Anda di halaman 1dari 28

MODUL 3 BLOK 18 –

KELAINAN REFRAKSI
MATA
By: Ezio Auditore da Firenze
PRASYARAT : ANATOMI MATA

Mata di bagi dalam cavitas orbita, sebagai ruang penambung dan bulbus oculi (bola mata)
sebagai isinya
Lapisan dari bola mata, dari luar ke dalam terdiri dari :
o Tunika fiborsa bulbi
Sclera
Lapisan yang kuat
Berwarna putih
5/6 bagian belakang
Merupakan tempat perlekataan otot ekstra okuler penggerak bola
mata
Cornea
Lapisan 1/5 depan
Transparant
Avaskular
Sangat sensitive
o Tunika vasculosa bulbi
Choridea
Berisi unsur pembuluh darah a.cilliaris brevis
Corpus cilliaris
Merupakan lanjutan choroidea ke anterior
Terdiri atas dua
o Corpus cilliare
Memegang lensa melalui serabut zonula Zinil
o M.Ciliaris

1
Yang akan berkontraksi sehingga mengurangi
tegangan zonula zinii
Yang memgang lensa
Yang menyebabkan penyembungan lensa
Iris
Membagi menjadi camera oculi anterior dan posterior
Ujung sentral nya membentuk pupil
Mempunyai M.contrictor papillae di atur oleh persarafan
parasimpatis N.III
M.Dilator papillae simpatis

o Tunika interna bulbi


Lapisan terdalam bulbus
Retina lapisan saraf penerima cahaya
Pada fundus yang merupakan bagian posterior retina, akan tampak papilla
nervi optici yang merupakan tempat keluar masuk a.retina centralis dan
N.opticus
Macula lutea sebelah lateralnya yang merupakan bagian penglihatan utama

2
Sinar cahaya dari luar ke dalam
o Corena
Trasparan
Tebalnya di bagian central 0.8 – 0.9 mm, prefier 1.1 mm
Tidak memiliki pembuluh darah (nutrisi dari pembuluh darah di limbus dan
humor aqueous melalui endothel corena
Terdapat 5 lapisan cornea
Lapisan epithel
Membrane bouwman
Substansia propria
Membrana descementr
Lapisan endothel

o Camrea oculi anterior (COA)


Ruang di depan iris
Berisi humor aquaeous
o Melalui pupil masuk camera oculi posterior (COP)
o Lensa cirstalina
Bentuk biconvex
Dinding belakang lebih cembung dari depan
Trasparan
Lentur
Bentuknya dapat berubah saat berakomodasi
Terdiri dair
Capsula lensa
o Tebal
Epitel subcapsuler /lensa
o Selapis epitel kuboid
o Hanya didinding depan
Serat lensa
o Berasal dari diferensiasi epitel subcapsuler

3
o Diproduksi seumur hidup

o Coprus viterus
Berupa subtansi seperti gel, mengandung air, elektrolit, serabut kolagen, dan
asam hyaluron
Memegang lensa di dinding posterior dan retina di membrane limitans
interna retinae
o Retina
Ada papilla N.optici di medial dan fovea centralis yang berisi macula lueta
(hanya di dapatkan sel kerucut), yang makin lama ke prifer makin berkurang
dan bercampur dengan sel batang
Sel batang dan sel kerucut merupakan sel fotoreceptor
F(x) : mengubah rangsangan cahaya menjadi ransangan saraf melalui
N.Opticus corpus geniculatum laterale radiation optica
cortex lobus occipitalis
Ada 10 lapisan retina (dari luar ke dalam)
Epitel pigmentalis
Stratum coni et bacilli
Membrane limitans externa
Stratum granularis externa
Stratum flexiform externa
Stratum granularis interna
Stratum flexiform interna
Stratum ganglionaris
Stratum nervi optici
Membrane limitans interna

4
PRASYARAT : FISIOLOGI PENGLIHATAN

Proses penglihatan di mulai dari masuk nya sinar yang berasal dari objek penglihatan melewati
beberapa lapisan media refraksi :
o Kornea
o Humor aqueus
o Lensa
o Humor viterus
o Retina
Cahaya yang masuk akan mengalami pembiasan pada saat melewati setiap media refraksi dan
akhirnya di fokuskan pada satu titik yaitu fovea sentralis
Ada dua macam reseptor penglihatan
o Sel batang
o Sel slindris
Paling banyak pada fovea sentralis
Oleh karena itu penglihatan paling jelas di fovea sentralis
Pada setiap reseptor di fovea sentralis terjadi serangkaian proses kimia sapai terbentuk implus
listrik yang selanjutnya di salurkan rangakain jaras penglihatan korteks penglihatan primer
Jaras penglihatan

5
Setiap mata melihat hanya sebagian dari objek (zona monokuler), kemudian keuda zona
monukuler itu berdifusi membentuk lapangan pandang binokuler
Lapangan pandang binokuler ini terbentuk dari setengah lapangan pandangan kanan dan
setengah lapang padang kiri
Setiap lapang pandang diproyeksikan pada fovea centralis
Satu lapang pandang diproyeksikan pada hemiretina nasalis mata ipsilateral dan hemiretina
mata kontralateral
Akson dari sel ganglion keluar dari bola mata sebagai nervus optikus bersilang sebagian
pada chiasm optikus traktus optikus.
Oleh karena itu traktus optikus kiri berasal dari lapangan pandang temproralis mata kiria dan
lapangan pandang nasalis mata kanan, lapangan pandang lainnya id bawa oleh traktus optikus
kanan, demikian pula sebaliknya
Semua bayangan yang berasal dari retina diproyeksikan pada 4 area subkortikal pada otak
o Nukelus genikulatum lateralits
Merupakana puisat penglihatan subkortikal utama dalam menyalurkan
implus kepada korteks penglihatan primer
o Kolikulus superior
Pengatur gerakan bola mata
o Hipothalamus
Berhubungan dengan irama sirkadian
o Pretektum
Sebagiai pusat pengaturan reflex cahaya
Masing masing nucleus geniculatum lateralius mengeluarkan readitio optikus untuk mencapai
korteks penglihatan primer
Pada area ini, banyangan yang berasal bagian fovea sentralis di petakan pada daerah
posterior, sedangkan bagian lateral fovea sentralis di petakan pada daerah anterior
Bayangan baian atas di proyeksikan pada daerah bawah dari ulkus kalkarinus, sedangkan
bayangan bagian bawah di petakan pada daerah atas skulks tersebut

6
Aliran humor aquosus
o Proc cilliaris COP Pupil COA Anguli iridocornealis sinus venosus sclera
(canalis schlemm) plexus limbal vv.vorticosae vv.ciliaris anterior

Penguban cahaya menjadi aksi potensial

7
8
9
KELAINAN REFRAKSI

EMITROPIA

Mata emetropia adalah mata tanpa kelainan refraksi/pembiasan sinar dan berfungsi normal.
Pada mata emetropia, daya bias mata adalah normal, dimana sinar jauh difokuskan sempurna
di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi.
Mata emetropia mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.
Kekuatan refraksi mata secara total adalah 60 dioptri, sedangkan kekuatan refraksi kornea 40
dioptri, kekuatan refraksi lensa 20 dioptri.

MIOPIA

DEFINISI

Miopia = rabun jauh:


o Terjadi gangguan pembiasan mata, dimana sinar-sinar yang datang sejajar pada
mata yang tidak berakomodasi, akan difokuskan di depan retina.

KLASIFIKASI

Menurut kelainan yang mendasarinya (klasifikasi Borish & Duke-Elder):

10
o Miopia refraktif, bertambahnya kemampuan refraksi media penglihatan.
Miopia kurvatura
Terjadi peningkatan kurvatura pada kornea atau lensa, misalnya pada
katarak intumesen.
Miopia bias/miopia indeks
Terjadi peningkatan indeks bias dari salah satu atau lebih media
refraksi.
o Miopia aksial, miopia akibat sumbu bola mata antero posterior lebih panjang dari
normal, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
Menurut derajat beratnya dibagi menjadi
o Miopia ringan
Dimana miopia sampai 3 dioptri,
o Miopia sedang
Dimana miopia > 3-6 dioptri
o Miopia berat atau tinggi (myopia gravior)
Dimana miopia > 6 dioptri.
Menurut penampilan/perjalanan klinisnya:
o Miopia progresif
Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
o Miopia maligna/miopia pernisiosa/miopia degenerative
Miopia yang berjalan lebih progresif dan dapat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan.
Ditandai dengan adanya kelainan degeneratif pada fundus.
o Nocturnal/night myopia
Disebabkan karena peningkatan aberasi sferis saat pupil berdilatasi pada
keadaan cahaya kurang, pada orang-orang tertentu.
Mekanisme persisnya belum diketahui.
o Pseudomyopia
Sebagai akibat dari spasme M. ciliaris.
Menurut usia :
o Congenital/infantile myopia
Onset sejak lahir sampai balita
o Youth onset myopia
Onset < usia 20 tahun
o School myopia
Onset usia sekolah
o Adult onset myopia
Early
Onset pada usia 20-40 tahun
Late
Onset pada usia >40 tahun

PATHOGENESIS

11
PATHOPHSIOLOGY

Myopia penglihatan kabur jarak jauh (belum di koreksi) memicingkan mata kelelahan
otot mata Mata lelah dan pusing Butuh nutrisi eksta mata berair

GEJALA KLINIK

Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat bahkan dapat melihat terlalu
dekat.
Sedangkan melihat jauh kabur; disebut rabun jauh.
Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai juling ke
arah luar (divergent) dan celah kelopak yang sempit.
Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi
sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole.

HIPERMETROPIA

DEFINISI

Hipermetropia atau hiperopia atau rabun dekat adalah gangguan kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar yang masuk ke dalam mata dalam keadaan tidak berakomodasi
akan difokuskan di belakang retina.
Oleh karena dibiaskan di belakang retina, bayangan yang dihasilkan kabur.

12
Mata hiperopia sering juga memberikan gejala bayangan kabur saat melihat jauh.

KLASIFIKASI

Struktur hiperopia berdasarkan konfigurasi anatomi bola mata :


o Hiperopia sumbu
Pada keadaan ini didapatkan diameter antero posterior bola mata lebih
pendek dari normal meskipun media refraksi (misalnya lensa atau kornea)
normal.
o Curvature hiperopia ( hipermetropia kurvatur)
Hipermetropia kurvatur adalah keadaan dimana kelengkungan lensa atau
kornea lebih datar dari normal sehingga kekuatan refraksinya turun.
Macam-macam hipermetropia
o Hipermetropia manifes
Di dapatkan tanpa sikoplegik
Dapat di koreksi dengan kaca mata positif maksimal
Terdiri atas
Absolut
o Kelainana refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan
memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh
Fakultatif
o Kelainan hipertropia dapat imbangi dengan akomodasi dan
memerlukan kacamata positif untuk melihat yang jauh
o Bisa melihat normal tanpa kacamata, bila diberikan kaca
mata positif memberikan penglihatan normal maka otot
akomodasinya akan istirahat
o Hipermetropia Laten
Kelainan hipermetropia tanpa siklopegia diimbangi seluruhnya dengan
akomodasi
Diatasi pasein dengan akomodasi terus menerus
Makin muda makin besar komponen hipermetripia laten seseorang

13
Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga
hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan
menjadi hipermetropia absolut
o Hipermetropia total
Hipermetropua laten dengan manifest yang ukurannya di dapatkan sesudah
di berikan siklopegia
Hipermetropia berdasar besarnya dioptric
o Hipermetropia ringan
Antara S +0.25 – S + 3.00 D
o Hipermetropia sedang
Antara S +3.25 – S + 6.00 D
o Hipermetropia berat
> S + 6.25 D

PATHOGENESIS & PATHOPHYSIOLOGY

GEJALA KLINIK

Penglihatan untuk dekat kabur


Oleh karena seorang dengan hipermetropia harus terus berakomodasi untuk mendapatkan
tajam penglihatan terbalik, maka padanya timbul keluhan keluhan lelah, pusing, sakit kepala,
dan sebagian nya (Astenopia akomodatif)

14
Oleh karena akomodasi juga disertai konvergensi (Trias N III adalah akomodasi, konvergensi,
dan miosis) maka kemungkinan posisi kedua mata dalam keadaan strabismus konvergen
(esotropia)
Jika derajat hipermetropia pada suatu mata lebih tinggi pada mata lainnya, maka mungkin
mata yang pertama tidak dipergunakan, sehingga tajam penglihatan makan lama makin
kurang (amblyopia)
Mata amblyopia sering mengulir ke temporal disebut strabismus divergen (eksotropia)

ASTIGMATISME

DEFINISI

Astigmatisme adalah kelainan refraksi mata, dimana didapatkan bermacam-macam derajat


refraksi pada bermacam-macam meridian, sehingga sinar sejajar yang datang pada mata itu
akan difokuskan pada macam-macam fokus pula.
Pada astigmat berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik pada retina akan tetapi pada 2
garis yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.
Bila melihat satu titik di depan mata, maka titik tersebut tidak dapat difokuskan lagi menjadi
satu titik tetapi berubah menjadi satu garis, suatu lingkaran atau oval.

ETIOLOGI

Para ilmuwan dan peneliti tidak sepenuhnya memahami mengapa ada sebagian orang yang
mengalami gangguan refraksi astigmatisme, dan sebagian tidak.
Tidak ada faktor risiko tertentu yang menyebabkan mengapa ada yang mengalaminya, dan
ada yang tidak.
Penyebab astigmatisme:
o Herediter/ kongenital
Astigmatisme dapat merupakan suatu kelainan yang diturunkan/ herediter
dan telah ada sejak lahir.
o Akuisita
Kelainan kornea
Kelainan di lensa

KLASIFIKASI

Berdasarkan Aksis
o Astigmatisme Reguler
Astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau
berkurang perlahan lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian
berikutnya
Dibagi atas :
Astigmatisme with the rule
o Suatu keadaan kelainan refraksi astigmat dimana koreksi
dengan silindirs negative dengan sumbu 1800
o Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan korbea pada
meridian vertikal lebih kuat atau jari jari nya
o Sering pada bayi baru lahir
Astigmatisme against the rule

15
o Suatu keadaan kelainan refraksi astigmat dimana koreksi
dengan silindirs negative dilakukan dengan sumbu tegak
lurus ( 60 – 1200) atau silindris positif sumbu horizontal ( 30 –
150 0)
o Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan korbea pada
meridian horizontal lebih kuat di bandingkan kelengkungan
korena vertical
o Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut
Astigmatisme oblik
o a type of regularastigmatism where the two principal
meridia are notthe horizontal and vertical though these are
at rightangles to one another (e.g., 45° and 135°).
o Astigmatisme Irreguler
Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus.
Dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda
sehingga bayangan menjadi irregular
Etiologi : infeksi kornea, trauma dan distrofi
Berdasarkan Fokus
o Setiap meridian mata mempunyai titik fokus tersendiri, yang letaknya mungkin
teratur (pada astigmatisme regularis), dan mungkin pula tak teratur ( pada
astigmatisme iregularis).
o Berdasarkan titik fokus tersebut, astigmat regularis dibagi menjadi :
Astigmatisme simpleks
Astigmatisme miopi simpleks
o Titik fokus pertama ada di depan retina dan titik fokus kedua
pada retina

Astigmatisme hipermetropi simpleks


o Titik fokus pertama terletak di retina dan titik fokus kedua di
belakang retina

Astigmatisme kompositus
Astigmatisme miopi kompositus
o Kedua titik fokus terletak di depan retina

16
Astigmatisme hipermetropi kompositus
o Kedua titik fokus terletak di belakang retina

Astigmatisme mikstus
Titik fokus ada di kedua sisi retina, titik fokus pertama di depan retina
dan titik fokus yang kedua di belakang retina

Contoh koreksi pada tiap-tiap astigmat

a. Astigmat Miop Simpleks C -3.00 x 150

b. Astigmat Miop kompositus S -2.00 C – 3.00 x 150

c. Astigmat Hipermetrop Simpleks C +2.00 x 90

d. Astigmat Hipermetrop Kompositus S +3.00 C + 2.00 x 90

e. Astigmat Mikstus S – 2.00 C + 5.00 x 120

PATHOGENESIS

17
PRESBIOPIA

DEFINISI

Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berhubungan dengan usia dimana terjadi
gangguan melihat dekat.

ETIOLOGI

Penyebab terjadinya presbiopia adalah berkurangnya kemampuan akomodasi dari lensa mata
manusia sehingga tidak dapat memfokuskan bayangan dari objek yang letaknya dekat jatuh
tepat di retina. Presbopia juga disebabkan oleh karena perubahan urvatura akibat usia yang sudah
lanjut dan kelemahan m. ciliaris.

KLASIFIKASI

Presbiopia Insipien
o Presbiopia Insipien merupakan presbiopia tahap awal dimana penderita hanya
mengeluh perlu usaha lebih dari mata untuk melihat tulisan yang kecil dari jarak
dekat.
o Pada pemeriksaan visus didapatkan hasil yang normal.
Presbiopia Fungsional
o Pada presbiopia fungsional penderita mulai menunjukkan keluhan dalam melihat
dekat yang seiring dengan penurunan kemampuan akomodasi.

18
Presbiopia Absolut
o Presbiopia absolut merupakan suatu kondisi dimana kemampuan akomodasi
penglihatan sudah tidak ada lagi.
Presbiopia Prematur
o Presbiopia prematur merupakan suatu keaadaan dimana presbiopia muncul pada usia
yang lebih muda dari yang diperkirakan. Hal ini dapat terjadi oleh pengaruh
lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan tertentu.
Presbiopia Nocturnal
o Presbiopia nocturnal adalah presbiopia yang muncul pada saat melihat dalam cahaya
yang kurang atau gelap. Hal ini disebabkan midriasis pupil dan penyempitan lapang
pandang.

PATHOGENESIS & PATHOPHYSIOLOGY

GEJALA KLINIK

Gejala yang pertama kali dirasakan penderita presbiopia adalah kesulitan untuk membaca dalam jarak
normal atau dekat terutama pada keadaan dimana cahaya kurang. Penderita biasanya memegang
buku atau benda yang dilihatnya dengan jarak yang jauh agar dapat dilihat.

PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN

Pemeriksaan tajam penglihatan atau visus merupakan salah satu cara pemeriksaan subjektif
penglihatan sentral

19
Dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan
diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari ( hitung jari ataupun proyeksi
sinar)
Pemeriksaan pada orang dewasa tes standar yang digunakan adalah kartu Snellen
Prinsip pemeriksaan refraksi adalah sinar harus dating dari jarak lebih dari 5 – 6 meter karena
akan berupa sinar parallel, bila kurang dari 5 meter akan berupa sinar divergen
Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuna mata
membaca huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu
Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 6 / 6 atau 20 / 20 untuk penglihatan
normal
Pada keadaan ini mata dapat melihat huruf pada jarak 6 m atau 20 kaki yang seharusnya dapat
dilihat pada jarak tersebut.
Tajam penglihatan normal rata rata bervariasi antara 6 / 4 atau 20 / 15 – 20 / 20
Bila visus tidak dapat mencapai 6 / 6 harus dikoreksi dengan lensa sferis + / - atau lensa silindirs
+/-

Bila huruf terbesar pada kartu Snellen tidak dapat terlihat, maka penderita diminta
menghitung jari pemeriksa yang diletakan pada dasar yang putih
Normal finger counting dapat dilihat pada jarak 60 m
Bila penderita hanya dapat menghitung jari pada jarak 3 m, maka visus nya 3 / 60
Bila pada jarak dekat pun tak dapat menghitung jari, maka penderita harus dapat mengatakan
arah dair gerakan tangan pemeriksa dengan benar, yang di gerak gerakkan di depannya
Dengan keadaan normal gerakan tangan dapat dilihat pada jarak 300 m
Bila dapat ditentukan arahnya dengan baik pada jarak 1 m maka visus nya 1 / 300

20
Bila gerakan tangan tidak dapat dilihat, maka harus dilakukan penyinaran pada satu mata,
mata yang lain di tutup dan penderita harus dapat menentukan arah datangnya sinar berasal
dari suatu lampu senter yang disinarkan pada matanya dari bermacam maca arah
Bila dapat menentukan adanya sinar maka visus 1 / ~ bila dapat menentukan arah datangnya
sinar dengan baik, visus 1/~ dengan proyeksi baik
Bila tidak dapat menentukan arah datangnya sinar dengan baik maka visus 1 / ~ dengan
proyeksi buruk
Bila tidak dapat melihat maka visus nya 0
Pemeriksaan myopia
o Tujuan
Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negative yang
diperlukan unutk memperbaiki tajam penglihatan sehingga tajam penglihatan
menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan yang baik
Pemeriksan pin hole
o Tujuan
Pemeriksaan ini bermaksud untuk mengetahui apakah tajam penglihatan
turun akibat kelainan refraksi atau kelainan media penglihatan atau saraf
optic
o Dasar
Kelainan refraksi apapun akan membaik tajam penglihatannya bial diberi
pinhole di depan mata tersebut

Pemeriksaan presbyopia
o Tujuan
Untuk mengukur derajat berkurangnya kemampuan sesorang berakomodasi
akibat bertambahnya usia
o Dasar
Gangguan akomodasi pada usia lanjut terjadi akibat kurang lenturnya lensa
Pada presbyopia pungtum proksimum (titik terdepat yang masih dapat
dilihat) terletak makin jauh di depan mata dibandung dengan keadaan
sebelumnya
o Cara
Setelah dilakukan koreksi untuk penglihatan jauh, pasien diminta untuk
membaca kartu baca dekat pada jarak 30 – 40 cm(jarak baca) (Jagger test)
Pasien diminta untuk membaca huruf terkecil

21
Diberi lensa positif mulai S + 1.00 yang dinaikan perlahan lahan sampai
terbaca huruf terkecil pada kartu baca dekat
Pemerikasaan ini baisanya dilakukan sekaligus pada kedua mata
Ukuran lensa yang memberikan ketajaman penglihatan dekat sempurna
merupakjan ukuran lensa yang diperlukan unutk adisi kacamata baca
biasanya
S + 1.00 D untuk usia 40 tahun
S + 1.50 D untuk usia 45 tahun
S + 2.00 D untuk usia 50 tahun
S + 2.50 D untuk usia 55 tahun
S + 3.00 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 30 cm, maka adisi S+3.00 D adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan pada seseroang
Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak
33 cm, karena benda yang dibaca terletak pada titik api pensa S+3.00 D,
sehingga sinar yang keluar akan sejajar
Adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan jarak kerja pasein pada waktu
membaca
Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka angka di atas tidak merupakan
angka yang tetap
Pemeriksaan jarak pupil
o Jatuhkan sinar senter pada kedua mata, sianr harus berasal dari depan pasein, pasien
diperintahkan untuk melihat dahi pemeriksa atau melihat pada sinar senter, ukur
jarak bayangan sinar pada kornea antara mata kanan dan kiri dan dinyatakan sebagai
jarak pupil untuk penglihatan dekat, sedanmgkan untuk jarak jauh tambhkan 2 mm
unutk jarak pupil kurang dari 60 mm dan 3 mm untuk jarak pupil lebih dari 60 mm
Pemeriksaan refraksi secara objektif
o Pemeriksaan refraksi secara objektif tidak selalu dilakukan.
o Beberapa keadaan yang mengharuskan dilakukan pemeriksaan refraksi secara
objektif adalah
Bila refraksi subjektif belum maksimal
Pasien anak anak
Pasien tidak koperatif
Ambliopia
Starbismus
o Pemeriksaan rekfraksi secara objektif sebaiknya dalam keadaan pupil lebar
o Refraktometer
Kita dapat mendapatkana secara lengkap kekuatan sferis, silindirs dan aksi
kelainan refraksi pasien
o Komponen yang harus diperhatikan pada resep kacamata adalah
Mata yang diperiksa od/os.ods
Kekuatan lensa + / - aksis
Jarak pupil
Nama penderita
o Berbagai macam jenis kacamata
Monofokal
Bifokal

22
Progresif
o Anisometrop
Keadaan dimana kekuatan refraksi kedua mata tidak sama, bila perbedaan
antara 2 mata kurang dari 2.5 D penglihatan binocular masih dapat tercapai
karena masih dapat melakukan fusi, tetapi bila perbedaan lebih atau sama
dengan 2.5 D akan terjadi kesulitan fusi sehingga tidak akan terjadi
penglihatan binocular, mata yang lemah akan disupersi dan terjadi amblyopia
o Aniseikonia
Perbedaaan ukuran bayangan antara mata kanan dan kiri
Pemeriksaan rekfraksi yang ideal adalah pemeriksaan subjektif kemudian dilakukan
pemeriksaan objektif dengan siklopegik, kemudian dilakukan pemeriksaan subjektif kembali

JENIS LENSA KOREKSI

Lensa sferis
o Lensa dengan diameter kurvatura yang sama pada setiap meridian
o Ada dua macam
Lensa konveks
+
Merupakan gabungan 2 prisma yang bersatu pada dasarnya yang
mempunyai karakteriksitk membuat bayangan menjadi lebih besar
dan dekat

Lensa konkaf
-
Merupakan gabungan dari 2 pirsma yang bersatu pada apkesnya yang
mempunyaiu karakteristik membuat bayangan lebih kecil dan jatuh
Terdapat 3 macam lensa konkaf
o Bikonkaf
o Planokonkaf
o Konvekskonkaf

23
Lensa silindirs
o Jenis lensa yang mempunyai dua meridian yang tegak lurus satu dengan yang lainnya
meridian yang tidak mempunyai kekuatan disebut aksis

24
Lensa sferosilindris
o Merupakan gabungan lensa sferis dan silindirs
o Kekuatana lensa dapat di nyatakan dengan suatu diagaram lensa (power cross)
o Terdapat berbagi bentuk kacamat
Monofokal
Bifokal
Multifokal

IDENTIFIKASI MASALAH

Seorang pria berusia 22 tahun Indisensi Miopia (Laki laki > Perempuan : 2 : 1 terkait
X)
Datang ke poli mata dengan keluhan penglihatan kabur saat melihat jauh. Kelain
refraksi
Keluhan ini dirasakan penderita kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu, tetapi tidak
dihiraukan oleh penderita.
Akhir-akhir ini, mata terasa lelah dan berair disertai rasa pusing. GK kelainan refraksi
Mata harus dipicingkan supaya melihat baik. Pin hole
Penderita menyangkal adanya riwayat penglihatan kabur mendadak, trauma pada mata, dan
mata merah. Menyingkirkan penyebab lain
Penderita juga menyangkal adanya riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis.
Mengikirkan tekanan tinggi intra ocular dan glaucoma
Ada anggota keluarga penderita yang menderita kelainan seperti ini. FR Genetik
Pemeriksaan fisik umum : dalam batas normal
Pemeriksana oftamologis
OD OS
Penglihatan jauh
Visus Dasar 6 / 18 6 / 12
Pinhole 6/6 6/6
Koreksi S – 1.50 D S – 1.00 D
Visus setelah koreksi 6/6 6/6
Visus binocular 6/6
Jarak pupil 60 / 58
Posisi bola mata Ortoforia
Pengerakana bola mata Versi dan duksi
TIO 17.3 mmHg 17.3 mmHg
Pemeriksaan segmen anterior
Konjungtiva bulbi Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
Pupil Bulat,isokor Bulat,isokor
Iris Sinekia - Sinekia -
Lensa Jernih Jernih
Funduskopi DBN DBN

Pada penderita ini

Visus dasar :

25
o 6 / 18 = Penderita hanya dapat melihat pada jarak 6 meter sedangkan orang normal
pada jarak 9 meter
o 6 / 12 = Penderita hanya dapat melihat jarak 6 meter, sedangkan orang normal pada
jarak 12 meter
Dengan menggunakan pinhole visus penderita 6 /6 artinya : penderita mengalami kelainan
refraksi , tetapi tidak dapat kelainan media refraksi
Setelah di koreksi dengan S – 1.50 OD dan S – 1.00 OS visus menjadi 6 / 6 = penderita dapat
melihat pada jarak 6 meter dan orang normal pada jarka 6 meter

DASAR DIAGNOSIS

Penglihatan kabur pada saat jauh


Mata terasa lelah dan berair disertai rasa pusing
Mata harus dipicingkan supaya melihat baik
Ada anggota keluarga penderita yang menderita kelainan seperti ini
Gangguan visus
Pinhole 6/6 ODS
Koreksi – 1.50 OD dan – 1.00 OS ringan

DIAGNOSIS KERJA

Miopia Ringan Oculi Dextra et Sinista

PENATALAKSANAAN

R/ Kaca mata monofokus / monofokal

OD : S – 1.50 D OS : S – 1.00 D
60
DP(Distansia pupil) = 58mm

Jika resep untuk presibiopia

R/ Kaca mata bifokus / biofokal

OD : S – 1.50 D OS : S – 1.00 D

Add S + 2.00 (tergantung umur) Add S + 2.00


60
DP(Distansia pupil) = 58mm

PENCEGAHAN

Jarak baca 30 cm, penerangan cukup, duduk tegak


Aktivitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian, istirahat 15-20 menit
Gizi seimbang
Koreksi kelainan mata sedini mungkin

KOMPLIKASI

Degenerasi vitreus
Ablatio retina
Strabismus; juling ke arah luar karena jarang akomodasi —> otot konvergensi jarang dipakai

26
Miopi makulopati; penipisan koroid, retina, pemb darah mata —> atrofi sel retina —> lapang
pandang berkurang

PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Selamat Belajar !! GBU !!


"Being busy in effective pursuit of your passion is one of the
keys to happiness." - Connor Young

27

Anda mungkin juga menyukai