Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KEMATIAN IBU

Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu
hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada
tempat atau usia kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu
adalah Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu
dalam 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mencerminkan obstetrik yang dihadapi
oleh seorang ibu sewaktu hamil. Rumusnya sebagai berikut :
Jumlah kematian ibu hamil, persalinan, dan
nifas yang dicatat selama 1 tahun
Angka Kematian Ibu =
X 1000
Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
Sebagai pembilang tidak tergantung dari lamanya kehamilan, tetapi termasuk
kematian ibu karena kecelakaan dan sebab lainnya yang tidak berkaitan dengan
kehamilan atau persalinan. Bila pengamatan masa nifas dirasakan terlalu lama,
dapat digunakan pengamatan 7 hari atau 42 jam setelah berakhirnya kehamilan.
Kesulitan dalam perhitungan MMR adalah memperoleh data tentang ibu
hamil dan kematian ibu yang jarang dilaporkan. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan survey khusus terhadap ibu – ibu pasangan usia subur yang diikuti
prospektif untuk menemukan kehamilan sampai persalinan dan masa nifas, tetapi
cara ini membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang sangat besar. Untuk menjamin
ketetapan hasil pengamatan dibutuhkan minimal 50 kematian ibu dank arena
kematian ibu cukup kecil maka dibutuhkan sampel yang sangat besar.
Rumah sakit dan dokter membedakan tipe kematian ibu dalam 2 kelompok
:
1. Kematian akibat penyebab obstetric langsung, yang dikaitkan dengan penyebab
obstetric dan penyelenggara layanan kesehatan.
2. Tidak langsung, yang dikaitkan dengan kondisi yang sudah dialami dan kematian
bukan disebabkan oleh tindakan penyelenggara layanan kesehatan, misalnya
malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular.

Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian langsung. Pola
penyebab langsung di mana-mana sama, yaitu perdarahan (25%, biasanya
perdarahan pascapersalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%),
partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%).

B. PENYEBAB KEMATIAN DAN KESAKITAN IBU

Diperkirakan dari setiap ibu yang meninggal dalam kehamilan, persalinan,


atau nifas, 16 – 17 ibu menderita komplikasi yang mempengaruhi kesehatan
mereka, umumnya menetap. WHO memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup
mengalami komplikasi perdarahan pascapersalinan. Komplikasi paling sering dari
perdarahan pascapersalinan adalah anemia.
Infeksi juga merupakan penyebab penting kematian dan kesakitan ibu.
Insidensi infeksi nifas sangat berhubungan dengan praktik tidak bersih pada waktu
persalinan dan masa nifas. Infeksi Menular Seksual dalam kehamilan merupakan
factor resiko untuk sepsis, infeksi HIV/AIDS berhubungan dengan peningkatan
insiden sepsis.
Eklampsia secara global terjadi pada 0,5% kelahiran hidup dan 4,5%
hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsia mempengaruhi banyak organ vital.
Persalinan macet merupakan 8% penyebab kematian ibu secara global. Persalinan
lama merupakan pula penyebab kematian janin.
Insiden aborsi tidak aman secara global adalah sekitar 20 juta per tahun,
atau 1 di antara 10 kehamilan atau 1 aborsi tidak aman dengan 7 kelahiran hidup.
Komplikasi yang terjadi berupa sepsis, perdarahan, trauma genital dan abdominal,
perforasi uterus, dan keracunan bahan abortufasien.
Kesakitan yang menyusul penyebab tidak langsung adalah misalnya
anemia, malaria, hepatitis, tuberkolusis, dan penyakit kardiovaskuler. Salah satu
kesakitan yang utama adalah anemia, yang disamping menyebabkan yang
disamping menyebabkan kematian melalui henti kardiovaskular, juga berhubungan
dengan penyabab langsung kematian ibu. Malaria meningkatkan risiko anemia ibu,
prematuritas, dan BBLR pada kehamilan pertama.

Penyebab Utama Kematian Ibu di Indonesia


Penyebab kematian ibu sejak dahulu tidak banyak berubah, yaitu
perdarahan, eklampsia, komplikasi aborsi, partus macet, dan sepsis. Perdarahan
yang bertanggung jawab atas sekitar 28% kematian ibu, sering tidak dapat
diperkirakan dan terjadi tiba-tiba. Eklampsia merupakan penyebab nomor 2, yaitu
sebanyak 13% kematian ibu. Aborsi tidak aman merupakan penyebab dari 11%
kematian ibu. Penyebab kematian ibu lainnya adalah sepsis, kontributor 10%
kematian ibu di Indonesia. Resiko kematian ibu dapat ditambah dengan adanya
anemia, penyakit infeksi seperti malaria, TBC, hepatitis atau HIV/AIDS.
Disamping pelbagai penyebab yang diuraikan di atas, Indonesia masih
menghadapi berbagai masalah yang secara langsung ataupun tidak langsung
berperan mempersulit upaya penurunan AKI, seperti masalah pertumbuhan
penduduk, transisi demografi, desentralisasi, utilisasi fasilitas kesehatan,
pendanaan dan kurangnya koordinasi instansi terkait baik di dalam negeri maupun
bantuan dari luar negeri.

C. PERAN TENAGA KESEHATAN TERAMPIL SEBAGAI PENOLONG


PERSALINAN

Pola kematian ibu menunjukkan perlunya pelayanan emergensi obstetric


dan neonatal dan tersedianya tenaga kesehatan terampil sebagai penolong
persalinan.

Pelayanan oleh tanaga kesehatan terampil :


Reorientasi Kategori Pelayanan Presalinan
Pengalaman negara-negara yang tekah berhasil mengendalikan AKI
memberikan pelajaran tentang 3 hal. Pertama, para penentu kebijakan dan para
pengelola sadar betul bahwa ada masalah, dan masalah tersebut dapat diatasi,
sehingga diambil keputusan untuk segera bertindak. Kedua, mereka yang memilih
strategi yang sederhana saja, yaitu bukan hanya asuhan antenatal, tetapi juga asuhan
professional saat dan pascapersalinan untuk semua ibu oleh tenaga kesehatan
terampil, dengan didukung oleh pelayanan rumah sakit. Ketiga, mereka yakin
bahwa akses pada semua pelayanan ini secara finansial dan geografis tersedia untuk
seluruh penduduk.

Mendekatkan Pelayanan yang Aman pada Ibu


Semua kehamilan dan persalinan, bukan hanya yang beresiko, memerlikan
pelayanan professional oleh tenaga kesehatan terampil. Konsepnya adalah
persalinan yang membutuhkan kedekatan dengan tempat dan cara ibu itu hidup,
dekat dengan budayanya. Namun, pada saat yang sama tenaga profesional terampil
tersedia dan setiap saat dapat berbuat sesuatu bilamana terjadi komplokasi. Jenis
pelayanan seperti ini diharapkan dapat responsive, terjangkau, dan tenaga
kesehatan harus kompeten dalam melaksanakan kegiatananya.

Jika Ada Komplikasi


Sebagian kecil ibu dan bayi baru lahir mengalami masalah yang
memerlukan penanganan lebih kompleks. Oleh karena itu itu, perlu rumah sakit
back up untuk membantu menangani masalah atau komplikasi yang terjadi. Kriteria
pengiriman back up bukan hanya apakah komplikasi itu membahayakan jiwa atau
emergensi, tetapi juga kompleksitasnya.

Jangan Lupakan Masa Nifas


Masa nifas masih potensial mengalami komplikasi sehingga perlu perhatian
dari tenaga kesehatan. Kematian ibu masih dapat terjadi pada masa ini karena
perdarahan atau sepsis, serta kematian bayi baru lahir. Ibu-ibu pascapersalinan ,
lebih-lebih yang sosio-ekonomi dan pendidikan kurang, sering tidak mengerti
potensi bahaya masa nifas ini. Mereka yang melahirkan di rumah, sering tidak
memperoleh pelayanan nifas. Umumnya kita menganjurkan agar ibu memeriksakan
diri 6 minggu pasca persalinan, yang sesungguhnya kurang evektif. Lebih-lebih bila
pemeriksaan ini dilakukan oleh orang yang berbeda, serta lokasi yang berbeda pula
dengan lokasi persalinan. Sering kita lihat angka kunjungan pascapersalinan
rendah, tanpa ada upaya memperbaikinya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu
hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada
tempat atau usia kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu
adalah Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu
dalam 100.000 kelahiran hidup.

Penyebab kematian ibu sejak dahulu tidak banyak berubah, yaitu


perdarahan, eklampsia, komplikasi aborsi, partus macet, dan sepsis. Resiko
kematian ibu dapat ditambah dengan adanya anemia, penyakit infeksi seperti
malaria, TBC, hepatitis atau HIV/AIDS.

B. SARAN

Untuk Pemerintah
Hendaknya menyediakan akses pelayanan kesehatan yang memadai, efektif, dan
terjangkau.
Untuk Tenaga Kesehatan / Bidan
Hendaknya memberikan pelayanan kesehatan yang kompeten dan profesional.
Untuk Masyarakat / Ibu
Sadar akan masalah kesehatan yang dapat membahayakan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko., Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemilogi Edisi 2. Jakarta :


EGC.
Manuaba, IBG DSOG. 1997. Kualitas Sumber Daya Manusia dan Penurunan AKI.
Ujung Pandang : POGI XI.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.
.Definisi AKI dan AKB
Kematian maternal/AKI merupakan kematian wanita sewaktu hamil,
melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung
dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan
kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab
tambahan lainnya. (Sarwono,2002:22)
Kematian maternal didefinisikan sebagai setiap kematian ibu yang terjadi
pada waktu kehamilan, melahirkan, atau dua bulan setelah melahirkan atau
penghentian kehamilan.
Kematian maternal juga didefinisikan sebagai proporsi kematian pada
wanita usia reproduktif atau proporsi kematian pada semua wanita di usia
reproduktif yang disebabkan oleh penyebab maternal.
Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di
umur antara lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup.
Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) ialah jumlah kematian
perinatal dikalikan 1000 dan kemudian di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan
lahir mati pada tahun yang sama. (Sarwono,2002:786).

2.2. Tingkat Kematian Maternal dan perinatal


2.2.1 Kematian maternal
Di Negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5-10 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di Negara sedang berkembang berkisar antara 750-1000
per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian maternal di Indonesia diperkirakan
sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup. (Sarwono,2002:23)
Estimasi AKI Maternal Indonesia pada tahun 2002-2003 sebesar 307 kematian per
100.000 kelahiran. Di tahun 2007 AKI turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup). (Survei Demografi dan Kesehatan).
2.2.2 Kematian Perinatal (AKB)
Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia) berturut-turut tahun 1997, 2002- 2003 dan 2007, AKB Indonesia adalah
46, 35 dan 34 per 1000 kelahiran hidup.

2.3. Penyebab Kematian Maternal dan Perinatal


2.3.1 Kematian Maternal
a. Faktor reproduksi meliputi :
a) Usia
Usia paling aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
b) Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
c) Kehamilan tidak di inginkan
b. Komplikasi obstetric
a) Perdarahan pada abortus
Perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan trimester I umumnya
disebabkan oleh abortus, dan hanya sebagian kecil saja karena sebab-sebab lainnya.
b) Kehamilan ektopik
Penyakit radang panggul, penyakit hubungan seksual atau infeksi pada paska
abortus sering merupakan factor predisposisi pada kehamilan ektopik.
c) Perdarahan pada kehamilan trimester III
Penyebab utama perdarahan ini adalah plasenta previe dan solusio plasenta.
d) Perdarahan post partum
Disebabkan oleh atonia uteri atau sisa plasenta sering berlangsung sangat banyak
dan cepat. renjat an karena perdarahan banyak segera akan disusul dengan
kematian maternal, jika masalah ini tidak dapat di atasi secara cepat dan tepat oleh
tenaga yang terampil dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
e) Infeksi nifas
Terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat
asepsis-antisepsis, partus lama, ketuban pecah dini dan sebagainya.
f) Gestosis
Primipara dan gravida pada usia 35 tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk
gestosis.
g) Distosia
Panggung kecil, persalinan pada usia sangat muda, kelainan presentasi janin, letak
lintang dapat menyebabkan timbulnya distosia.
h) Pengguguran kandungan
Pengguguran kandungan secara illegal, merupakan penyebab kematian maternal
yang penting. Sisa jaringan, serta tindakan yang tidak steril serta tidak aman secara
medis akan berakibat timbulnya perdarahan dan sepsis.
c. Factor-faktor pelayanan kesehatan
a) Kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal
b) Asuhan medic yang kurang baik
c) Kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa.
2.3.2 Penyebab Kematian Perinatal
Sebab utama kematian perinatal di Rumah Sakit Dr.Cipo Mangunkusumo, Jakarta,
ialah :
1) Infeksi
2) Asfiksia neonatorum
3) Trauma kelahiran
4) Cacat bawaan/kelainan kongenital
5) Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas
6) Imaturitas, dll.
2.4.Upaya Memperbaiki AKI dan AKB
2.4.1 AKI
1. Pencegahan
Keluarga berencana. Jika para ibu yang tidak ingin hamil lagi dapat
memperoleh pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana yang diharapkan, maka
akan berkuranglah prevalensi abortus provokatus serta prevelensi wanita hamil
pada usia lanjut dan paritas tinggi. Dengan berkurangnya faktor resiko tinggi ini
maka kematian maternal akan turun pula secara bermakna. Oleh karena itu
pelayanan keluarga berencana harus dapat mencapai sasaran seluas-luasnya
dimasyarakat, khususnya golongan resiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan rujukan. Pemeriksaan antenatal
yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus resiko tinggi dapat
menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan seharusnya dapat
mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan usia, paritas,
riwayat obstetrik buru, dan perdarahan selama kehamilan. Mereka harus mampu
memberi pengobatan pada penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan, misalnya
anemia. Mereka juga harus mampu mengenal tanda-tanda dini infeksi, partus lama,
perdarahan berlebihan dan mengetahui bilamana saat yang tepat untuk merujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
2. Perbaikan pelayanan gawat darurat
Walaupun upaya pencegahan dengan identifikasi faktor-faktor resiko telah
dilakukan sebagaiman diuraikan diatas, namun masih ada kemungkinan komplikasi
berat terjadi sewaktu-waktu. Dalam hal ini rujukan segera harus dilakukan, karena
kematian dapat terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena itu petugas kesehatan di
lini terdepan harus dibekali dengan kemampuan melakukan tindakan-tindakan
darurat secara cepat.
Perdarahan. Perdarahan post partum sering memerlukan tindakan cepat
dari penolong persalinan, misalnya pengeluaran plasenta secara manual,
memberikan obat-obat oksitosin, masase uterus, dan pemberian cairan pengganti
cairan tranfusi darah.
Infeksi nifas. Kematian karena infeksi nifas dapat dikurangi dengan
meningktkan kebersihan selama persalinan. Kepada penolong persalinan senantiasa
perlu diingatkan tentang tindakan . asepsis pada pertolongan persalinan. Antibiotika
perlu diberikan pada persalinan lama dan ketuban pecah dini.
Gestosis. Petugas kesehatan harus mampu mengenal tanda-tanda awal
gestasis seperti edema,.hipertensi, hiperrefleksia, dan jika mungkin proteinuria.
Jika gestosis memberat maka diperlukan rujukan.
Distosia. Gravida dengan postur tubuh kecil atau terlalu pendek, primi atau
grandemultigravida, perlu di curigai akan kemungkinan terjadinya distosia oleh
karena disproporsi sefalopelvix. Pemanfaatan partograf untuk mendeteksi secara
dini persalinan lama terbukti dapat menurunkan angka kematian maternal.
Abortus provokatus. Kematian karena abortus provokatus seharusnya dapat
di cegah, antara lain dengan pelayanan kontrasepsi efektif sehingga kehamilan yang
tidak diingkan dapat dihindari. Pengobatan pada abortus incomplate adalah
kuretase,yang seharusnya dapat dilakukan di lini terdepan. Jika diragukan apakah
sebelumnya telah dilakukan usaha abortus provokatus, perlu diberikan antibiotik,
walaupun belum ada tanda-tanda infeksi. Jika sudah terjadi infeksi, perlu diberikan
antibiotik lebih tinggi secara intravena.
3. Perbaikan jaringan pelayanan kesehatan
Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan. Di indinesia sebagian besar
persalinan masih ditolong oleh dukun, khususnya yang berlangsung di desa desa.
Para dukun ini harus dimanfaatkan dan diajak bekerjasama antara lain dengan
melatih merek dalam teknik asepsis dan pengenalan dini tanda tanda bahaya serta
kemampuan pertolongan pertama dan mengetahui kemana rujukan yang harus
dilakukan pada waktunya. Pada saat ini pemerintah sedang mengupayakan
pengadaan tenaga bidan untuk setiap desa, sehingga diperkirakan perlu dididik
sekitar 80.000orang bidan untuk memenuhi kebutuhan tersebut sampai pelita VI.
Peningkatan kemampuan puskesmas. Puskesmas yang merupakan fasilitas
rujukan pertama dari petugas lini terdepan perlu dilengkapi dengan dokter terlatih
serta kelengkapan yang diperlukan untuk mencegah kematian maternal. Puskesma
seharusnya mampu mengatasi perdarahan akut, tersedia antibiotik dan cairan yang
cukup, dan mampu memberikan pertolongan bedah obstetris sederhana.
Rumah sakit rujukan. Rumahsakit rujukan harus dilengkapi dengan fasilitas
tranfusi darah, listrik, air bersih, alat alat operasi, anastesi, antibiotik dan obat serta
bahan lain, dan tenaga terlatih.
2.4.2 AKB
a. Perbaikan keadaan social dan ekonomi.
b. Kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan
masyarakat, dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu dan anak.
c. Pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian perinatal.
d. Pendaftaran kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi secara sempurna.
e. Perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara lain
memperbaiki keadaan gizi ibu dan menemukan high risk mothers untuk dirawat dan
diobati.
f. Ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah sakit yang
mempunyai fasilitas yang cukup.
g. Perbaikan teknik diagnosis gawat-janin.
h. Persediaan tempat perawatan yang khusus untuk berat-badan lahir rendah.
i. Perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan dalam teknik
perawatan bayi baru lahir terutama bayi premature.
j. Penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition.
k. Pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh, dll.

2.5. Strategi Percepatan Penurunan AKB


1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
baik ditingkat dasar maupun rujukan, terutama bagi bayi dan balita dengan
menggunakan intervensi yang telah terbukti menurunkan AKB:
a. Tatalaksana penanganan asfiksia (bayi lahir tidak bisa menangis spontan) dan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR).
b. Kunjungan neonatal secara berkala.
c. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
d. Pelayanan Emergensi.
2. Menggerakkan dan mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan
masyarakat luas untuk hidup sehat.
3. Menggerakkan penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
4. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan anak.

BAB 3
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Kematian maternal/AKI merupakan kematian wanita sewaktu hamil,
melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung
dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan
kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab
tambahan lainnya.
Penyebab kematian maternal adalah karena faktor reproduksi, komplikasi
obstetric, factor-faktor pelayanan kesehatan. Penyebab kematian perinatal adalah
karena infeksi, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran, cacat bawaan/kelainan
kongenital, dll.
Upaya memperbaiki AKI adalah melalui pencegahan, perbaikan pelayanan
gawat darurat, perbaikan jaringan pelayanan kesehatan. Upaya memperbaiki AKB
adalah melalui perbaikan keadaan social dan ekonomi, kerjasama yang erat antara
ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat, dokter umum, dan
perawat kesejahteraan ibu dan anak, dll.

3.2.SARAN
Setelah ditarik kesimpulan sebagaimana tersebut di atas selanjutnya penulis
mengajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat berpartisipasi dalam upaya menekan AKI dan
AKB sesuai kemampuan dan teori yang sudah didapatkan.
2. Untuk Akademi
Diharapkan Akademi dapat memberikan penilaian terhadap mahasiswa
apakah sudah memahami penjelasan dari tugas yang diberikan.
3. Untuk Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui AKI dan AKB dan upaya-upaya
yang sudah dan yang akan dilaksanakan untuk menekan AKI dan AKB.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka


Manuaba,Ida Bagus.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai