Ketika anda duduk di SMP atau SMA, pernahkah anda berpikir untuk
berwirausaha setelah lulus? Apa jawaban anda? Kalau mau jujur dan mau diurut maka
pilihan anda yang pertama adalah melanjutkan ke perguruan tinggi, pilihan kedua
bekerja dan pilihan ketiga baru berwirausaha. Orangtua kita memang tidak mengajarkan
bagaimana cara mencari uang. Mereka hanya menganjurkan kita untuk rajin belajar agar
menjadi pintar dan akhirnya mendapatkan pekerjaan yang terjamin masa depannya.
Kenapa? Karena orang tua tak pernah bermimpi anaknya menjadi pengusaha, pedagang
bahkan pengasong. Selagi orangtua mampu membiayai, anda pasti diberi pilihan kuliah.
Beruntung bagi anda yang orang tuanya mampu secara ekonomi, sehingga bisa
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Mau mengambil jurusan apa? Pertanyaan
ini timbul bagi mereka yang belum mempunyai “passion”. Idealnya ada irisan antara
passion dengan skill dalam memilih jurusan. Namun jangan khawatir skill itu bisa
dilatih, baik soft skill maupun hard skill (akademik).
Selesai kuliah pastinya anda mencari pekerjaan. Butuh waktu berapa lama untuk
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan akademik anda? Apa yang
anda dapatkan saat anda bekerja dengan orang lain, prestise? atau jabatan? atau uang?
Robert T. Kiyosaki mengatakan “ Kalau kamu bekerja demi jaminan kerja, kamu akan
bekerja keras dalam sebagian besar hidupmu. Kalau kamu bekerja untuk membangun
bisnis, kamu mungkin bekerja lebih keras pada awalnya tetapi kamu akan bekerja
semakin sedikit pada akhirnya, dan mungkin akan memperoleh uang sepuluh hingga
100 hingga 1000 kali lebih banyak”.( Rich
Dad,
Poor
Dad ).
Dikatakan bahwa orang yang paling
baik adalah yang paling berguna atau
bermanfaat bagi orang lain. Memiliki bisnis
adalah salah satu cara berguna bagi orang
lain (dalam skala yang besar). Camkan
dalam hati, sejak duduk dibangku kuliah
“memiliki bisnis sendiri adalah sebuah cita-
cita”. Google dilahirkan pada tahun 1996
melalui pemikiran dua mahasiswa dari
Stanford University, Sergey Birn dan Larry Page. Google muncul dari sebuah masalah
yang sangat sederhana, yaitu kebutuhan untuk menemukan informasi dengan cepat dan
akurat (Suhartanto, 2010).
Ditangan Reza
Nurhilman yang
akrab disapa Axl,
kripik Maicih
yang terbuat dari
singkong dapat
“menghipnotis”
pembelinya. Ia
mulai
berwiraswasta di bidang kuliner bulan Juni 2010. Axl sekarang duduk di jurusan
manajemen Universitas Maranatha Bandung. Awal mula mendirikan kripik maicih
adalah dengan pertemuannya dengan perempuan separuh baya yang berjualan kripik di
daerah Cimahi. Pemasaran kripik maicih pertama kali dimulai door to door dengan
pemesanan antar kos-kosan (http://citizenmagz.com/26 Mei 2013).
Kedua contoh di atas merupakan entrepreneur muda yang meraih sukses dari
bangku kuliah. Menjadi seorang entrepreneur atau pengusaha adalah impian sebagian
besar orang. Apakah hanya orang-orang tertentu yang bisa menjadi pengusaha? Semua
orang berpeluang menjadi pengusaha, asalkan tahu usaha apa yang akan dibangun dan
dikembangkan, tentunya dengan modal dan pemikiran yang matang. Guru besar
manajemen, Peter F Drucker memberikan pernyataan bahwa Most of what you hear
about entrepreneurship is all wrong, its not a magic, its not mysterious, and is has
nothing to do with the genes. It’s a discipline, and, like any discipline, it can be
learned”. Pada dasarnya, ada tiga faktor yang memengaruhi perkembangan manusia
kelak, yaitu lahir, lingkungan dan latihan. Kemudian ada dua golongan input yang
membentuk jiwa entrepreneur yaitu input internal dan input eksternal.
Input internal adalah masukan yang berasal dari dalam individu. Bentuknya
dapat berupa bakat, pengetahuan dan kemampuan awal, motivasi, jiwa, perilaku dan
pengendalian diri. Input eksternal adalah masukan berasal dari luar individu. Bentuknya
dapat berupa lingkungan, keluarga, pengalaman, organisasi dan kelompok. Kedua
golongan input tersebut sama-sama mengaruhi proses pembentukan jiwa entrepreneur
yang penuh kreativitas dan inovasi. Dengan demikian outputnya menghasilkan insan
yng unggul kompetitif dan unggul komparatif.
5. Potensi Kesuksesan
Gardner (1983) menyatakan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan yang
berbeda-beda yang dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Linguistic Intelligence. Kemampuan yang berhubungan dengan bahasa, mampu
menulis atau berbicara dengan baik. Orang yang memiliki kemampuan ini cocok
menjadi ahli pidato, politikus, penyair, editor, atau wartawan.
b. Logical-.Mathematical Intelligence. Kemampuan yang berhubungan dengan
angka-angka dan berpikir kritis. Cocok menjadi ahli matematika, akuntan, ahli
anguine , ilmuwan, programmer.
c. Spatial Intelligence. Kemampuan yang berhubungan dengan ruang dan
visualisasi. Cocok menjadi interior design, arsitek, seniman, pelukis.
d. Bodily-Kinesthetic Intelligence. Kemampuan mengolah tubuh untuk
mengekspresikan ide atau perasaan, memproduksi atau mentransformasi benda-
benda. Cocok menjadi angu, atlet, penari, pematung, mekanik, atau ahli bedah.
e. Musical Intelligence. Kemampuan yang berhubungan dengan angu. Cocok
menjadi pemusik, pencipta lagu, penyanyi.
f. Interpersonal Intelligence. Kemampuan untuk memahami orang lain. Cocok
menjadi salesman, guru, pekerja sosial.
g. Intrapersonal Intelligence. Kemampuan untuk memahami diri sendiri. Cocok
menjadi pengarang, konselor, ahli filsafat.
h. Naturalistic Intelligence. Kemampuan yang berhubungan dengan alam. Cocok
menjadi petani, tukang kebun, pecinta alam.
i. Existensial Intelligence. Kemampuan yang berhubungan dengan hal-hal
supranatural. Cocok menjadi rohaniwan, paranormal, astrolog.
Di samping klasifikasi kecerdasan di atas, ada pula istilah-istilah kecerdasan yang
belakangan ini semakin popular, yaitu “enam pilar kesuksesan” yang meliputi:
1)Intelligence Quotient (inteligensi intelektual), 2)Emotional Quotient (inteligensi
emosi), 3)Spiritual Quotient (nteligensi spiritual), 4)Adversity Quotient (inteligensi
ketahanan), 5)Financial Quotient (inteligensi finansial), 6)Entrepreneurial Quotient
(inteligensi berwirausaha).
Aribowo Prijosaksono dan Sri Bawono (2004) memberikan definisi tentang apa
itu kecerdasan berwirausaha. Menurut mereka, kecerdasan wirausaha adalah dorongan
hati dan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan kreativitas dan kemampuan
pribadinya menjadi sebuah usaha atau bisnis yang bisa memberikan nilai tambah bagi
dirinya secara berkelanjutan.Seperti diungkapkan dalam buku tersebut para pebisnis
sukses memiliki kesamaan karakteristik sebagai berikut:
a. Mereka memiliki kemampuan melihat visi masa depan;
b. Memiliki kemampuan mengatasi tantangan;
c. Memiliki passion (kecintaan pada apa yang ditekuni dan kepedulian pada
orang lain);
d. Kreatif dan inovatif;
e. Mampu berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain
f. Memiliki ambisi yang luar biasa sehingga mampu bekerja keras
g. Rendah hati;
h. Optimis dan memiliki sikap tenang;
i. Bersikap konsisten;
j. Fokus melakukan hal yang benar.
Kesepuluh karakteristik di atas merupakan perpaduan antara IQ EQ SQ AQ dan FQ
yang disebut dengan kecerdasan berwirausaha.
Bila ditanya sebagai manusia apa anda? Pastilah jawabannya “manusia wajib”.
Sebagaimana doa orangtua kita yang senatiasa mengharapkan kita kelak menjadi anak
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Kunci proses pengembangan diri adalah
mengenal diri sendiri. Ini tidak hanya berlaku bagi keberhasilan di bidang karier,
melainkan juga di berbagai bidang kehidupan lainnya, termasuk keluarga, sosial
masyarakat, dan spiritual. Dengan mengenal diri sendiri, seseorang mengetahui apa
yang mesti jadi tujuan hidupnya. Ia menyadari kemampuan dan bakat-bakatnya serta
tahu bagaimana menggunakannya demi mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia
lebih mampu menemukan makna dan kepenuhan dari hidupnya.
7. Menggali Potensi Diri
Banyak orang yang tidak tahu
potensi dirinya. Tidak tahu apa saja
kelebihan yang dimilikinya. Coba saja
tanya diri kita sendiri atau orang-orang
terdekat kita. Apa sih kelebihan diri
kamu? Apa ya, Bingung jawabnya. Tapi
kalo ditanya apa kekurangan atau
kelemahan diri, banyak orang yang
dengan cepat bisa menjawab kurang
ganteng, miskin, tidak pandai, dan sebagainya. Sebagian orang beranggapan kita tidak
boleh sombong, jadi tidak boleh membanggakan diri dengan menyebut-nyebut apa yang
kita bisa. Sombong itu memang tidak boleh tapi tahu potensi diri itu harus. Bukan untuk
disombongkan tapi untuk dikembangkan. Potensi diri yang terus tumbuh dan
berkembang akan menjadi modal kesuksesan. Anda mau sukses kan?
Beberapa cara untuk mengetahui potensi diri anda, yaitu:
Bidang apa saja yang kita senangi. Sesuatu yang penuh gairah dan semangat
kita lakukan. Tanpa harus diminta atau disuruh. Anda akan melakukannya secara
sukarela tanpa dibayar, bahkan anda mau mengeluarkan uang untuk apa yang anda
lakukan. Inilah yang disebut dengan hobi. Seseorang yang punya hobi tertentu akan
melakukannya dengan sepenuh hati. Hobi bisa membawa kebahagiaan dan juga
penghasilan “If we do what we love, then money will follow”.
Bertanya kepada orang terdekat. Orang yang paling tahu diri anda adalah
orang terdekat. Bisa orang tua, kakak-adik, saudara, keluarga, atau teman. Merekalah
yang tahu tentang diri anda dari kecil sampai dewasa. Jadi mereka tahu apa potensi diri
anda. Terkadang kita tidak menyadari potensi yang kita miliki, perlu orang lain untuk
membantu menyadarkan.
Mencoba hal-hal baru. Begitu banyak yang bisa kita lakukan di dunia ini.
Wawasan, pergaulan dan keberanian yang terbataslah yang menghambat kita untuk
melakukannya. Kita bisa mencoba hal-hal baru yang belum pernah kita lakukan. Tentu
saja yang kita lakukan tidak boleh melanggar hukum dan agama. Dengan mencoba
banyak hal, mungkin kita akan menemukan potensi diri yang selama ini tersembunyi.
Banyak membaca, melihat dan merasakan. Dengan begitu akan banyak
informasi dan pengetahuan yang bertambah. Bacaan dan tontonan yang kita sukai itu
bisa jadi adalah sebuah potensi. Jika anda suka membaca perkembangan dunia
komputer, internet dan semacamnya. Anda bisa menjadi ahlinya, asalkan terus konsisten
untuk menambah pengetahuan.
Potensi diri itu harus digali, sama seperti minyak bumi. Tidak ada minyak yang
berada di atas tanah. Kita harus mencari lokasi yang tepat untuk menggali minyak.
Kedalamannya pun tidak selalu sama. Ada yang cepat ditemukan, ada juga yang perlu
menggali lama karena minyaknya ada jauh di kedalaman. Perlu diingat, tidak ada
manusia yang lahir ke dunia langsung menjadi ahli di bidang tertentu. Semua harus
diraih dengan proses. Jika anda sudah tahu potensi diri anda, itulah modal kesuksesan.
Jika anda bisa mengembangkan potensi anda menjadi prestasi, kesuksesan sudah
menanti.
8. Lifeline Discovery
Sebagian besar ahli karier sepakat bahwa kesuksesan bekerja dipicu oleh tiga
faktor utama yaitu minat, keterampilan dan kemampuan, serta kepribadian. Lifeline
Discovery adalah sebuah alat untuk membantu mendefinisikan dan menguji ketiga
faktor ini.
Selain itu, entrepreneur juga dapat melakukan bentuk usaha yang mendukung industri
kerajinan, seperti:
1. Supplier bahan baku;
2. Event Orginizer, penyedia jasa penyelenggara even-even promosi di dalam negeri;
3. Asosiasi-asosiasi kerajinan sebagai fasilitator UKM/IKM untuk melakukan promosi
di luar negeri;
4. Broker sebagai penghubung antara produsen kerajinan dengan buyer di luar negeri.