelayanan pengobatan mandiri kepada masyarakat
2.6.4. Membuat Dokumentasi Pelayanan Pendampingan pengobatan mandiri oleh Pasien

3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


3.1. Mampu Melakukan Penilaian Resep
3.1.1. Memeriksa Keabsahan resep
3.1.2. Melakukan Klarifikasi Permintaan obat
3.1.3. Memastikan Ketersediaan Obat

3.2. Melakukan Evaluasi Obat Yang Diresepkan


3.2.1. Mempertimbangkan Obat Yang Diresepkan
3.2.2. Melakukan Telaah Obat Yang Diresepkan Terkait Dengan Riwayat Pengobatan Dan
Terapi Terakhir Yang Dialami Pasien
3.2.3. Melakukan Upaya Optimalisasi Terapi Obat

3.3. Melakukan Penyiapan Dan Penyerahan Obat Yang Diresepkan


3.3.1. Menerapkan Standar Prosedur Operasional Penyrapan Dan Penyerahan Obat
3.3.2. Membuat Dokumentasi Dispensing
3.3.3. Membangun Kemandirian Pasien Terkait Dengan Kepatuhan Penggunaan Obat

4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan sesuai
Standar yang Berlaku.
4.1. Mampu Melakukan Persiapan Pembuatan/Produksi Obat
4.1.1. Memahami Standar Dalam Formulasi Dan Produksi
4.1.2. Memastikan Jaminan Mutu Dalam Pembuatan Sediaan
4.1.3. Memastikan Ketersediaan Peralatan Pembuatan Sediaan Farmasi
4.1.4. Melakukan Penilaian Ulang Formulasi

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 31


4.2. Mampu Membuat Formulasi dan Pembuatan/Produksi Sediaan Farmasi
4.2.1. Mempertimbangkan Persyaratan Kebijakan Dan Peraturan Pembuatan Dan Formulasi
4.2.2. Melakukan Persiapan Dan Menjaga Dokumentasi Obat
4.2.3. Melakukan Pencampuran Zat Aktif Dan Zat Tambahan
4.2.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dan Teknik-Teknik Penyiapan Pembuatan Obat Non Steril
4.2.5. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dan Teknik-Teknik Penyiapan Produk Steril
4.2.6. Melakukan Pengemasan, Labe/Penandaan Dan Penyimpanan
4.2.7. Melakukan Kontrol Kualitas Sediaan Farmasi

4.3. Mampu Melakukan iv-Admixture dan Mengendalikan Sitostatika/Obat Khusus*


4.3.1. Melakukan Persiapan Penatalalaanaan Sitostatika/Obat Khusus
4.3.2. Melakukan iv-Admixture (Rekonstitusi dan Pencampuran) Sitostatika/Obat Khusus
4.3.3. Melakukan pengamanan sitostatika

4.4. Mampu Melakukan Persiapan Persyaratan Sterilisasi Alat Kesehatan


4.4.1. Mampu Memastikan Persyaratan Infrastruktur Sterilisasi
4.4.2. Memastikan Bahan Dasar Alat Kesehatan yang Akan Disterilkan
4.4.3. Memastikan Kualitas pemilihan bahan sterilisasi

4.5. Mampu Melakukan Sterilisasi Alat Kesehatan Sesuai Prosedur Standar


4.5.1. Memahami Persyaratan Dan Prosedur Kerja Sterilisasi
4.5.2. Melakukan Dolumentasi Proses Sterilisasi Alat Kesehatan
4.5.3. Menyiapkan Set Alat Kesehatan Steril Utama Dan Alat Kesehatan Penunjangnya
4.5.4. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dan Teknik-Teknik Penyiapan Sediaan Farmasi Steril
4.5.5. Menerapkanprinsip-Prinsip Dan Teknik-Teknik Penyiapan Alat Kesehatan Steril
4.5.6. Melakukan Pengemasan, Penandaan/Labelisasi Dan Indikator Ekstemal.
4.5.7. Menerapkan Prinsip-Prinsip Proses Sterilisasi Alat Kesehatan Steril
4.5.8. Menerapkan Prinsip-Prinsip Penyimpanan Dan Distribusi Alat Kesehatan Steril

5. Mempunyai Keterampilan Komunikasi dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi


Dan Alat Kesehatan
5.1. Mampu Melakukan Pelayanan Informasi Sediaan Farmasi
5.1.1. Melakukan Klarifikasi Permintaan Informasi Obat Yang Dibutuhkan
5.1.2. Melakukan Identifikasi Sumber Informasi/Referensi Yang Relevan
5.1.3. Melakukan Akses Informasi Sediaan Farmasi Yang Valid
5.1.4. Melakukan Evaluasi Sumber Informasi (Critical Appraisal)
5.1.5. Merespon Pertanyaan Dengan Informasi Jelas, Tidak Bias, Valid, Independen

5.2. Mampu Menyampaikan Informasi Bagi Masyarakat dengan Mengindahkan Etika Profesi
Kefarmasian
5.2.1. Menyediakan Materi Informasi Sediaan Farmasi Dan Alkes Untuk Pelayanan Pasien
5.2.2. Menyediakan Edukasi Masyarakat Mengenai Penggunaan Obat Yang Aman

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 32


6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
6.1. Mampu Bekerjasama Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar
6.1.1. Bekerjasama Dengan Tenaga Kesehatan Lain Dalam Menangani Masalah Kesehatan Di
Masyarakat
6.1.2. Melakukan Survei Masalah Obat Di Masyarakat
6.1.3. Melakukan Identifikasi Dan Prioritas Masalah Kesehatan Di Masyarakat Berdasar Data
6.1.4. Melakukan Upaya Promosi Dan Preventif Kesehatan Masyarakat
6.1.5. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan
6.1.6. Membuat Dokumentasi Pelalaanaan Program Promosi Kesehatan

7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan sesuai Standar yang Berlaku
7.1. Mampu Melakukan Seleksi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
7.1.1. Menetapkan Kriteria Seleksi Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.1.2. Menatapkan Daftar Kebutuhan Sediaan Farrrasi Dan Alat Kesehatan

7.2. Mampu Melakukan Pengadaan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan


7.2.1. Melakukan Perencanaan Pengadaan Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.2.2. Melakukan Pemilihan Pemasok Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.2.3. Menetapkan Metode Pengadaan Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.2.4. Melaksanakan Pengadaan Sediaan Farmasi Dan Alkes

7.3. Mampu Mendesain, Melakukan Penyimpanan Dan Distribusi Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan
7.3.1. Melakukan Penyimpanan Sediaan Farmasi Dan Alkes Dengan Tepat
7.3.2. Melakukan Distribusi Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.3.3. Melakukan Pengawasan Mutu Penyimpanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan

7.4. Mampu Melakukan Pemusnahan Sediaan Farmasi Dan Alkes sesuai Peraturan
7.4.1. Memusnahkan Sediaan Farmasi Dan Alkes

7.5. Mampu Menetapkan Sistem dan Melakukan Penarikan Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.5.1. Memastikan Informasi Tentang Penarikan Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.5.2. Melakukan Perencanaan Dan Melaksanakan Penarikan Sediaan Farmasi Dan Alkes
7.5.3. Komunikasi Efektif Dalam Mengurangi Risiko Akibat Penarikan Sediaan Farmasi Dan Alkes

7.6. Mampu Mengelola Infrastruktur Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes
7.6.1. Memanfaatkan Sistem Dan Teknologi Lnformasi Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi
Dan Alat Kesehatan
7.6.2. Membuat Dan Menetapkan Struktur Organisasi Dengan SDM Yang Kompeten
7.6.3. Mengelola Sumber Daya Manusia Dengan Optimal
7.6.4. Mengelola Keuangan
7.6.5. Penyelenggaraan Praktik Kefarmasian Yang Bermutu

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 33


8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal
Dalam Melakukan Praktik Profesionai Kefarmasian
8.1. Mampu Merencanakan Dan Mengelola Waktu Kerja
8.1.1. Membuat Perencanaan Dan Penggunaan Waktu Kerja
8.1.2. Mengelola Waktu Dan Tugas
8.1.3. Menyelesaikan Pekerjaan Tepat Waktu

8.2. Mampu Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan


8.2.1. Memahami Lingkungan Bekerja
8.2.2. Melakukan Penilaian Kebutuhan Sumber Daya Manusia
8.2.3. Mengelola Kegiatan Kerja
8.2.4. Melakukan Evaluasi Diri

8.3. Mampu Bekerja Dalam Tim


8.3.1. Mampu Berbagi informasi yang relevan
8.3.2. Berpartisipasi dan kerjasama tim dalam pelayanan

8.4. Mampu Membangun Kepercayaan Diri


8.4.1. Mampu Memahami Persyaratan Standar Profesi
8.4.2. Mampu Menetapkan Peran Diri Terhadap Profesi

8.5. Mampu Menyelesaikan Masalah


8.5.1. Mampu Menggali Masalah Aktual Atau Masalah Yang Potensial
8.5.2. Mampu Menyelesaikan masalah

8.6. Mampu Mengelola Konflik


8.6.1. Melakukan Identifikasi Penyebab Konflik
8.6.2. Menyelesaikan Konflik

9. Mampu mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang


Berhubungan dengan Kefarmasian
9.1. Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi untuk Kemajuan Profesi
9.1.1. Mengetahui, Mengikuti Dan Mengamalkan Perkembangan Terkini Di Bidang Farmasi
9.1.2. Kontribusi Secara Nyata Terhadap Kemajuan Profesi
9.1.3. Mampu Menjaga Dan Meningkatkan Kompetensi Profesi

9.2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas


9.2.1. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Meningkatkan Profesionalitas
9.2.2. Mampu Mengikuti Teknologi Dalam Pelayanan Kefarmasian (Teknologi Informasi Dan
Teknologi Sediaan)

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 34


C. Kompetensi Apoteker Indonesia : Unit, Elemen, Unjuk Kerja, dan
Kriteria Penilaian
1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian secara Profesional Dan Etik
Unit Kompetensi 1.1. Menguasai Kode Etik yang Berlaku dalam Praktik Profesi.
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
1.1.1.Artikulasi Kode Etik 1. Mampu menjelaskan peraturan  Ketapatan, kelengkapan perundang-
dalam Praktik Profesi perundang-undangan undangan : kesehatan, farmasi
kefarmasian secara khusus dan berdasarkan tingkatan legalitas
peraturan perundangan
kesehatan secara umum.

2. Mampu menjelaskan aplikasi  Banyaknya contoh penerapan


peraturan perundang- perundang-undangan farmasi dalam
undangan kefarmasian secara praktik apoteker
khusus dan peraturan  Kepekaan terhadap kasus pelanggaran
perundang-undangan praktik apoteker.
perundangan kesehatan secara
umum dalam praktik sehari-
hari.
3. Mampu menjelaskan Kode Etik  Kejelasan, sistematika, kelengkapan dan
Apoteker Indonesia kebenaran rumusan Kode Etik Apoteker.
4. Mampu menjelaskan aplikasi  Banyaknya contoh penerapan yang
Kode Etik dalam Praktik sehari- diberikan dalam praktik profesi
hari  Kepekaan terhadap kasus pelanggaran
kode etik.
5. Mampu menerapkan  Referensi, pasal kode etik terkait,
pertimbangan profesional dampak jika tidak dilakukan.
dengan mengindahkan
peraturan perundang-
undangan serta kode etik
dalam praktik kefarmasian

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 35


Unit Kompetensi 1.2. Mampu menerapkan Praktik Kefarmasian secara Legal dan Profesional sesuai
Kode Etik Apoteker Indonesia.
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
1.2.1. Berperilaku 1. Mampu menerapkan  Dasar Referensi yang digunakan dalam
profesional sesuai pertimbangan profesional pengambilan keputusan.
dengan Kode Etik dengan kesehatan dan
Apoteker Indonesia keselamatan pasien sebagai
prioritas terkait pengadaan,
pengelolaan, dan pelayanan
obat dan alat kesehatan yang
digunakan pasien.
2. Mampu memberikan informasi  .Kejelasan, ketepatan informasi dan
yang tepat, jelas dan tidak bias uraian sediaan farmasi dan alkes
terkait keamanan obat dan alat
kesehatan yang digunakan
pasien.
3. Mampu menyadari  Jumlah dan jenis konsultasi kepada
keterbatasan kemampuan sejawat lain
profesi dan bersedia  Jenis konsultasi kepada tenaga
berkomunikasi dengan teman kesehatan lain.

sejawat dan/atau profesi


kesehatan lain demi
kepentingan pasien
4. Mampu memberikan arahan  Ketepatan penjelasan obat yang akan
kepada pasien /anggota dibeli pasien secara mandiri
masyarakat dalam pemilihan  Alternatif pilihan dan penjelasan
produk obat yang layak manfaat serta risiko bagi pasien.

dibeli/digunakan sehingga
anggota masyarakat tidak
terdorong untuk membeli
produk obat yang berlebihan

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 36


5. Mampu mempertahankan  Mampu memberikan saran profesional
standar pelayanan profesional dan konseling tentang obat-obatan di
tertinggi setiap kesempatan demi kepentingan
pasien
 Mampu menjelaskan penyediaan
layanan komprehensif farmasi di tempat
apoteker berpraktik
Mampu menjelaskan sistem dan
metode di tempat praktik untuk
meminimalkan risiko kesalahan atau
kontaminasi dalam berbagai kegiatan
praktik kefarmasian.
6. Menjalin dan menjaga  Mampu menunjukkan sikap positif dan
hubungan profesional baik kesediaan untuk membantu teman
dengan teman sejawat dan sejawat dan profesi kesehatan lainnya
di setiap saat dalam praktik
profesi kesehatan lain
kefarmasian.
Mampu menjelaskan cara untuk
mempertahankan hubungan baik dan
bekerja dalam kemitraan dengan teman
sejawat dan profesi kesehatan lainnya
untuk mencapai tujuan terapeutik.
 Mampu menunjukkan perilaku
profesional terhadap teman sejawat
dan profesi kesehatan lainnya (misal
tidak mengkritik teman sejawat dan
profesi kesehatan lainnya di depan
publik)
7. Mengormati kepercayaan dan  Mampu menjelaskan langkah yang perlu
kerahasiaan hubungan diambil untuk melindungi privasi pasien
profesionalitas dengan pasien dan menjaga kerahasiaan informasi
pasien (misalnya untuk tidak
mengungkapkan sifat penyakit dan
perawatan pasien kepada pihak ketiga)
kecuali atas perintah pengadilan.
 Mampu menjelaskan kerahasiaan
peresepan pasien sehingga dapat
mengakibatkan penurunan kepercayaan
pasien pada dokter penulis resep.
Mampu melakukan komunikasi dengan
dokter apabila terjadi kesalahan
penulisan dosis, ketidaksesuaian
farmasetis, adanya pertimbangan klinis,
dan potensial DRP di dalam resep.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 37


1.2.2.Integritas personal 1. Mematuhi prinsip etika dalam Mampu menjelaskan Kode Etik
dan professional periklanan sesuai Kode Etik Apoteker Indonesia yang mengatur
Apoteker Indonesia prinsip-prinsip etis dalam promosi dan
periklanan beserta implementasinya
Mampu menjelaskan contoh-contoh
situasi yang mempengaruhi kebebasan
profesi
2. Menghindari dari kondisi yang Mampu mengenali dan menjelaskan
mempengaruhi kebebasan situasi dimana kondisi layanan akan
profesi berkompromi dengan kebebasan
profesionalnya
Menahan diri terhadap kondisi atau
pelayanan yang tidak sesuai dengan
kebebasan profesi.

Unit Kompetensi 1.3. Memiliki Keterampilan Komunikasi


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
1.3.1. Mampu menerapkan 1. Bersikap terbuka dalam Mampu membuka diri untuk berbagi
prinsip-prinsip berkomunikasi informasi dengan yang lain
komunikasi 2. Menghargai masukan dari Mampu menghargai pendapat dan
terapeutik orang lain pandangan orang lain
3. Menghormati keunikan individu Mampu menunjukkan kapekaan,
kepedulian atas kebutuhan. nilai.
kepercayaan dan budaya orang lain
4. Menerima peran serta dan Mampu menjelaskan peran serta dan
keterampilan orang lain ketrampilan yang dimiliki oleh orang
lain untuk membantu dan
memfasilitasi terselenggaranya praktik
kefarmasian
5. Berkomunikasi dengan penuh Mampu menjelaskan pendapat dan
kebijakasanaan. menyampaikn informasi dalam bentuk
lisan maupun tulisan dengan cara
membangun kepercayaan yang tidak
menimbulkan kemarahan. kecemasan
atau efek lain yang merugikan.
Mampu menjelaskan cara menjaga
profesionalitas dengan pasien/keluarga
pasien atau tenaga kesehatan lain pada
saat mencari atau menyiapkan
informasi obat atau informasi
kesehatan yang relevan.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 38


1.3.2. Mampu mengelola 1. Mengemukakan pemikiran dan  Mampu membuat formula informasi
informasi yang ada ide dengan jelas dan tidak bias menyampaikan ide dan pendapat
dalam diri untuk secara jelas dalam bentuk lisan
dikomunikasikan maupun tulisan.
 Mampu melakukan komunikasi
informasi dengan tepat dan percava
diri dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Mampu melakukan klarifikasi dan
menjabarkan ide, pendaoat. dan
informasi untuk meningkatkan
pemahaman
Mampu memberikan kontribusi secara
aktif dalam perspektif kefarmasian
dalam nngka pengambilan keputusan
dan penyelesaian masalah
2. Menggunakan gaya komunikasi  Mampu memilih istilah, gaya dan
sesuai dengan komunikan dan bentuk komumikasi baik lisan maupun
materi tulisan sesuai dengan situasi, materi
komrmikasi, komunikan (kelancaran,
ketepatan menggunakan istilah, serta
efektifitas)
3. Melakukan komunikasi  Mampu identifikasi kebutuhan
informasi yang relevan informasi dari komunikan khusus
Mampu mengajukan pertanyaan yang
relevan, mendengarkan dengan penuh
perhatian, dan memberikan respon
terhadap petunjuk lisan maupun
tertulis dan menggunakan penerjemah
bila diperlukan untuk lebih
memperjelas kebutuhan komunikasi
4. Verifikasi bahwa informasi yang  Mampu menjelaskan dan
diberikan telah diterima dan memperagakan bahwa informasi
dipahami tertulis yane diberikan sudah dipahami.
 Mampu menindaklanjuti, membuat
pertanyaan dan atau menggunakan
bantuan visual atau media lain untuk
memastikan bahwa pesan yang
dikomunikasikan telah diterima dan
dipahami.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 39


1.3.3. Mampu 1. Melakukan identifikasi  Mampu melakukan identifikasi atau
memfasilitasi proses kebutuhan komunikasi tertentu menjelaskan kondisi yang memerlukan
komunikasi adanya komunikasi khusus terutama
untuk pasien dan keluarganya
(misalnya: perbedaan budaya, bahasa,
tekanan emosional, tuli, buta
kemunduran mental komunikasi
melalui pihak ketiga)
2. Mendengarkan dengan efektif  Mampu menerapkan kemampuan
mendengar aktif (misal meminta untuk
mengulang penjelasan dengan
bahasanya sendiri tanpa ada
menyalahkan dan merendahkan )
3. Memahami pentingnya umpan  Mampu menjelaskan pentingnya
balik dalam proses komunikasi merespon umpan balik untuk
meningkatkan komunikasi
(membangun kepercayaan apoteker-
pasien)
 Mampu memperoleh informasi spesifik
yang dibutuhkan untuk komunikasi
efektif
 Mampu memberikan respon terhadap
umpan balik dan memanfaatkannya
secara positif dalam proses komunikasi
4. Mengenali kendala utama pada  Mampu membuat daftar kendala
saat komunikasi dan cara utiama untuk melakukan komuniikasi
meminimnalkan kendala efektif
tersebut  Mampu menjelaskan kendala dalam
komunikasi efektif tersebut dapat
diminimalkan

Unit Kompetensi 1.4. Mampu Berkomunikasi dengan Pasien


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
1.4.1.Mampu Menghargai 1. Menggunakan sapaan yang  Mampu menjelaskan sapaan untuk
pasien benar sesuai kondisi pasien pasien secara umum (anak, geriatri,
tunarungu, tuna aksara) dan
khusus*(kronik, critical, comma,
psikiatri,terminal)
Mampu menjelaskan hal-hal yang tidak
seharusnya dilakukan kpd pasien secara
pribadi

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 40


1.4.2.Mampu 1. Melakukan komunikasi sesuai  Mampu menjelaskan tahapan
melaksanakan kondisi pasien komunikasi sesuai jenis pasien (rawat
tahapan komunikasi ialan. rawat inap)
dengan pasien

Unit Kompetensi 1.5. Mampu Berkomunikasi dengan Tenaga Kesehatan


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
1.5.1. Mampu 1. Melakukan komunikasi dengan  Mampu menjelaskan masalah
melaksanakan tenaga kesehatan sesuai komunikasi dengan tenaga kesehatan
tahapan komunikasi dengan area kompetensinya terkait (dokter. perawat dll)
dengan tenaga  Mampu menyiapkan materi komunikasi
dengan tenaga kesehatan sesuai
kesehatan
keluasan dan kedalaman
kompetensinya (dokter. perawat dll)
 Mampu menjelaskan penyelesaian
masalah komunikasi dengan tenaga
kesehatan.

Unit Kompetensi 1.6. Mampu Berkomunikasi Secara Tertulis


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
1.6.1.Pemahaman Rekam 1. Mampu memahami Rekam  Mampu menjelaskan bagian dan ruang
Medis (Medical Medis (Medical Record) atau lingkup Rekam Medis (Medical Record)
Record) atau Rekam Rekam Kefarmasian atau Rekam Kefarmasian (Medication
Kefarmasian (Medication Record) Record)
 Mampu menjelaskan prinsip Rekam
(Medication Record)
Medis (Medical Record) atau Rekam
Kefarmasian (Medication Record)
 Mampu menjelaskan sistem pencatatan
dalam Rekam Medis (Medical Record)
atau Rekam Kefarmasian (Medication
Record)
1.6.2.Mampu komunikasi 1. Mampu menunjukkan bentuk  Mampu menjelaskan persyaratan
tertulis dalam komunikasi tertulis dalam menulis di Rekam Medis (Medical
Rekam Medis Rekam Medis (Medical Record) Record) atau Rekam Kefarmasian
(Medication Record)
(Medical Record) atau Rekam Kefarmasian
 Tahapan dengan Subjective –Objective
atau Rekam (Medication Record).
Assessment Plane (SOAP) atau metoda
Kefarmasian/Catata
lain
n Pengobatan
(Medication Record)
secara benar.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 41


Unit Kompetensi 1.7. Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan farmasi dan Alat Kesehatan
(Konseling Farmasi)
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
1.7.1. Melakukan 1. Mempersiapkan sarana Mampu menjelaskan sarana pflNarana
Persiapan konseling prasarana dan kelengkapan termasuk persiapan mental, sikap,
farmasi dan alat baik fisik maupun individu yang tempat, serta prosedur tetap pelaksaan
konsultasi.
kesehatan akan terlibat dalam konseling
Mampu menunjukan sikap empati,
menunjukkan ketertarikan perhatian,
bersahabat, asertif, dan mentaati protap
yang berlaku.
Mampu mengenali dan mengatasi
hambatan komunikasi baik lingkungan,
personal pasien, administatif, financial
maupun waktu
1.7.2. Melaksanakan 1. Melakukan identifikasi masalah Mampu menghargai privasi dan
konseling farmasi kepatuhan obat pasien kerahasiaan pasien
Mampu memulai proses konsultasi
dengan mengucapkan salam dan
menyebutkan nama pasien diikuti dengan
memperkenalkan diri
Mampu menggali informasi tentang
sejarah pengobatan pasien (medication -
history review) baik dari pasien langsung,
keluarga pasien, medical record, maupun
dari seiawat dan tenasa kesehatan lain.
Mampu mendengarkan dengan seksama
keluhan pasien untuk memahami
permasalahan pasien yang sesungguhnya
tenrtama berhubungan dengan kepatuhan
terapi obat pasien.
2. Menjelaskan dan diskusi Mampu membantu pasien menjelaskan
masalah kepatuhan obat masalah yang dialami dalam terapi obat
dengan mengajukan pertanyaan secara
fokus, faktual dan menghindari
penggunaan kata mengapa untuk
menghindari bias.
Mamou mengenali bahasa non verbal
seperti ekspresi wajah, kontak mata,
posisi tubuh, suara, dll untuk
mengidentiflkasi perhatian pasien (patient
concern)
Mampu mendiskusikan bersama pasien
atas penyelesaian masalah terapi obatnya

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 42


dengan cara yang jelas,
mempertimbangkan kenyamanan pasien,
dan dapat diterima pasien
Mampu menjelaskan dan memperagakan
cara penggunaan obat dan alat bantunva
dengan baik dan benar.
3. Melakukan evaluasi  Mampu mengukur pemahaman pasien
pemahaman materi konseling dengan melihat umpan balik yane
oleh pasien diberikan oleh pasien.
Mampu melakukanfollow up
rekomendasi pengatasan masalah yang
diberikan.
1.7.3. Dokumentasi 1. Membuat dokumentasi  Mampu mendokumentasikan secara
kegiatan konseling permasalahan penggunaan sistematis semua permasalahan yang
obat dan kegiatan yang dialami pasien dalam penggunaan obat
dilakukan  Mampu mendokumentasikan seluruh
kegiatan konseling yang dijalankan.

2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait dengan Penggunaan Sediaan Farmasi


Unit Kompetensi 2.1. Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan Obat Yang Rasional
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
2.1.1. Mampu Melakukan 1. Menelusuri riwayat  Mampu mencari dan mendapatkan
Penelusuran Riwayat pengobatan pasien dari Rekam catatan sehubungan dengan pengobatan
Pengobatan Pasien Medis (Medical Record) atau pasien.
(Patient Medication Rekam Kefarmasian
History) (Medication Record)
2. Menelusuri riwayat  Mampu melakukan komunikasi utk
pengobatan pasien mendapatkan informasi terkait pasien
berdasarkan informasi dari (demografi, riwayat sosial, keluarga.
pasien serta tenaga kesehatan ekonomi. kebiasaan makan, rokok dan
alkohol)
yang terlibat
Mampu melakukan komunikasi utk
mendapatkan informasi terkait riwayat
penggunaan obat resep, non resep,
herbal, jamu,obat, riwayat alergi baik
sekarang maupun sebelumnya
 Mampu berkomunikasi untuk
mendapatkan informasi terkait riwayat
penyakit sebelumnya (keluhan yang
dialami, riwayat penyakit sekarang dan
mampu mengaitkan informasi-informasi
yang berhubungan dengan system

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 43


review, hasil pemeriksaan fisik, hasil
laboratoriurn, hasil X-ray. hasil imaging
dan lain-lain)
 Mampu mengumpulkan, menyusun,
dan kompilasi/integrasi infonnasi-
informasi tentang pasien, obat, dan
penyakit pasien.
2.1.2. Mampu Melakukn 1. Mengetahui patofisiologi  Mampu menjelaskan proses terjadinya
Tinjauan penyakit dan pengaruhnya penyakit meliputi gejala, tanda-tanda
Penggunaan Obat terhadap pemilihan obat dan epidemiologi dari kelompok besar
Pasien penvakit yans biasa teriadi pada
masvarakat dan kemungkinan masalah
obat tinggi (Pneumonia, ISK anak,
Hipertensi geriatri, ISPA ibu menyusui,
trauma kepala dewasa, angina pectoris,
Gangguan Ginjal Akut dewasa, Hepatitis
B, vaksinasi anak, TBC, Keluarga
Berencana, DM)
2. Melakukan interpretasi data  Mampu menunjukkan nilai normal data
laboratorium dan data laboratorium dan data pendukung
pendukung diagnostik lain diagnostik lain terkait dengan
pengguaan obat (contoh hematologi,
terkait penggunaan obat
fungsi hepar, fungsi renal, fungsi ginjal.
kadar gula. elektrolit dan lain-lain)
Mampu melakukan intrepretasi data
laboratorium jika mengalami penurunan
atau kenaikan dari nilai normal dan
menielaskan hubunEannva dengan
penggunaan obat.
3. Pemahaman pedoman terapi  Mampu menentukan prioritas pilihan
dan penerapannya sebagai obat berdasarkan pedoman terapi
referensi tinjauan pemilihan
terapi obat
4. Mengetahui farmakologi obat  Mampu menjelaskan profil obat dari
yang dipilih (mekanisme kerja, segi farmakologi dan farmakokinetika
dosis, indikasi, kontraindikasi, dasar (LADME) serta kegunaan secara
terapetik sesuai dengan kondisi klinis
efek samping, interaksi obat)
pasien.
Mampu melakukan perhitungan dosis
baik untuk bayi, anak dewasa dan usia
laniut.
5. Mempertimbangkan  Mampu memutuskan kesesuaian
kesesuaian pilihan obat dengan pengobatan (pilihan obat dan
kondisi penyakit pasien rejimennya) dengan

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 44


mempertimbangkan kondisi penvakit.
karakteristik pasien dan sifat obat.
6. Memahami pemeriksaan  Mampu menjelaskan fungsi dan
laboratorium yang umumnya keterbatasan pemeriksaan laboratorium
dilakukan dan pemerilsaan lain dan pemeriksaan lain yang
mempengaruhi terapi obat pasien
yang bermakna bagi pasien
tertentu.
tertentu
 Mampu melakukan interpretasi hasil
laboratorium dan pemeriksaan lain yang
berhubungan dengan manifestasi klinik
akibat pengobatan pasien.
7. Menerapkan pedoman terapi  Mampu melakukan pengkajian
atau Evidence Based Medicines ilmiah/literature atau berdasarkan
(EBM) dalam evaluasi Pedoman Terapi untuk evaluasi
penggunaan obat pasien pengobatan kasus penyakit yang sesuai

2.1.3. Melakukan Analisis 1. Analisis DTPs (DrugTherapy  Mampu menjelaskan 8 masalah terapi
Masalah Problem) faktual maupun obat:
Sehubungan Obat, potensial pada proses  Indikasi yang tidak diberi terapi
DTPs (DrugTherapy pengobatan yang sedang  Pasien memperoleh obat tanpa ada
indikasi
Problem) berlangsung
 Pemilihan obat yang tidak tepat,
 Dosis subterapi,
 Dosis berlebihan,
 Pasien tidak mendapatkan obat.(pasien
tidak menggunakan obat sesuai jadwal)
 Pasien mengalami rea*si obat tidak
dikehendaki (ROTD),
 Interaksi obat
 Mampu menetapkan DTPs pasien
dihubungkan dengan luaran klinik
(clinical autcome)
2. Menunjukkan pendekatan yang  Mampu identifikasi situasi ketika
logis dalam mencegah, intervensi sangat diperlukan oleh pasien.
menyelesaikan atau  Mampu mengusulkan penyelesaian DTP
dan atau hal-hal yang terkait dengan
meminimalisir dampak DTP
kepatuhan pasien
yang teridentifftasi dengan
mempertimbangkan
kepatuhan
3. Mengkaji dan memilih  Mampu menghitung dosis obat untuk
altematif yang paling sesuai pasien yang memerlukan penyesuaian
untuk mencapai luaran klinik dosis seperti berat badan, fungsi ginjal.
fungsi hati. dan umur.
pasien
4. Memberikan usulan/  Mampu melakukan komunikasi secara

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 45


rekomendasi yang sesuai jelas, alasan yang rasional dari
kepada dokter atau tenaga rekomendasi yang diberikan kepada
kesehatan lain dokter atau tenaga kesehatan lain, baik
dalam bentuk lisan maupun tertulis.
2.1.4. Mampu 1. Melakukan komunikasi dengan Mampu identifikasi kebutuhan pasien
Memberikan dokter/tenaga kesehatan akan alat bantu penggunaan obat seperti
Dukungan lain/pasien mengenai hal-hal pemotong obat, inhaler, modifikasi
kemandirian pasien yang mempengaruhi kepatuhan bentuk sediaan atau intervensi lain yang
dalam penggunaan dan atau memperbaiki luaran dapat meningkatkan kepatuhan dan
luaran klinik (clinical outcome) pasien.
obat klinik pasien
Mampu melakukan komunikasi dengan
efektif kepada nasien berkaitan dengan
perubahan terapi yang dilakukan.
2. Pemberian motivasi pasien Mampu menjelaskan kepada pasien akan
untuk melakukan perubahan perlunya sinergisitas antara terapi obat
pola hidup yang dapat dengan perubahan gaya hidup vane akan
mempengaruhi terapi menunjang keberhasilan terapi.
3. Pemberian motivasi supaya  Mampu menjelaskan pentingnya
pasien patuh terhadap kepatuhan minum obat dan manfaatnya
pengobatan untuk menunjang untuk keberlang-sungan pengobatan.
keberhasitan terapi
4. Pemberian informasi obat Mampu menjelaskan terkait nama obat,
kepada pasien tujuan pengobatan, jadwal pengobatan,
cara penggunaan obat, lama penggunaan
obat, efek samping obat tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan obat, dan
penggunaan obat-obat lain
5. Penggalian permasalahan yang  Mampu melaksanakan konseling untuk
ada pada pasien terkait mengatasi pennasalahan pasien terkait
penggunaan obat dan obat.
pemberian solusinya  Mampu mejelaskan kemungkinan efek
samping atau alergi yang dapat terjadi
selama pengobatan berlangsung dan cara
mengatasinya.
Membantu pasien agar paham akan
pengobatan yang dijalani dan mampu
mengelola diri selama pengobatan
berlangsung.
6. Perneriksaaan kembali Mampu membuat pasien menjelaskan
pemahaman pasien setelah kembali apa yang dipahami dari
pemberian informasi obat penjelasan apoteker mengenai obat

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 46


2.1.5. Mampu Membuat 1. Penentuan parameter  Mampu menyusun daftar parameter
Monitoring pemantauan efektifitas obat pemantauan harian pasien yang dapat
Parameter (terapi dan toksisitas ) dan menunjukkan perkembangan terapi obat.
Keberhasilan luaran klinik pasien
Pengobatan 2. Penetapan tujuan pengobatan  Mampu menjelaskan parameter
yang akan dicapai keberhasilan terapi yang dapat dipantau
secara mandiri oleh pasien selama
pengobatan
2.1.6. Mampu Melakukan 1. Penggalian informasi terkait  Mampu menentukan parameter
Evaluasi Hasil Akhir kualitas hidup pasien setelah peningkatan kualitas hidup pasien yang
Terapi Obat menjalani terapi dapat diukur secara konkrit.

Unit Kompetensi 2.2. Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat Pasien


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
2.2.1.Melakukan Tindak 1. Memastikan obat digunakan  Mampu melakukan komunikasi efekfif
lanjut hasil monitoring sesuai petunjuk dengan pasien atau pendamping
pengobatan pasien pasien untuk menilai apakah
penggunaan obat dilalcukan dengan
benar
2. Melakukan penelusuran efek  Mampu menjelaskan hubungan antara
klinik yang tidak diharapkan waktu dan riwayat penggunaan obat
akibat obat dengan kejadian awal efek klinik yang
tidak diharapkan
3. Memastikan bahwa pasien  Mampu menjelaskan efek samping
toleran terhadap obat yang dapat diprediksi dan sering
terjadi.
Mampu identifikasi dan menjelaskan
tanda-tanda toksisitas
 Mampu mengakses informasi
mengenai efek samping obat dan
toksisitas dalam waktu cepat
4. Melakukan dokumentasi dan  Mampu mengisi form MESO dan
pelaporan efek samping obat menjelaskan mekanisme pelaporan
atau alergi
2.2.2.Melakukan 1. Membantu pemahaman pasien  Mampu melakukan komunikasi secara
Intervensi/tindakan mengenai terapi obat efektif kepada pasien atau
Apoteker pendamping pengobatannya baik
secara tertulis maupun lisan tentang
informasi yang relevan, akurat dan
lugas mengenai indikasi, rejimen,
teknik penggunaan, penyimpanan dan
efek samping pada umumnya

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 47


2. Penggalian kepatuhan pasien  Mampu mendapatkan kesimpulan
dalam minum obat dan apakatr pasien patuh atau tidak
modifikasi gaya hidup minum qbat dan memperbaiki gaya
hidupnya selama menjalani terapi
obat.
3. Mendorong kemandirian  Mampu identifikasi kebutuhan pasien
pasien akan alat bantu pengglmaan obat
yang dapat mengoptimalkan
pcnggunaan obat, tindakan yang perlu
dilakukan bila mengalami efek
samping, toksisitas dan kondisi klinis
lain.
4. Pemahaman kondisi pasien dan  Manrpu menggali informasi dari
perkembangannya fungsi pasien terkait perbaikan gejala
terapetik obat yang diterima, penyakit dan efek yang dirasakan
dan dosis yang diminum untuk setelah meminum obat.

mengetahui efikasi dan


keamanan pengobatan
5. Rekomendasi untuk dilakukan  Mampu menjelaskan hubungan antara
Therapeutics Drug Monitoring konsentrasi obat dalam darah dengan
(TDM) sesuai pedoman dan efek terapetik, toksik dan faktor yang
interpretasi hasil jika indikasi mempengaruhi indikator
farmakokinetik ( steady state, loading
dose,t-max)
Mampu identifikasi obat dengan
indeks terapi sempit yang
memerlukan TDM
Mampu menjelaskan indikasi pasien
memerlukan TDM
 Mampu menjelaskan dan
mendapatkan informasi tentang
waktu dan frekuensi pengambilan
sampel darah yang tepat (t peak, t
trough).
Mampu interpretasi validitas hasil utk
keperluan penyesuaian dosis dan
perubahan rejimen obat (dosis,
frekuensi, jarak waktu penggunaan
obat) dan waktu pengambilan
monitoring
Mampu identifikasi keterbatasan diri
dan atau pengetahuan sebagai dasar
merujuk kepada yang ahli atau
informasi jika diperlukan

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 48


6. Merujuk pasien kepada Mampu identifikasi dan menjelaskan
dokter/tenaga kesehatan yang manfaat bagi pasien jika dirujuk
lebih ahli sesuai kebutuhan kepada dokter atau tenaga kesehatan
yang lebih ahli.
2.2.3.Membuat 1. Menjaga dokumen pengobatan  Mampu melakukan dokumentasi
Dokumentasi Obat pasien akurat dan terkini pengobatan pasien mengikuti metode
Pasien konsisten dengan standar penulisan sesuai ktentuan dan
profesional dan kesepakatan ktetapan lokal (misal: POMR, MAR).
local
2. Melakukan dokumentasi saran  Mampu melakukan dokumentasi saran
dan rekomendasi serta luaran dan rekomendasi secara sistematis
klinik yang dicapai  Mampu melakukan monitoring
pencapaian luaran klinik sehubungan
dengan proses tindak lanjut saran dan
rekomendasi

Unit Kompetensi 2.3. Monitoring Efek Samping Obat


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
2.3.1.Melakukan Sosialisasi 1. Pemberian informasi baik  Mampu menjelaskan pentingnya
pentingnya pelaporan kepada tenaga kesehatan lain, Monitoring Efek Samping Obat ( MESO)
efek samping obat pasien dan keluarga pasien kepada pihak lain yang berhubungan
terkait pentingnya pelaporan dengan keiadian efek samping obat
kejadian tidak menyenangkan  Mampu berkolaborasi dengan dokfer
atau profesi kesehatan lain untuk
seputar penggunaan obat
mencegah, mengurangi atau
menghilangkan efek sampins obat
tesebut.
2.3.2.Mengumpulkan 1. Pengumpulan data terkait  Mampu melakukan pengumpulan data
informasi untuk kemungkinan terjadinya efek dari berbagai sumber sebagai bahan
pengkajian efek samping obat (meliputi : obat, pengkajian efek samping obat
samping obat penyakit, dan pasien) melalui
rekam medis, wawancara dll
2.3.3.Melakukan Kajian 1. Pengkajian data yang didapat  Mampu melakukan analisis data pasien,
data yang terkumpul untuk mendapatkan alternatif obat dan penyakit untuk memperoleh
penyelesaan problem yang alternatif penyelesaian Efek Samping
Obat (ESO) yg muncul.
terjadi

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 49


2.3.4.Memantau keluaran 1. Memantau secara langsung  Mampu identifikasi keluaran klinis yang
klinis (outcome clinic) maupun tidak langsung mengarah ke ESO
yang mengarah ke terhadap keluaran klinis yang
timbulnya efek mengarah pada timbulnya efek
samping samping obat aktual maupun
potensial
2.3.5.Memastikan 1. Menerima dan melakukan  Mampu melakukan klarifikasi terhadap
Pelaporan ESO klarifikasi laporan efek samping laporan ESO yang diterima
obat dari pasien maupun
tenaga kesehatan lain
2. Melakukan analisis kepastian  Keputusan efek samping atas dasar
efek samping berdasarkan EBM pelaporan efek samping
2.3.6.Menentukan 1. Menentukan penyelesaian  Mampu menentukan dan menjelaskan
alternatif masalah yang harus dilakukan alternative penyelesaian terhadap
penyelesaian masalah baik itu pencegahan maupun masalah ESO yang terjadi
Efek Samping Obat pengatasan masalah
2.3.7.Membuat 1. Melakukan dokumentasi MESO  Mampu melakukan dokumentasi ESO
Dokumentasi MESO yang dilaporkan beserta beserta penyelesaian masalahnya.
penyelesaian masalah

Unit Kompetensi 2.4. Mampu Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
2.4.1.Menentukan prioritas 1. Melakukan penyusunan skala  Mampu menyusun skala prioritas obat
obat yang akan prioritas obat yang akan yang akan dievaluasi berdasarkan
dievaluasi dievaluasi pertimbangan tertentu misal : obat-
obat yang banyak digunakan, Indeks
terapi sempit, sering menyebabkan
ESO, obat mahal,obat untuk penyakit
kardiovaskular, obat gawat darurat
analgetik narkotik. antibiotik profilalsis,
dll
2.4.2.Menetapkan indikator 1. Menyusun indikator dan  Mampu menguraikan indikator klinis,
dan kriteria evaluasi kriteria evaluasi serta kriteria evaluasi efektifitas dan
serta standar penetapan standar kemungkinan efek tidak diinginkan
pembanding pembanding selama penggunaan obat
 Mampu mengambil standar
efektifitas
pembanding yang relevan dengan kasus
penggunaan obat
pasien.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 50


2.4.3.Menetapkan Data 1. Mengumpulkan data terkait  Mampu mengumpulkan informasi klinis,
pengobatan yang pengobatan yang dijalani data obyektif (laboratorium, imejing,
relevan dengan pasien, penyakit yang diderita, elektromedik dll) yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi efektifitas
kondisi pasien dan kondisi pasien sebelum
penggunaan obat.
dan sesudah terapi
Mampu menyusun dan mengaitkan
data menjadi informasi efektifitas
penggunaan obat.
2.4.4.Melakukan Analisis 1. Menganalisis/evaluasi data  Mampu analisis data rejimen obat
penggunaan obat dari yangtelah diperoleh terhadap (indikasi, bentuk sediaan,kekuatan,
data yang telah efektifitas penggunaan obat frekuensi, waktu, durasi dan rute),
diperoleh manifestasi klinis dibandingkan dengan
standar yang relevan.
2. Menganalisis data yang telah  Mampu membandingkan manifestasi
diperoleh terhadap efek yang klinis, data yang diperoleh dengan
tidak diinginkan. kemungkinan interaksi, efeksamping
obat.
2.4.5.Mengambil 1. Menyimpulkan evaluasi  Mampu menyimpulkan hasil evaluasi
Kesimpulan dan pengunaan obat dan penggunaan obat.
rekomendasi menentukan intervensi yang  Mampu menentukan bentuk intervensi
yang dapat dilakukan, misal benrpa
alternatif intervensi harus dilakukan
penggantian obat, penaikan/pentrrunan
dosis. dll
2.4.6.Melakukan Tindak 1. Mampu melakukan tindak  Persetujuan intervensi dan pelaksanaan
lanjut dari lanjut dari intervensi obat intervensi
rekomendasi yang diberikan.  Kebenaran implementasi intervensi
2.4.7.Membuat 1. Mendokumentasikan kegiatan  Dokumentasi DTP, intervensi, indikator
Dokumentasi evaluasi evaluasi penggunaan obat yang dan hasil intervensi.
penggunaan obat telah dilakukan sesuai
kenyataan

Unit Kompetensi 2.5. Mampu Melakukan Praktik Therapeutic Drug Monitoring (TDM)*
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
2.5.1.Melakukan Persiapan 1. Mempersiapkan kebutuhan  Mampu menjelaskan persiapan sarana
kelengkapan pelaksanaan pelayanan klinik prasarana yang diperlukan untuk
pelaksanaan Praktik berbasis farmakokinetik melakukan TDM (Therapeutic Drug
TDM Monitoring)
 Mampu menjelaskan/merancang
sistem dan prosedur monitoring obat
pada pasien
2.5.2.Melakukan Analisis 1. Melakukan analisis prioritas  Mampu menjelaskan golongan obat
kebutuhan dan pasien dan obat yang yang mmerlukan monitoring
prioritas obat yang memerlukan monitoring parameter farmakokinetik

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 51


dimonitor parameter farmakokinetik  Mampu identifikasi pasien yang harus
dimonitor parameter
farmakokinetiknya selama
penggunaan obat.
2.5.3. Melakukan 1. Melakukan assessment  Mampu melakukan assesment
Assessment kebutuhan monitoring obat kebutuhan parameter monitoring
kebutuhan monitoring pasien berdasarkan kondisi obat berdasarkan kondisi klinis dan
terapi obat pasien klinis dan patologis pasien patologis dari pasien.

2.5.4.Melakukan Praktik 1. Melakukan praktik TDM sesuai  Mampu memastikan kondisi klinis
TDM prosedur pasien secara langsung dihubungkan
pengambilan sampel darah.
 Mampu memberikan saran kepada
petugas laboratorium mengenai saat
yang tepat untuk melakukan
pengambilan sampel.
 Mampu mengusulkan kepada dokter
untuk pemeriksaan lain apabila
diperlukan untuk mendukung
indikator terapi.
 Mampu menghitung kadar obat dalam
darah dan atau cairan tubuh lain dan
menggunakan perkiraan dari nilai
populasi untuk menetapkan indikator
farmakokinetik.
 Mampu melakukan interpretasi
indikator farmakokinetik untuk
menetapkan dan merekomendasikan
rejimen obat sesuai kondisi individu
pasien dan mengkomunikasikan
dengan dokter yang merawat.
 Mampu merancang dan menetapkan
waktu dan frekuensi monitoring serta
indicator-indikator yane diperlukan.
 Mampu melakukan monitoring
perubahan kondisi klinik pasien serta
pencapaian tujuan terapi dengan
melakukan kunjungan ke pasien setiap
hari.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 52


2.5.5.Melakukan Evaluasi 1. Mengevaluasi proses  Mampu melakukan evaluasi proses
pelaksanaan Praktik pelaksanaan pelayanan klinis monitoring yang telah dilakukan, bila
TDM berbasis farmakokinetik perlu dilakukan pengambilan sampel
kembali, rekalkulasi dan penetapan
regimen kembali dalam rangka
optimalisasi terapi dan terhindar dari
efek toksis berdasar kondisi klinik
terkini pasien
2.5.6.Membuat 1. Melakukan dokumentasi  Mampu melakukan dokumentasi
Dokumentasi Praktik kegiatan pelayanan klinis pelaksanaan program TDM dan
TDM berbasis farmakokinetik yang pelayanan farmakokintetika klinis
terkait dengan benar.
telah dilakukan

Unit Kompetensi 2.6. Mampu Melayani Pengobatan Mandiri oleh Pasien (Swamedikasi)
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
2.6.1.Mampu melakukan 1. Melakukan analisis kelayakan Mampu memberikan kemudahan bagi
analisis pertimbangan pasien melakukan swamedikasi masyarakat untuk komunikasi secara
pasien memilih langsung kepada Apoteker
pengobatan mandiri Mampu klarifikasi latar belakang
melakukan swamedikasi
Mampu mengumpulkan data pasien,
pengobatan, keluhan, faktor risiko dan
data pendukung lain (laboratorium)
2.6.2.Meningkatkan 1. Melakukan berbagai kegiatan Mampu menjelaskan contoh kegiatan
pemahaman untuk meningkatkan pendidikan bagi masyarakat dengan
masyarakat terkait pemahaman masyarakat terkait berbagai media baik secara individu
ataupun kelompok mengenai obat-obat
pengobatan mandiri pengobatan mandiri
yang bisa digunakan untuk pengobatan
mandiri dan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penggunaan obat
tersebut.
Mampu membuat materi pendidikan
kepada masyarakat mengenai kapan
memilih swamedikasi, pengenalan obat,
cara penggunaan, penyimpanan obat
yang aman dan cara pemusnahannya dll
Mampu menjelaskan faktor-faktor yang
menunjukkan bahwa masyarakat baik
individu maupun kelompok telah
memahami tentang pengobatan
mandiri.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 53


2.6.3.Melaksanakan 1. Melakukan praktek pengobatan  Mampu menilai kelayakan permintaan
pelayanan mandiri kepada pasien obat dari masyarakat dengan
pengobatan mandiri memperhatikan situasi dan kondisi yang
kepada masyarakat ada dan peraturan yane berlaku.
Mampu memberikan alternatif pilihan
obat, manfaat dan risiko serta alternatif
non farmakologi.
Mampu menjelaskan indikator yang
harus diperhatikan untuk memastikan
kesesuaian tujuan.
Mampu menjelaskan kapan harus
menghentikan swamedikasi untuk
mencari pengobatan rujukan (ke dokter
atau ke rumah sakit)
2.6.4.Membuat 1. Mendokumentasikan obat yang  Mampu melakukan dokumentasi obat
Dokumentasi digunakan dan kegiatan yang yang digunakan dlm nengobatan
pelayanan dilakukan mandiri scr sistematis.
pengobatan mandiri  Mampu melakukan dokumentasi
seluruh kegiatan pelayanan yang
oleh pasien
diberikan selama mendampingi
masyarakat yang melakukan
pengobatan mandiri.

3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Unit Kompetesi 3.1. Mampu Melakukan Penilaian Resep
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
3.1.1.Memeriksa 1. Identifikasi keabsahan resep  Mampu melakukan identifikasi
Keabsahan resep keabsahan resep
 Mampu melakukan identifikasi
kelengkapan resep
 Mampu melakukan identifikasi
obat/produk obat yang sering
disalahgunakan dan penggunaan yang
salah
2. Konfirmasi keabsaban resep  Mampu menjelaskan keabsahan resep
berdasarkan peraturan perundangan
 Mampu menjelaskan persyaratan
keabsahan resep berdasarkan pedoman
peresepan (Good Prescribing Practice)
dan pedoman farmakoterapi
Mampu menuqjukkan cara melakukan
verifikasi terhadap resep yang diterima
lewat elelctronik/ telepon atau

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 54


teknologi lain.
3. Mengambil tindakan terhadap Mampu melakukan identifikasi resep
resep yang tidak absah yang diduga tidak abash
Mampu menjelaskan dan melakukan
tindakan yang diperlukan bila resep
yang diterima meragukan atau diduga
palsu.
3.1.2.Melakukan Klarifikasi 1. Membaca resep  Mampu melakukan identifikasi
Permintaan obat informasi yang kurang lengkap yang
tertulis di resep.
Mampu melakukan identifikasi tentang
obat dan regimen obat
2. Melakukan komunikasi dengan  Mampu memberikan penjelasan
dokter dan atau pasien jika ada tentang cara komunikasi dengan pasien
regimen yang perlu diklarifikasi atau dokter untuk klarifikasi tentang
regimen obat
Mampu melakukan klarifikasi atas
regimen obat
3. Melakukan identifikasi obat Mampu menjelaskan perbedaan obat
dengan nama generik dan generik dan obat dengan berbagai nama
nama dagang dagang
4. Mengumpulkan informasi yang  Mampu melakukan identifikasi
diperlukan untuk meracik obat informasi tambahan yang diperlukan
dan atau dalam pelayanan obat untuk meracik obat
Mampu memutuskan apakah obat
dapat diracik atau tidak.
5. Melakukan dokumentasi atas  Mampu melalukan dokumentasi
tindakan dan atau perubahan terhadap perubahan yang dilakukan
resep pada resep meliputi intervensi,
keputusan atas ressp, hasil komunikasi
dengan tenaga kesehatan lain atau
pasien.
3.1.3.Memastikan 1. Melakukan identifikasi Mampu menggunakan sumber rujukan
Ketersediaan Obat ketersediaan obat lain untuk klarifikasi ketersediaan obat
2. Menetapkan obat yang Mampu menjelaskan cara pengadaan
memerlukan pengadaan yang berpengaruh terhadap
khusus dan akan berpengaruh ketersediaan obat sesuai peratuan
perundangan yang berlaku.
pada ketersediaan obat
3. Melakukan kerja sama dengan  Mampu melakukan identifikasi,
dokter bila mengalami komunikasi, usulan dan
kesulitan mendapatkan obat merekomendasikan alternatif obat yang
yang diperlukan pasien diresepkan.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 55


4. Bertanggung jawab untuk  Mampu menjelaskan kepada
menjelaskan kepada pasien dokter maupun pasien mengenai
atas keterlarnbatan pelayanan keterlambatan pelayanan karena
karena ketersediaan  ketersediaan secara professional. 
 Mampu menetapkan waktu yang tepat
dan penyalur atau tempat lain yang
dapat memenuhi kebutuhan obat
kapan dan dimana disaat persediaan
obat tidak ada. 

Unit Kompetensi 3.2. Melakukan Evaluasi Obat Yang Diresepkan

ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN


3.2.1.Mempertimbangkan 1. Memahami kemanfaatan  Mampu menjelaskan kegunaan obat
obat yang diresepkan terapeutik atau farmakologi dalam terapi, atau segera mencari
obat yang diresepkan informasi terkait obat
Mampu menjelaskan alasan obat yang
diresepkan untuk pasien.
2. Mempertimbangkan data  Mampu menjelaskan data umum
umum pasien, obat dan bentuk pasien,(umur, kondisi sakit , berat
sediaan yang berpengaruh badan, alergi,hamil/menyusui dan
terhadap efektifitas dan sebagainya), aspek formulasi
(penggunaan pengawet, stabilitas.
keamanan terapi obat
sterilitas dsb) dan aspek obat
bioavailabilitas, farmakokinetik
toksisitas dsb) yang berpengaruh
terhadap efektifitas dan keamanan
terapi obat
3.2.2.Melakukan Telaah 1. Melakukan pendekatan  Mampu mendapatkan (akses) riwayat
obat yang diresepkan sistematik untuk akses dan pengobatan pasien (termasuk yg
kaitannya dengan telaah riwayat pengobatan tersimpan dalam elektronik) untuk
menilai perubahan terapi, pola
riwayat pengobatan yang telah dan sedang dijalani
penggunaan dan kepatuhan, alergi dan
dan terapi terakhir pasien
efek sarrping obat yang prnah dialami,
yang dialami pasien
interaksi obat maupun kontra-indikasi
2. Mengumpulkan informasi  Mampu mengidentifikasi informasi
tambahan yang dibutuhkan tambahan yang diperlukan untuk
terkait dgn farmakoterapi memastikan keamanan dan atau
pasien ketepatan obat
 Mampu menetapkan keputusan
profesional pada saat mencari informasi
tambahan yg dibutuhkan
3. Menggunakan sumber  Mampu menyadari keterbatasan
pengetahuan diri dalam penggunarm

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 56


informasi yang tersedia sesuai sumber informasi yang
kebutuhan direkomendasikan
Mampu melakukan identifikasi berbagai
sumber informasi relevan
4. Mempertimbangkan  Mampu membuat keputusan
kesesuaian rejimen obat dalam professional tentang kesesuaian obat,
resep benfuk sediaan, dan rejimen untuk
pasien tertentu dgn
mempertimbangkan faktor yang terkait
(pasien dan obat)
5. Melakukan identifikasi DTP  Mampu membuat keputusan
potensial maupun aktual yang profesional adanya DTP potensial
bermakna secara klinis maupun aktual secara klinis
6. Melakukan identifikasi faktor Mampu menjelaskan keadaan pasien
yang mungkin berpengaruh terutama pola hidup yang dapat
terhadap kepatuhan berpengaruh pada kepatuhan (misal
bentuk obat, bahasa, rejimen, pola efek
samping, penglihatan, ras, agama dsb)
3.2.3.Melakukan Upaya 1. Melakukan rencana Mampu mengenali resep yang harus
optimalisasi terapi penyelesaian DTP secara diintervensi demi kepentingan pasien
obat sistematis dan atas dasar bukti Mampu menjelaskan rencana yg harus
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan DTP

dipertanggungiawabkan
2. Memberikan alternatif pilihan  Mampu mengidentifikasi pilihn
penyelesaian DTP kepada penyelesaian DTP
penulis resep Mampu menjelaskan alasan rasional
terhadap pilihan penyeleqaian DTP
3. Melakukan komunikasi dengan Mampu menjelaskan kepada dokter dan
dokter dan pasien terkait pasien mengenai keputusan kapan alat
penyelesaian masalah bantu diperlukan pasien untuk
kepatuhan meningkatkan kepatuhan dan
optimalisasi penggunaan obat.
4. Dokumentasi intervensi resep Mampu melakukan dokumentasi secara
sistematis atas intervensi resep yang
dilakukan

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 57


Unit Kompetensi 3.3. Melakukan Penyiapan Dan Penyerahan Obat Yang Diresepkan
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
3.3.1.Menerapkan standar 1. Menggunakan keputusan Mampu membuat keputusan profesional
prosedur profesional untuk menentukan urutan prioritas resep yang harus
operasional prioritas resep yang harus disiapkan dan diserahkan terlebih dahulu
penyiapan dan disiapkan dan diserahkan dengan memperhatikan kebutuhan klinik
yang mendesak terkait keselamatan
penyerahan obat
pasien dan persyaratan legalitas.
2. Mengendalikan agar Mampu melakukan dokumentasi proses
penyerahan obat berjalan dispensing, pengemasan obat dan profil
sesuai dengan SPO pengobatan pasien dengan menggunakan
komputer atau manual
Mampu menjelaskan proses dispensing
sesuai dengan SPO setempat.
Mampu menjelaskan proses dispensing
yang benar dengan menunjukkan bukti
tertulis telah minjalankan pemeriksaan
secara berurutan (sequential check) dan
akurat
Mampu melakukan seleksi obat, bentuk
sediaan dan menghitung jumlah yang
dibutuhkan secara akurat
3. Mempertimbangkan faktor Mampu menjelaskan faktor yang
yang mempengaruhi efekifitas, mempengaruhi stabilitas produk pada
keamanan dan stabilitas obat saat dikemas ulang (repacking).
bila dikeluarkan dari kemasan Mampu memilih kemasan yang menjamin
efikasi dan stabilitas obat yang dikemas
aslirya
ulang repacking
4. Membuat dan menempatkan  Mampu menjelaskan persyaratan
label/etiket dengan benar, label/etiket obat (misal jenis dan ukuran
jelas dan lengkap huruf, bahasa dan pesyaratan legal) untuk
memenuhi kebutuhan pasien (termasuk
kebutuhan khusus pasien)
Mampu menempatkan label/etiket pada
bagian yang tidak menutupi informasi
penting lain seperti waktu kadaluarsa, no
batch, persyaratan penyimpanan atau
informasi dosis)
5. Menambah informasi lain pada  Mampu menggunakan label/etiket
labe/etiket obat, selama tidak tambahan yang sesuai dengan peraturan
bertentangan dengan penrndangan yang berlaku dan
kebutuhan pasien
peraturan perundangan dan
ketentuan profesi

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 58


6. Menjamin obat yang disiapkan Mampu menggunakan resep sebagai
dan diserahkan diberi sumber utama untuk memeriksa
etiket/label sesuai dengan kesesuaian antara obat dengan
lebel/etiketnya.
resep dan rejimennya
7. Bertanggung jawab dalam Mampu memeriksa data pasien secara
memastikan bahwa obat rinci meliputi nama dan alamat pada saat
diserahkan kepada pasien yang menyerahkan obat.
tepat
3.3.2.Membuat 1. Melaksanakan dokumentasi  Mampu menjelaskan persyaratan
Dokumentasi atas resep sesuai peraturan dokumentasi resep
Dispensing perundangan yang berlaku dan
pedoman profesi
2. Melaksanakan dokumentas i  Mampu menjelaskan dokumentasi
medication error medication error yang sesuai dan tindak
lanjutnya
3.3.3.Membangun 1. Melakukan identifiksi  Mampu berkomunikasi dengan pasien
Kemandirian pasien kebutuhan informasi yang untuk mengkonfirmasi pengetahuan dan
terkait dengan spesifik dan kondisi yang pemahaman pasien terkait dengm
penyakit dan obat yang diterima.
kepatuhan dimungkinkan mempengaruhi
penggunaan obat kepatuhan pasien
2. Mengklarifikasi perubahan Mampu identifikasi perubahan terapi,
tetapi obat bentuk obat dan bentuk dan kemasan obat sering
kemasannya mengkomunikasikannya dengan tenaga
kesehatan lain atau pasien.
3. Menjelaskan indikasi Mampu menjelaskan indikasi terapi, efek
penggunaan obat, farmakologi dan hal-hal yang harus
kemanfaatan dan hal-hal yarg diwaspadai pasien pada saat
menggunakan obat
harus diwaspadai pada saat
Mampu menggunakan teknik komunikasi
penggunaan obat
yang sesuai dalam raneka memberikan
informasi obat
Mampu menggunakan sumber informasi
tertulis yang tepat sebagai sarana
informasi obat (misal leaflet dsb)
4. Menekankan pentingnya Mampu menjelaskan dan memberikan
penyimpanan dan teknik contoh teknik penggunaan obat yang
penggunaan obat sering digunakan seperti inhaler, tetes
mata, tetes hidung, tetes telinga dan lain-
lain.
5. Memberikan informasi kepada  Mampu melakukan identifikasi dan
pasien tentang kemungkinan menjelaskan efek samping yang paling
efek samping yang sering sering terjadi dan mendiskusikan dengan
pasien tanpa menimbulkan kecemasan

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 59


terjadi dan tindakan yang harus
dilakukan.
6. Memesatikan bahwa pasien Mampu melakukan evaluasi babwa
memahami tujuan pengobatan, informasi yang disampaikan kepada
alasan pemilihan obat, manfaat pasien sudah dimengerti dan dipahami.
yang diharapkan dan cara
penggunaan.
7. Menjelaskan beberapa hal Mampu menjelaskan faktor pasien yang
yang akan berdampak pada berpengaruh pada kepatuhan.
kepatuhan pasien Mampu mengidentifikasi situasi yang
tepat saat pasien memerlukan bantuan
Mampu memberikan contoh cara
penggunaan obat dengan alat bantu.

4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan sesuai
Standar yang Berlaku.
Unit Kompetensi 4.1. Mampu Melakukan Persiapan Pembuatan/Produksi Obat
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
4.1.1.Memahami standar 1. Mampu menjelaskan  Mampu menjelaskan persyaratan dan
dalam formulasi dan persyaratan standar formulasi sistematika standar yang berlaku (GMP,
produksi dan produksi GLP, CPOB....dst)
4.1.2.Memastikan jaminan 1. Mengenali tahapan validasi,  Mampu menjelaskan definisi, tujuan -
Mutu dalam kualifikasi dan kalibrasi manfaat, dan protokol validasi
pembuatan sediaan  Mampu menjelaskan definisi, tujuan -
manfaat, dan protokol kualifikasi
Mampu menjelaskan definisi, tujuan -
manfaat, dan protokol kalibrasi
4.1.3.Memastikan 1. Mengenali lingkungan kerja  Mampu menjelaskan perbedaan
ketersediaan yang sesuai untuk tiap jenis berbagai ruangan dengan kelas yang
peralatan pembuotan produk berbeda (Kelas A, B, C dan D) dalam
sedisan farmasi Industri dan aktifitas yang dapat
dilakukan dalam masing-maing kelas
tersebut
Mampu identifikasi obat yang dapat
diracik di ruang produksi yang
membutuhkan kondisi non
aseptic/aseptic dalam ruang bersih
(clean room), (contoh tetes mata, nutrisi
parenteral)
Mampu identifikasi sediaan sitotoksik
yang harus diracik pada isolator

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 60


sitotoksik atau unit preparasi setara
(cytosard, BSC =basic safety cabinet)
2. Melakukan Identifikasi Mampu memilih peralatan yang sesuai
peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan obat dengan metode
untuk pembuatan obat tertentu dan mendukung akurasinya
(contoh: pemilihan timbangan, anak
timbang minimal jumlah yang
ditimbang, ukuran pengukuran yang
optimal, alat pencampur /mixing).
3. Melakukan konfirmasi Mampu untuk melakukan konfirmasi
peralatan yang dibutuhkan bahwa peralatan yang dibutuhkan telah
sudah sesuai dengan bersih, terkualifikasi, terkalibrasi dan
kebutuhan sertifikasi).

4.1.4.Melakukan penilaian 1. Memilih standar formulasi yang Mampu untuk mendapatkan formulasi
ulang formulasi berhubungan dengan atau referensi yang digunakan di tempat
spesifikasi produk kerja
2. Mengembangkan formulasi  Mampu mengembangkan formulasi
yang belum ada standarnya untuk pasien secara individual
berdasarkan referensi dan sumber
informasi lain atau konsultan/pakar
Mampu berkonsultasi dengan pakar di
bidang formulasi dan sumber informasi
formulasi non standar
3. Memahami instruksi formulasi,  Mampu melakukan interpretasi tehadap
termasuk metode peracikan terminologi dan singkatan dari formulasi
yang spesifik (contoh : ingredient,
instruction, dosage forms, quantities)
Mampu untuk identifikasi nama dagang,
generik, dan nama umum dari
kandungan aklif.
4. Memahami kebutuhan teknik Mampu untuk menjelaskan dan
penanganan terhadap menunjukkan teknik penanganan yang
kandungan yang potensial aman untuk bahan obat yang potensial
mengakibatkan cedera membahayakan/mengakibatkan
cedera.
5. Membedakan antara  Mampu membedakan antara bahan
kandungan aktif dan bahan aktif dan bahan penolong (contoh :
penolong (tambahan) bahan aktif, pembawa/ vehicle,
flavouring, preservative) dan
menjelaskan tujuan dari penggunaan
tiap bahan dalam formulasi

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 61


Unit Kompetensi 4.2. Mampu Membuat Formulasi dan Pembuatan/Produksi Sediaan Farmasi
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
4.2.1.Mempertimbangkan 1. Mematuhi SPO pembuatan dan  Mampu menjelaskan SPO pembuatan di
persyaratan kebijakan standar profesi yang berlaku di tempat kerja
dan peraturan tempat kerja untuk pembuatan
pembuatan dan obat.
formulasi
4.2.2.Melakukan Persiapan 1. Memahami nilai pentingnya  Mampu menyebutkan kelengkapan
dan menjaga menggunakan lembar kerja kertas kerja dan alasan-alasannya
dokumentasi obat (pelacakan batch, memeriksa dan
beberapa kasus keluhan pasien atau
kejadian yang tidak lazim)
2. Menghitung jumlah/kuantitas,  Mampu menghitung jumlah kebutuhan
pengenceran, persentase yang kuantitas bahan formula. pelarut atau
dibutuhkan tiap bahan formula persentasenya secara tepat
(kandungan aktif dll) yang  Mampu menghitung jumlah kebutuhan
bahan formula untuk meracik dengan
dibutuhkan dalam produk
satuan jumlah yang berbeda
3. Menyiapkan label hasil racikan  Mampu menyiapkan label yang benar,
sesuai dengan rincikan kertas jelas dan konsisten dengan yang tertulis
kerja, kebutuhan legal dan rinci di kertas kerja, kebutuhan legal dan
standar praktek profesi
Standar profesi
4.2.3.Melakukan 1. Memilih kandungan utama dan  Mampu memilih zat aktif (bentuk
Pencampuran zat aktif peralatan secara tepat sediaan dan kekuatan) dan peralatan
dan zat tambahan (botol, spuit, timbangan, peralatan lain
yang mempunyai ukuran) sesuai dengan
yang tertulis di kertas keria.
2. Memahami pentingnya teknik  Mampu menjelaskan pengaruh
penyiapan dan memilih wadah kelembaban oksigenasi, cahaya, panas,
penyimpanan terakhir yang dan kontaminasi mikrobiologi pada
stabilitas efektivitas dan umur/masa
menjadi faktor penting untuk
kadaluwarsa obat.
efikasi produk
4.2.4.Menerapkan prinsip- 1. Mengukur jumlah kebutuhan di  Mampu menimbang dan mangambil
prinsip dan teknik- dalam kertas kerja bahan formula densan ukuran akurat
teknik penyiapan 2. Menggunakan proses secara  Mampu menunjukkan teknik penyiapan
pembuatan obat non sistematik dalam melakukan (reduksi ukuran partikel, penghancuran)
steril pencampuran kandungan pencampuran, penambahan dan dengan
menggunakan alat yang tepat dan telah
formula, sesuai dengan praktek
terkalibrasi.
peracikan bahan-bahan farmasi  Mampu menunjukkan teknik
pembuatan/ peracikan berbagai bentuk
sediaan secara stematik (krim, emulsi,

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 62


solutio. dll)
3. Menggunakan teknik yang  Mampu menunjukkan teknik dan
menghindarkan kontaminasi kebersihan diri yang meminimalkan
produk kemungkinan terjadinya kontaminasi
pada obat.
4. Menguji produk akhir dalam Melakukan cek akhir secara visual
hal kontaminasi dan terhadap keseragaman pencampuran
homogenitas dan adanya kontmainasi.
4.2.5.Menerapkan prinsip- 1. Mengukur jumlah kebutuhan di Mampu menimbang dan mangambil
prinsip dan teknik- dalam kertas kerja bahan formula dengan ukuran akurat.
teknik penyiapan obat 2. Menggunakan proses secara  Mampu menunjukkan teknik penyiapan
steril sistematik dalam melakukan (reduksi ukuran partikel), penghancuran,
pencampuran kandungan pencampuran, penarnbahan dan dengan
menggunakan alat yang tepat dan telah
formula, sesuai dengan praktik
terkalibrasi.
peracikan bahan-bahan farmasi  Mampu menunjukkan teknik
pembuatan/ peracikan berbagai bentuk
sediaan secara sistematik (krim, emulsi,
solutio. dll) dan Pemilihan Metode
Sterilisasi yang tepat.
3. Menggunakan teknik yang  Mampu menunjukkan teknik dan
menghindarkan kontaminasi kebersihan diri yang meminimalkan
produk kemungkinan terjadinya kontaminasi
pada obat.
4. Menguji produk akhir dalam Melakukan cek akhir obat secara visual
hal kontaminasi dan terhadap keseragaman pencampuran
homogenitas dan adanya kontaminasi atau
homogenitas.
4.2.6.Melakukan 1. Membuat label pada produk  Mampu menjelaskan kebutuhan
pengemasan, sehingga terjaga stabilitasnya, tambahan informasi dalam label untuk
label/penandaan dan benar cara penggunaan dan obat yang memerlukan penyimpanan
penyimpanan penyimpanannya dan pengqunaan khusus (suhu simpan,
lama digunakan setelah terbuka dll)
2. Memilih kemasan yang tidak Mampu memilih kemasan (plastic/botol,
berpengaruh terhadap wama coklat/bening, dll) yang tepat
stabilitas obat untuk mendukung penggunaan, menjaga
kestabilan dan waktu kadaluwarsa.
4.2.7.Melakukan Kontrol 1. Membuat prosedur kontrol Mampu membuat SPO Konfrol Kualitas
Kualitas Sediaan kualitas sediaan farmasi baik Sediaan Akhir maupun Sediaan
Farmasi Antara (in process controle)
Mampu menjelaskan interpretasi hasil
dari uji kontrol kualitas tersebut

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 63


Unit Kompetensi 4.3. Mampu Melakukan iv-Admixture dan Mengendalikan Sitostatika/Obat Khusus*
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
4.3.1.Melakukan Persiapan 1. Merancang dan  Melakukan studi kelayakan tentang
Penatalalaanaan mempersiapkan sumber daya kemungkinan pelayanan sitostatika dan
Sitostatika/Obat yang diperlukan untuk obat setara dengan memperhatikan
Khusus* penanganan sitostatika keseimbang:ur antara aspek klinis dan
ekonomis.
 Merancang tempat/ruang kerja
mengacu standar Clean room for aseptic
preparation yang disesuaikan dengan
tuiuan dan anggaran RS
Merancang pemenuhan standar clean
base space untuk minimalisasi partikel,
aliran udara, suhu, pencahayaan,
pengaturan tekanan dan kelembaban.
Merancang tempat kerja peracikan
dalam lingkungan bebas partikel
dilengkapi citotoxic drugs safety cabinet
atau alternative lain sejauh dapat
dipertanggungjawabkan.
Merancang dan membuat system dan
prosedur kerja bersama dengan
panelitian kanker atau bagian lain yang
terkait.
Merencanaan dan menyiapkan sumber
daya manusia sesuai dengan standar
dan kriteria yang ditetapkan.
4.3.2.Melakukan iv- 1. Melakukan iv-Admixture sesuai  Mampu menjelaskan sarana dan
Admixture prosedur prasarana sesuai standar clean room
(Rekonstitusi dan dan pengamanan tempat iv-Admixture.
Pencampuran) Mampu menunjukkan bahwa peralatan
yang digunakan mempunyai ukuran
Sitostatika/Obat
yang sesuai dan mempunyai system
Khusus
pengaman yang berfungsi baik
(misalnya syringe iv catheter memakai
teknologi luer lock dll)
Mampu menunjukkan kelengkapan alat
pelindung diri dan cara menggunakan
dengan baik, benar dan menjamin
kemanan.
 Melakukan peracikan berdasarkan
prosedur teknik aseptic dan protokol
standar yang berlaku.
Mampu menjelaskan proses peracikan

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 64


menggunakan syringe yang terbebas
dari udara, cara mematahkan ampul
dan benar, upaya meminimalkan
ceceran dan limbah.
Mampu menjelaskan alat pembawa dan
kelengkapan label Obat vane telah
diracik
Mampu menjelaskan cara membuang
sisa bahan, obat maupun alat sesuai
standard an prosedur (wadah limbah,
label,tempat sesuai persyaratan.
 Mampu melakuakan dokumentasi
semua kegiatan peracikan termasuk
penanganan limbah (nama pasien, nama
obat. rejimen. nama pefugas. waktu.
tanggal dll).
4.3.3.Melakukan 1. Melakukan pengamanan  Mampu menjelaskan penyimpan obat di
pengamanan sitostatika terhadap petugas, tempat yang memenuhi svarat
Sitostatika/Obat pasien dan kelestarian kestabilan dan terpisah dari obat lain.
Khusus lingkungan Mampu menjelaskan materi pelatihan
bagi petugas sesuai prosedur dan
persyaratan kerja yang ditetapkan.
Mampu menunjukkan penggunaan alat
pelindung diri dengan benar
(kelengkapan. urutan pemakaian)
 Mampu menjelaskan pembersihan
ruang dan tempat kerja sesuai prosedur
yang ditetapkan (frekuensi, waktu dan
lingkup)
Mampu menjelaskan prosedur utama
pencampuran sitostatika.
Mampu menjelaskan persyraratan label
dengan benar (isi label. warna tanda).
Mampu menjelaskan jenis transportasi
obat yang aman (ienis wadah.
penandaan).
 Mampu menjelaskan penanganan
limbah sitotatika (memilih tempat
sampah menyimpan- pemusnahan).
 Mampu melakukan
dokumentasi/adminishasi kegiatan
pengamanan sitostatika.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 65


2. Melakukan penanganan jika  Mampu menjelaskan "Spill kit" (fungsi,
terjadi kecelakaan isi, maintenance).
Mampu menjelaskan SPO jika terjadi
kecelakaan.
 Mampu menjelaskan stakeholder
masalah kecelakaan kerja karena
sitostatika (terkait respon emergensy,
limbah, laporan, dokumentasi)
Mampu melakukan dokumentasi setiap
terjadinya kecelakaan (tempat, uraian,
area, petugas, tindakan dll).

Unit Kompetensi 4.4. Mampu Melakukan Persiapan Persyaratan Sterilisasi Alat Kesehatan
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
4.4.1.Mampu memastikan 1. Mengenali lingkungan kerja  Mampu identifikasi tahapan kegiatan
persyaratan yang sesuai untuk tahapan sterilisasi yang membutuhkan area
infrastruktur sterilisasi kegiatan sterilisasi kotor,bersih dan steril.
Mampu identifikasi persyaratan area
yang berbeda (contoh : area kotor
tekanan udara negatip, area bersih
tekanan udara positif, area steril ;
tekanan udara positif dan jumlah
mikroba terkendali ).
2. Melakukan identifikasi  Mempu memilih peralatan yang sesuai
peralatan yang dibutuhkan untuk masing 2 tahapan, metoda yang
untuk kegiatan sterilisasi digunakan yang mendukung akruasinya
( contoh; pemilihan mesin cuci
instrument, mesin sterilisasi)
3. Konfirmasi peralatan yang  Mampu melakukan konfirmasi bahwa
dibutuhkan sudah sesuai peralatan yang dibutuhkan telah
dengan ketentuan tervalidasi dan terkalibrasi (sertifikat)
4. Melakukan kontrol kesiapan  Mampu menunjukkan cara
alat sterilisasi menggunakan indikator BowieDick
5. Konfirmasi alat kesehatan yang  Mampu melakukan konfirmasi bahwa
dibutuhkan sudah sesuai alat kesehatan yang dibutuhkan telah
dengan ketentuan sesuai dengan jenis dan jumlahnya

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 66


4.4.2.Memastikan bahan 1. Memilih metode tahapan  Mampu menyebutkan alat kesehatan
dasar alat kesehatan kegiatan sterilisasi yang sesuai yang memerlukan kondisi steril.
yang akan disterilkan  Mampu menjelaskan jenis bahan alat
kesehatan yang memerlukan metode
sterilisasi spesifik. (conloh lanarascopy).
 Mampu menentukan metoda sterilisasi
berdasarkan jenis bahan dasar (contoh:
alat kesehatan berbahan dasar plastik.
berbahan dasar logam)
4.4.3.Memastikan Kualitas i. Membedakan antara jenis  Mampu membedakan antara jenis
pemilihan bahan kandungan bahan dan alat kandungan dalam alat kesehatan
sterilisasi kesehatan (contoh :jenis kandungan bahan baku
dalam kassa, kapas, instrument) dan
menjelaskan tujuan dari penqqunaan
tiap ienis kandungannya.
4.4.4.Memastikan kualitas 1. Memahami sifat-sifat  Mampu untuk identifikasi nama dagang,
desinfektan desinfektan dan antiseptic generik dan nama umum dari
kandungan aktif bahan yang digunakan.
 Mampu menjelaskan fungsi, batasann
dampak desinfektan maupun antiseptik.
2. Memahami kebutuhan teknik  Mampu menjelaskan dan menunjukkan
compounding, penyimpanan, teknik compounding, syarat
penandaan terhadap penyimpanan, penandaan kandungan
yang potensial membahayakan/
kandungan yang potensial
mengakibatkan cidera.
mengakibatkan cidera

Unit Kompetensi 4.5. Mampu Melakukan Sterilisasi Alat Kesehatan Sesuai Prosedur Standar
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
4.5.1.Memahami 1. Mernatuhi standar prosedur  Mampu menjelaskan SPO tahapan
persyaratan dan operasional dan standar kegiatan sterilisasi di tempat kerja (SPO
prosedur kerja profesi yang berlaku di tempat Dekontaminasi, SPO Pengemasan, SPO
sterilisasi kerja untuk tahapan kegiatan Sterilisasi, SPO Penyimpanan, SPO
Distribusi)
sterilisasi
4.5.2.Melakukan 1. Memahami nilai pentingnya  Mampu menyebutkan kelengkapan
Dolumentasi proses menggunakan lembar kerja kertas kerja dan alasan-alasannya
sterilisasi alat (pelacakan batch, memeriksa jumlah
kesehatan beberapa kasus keluhan pengguna jasa
dan perubahan indikator tidak
maksimal).
2. Menghitung jumlah/kuantitas,  Mampu menghitung jumlah kebutuhan
pengenceran persentase yang kuantitas bahan formula. pelarut atau
dibutuhkan tiap bahan formula persentasenya secara tepat

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 67


(kandungan aktif dan lain2)  Mampu menghitmg jumlah kebutuhan
yang dibutuhkan dalam bahan formula untuk disiapkan dengan
tahapan kegiatan sterilisasi satuan jumlah yang berbeda
3. Menyiapkan label alat  Mampu menyiapkan label yang benar
kesehatan sesuai dengan dan jelas konsisten dengan yang tertulis
rincian kertas kerja, kebutuhan rinci pada kertas kerja, kebutuhan legal
legal dan standar profesi dan standar praktek profesi

4.5.3.Menyiapkan set alat 1. Memilih alat kesehatan utama  Mampu memilih bentuk dan ukuran alat
kesehatan steril dan alat kesehatan kesehatan utama (instrument, jarum,
utama dan alat penunjangnya secara tepat benang bedah plat screw , catheter
kesehatan jantung/non jantung) dan alat
kesehatan penunjangnya (slang, kassa,
penunjangnya
kapas) sesuai dengan yang tertulis pada
kertas kerja.
2. Memahami pentingnya teknik  Mampu menjelaskan pengaruh suhu,
setting dan memilih wadah dan kelembaban, tekanan, oksigenasi,
pengemas yang menjadi faktor cahaya, panas dan kontaminasi
milrobiologi pada sterilitas dan
penting untuk efikasi alat
umur/masa kadaluwarsa alat kesehatan
kesehatan steril.
steril.
4.5.4.Menerapkan prinsip- 1. Mengukur jumrah kebutuhan  Mampu menghitung dan mangarrbil
prinsip dan teknik- sesuai tertulis pada kertas kerja sediaan farmasi dengan jumlah dan
teknik penyiapan ukuran yang akurat (contoh:
sediaan farmasi steril desinfektan)
2. Menggunakan proses secara  Mampu menunjukkan teknik penyiapan
sistematik dalam melakukan , pencampuran, pelarutan secara
penyiapan sediaan farmasi sistematis dan dengan menggunakan
sesuai dengan praktik alat y ang tepat (contoh : desinfektan)

penyiapan sediaan farmasi


3. Menggunakan teknik yang  Mampu menunjukkan teknik dan
menghindarkan kontaminasi kebersihan peralatan yang
pada sediaan farmasi meminimalkan kemungkinan terjadinya
kontaminasi.
 Mampu menunjukkan teknik
dekontaminasi/ desinfeksi secara
manual dan elektik (washer disinfector,
ultrasonic cleaner)
4. Menguji hasil akhir dalam hal  Melakukan cek akhir secara visual
kontaminasi terhadap hasil akhir

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 68


4.5.5.Menerapkan prinsip- 1. Mengukur jumlah kebutuhan di  Mampu menghitung dan mengambil
prinsip dan teknik- dalam kertas kerja alat kesehatan dengan iumlah. ienis dan
teknik penyiapan alat ukuran yang akurat.
kesehatan steril 2. Menggunakan proses secara  Mampu menunjukkan teknik penyiapan,
sistematik dalam melakukan penataan, penambahan secara
penataan alat kesehatan sesuai sistematis dan dengan menggunakan
dengan praktik setting wadah dan bahan pengemas yang
sesuai.
3. Menggunakan teknik yang  Mampu menunjukkan teknik dan
menghindarkan kontaminasi kebersihan peralatan yang
pada alat kesehatan. meminimalkan kemungkinan terjadinya
kontaminasi.
4. Menguji hasil akhir dalam hal  Melakukan cek akhir secaravisual
kontaminasi. terhadap kemasan sebelum dilakukan
sterilasi.
4.5.6.Melakukan 1. Membuat labe/penandaan  Mampu menjelaskan kebutuhan
pengemasan, pada alat kesehatan sehingga tambahan informasi dalam label untuk
label/penandaan dan terjaga ketepatan pada ketepatan penggunaan dan lama
indikator ekstemal. penggunaannya simpan.

2. Memberikan indikator proses  Mampu memilih indikator eksternal


pada kemasan sesuai dengan metode sterilisasi yang
akan digunakan.
3. Memilih wadah dan bahan  Mampu memilih wadah dan bahan
pengemas yang menjamin pengemas (bak instrument kertas, linen,
kondisi isi kemasan dll) yang tepat untuk mendukung
penggunaan, menjamin kondisi dan
waktu kadaluwarsa.
4.5.7.Menerapkan prinsip- 1. Menata alat kesehatan dalam  Mampu menunjukkan teknik penataan
prinsip proses chamber alat kesehatan dalam chamber
sterilisasi alat sterilisator sesuai teknik sterilisasi yang
kesehatan steril akan digunakan.
2. Memilih dan menggunakan  Mampu memilih dan menentukan
metode sterilisasi yang sesuai metode sterilisasi yang sesuai dengan
jenis dan sifat alat kesehatan yang akan
disterilkan.
 Mampu menjelaskan teknik
penggunaaan berbagai jenis sterilisator
(sterilisator uap, sterilisator kering,
sterilisator gas: Ethylene Oxide,
Formaldehyde, Plasma)
Mampu menjelaskan konhol fungsi
operasional sterilisator.
3. Memonitor mutu proses  Mampu menjelaskan kualitas hasil
sterilisasi sterilisasi menggunakan indikator

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 69


ekstemal dan indikator biologi.
4.5.8.Menerapkan prinsip- 1. Menyimpan dan menjaga Mampu menjelaskan teknik menyimpan
prinsip penyimpanan kualitas alat kesehatan steril alat kesehatan steril sesuai standar.
dan distribusi alat Mampu menjelaskan teknik mengontrol
kesehatan steril kualitas alat kesehatan steril selama
dalam penyimpanan secara visual
(kemasan terbuka, lembab)
2. Melakukan pengujian alat Mampu menunjukkan cara menyiapkan
kesehatan steril dengan uji sampel, membuat jadwal pelaksanaan
mikrobiologi uji mikrobiologi
Mampu memilih dan memberikan
rekomendasi Laboratorium untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
Mampu memberikan jaminan mutu
sterilitas alat kesehatan steril kepada
pengguna jasa.
3. Melakukan inventory control  Mampu melaksanakan teknik inventory
alat kesehatan steril control alat kesehatan steril selama
penyimpanan (contoh: menggunakan
kartu stok)
4. Mendistribusikan dan mejaga  Mampu menjelaskan teknik
kualitas alat kesehatan steril pendistribusian alat kesehatan steril
dalam transportasi dengan peralatan tertentu (troli
tertutup, lift khusus)
Mampu menjamin kualitas distribusi
alat kesehatan steril (ketepatan waktu,
jenis & jumlah)

5. Mempunyai Keterampilan Komunikasi dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan


Alat Kesehatan
Unit Kompetensi 5.1. Mampu Melakukan Pelayanan Informasi Sediaan Farmasi
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
5.1.1.Melakukan klarifikasi 1. Memastikan penanya,  Mampu menanyakan ulang siapa,
permintaan informasi pertanyaan sesungguhnya, profesi, kepentingan dan kejelasan
sediaan farmasi keluasan dan kedalaman serta pertanyaan sesungguhnya.
batasan waktu atas informasi  Mampu melakukan interpretasi
keluasan dan kedalaman kebutuhan
sediaan farmasi yang
informasi yang dibutuhkan.
dibutuhkan.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 70


5.1.2.Melakukan 1. Melakukan identifikasi sumber Mampu membuat daftar dan
Identifikasi sumber informasi/referensi yang paling menunjukkan keuntungan dan kerugian
informasi /referensi relevan dan bermanfaat dari sumber informasi tersebut
yang relevan 2. Mengetahui sumber informasi Mampu melakukan akses berbagai
lain yang menyediakan informasi sumber informasi
yang relevan
3. Melakukan komunikasi dengan  Mampu menjelaskan kelemahan diri
teman sejawat lain, bila dan berani melakukan konsultasi pada
sumber informasi yang dimiliki yang lain
masih kurang
5.1.3.Melakukan Akses 1. Menggunakan sumber  Mampu menunjukkan cara
informasi informasi untuk mendapatkan menggunakan sumber informasi yang
data obat dan penyakit yang tersedia pada lokasi yang sesuai
relevan
2. Melakukan seleksi atas Mampu melakukan seleksi atas
informasi yang telah dipilih informasi yang relevan dan memberikan
alasan dasar pemilihan informasi
tersebut.
3. Bertanggung jawab untuk Mampu mendapatkan infomrasi sesuai
menentukan informasi yang dengan waktu yang disepakati.
relevan dalam waktu tertentu
5.1.4.Melakukan Evaluasi 1. Membedakan informasi yang Mampu membedakan informasi yang
Sumber Informasi/ tersedia dengan informasi yang bersifat promosi dan informasi ilmiah
referensi (critical dibutuhkan
appraisal) 2. Menggunakan kemampuan  Mampu menjelaskan level evidence
analisis dasar untuk evaluasi informasi berdasarkan jenis publikasi
dan interpretasi informasi ilmiah
secara tepat dan valid Mampu menjelaskan secara sistematis
tentang teknik evaluasi informasi
5.1.5.Merespon pertanyaan 1. Mengkaitkan informasi dengan Mampu menjelaskan informasi medis
dengan informasi situasi yang khusus atau sesuai dan farmakologis yang berkaitan
jelas, tidak bias, valid, permintaan pasien dengan situasi khusus, permintaan
independen pasien atau informasi yang relevan
2. Menyusun formula informasi Mampu menyusrm informasi dari
yang objektif dan factual berbagai sumber dan menghasilkan
kesimpulan yang ielas dan logis
3. Melakukan pendekatan logis  Mampu membuat pilihan-pilihan
untuk mengatasi masalah formula yang logis, yang
menyeimbangkan antara evidence
dengan dengan kondisi lingkungan.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 71


Unit Kompetensi 5.2. Mampu Menyampaikan Informasi Bagi Masyarakat dengan Mengindahkan
Etika Profesi Kefarmasian
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
5.2.1.Menyediakan materi 1. Mampu Menjelaskan informasi  Mampu menjelaskan informasi obat
informasi sediaan sediaan farmasi dan alkes pada tenaga kesehatan lain maupun
farmasi dan alkes sebagai wujud pelayanan obat pasien dengan menggunakan alat bantu
untuk pelayanan kepada pasien yang sesuai (jika diperlukan) dengan
mengindahkan etika profesi
pasien
kefarmasian
2. Mampu Mengkaitka informasi  Mampu menjelaskanpenataan dosis,
yang disiapkan dengan kondisi kondisi penylmpanan & peringatan yang
khusus pasien dengan keadaan mungkin mempengaruhi keselamatan
yang sedang terjadi pasien, atau efektivitas obat pada
kondisi tertentu. dengan mengindahkan
etika profesi kefarmasian
3. Memberikan informasi sesuai  Mampu menjelaskan informasi obat
kebutuhan dan kondisi pasien pada tenaga kesehatan lain atau pada
pasien, sesuai level pasien/komunikan
denqan mengindahkan etika profesi
kefarmasian.
5.2.2.Menyediakan Edukasi 1. Menjelaskan aspek farmasetis,  Mampu menjelaskan dan menunjukkan
sediaan farmasi farmakologis, dan kegunaan secara tertulis atau verbal, aspek
kepada masyarakat obat dalam terapi sehingga farmakologi, aspek manfaat dalam
terapi, peringatan-peringatan, cara
meningkatkan pemahaman
penyimpanan dan sebagainya untuk
pasien mengenai cara
mencapai efektifitas dan keamanan
penggunaan obat yang aman
penggunaan.
dan efektif.  Mampu menjelaskan kepada
masyarakat informasi dalam bentuk
tulisan maupun verbal tanpa jargon
teknik medis/farmasetis

6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat


Unit Kompetensi 6.1. Mampu Bekerjasama Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
6.1.1.Bekerjasama dengan 1. Kolaborasi ilmu pengetahuan Mampu bekerjasama dalarn melakukan
tenaga kesehatan lain antar profesi unfuk mengatasi kegiatan promosi kesehatan di
dalam menangani masalah kesehatan di masyarakat
masalah kesehatan di masyarakat
masyarakat

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 72


6.1.2.Melakukan Survei 1. Melakukan pengumpulan data Mampu membuat kesimpulan urutan
masalah di yang diperlukan untuk masalah kesehatan masyarakat
masyarakat penentuan penyebab berdasarkan data yang diperoleh
(prevalensi, insidensi penyakit, efek
(penyakit), efek (obat) dan
samping obat, kepatuhan minum obat,
penyembuhan penyakit
biaya, karakteristik peresepan,
kesalahan dispensing, pengobatan
mandiri)
6.1.3.Melakukan 1. Membuat alternatif  Mampu melakukan penyelesaian
Identifikasi dan penyelesaian terhadap masalah berdasarkan skala prioritas
prioritas masalah masalah kesehatan yang
kesehatan di muncul
masyarakat berdasar
data
6.1.4.Melakukan upaya 1. Membuat program promosi Mampu memberikan penjelasan kepada
promotif dan kesehatan berdasar urutan masyarakat terkait masalah kesehatan
preventif kesehatan prioritas kesehatan yang ada yang muncul.
masyarakat
6.1.5.Melakukan evaluasi 1. Membuat parameter  Mampu merumuskan rekomendasi
pelaksanaan program keberhasilan program unfuk pelaksanaan promosi kesehatan
promosi kesehatan
6.1.6.Membuat 1. Melakukan dokumentasi Mampu menyusun dokumentasi dan
Dolumentasi pelaksanaan program merunut pelaksanaan program promosi
pelalaanaan program kesehatan di masyarakat
promosi kesehatan

7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan sesuai Standar yang Berlaku
Unit Kompetensi 7.1. Mampu Melakukan Seleksi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
7.1.1.Menetapkan kriteria 1. Mampu memahami faktor Mampu melakukan analisis masalah
seleksi sediaan yang berpengaruh terhadap kesehatan yang sedang dan sering
farmasi dan alkes proses seleksi terjadi
Mampu memilih sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat dengan
memperhatikan pola prevalensi
penyakit, ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan, faktor sosial ekonomi dan
budaya masyarakat, mampu sumber
daya manusia, faktor genetika,
demografi dan lingkungan.
Mampu menentukan kriteria seleksi

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 73


sediaan famrasi dan alat kesehatan yang
abash, bermutu, aman dan bermanfaat
(didukung dg bukti ilmiah)
7.1.2.Menetapkan Daftar 1. Memahami stnrktur dan proses Mampu menetapkan pilihan kebutuhan
kebutuhan sediaan penyusunan kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan
farrrasi dan alat sediaan farmasi dan alat berdasarkan yang paling banyak
diketahui bukti ilmiahnya, mempunyai
kesehatan kesehatan
farmakokinetika yang paling brmanfaat,
mdh diproleh serta dg harga terjangkau.

Unit Kompetensi 7.2. Mampu Melakukan Pengadaan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
7.2.1.Melakukan 1. Memahami metode  Mampu menetapkan metode
perencanaan penghitungan/kalkulasi penghitungan kebutuhan yang sesuai
pengadaan sediaan kebutuhan dengan pola penggunaan sediaan
farmasi dan alkes farmasi dan alat kesehatan
Mampu menghitung kebutuhan sediaan
farmasi dan alat kesehatan dengan
tepat.
7.2.2.Melakukan Pemilihan 1. Mengetahui kriteria pemasok Mampu memilih pemasok yang
pemasok sediaan yang baik memenuhi persyaratan perundangan
farmasi dan alkes yang berlaku, penjaminan mutu,
ketepatan waktu dan aspek ekonomi
7.2.3.Mentapkan metode 1. Memahami metode pengadaan  Mampu memilih dan menetapkan
pengadaan sediaan metode pengadaan yang sesuai untuk
farmasi dan alkes sediaan farmasi dan alat kesehatan
7.2.4.Melaksanakan 1. Memahami manajemen rantai Mampu memilih sistem rantai pasokan
pengadaan sediaan pasokan yang efektif dan efisien.
farmasi dan alkes 2. Memahami prosedur dan Mampu menjelaskan prosedur dan
ketentuan peraturan ketentuan peraturan perundangan
perundangan dalam pengadaan dalam pengadaan obat (narkotika dan
obat psikohopika obat life-s aving, obat
program pemerintah, obat emergensi)

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 74


Unit Kompetensi 7.3. Mampu Mendesain, Melakukan Penyimpanan Dan Distribusi Sediaan Farmasi
Dan Alat Kesehatan
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
7.3.1.Melaksanakan 1. Melaksanakan good storage  Mampu merancang tempat
penyimpanan sediaan practice (cara penyimpanan penyimpanan sesuai peraturan
farmasi dan alkes sediaan farmasi dan alat perundangan untuk menjamin sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
dengan tepat kesehatan yang baik)
 Mampu menunjukkan penyimpanan
berdasarkan bentuk sediaan,
pengelompokan legalitas,
keberbahayaan, farmakologi, alfabetis
Mampu melakukan penerimaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang baik
dan benar
7.3.2.Melakukan distribusi 1. Melaksanakan pendistribusian  Mampu melakukan distribusi,
sediaan farmasi dan sediaan farmasi dan alat administrasi sediaan farmasi dan alat
alkes kesehatan dari pabrik sampai kesehatan dengan baik serta menjamin
ketangan pasien dalam kondisi mutu keamanan dan kemanfaatan.
Mampu memilih cara tansportasi yang
yang menjamin mutu,
menjamin mutu, keamanan dan
keamanan dan kemanfaatan
kemanfaatan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
Mampu memilih metode distribusi yang
sesuai dengan kondisi pasien.
7.3.3.Melakukan 1. Memahami faktor-faktor yang  Mampu melakukan pengawasan mutu
Pengawasan mutu berpengaruh terhadap terhadap sediaan farmasi dan alat
penyimpanan sediaan penurunan mutu, keamanan kesehatan yang diterima dan disimpan
farmasi dan alat dan kemanfaatan sediaan sehingga terjamin mutu, keamanan dan
kemanfataan sediaan farmasi dan alat
kesehatan farmasi dan alat kesehatan
kesehatan
Mampu menjaga tingkat persediaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan
Mampu identifikasi sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang mengalami
penyimpanan kualitas
Mampu mengendalikan faktor yang
berpengaruh terhadap mutu, keamanan
dan kemanfaatan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 75


Unit Kompetensi 7.4. Mampu Melakukan Pemusnahan Sediaan Farmasi Dan Alkes sesuai Peraturan
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
7.4.1.Memusnahkan 1. Mampu menetapkan  Mampu menjelaskan ketentuan
sediaan farmasi dan pemenuhan ketentuan peraturan perundang- undangan dan
alat kesehatan peraturan perundang- persyaratan keamanan berkaitan
undangan dan persyaratan dengan pelaksanaan pemusnahan obat.

keamanan berkaitan dengan


pemusnahan obat
2. Menetapkan pemenuhan  Mampu menjelaskan kriteria obat harus
kriteria obat yang harus dimusnahkan (obat rusak, kadaluwarsa
dimusnahkan (obat rusak, dsb).
kadaluwarsa dsb)  Mampu melaksanakan pemusnahan
sediaan farmasi sesuai peraturan
perundang-undangan, sifat bahan dan
dampak lingkungan.
 Mampu membuat dokumentasi
pemusnahan sediaan farmasi

Unit Kompetensi 7.5. Mampu Menetapkan Sistem dan Melakukan Penarikan Sediaan Farmasi Dan
Alat Kesehatan
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
7.5.1.Memastikan Informasi 1. Mendapatkan informasi yang Mampu menjelaskan alasan penarikan
tentang penarikan dipercaya tentang penarikan obat
sediaan farmasi dan sediaan farmasi dan alat
alat kesehatan kesehatan
2. Memahami perbedaan Mampu menjelaskan perbedaan
penyebab penarikan produk penyebab penarikan obat.
obat
3. Memahami metode Mampu menjelaskan komunikasi risiko
komunikasi risiko yang yang digunakan oleh instansi yang
digunakan oleh instansi yang berwenang.
berwenang
7.5.2.Melakukan 1. Menilai pengaruh dan eskalasi Mampu menjelaskan cara pengambilan
Perencanaan dan dari penarikan sediaan farmasi data distribusi obat (nama pasien,
pelaksanaan dan alat kesehatan rincian yang dapat dihubungi, tanggal
penarikan sediaan pembelian, jumlah yang dibeli)
Mampu menilai pengaruh dan akibat
farmasi dan alat
eskalasi penarikan produk obat
kesehatan
2. Bekerjasama dengan tenaga Mampu melakukan identifikasi tenaga
kesehatan lain utk kesehatan terkait untuk merencanakan
merencanakan strategi stategi penarikan produk obat.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 76


penarikan sediaan farmasi dan
alat kesehatan
3. Melakukan penarikan sesuai Mampu menjelaskan tatalaksana (daftar
prosedur penarikan sediaan distribusi, dokumentasi pengembalian
farmasi dan alkes produk obat obat) penarikan produk
obat obat (wajib atau sukarela)
7.5.3.Komunikasi efektif 1. Menentukan dan menyusun Mampu menjelaskan informasi penting
dalam mengurangi informasi kritis untuk akan disosialisasikan kepada pihak
risiko akibat disebarkan kepada pihak terkait terkait
penarikan sediaan 2. Menerapkan metoda yang Mampu melakukan sosialisasi yang tepat
farmasi dan alkes sesuai untuk sosialisasi sesuai kebutuhan.

Unit Kompetensi 7.6. Mampu Mengelola Infrastruktur Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alkes
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
7.6.1.Memanfaatkan 1. Memahami jenis data yang Mampu menjelaskan proses analisis
Sistem dan Teknologi berperan dalam informasi data menjadi informasi yang diperlukan
lnformasi dalam pengendalian persediaan dalam pengendalian persediaan sediaan
pengelolaan sediaan sediaan farmasi dan alat farmasi dan alat kesehatan
Mampu menjelaskan manfaat teknologi
farmasi dan alat kesehatan
informasi dalam pengendalian
kesehatan
persediaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan.
7.6.2.Membuat dan 1. Menyusun struktur organisasi  Mampu menjelaskan hubungan antara
menetapkan struktur pelayanan farmasi posisi dalam struktur organisasi dengan
organisasi dengan fungsi pelayanan farmasi
SDM yang kompeten 2. Menyusun tugas, tanggung  Mampu menyusun dan menjelaskan
jawab dan kewenangan yang fugas, tanggung jawab dan kewenangan
jelas dari masing-masing posisi yang jelas dari masing-masing posisi
dalam struktur organisasi dalam struktur organisasi

3. Menempatkan sumber daya Mampu menjelaskan kualifikasi SDM


manusia yang memiliki yang diperlukan untuk posisi tertentu
kualifikasi yang sesuai untuk dalam struktur organisasi
posisi tertentu dalam struktur
organisasi
7.6.3.Mengelola Sumber 1. Memanfaatkan SDM yang Mampu menjelaskan syarat legalitas
Daya Manusia dengan memnuhi persyaratan legal dan dan kompetensi SDM yang diperlukan
optimal kompeten
2. Memastikan bahwa SDM yang Mampu menghitung kebutuhan SDM
ada memadai untuk jenis dan berdasarkan jenis dan volume pekerjaan
volume pekerjaan rutin

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 77


3. Memastikan SDM memahami Mampu menjelaskan cara menilai
tugas dan tanggung jawab pemahaman SDM terhadap tugas dan
sesuai dengan posisinya tanggungiawab pekerjaannya.
4. Memastikan SDM peduli Mampu menjelaskan cara menilai
terhadap peraturan pemahaman SDM terhadap peraturan
ketenagakerjaan dan kondisi ketenagakerjaan dan kondisi yang
yang mempengaruhi kebijakan mempengaruhi kebijakan dan kegiatan
di tempat kerja
dan kegiatan di tempat kerja
5. Merencanakan dan Mampu menyusun rencana program
melaksanakan program pelatihan SDM
pelatihan SDM
7.6.4.Mengelola keuangan 1. Mengetahui faktor-faktor yang Mampu menghitung dan menetapkan
berpengaruh pada penetapan harga sediaan farmasi dan alat
harga kesehatan
2. Memahami pembukuan dasar  Mampu menginterpretasikan laporan
dan laporan-laporan keuangan keuangan
3. Memahami indikator-indikator Mampu menghitung parameter evaluasi
pengelolaan keuangan keuangan
4. Mengetahui sistem perpajakan Mampu mer{elaskan system perpajakan
yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan pelayanan
pelayanan kefarmasian kefarmasian
7.6.5.Penyelenggaraan i. Memahami pentingnya Total Dapat menjelaskan perbedaan antara
praktik kefarmasian Quality Management dalam quality assurance, quality control dan
yang bermutu kefarmasian quality improvement
Mampu menjelaskan metodologi dan
jenis indikator pengukuran dalam
quality assurance dan quality
improvement
Mampu menyusun Standar Prosedur
Operasional (SPO).
2. Berperan aktif dalam  Mampu menjelaskan aktivitas
mempertahankan dan mempertahankan dan meningkatkan
meningkatkan kualitas kualitas pelayanan kefarmasian yang
pelayanan kefarmasian bisa atau pernah diikuti

3. Menerapkan aktifitas Quality Manrpu menjelaskan perubahan-


Improvement perubahan yang terjadi sebagai akibat
langsung dari aktivitas "quality
improvement”

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 78


8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal
Dalam Melakukan Praktik Profesionai Kefarmasian
Unit Kompetensi 8.1. Mampu Merencanakan Dan Mengelola Waktu Kerja
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
8.1.1.Membuat 1. Mengakui pentingnya  Mampu menjelaskan cara pengelolaan
Perencanaan dan mengelola waktu dengan hati- waktu kerja yang baik (tepat waktu-
penggunaan waktu hati efektif dan efisie dalam bekerja.
kerja 2. Mengetahui tugas disesuaikan  Mampu menjelaskan hal-hal yang harus
dengan perencanaan dilaksanakan agar tepat waktu
penggunaan waktu
3. Menetapkan prioritas tugas  Mampu menjelaskan prioritas tugas
terkait dengan perencanaan yang terkait dengan tujuan dan sasaran
penggunaan waktu yang ditetapkan
Mampu melakukan identifikasi faktor-
faktor dan atau kriteria yang
berpengaruh terhadap penetapan
prioritas tugas
8.1.2.Mengelola waktu dan 1. Melakukan alokasi ketersediaan  . Mampu menetapkan alokasi waktu
tugas waktu untuk tugas yang terkait dengan beban kerja dan
diperlukan prioritas.
2. Mencari bantuan agar tugas  Mampu identifikasi bagian tugas yang
selesai tepat waktu dapat didelegasikan kepada staf/orang
lain
3. Mencari informasi dan arahan  Mampu mengenali situasi yang
untuk menyeesaikan tugas memerlukan tambahan informasi atau
tepat waktu konsultasi dari para ahli untuk
menyelesaikan tugas.
4. Mengelola masalah-masalah  Mampu menjelaskan cara mengelola
yang mungkin menjadi pengganggu (telepon, interupsi), yang
hambatan untuk menyelesaikan tidak ada kontribusinya terhadap
tugas tepat waktu penyelesaian fugas tetapi
menghabiskan waktu lama.
 Mampu menggunakan keterampilan
penyelesaian masalah (contoh :
identifikasi langkah koreksi agar
pelaksanaan tugas tidak terhambat)

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 79


8.1.3.Menyelesaikan 1. Bertanggung jawab untuk Mampu memberikan contoh kebiasaan
pekerjaan tepat menyelesaikan tugas tepat baik untuk mengelola tugas ganda yang
waktu waktu harus diselesaikan dalam waktu yang
bersamaan.
2. Menyelesaikan tugas tepat  Mampumematuhi jadwal yang
waktu sebelumnya telah dibuat untuk
penyelesaian tugas.
Mampu mengelola kerja yang
terencana maupun tidak terencana
sesuai waktu yang tlah ditetapkan

Unit Kompetensi 8.2. Mampu Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
8.2.1.Memahami 1. Memahami struktur dan posisi Mampu menjelaskan struktur organisasi
lingkungan bekerja dimana bekerja tempat bekerja.
2. Memastikan peran dan Mampu melakukan verifikasi peran dan
tanggung jawab dalam tanggung jawabnva.
organisasi
3. Memahami kondisi pekerjaan Mampu menjelaskan kualitas kehidupan
kerja.
8.2.2.Melakukan Penilaian 1. Menilai kecukupan sumber Mampu menghitung kebutuhan sumber
kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan daya manusia.
daya manusia
8.2.3.Mengelola kegiatan 1. Alokasi sumber daya untuk Mampu membuat prioritas sumber
kerja menentukan prioritas yang daya disesuaikan dengan jenis
tepat pekeriaan.
2. Menggunakan sumber daya Mampu identifikasi kebutuhan sumber
manusia yang ada untuk daya untuk menyelesaikan pekeriaan
mendukung pekerjaan tertentu.
3. Menggunakan informasi,  Mampu menjelaskan penggunaan
pedoman, dan instruksi lain inforrrasi, pedoman, dan instruksi yang
untuk kemajuan pekerjaan dibutuhkan demi mendukung selesainya
pekeriaan.
4. Menjamin bahwa pekerjaan  Mampu menjelaskan hubungan antara
yang dilakukan sesuai dengan kebijakan, pekerjaan dan prosedur
peraturan perundang- dengan peraturan perundang-undangan
undangan, kebijakan dan
prosedur

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 80


8.2.4.Melakukan Evaluasi 1. Melakukan pengukuran kinerja  Mampu menunjukkan pengukuran
diri diri sendiri kinerja diri sendiri.
2. Merespon terhadap hasil  Mampu melakukan tindak lanjut dari
pengukuran kinerja diri sendiri evaluasi hasil pengukuran kineria diri
sendir.

Unit Kompetensi 8.3. Mampu Bekerja Dalam Tim


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
8.3.1.Mampu Berbagi 1. Menggunakan jalur komunikasi  Mampu menjelaskan kontribusi diri
informasi yang formal untuk memberikan dalam proses umpan balik yang wajar
relevan umpan balik berkaitan dengan dilakukan.
Mampu menggunakan buku harian
sasaran dan langkah yang
untuk komunikasi hal-hal penting
disepakati
sebagai tindak lanjut dan atau
memberikan informasi ke staf atau
petugas.
2. Memastikan bahwa orang lain  Mampu menjelaskan tugas
menerima informasi tentang sehubungan dengan informasi bagi
hal-hal yang relevan setiap orang yang terkait tipe
pekerjaannya
3. Menjelaskan dampak pekerjaan  Mampu mengidentifikasi dan atau
seseorang pada orang lain menjelaskan situasi dimana pekerjaan
seseorang berpengaruh pada orang
lain di tempat keria.
8.3.2.Partisipasi dan 1. Memahami tugas dan tanggung  Mampu menjelaskan tugas dan
kerjasama tim dalam jawab orang lain dalam tim tanggung jawab Orang lain.
pelayanan 2. Memahami nilai-nilai kerjasama  Mampu menunjukkan perilaku positif
dalam tim pada saat kolaborasi dengan orang lain
dalam tim.
 Mampu mendorong untuk
menimbulkan kerjasama tim di tempat
kerja
3. Bekerjasama dengan orang lain  Mampu memberi contoh
dalam memberikan pelayanan pendampingan sejawat dalam
kepada pasien pelalcsanaan tuqas.
Mampu untuk menjaga hubungan
kolaboratif, saling menghargai dengan
tenaga profesional lain dan
keluarga/pendamplng penggunaan
obat dalam rangka memberikan
pelayanan pasien secara spesifik.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 81


Unit Kompetensi 8.4. Mampu Membangun Kepercayaan Diri
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
8.4.1.Mampu memahami 1. Menjalankan standar profesi Mampu untuk identifikasi dan
persyaratan standar secara konsisten menyetujui atau menolak atas
profesi permintaan obat dan alat kesehatan
yang tidak layak.
2. Mengenali standar profesi Manrpu untuk menjelaskan ketidak
tenaga kesehatan dan profesi layakan permintaan obat dan alat
lain kesehatan.
Mampu untuk menjamin permintaan
obat dan alat kesehatan yang layak.
8.4.2.Penetapan peran 1. Menjelaskan peran masing- Mampu menjelaskan posisi dan peran
profesi masing apoteker masing-masing apoteker dengan ielas,
ringkas dan rahasia.
2. Menyampaikan sasaran kerja  Mampu untuk membuat pilihan jalan
dan aktifitas masing-masing mana yang harus diambil untuk
apoteker mencapai tuiuan.
Mampu untuk membuat perubahan
perilaku orang lain.

Unit Kompetensi 8.5. Mampu Menyelesaikan Masalah


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
8.5.1.Mampu menggali 1. Menerima tanggung jawab  Mampu untuk menunjukkan
masalah aktual atau untuk menyelesaikan masalah permasalahan muncul pada saat itu.
masalah yang 2. Mengenali masalah utama dan Mampu untuk identifikasi dan
potensial masalah potensial menerangkan terjadinya masalah atau
potensial masalah.
3. Menjelaskan akar masalah Mampu untuk menerangkan dengan
jelas penyebab masalah atau faktor-
faktor penvebab masalah.
4. Melakukan identifikasi  Mampu melakukan dokumentasi
pendekatan yang tepat untuk masalah-masalah, faktor-faktor
menyelesaikan masalah penyebab dan alternatif pilihan untuk
menyelesaikan masalah.
5. Menggunakan pendekatan Mampu identifikasi siapa yang berminat
kolaboratif untuk identifikasi terhadap masalah ini (individual atau
penyelesaian masalah kelompok)
Mampu untuk mendorong dan
menerima masukan dari orang lain
untuk menyelesaikan masalah.
6. Menggunakan alternatif  Mampu untuk menerangkan
pendekatan atau kegiatan penggunaan bermacam-macam teknik

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 82


untuk membantu (misal daftar tilik diagram sebab akibat,
menyelesaikan masalah pareto ) unfuk membantu
menyelesaikan masalah.
8.5.2.Mampu 1. Menyusun perencanaan untuk Mampu menerangkan bahwa lebih
menyelesaikan menyelesaikan masalah disukai untuk melakukan pendekatan
masalah dalam menyelesaikan masalah dan
memutuskan pilihan atas sebab-sebab
dan keluaran yang diharapkan.
2. Menyampaikan perencanaan  Mampu menjelaskan perencanaan untuk
penyelesaian masalah menyelesaikan masalah.
3. Melaksanakan perencanaan Mampu untuk mengajak orang terkait
yang telah disetujui oleh yang kooperatif untuk menerapkan
masing-masing pihak perencanaan penyelesaian masalah.
4. Mengenali kebutuhan untuk  Mampu untuk mendiskusikan
evaluasi pelaksanaan yang kepentingan evaluasi pencapaian tujuan
direncanakan dengan mengkaji ulang hasil yang sudah
dicapai (misal penyelesaian yang tidak
lengkap, masalah lainyang muncul).
5. Menetapkan prosedur Mampu untuk menerangkan proses
monitoring untuk menilai monitoring dengan tolak ukur yang jelas
keberhasilan perencanaan bahwa telah dilakukan penyelesaian
masalah.
6. Menggunakan hasil monitoring Mampu menunjukkan atau menerangkan
untuk kegiatan berikutnya bila bagaimana monitoring hasil sudah
diperlukan digunakan untuk melihat kegiatan
selanjutnva.

Unit Kompetensi 8.6. Mampu Mengelola Konflik


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN

8.6.1.Melakukan identifikasi 1. Mengenali tanda-tanda adanya Mampu untuk menerangkan tanda-


penyebab konflik konflik tanda (misal perilaku tidak kooperatif,
atau tekanan) yang ada hubungan
dengan keberadaan konflik.
2. Memposisikan konflik di  Mampu melakukan identifikasi
tempat kerja pada saat yang keberadaan konflik sebelum hal ini
tepat menyebabkan efek samping (misal,
moral rendah, ketidakhadiran,
kesalahan sistem atau pelayanan
perilaku agresip di tempat kerja.
3. Mengumpulkan informasi yang Mampu identifikasi penyebab utama
relevan untuk melakukan atas isu yang terjadi dan siapa yang
klarifikasi sumber sumber dan berpartisipasi dalam konflik tersebut.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 83


kewajaran konflik
4. Menjelaskan kewajaran konflik Mampu untuk menerangkan kejadian
secara objektif dan sumber-sumber konflik tanpa
menyalahkan pihak terkait.
8.6.2.Menyelesaikan 1. Identifikasi altematif pendekatan Mampu menerangkan jarak antara
Penyelesaian konflik yang dapat digunakan untuk strategi pendekatan yang efektif untuk
menyelesaikan masalah menyelesaikan konflik di tempat kerja
(penyelesaian masalah secara
kolaboratif, menggunakan sistem
mediasi, negosiasi menang-menang,
identifikasi keluaran sesuai
kesepakatan).
2. Bekerjasama dengan orang lain Mampu untuk menjelaskan dan
untuk konfirmasi pendekatan memutuskan metode yang erbaik untuk
dengan persetujuan satu sama menyelesiakan masalah.
lain
3. Menerapkan keterampilan Mampu untuk menggunakan
komunikasi yang memadai untuk keterampilan komunikasi verbal
menyelesaikan masalah maupun non-verbal dan keterampilan
lain selama proses berlangsung dengan
percaya diri.

9. Mampu mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang


Berhubungan dengan Kefarmasian
Unit Kompetensi 9.1. Bersedia Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi untuk Kemajuan Profesi
ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
9.1.1.Mengetahui, 1. Mengikuti secara aktif Kuantitas dan jenis partisipasi dalam
mengikuti dan perkembangan ilmu dan pertemuan ilmiah di tingkat lokal
mengamalkan teknologi di berbagai media maupun internasional
perkembangan terkini ilmiah.
di bidang farmasi 2. Mampu mendiskusikan dan Mampu menanggapi dan mengkritisi isu
membahas ilmu kefarmasian keprofesian yang sedang terjadi dan
yang baru dalam rangka mengikuti perkembangannya
meningkatkan
profesionalitasnya dalam
pelayanan
9.1.2.Kontribusi secara 1. Mengikuti kuti program Mampu menunjukkan bukti partisipasi
nyata terhadap pemerintah dan asosiasi profesi aktif sebagai apoteker dalam kegiatan
kemajuan profesi untuk menjaga kompetensi dan IAI untuk kemajuan profesi.
perkembangan profesi
2. Membuat tulisan tentang Jumlah dan jenis tulisan ilmiah yang
dibuat atau dipublikasikan.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 84


kefarmasian dan dipublikasikan.
3. Mengikuti dan partisipasi dalam  Frekuensi dan jenis penelitian yang
penelitian kefarmasian diikuti (berproses, diskusi atau sebagai
peneliti)
9.1.3.Mampu menjaga dan 1. Mengikuti pperkembangan  Mampu menjelaskan bentuk partisipasi
meningkatkan standar kompetensi Apoteker pada berbagai aktivitas
kompetensi profesi kefarmasian terkini untuk (penelitian pembelajaran, pelatihan
akademik, presentasi, audit klinik,
mencapai dan
workshop, dll) yang menjadi pusat
mempertahankan standar
pembelajaran dan pengembangan
kompetensi profesi tertinggi
profesional untuk mempertahankan
standar kompetensi profesi tertinggi
2. Membangun proses  Mampu menjelaskan contoh sikap
pembelajaran dan positif atau ketauladanan dalam
pengembangan apoteker, calon kegiatan pembelajaran apoteker dan
apoteker serta profesi calon apoteker.
 Mampu memberikan masukan
kesehatan lain di tempat kerja
profesional dan arahan kepada profesi
kesehatan lain untuk tetap konsisten
dengan batasan keahlian masing-
masing.

Unit Kompetensi 9.2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas


ELEMEN UNJUK KERJA KRITERIA PENILAIAN
9.2.1.Mampu 1. Menggunakan teknologi dalam  Mampu menjelaskan fungsi, manfaat
menggunakan praktik kefarmasian sesuai dan menjaga mutu teknologi dalam
teknologi untuk standar profesi mendukung praktik kefarmasian
meningkatkan
profesionalitas
9.2.2.Mampu mengikuti 1. Mengetahui, mengikuti  Mampu menunjukkan bukti partisipasi
teknologi dalam perkembangan teknologi aktif sebagai apoteker dalam pertemuan
pelayanan terkini di bidang farmasi yang membahas teknologi terbaru
kefarmasian maupun informasi
(teknologi informasi 2. Melakukan analisis  Mampu menanggapi, diskusi dan
dan teknologi kemanfaatan terhadap mengkritisi kemanfataan dan masalah
sediaan) relevansi praktik kefarmasian teknologi dalam praktik kefarmasian
dan etik
3. Menggunakan teknologi terkini  Mampu menjelaskan dampak signifikan
untuk mencapai dan penggunaan teknologi terhadap
mempertahankan standar kemajuan standar profesi apoteker.
kompetensi profesi tertinggi

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 85


PENUTUP

Pasien akan mendapat pelayanan kesehatan yang terbaik jika tercipta kolaborasi antar profesi
kesehatan dan pasien. Dalam menjalankan proses kolaborasi tersebut setiap profesi kesehatan
memerlukan pedoman yang mengatur hak, kewajiban, tanggungjawab, ruang lingkup serta tugas dan
wewenang. Pedoman tersebut adalah Standar Kompetensi, yang layak dimiliki oleh setiap profesi dan
berbeda satu dengan yang lain. Untuk itu setiap profesi kesehatan termasuk apoteker wajib memiliki
Standar Kompetensi yang memungkinkan terciptanya kerjasama yang harmonis antar profesi menuju
pada keluaran klinis yang baik bagi pasien.

Standar Kompetensi Apoteker merupakan pedoman profesional yang terfokus pada kepentingan
pasien atau customer. Hal ini sesuai dengan filosofi Pharmaceutical Care yang memberikan
tanggungjawab kepada profesi Apoteker dalam hal farmakoterapi untuk mencapai keluaran yang
dapat meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien serta dalam lingkup yang lebih luas lagi
adalah terpeliharanya dan terciptanya kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat.

Untuk mempermudah pencapaian tujuan Pharmaceutical Care dibutuhkan Standar Operating


Prosedur (SOP) yang merupakan Standar Kompetensi dalam bentuk yang lebih praktis dan teknis
sehingga Standar Kompetensi dan SOP merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling mendukung.
SOP akan membantu Apoteker dalam melaksanakan kompetensinya sebagai tenaga kefarmasian. SOP
juga memberikan peluang bagi Apoteker untuk menampilkan profesionalismenya, akuntabilitas dan
tanggungjawab profesional kepada masyarakat dan pemerintah serta dalam beberapa hal digunakan
untuk mengantisipasi isu-isu Clinical Governance khusunya dalam bidang pelayanan kefarmasian.

Standar Kompetensi dan SOP bukanlah sesuatu yang bersifat tetap namun membutuhkan
penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan tuntutan perubahan serta kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kefarmasian. Untuk itu evaluasi dan revisi berkala perlu terus dilakukan untuk menjamin
kekinian dan kemutakhirannya.

Standar Kompetensi ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi Apoteker di Indonesia dalam
menjalankan praktik kefarmasian dan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan terus-
menerus kualitas diri sehingga berpengaruh kepada kualitas pelayanannya. Sementara bagi institusi
Pendidikan Tinggi Farmasi, Standar Kompetensi ini dapat digunakan sebagai penunjuk arah dalam
menghasilkan Apoteker yang mempunyai kompetensi sesuai standar tersebut.

Pada akhirnya dalam menjalankan SOP untuk memenuhi kompetensinya, Apoteker perlu memiliki
semangat altruistik yang dijiwai oleh esensi fitrah kemanusiaan sehingga dapat memperlakukan
pasien sebagai manusia seutuhnya dengan segala hak dan keunikan yang dimiliki.

Semoga Allah SWT memberkahi perjuangan Apoteker Indonesia.

Amin.

| Standar Kompetensi Apoteker Indonesia 86

Anda mungkin juga menyukai