Anda di halaman 1dari 4

PARADIGMA LAMA

Metode pembelajaran "I lecture, you listen" nlasih mewarnai pendidikan di Lembaga
Pendidikan Tinggi (LPT). Pengajar 1 dosen merupakan tokoh sentral dan lebih-kurang 80%
waktunya digunakan untuk transfer ilmunya secara konvensional (one-wayTraffic),
sementara itu mahasiswa duduk mendengarkan ceramahnya dengan aktivitas yang minimal.
Apatis dan sikap tidak tertarik terhadap proses pembelajaran merupakan karakteristik
mahasiswa dalam sistem pendidikan konvensional. Sebagian besar mahasiswa memiliki
kemampuan konseptualisasi yang terbatas karena mereka belajar dalam struktur dan
pengarahan yang kaku. Mereka tida bisa “think outside the box”

PARADIGMA BARU
SPICES, Strategi inovasi pendidikan secara integral meliputi pendekatan student-
cenlered learning, problem-based, integrated curriculum, community oriented, elective
program, dan systematic (SPICES). Dari 6 elemen tadi maka student-centered learning,
integrated curriculum, dan elective program merupakan elemen-elemen yang sangat penting
dan pelaksalaannya memerlukan kearifan.
Student-centered learning Student-centered learning (SCL) is where students work in
both groups and individually to explore problems and become active knowledge workers
rather than parsive
knowledge recipient^.^ SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa
sebagai peserta didik (subyek) aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult
learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond
the classroom. Kelak, para alumni diharapkan memiliki dan menghayati karakteristik life-
long learning yang menguasai hard skills, soft skills, dan life-skills yang saling mendukung.
Di sisi lain, para dosen beralih fungsi , dari pengajar menjadi mitra pembelajaran maupun
sebagai fasilitator (from mentor in the center to guide
on the side).
Jurnal Pendidikan Kedokteran den Profesi Kesehatan Indonesia
Vol. I, No. 1, Maret 2006

Penyebab timbulnya paradigma lama dan baru : karena adanya penyesuaian kurikulum dan
sistem pembelajaran kearah yang lebih baik lagi, perkembangan teknologi kedokeran dengan
biaya yang tinggi, dan peningkatan kebutuhan masyarakat.
Tujuan terbentuknya paradigma baru : agar mahasiswa terbiasa menerapkan strategi
belajar SPICES dan senantiasa proaktif dalam menghadapi tantangan zaman.

No Paradigma lama Paradigma baru


1 Teacher-centered Student-centered
2 Teoritis Aplikatif (belajar dari masalah)
3 Praktek setelah teori (late clinical Praktek sejak awal belajar (early
exposure) clinical exposure)
4 Kurang dalam penguasaan IT Lebih menguasai IT
5 Tidak ada pengelolaan sistem Pengelolaan sistem pembelajaran
pembelajaran
6 Pengajaran secara berurutan Pengajaran terintegrasi
7 Hospital-oriented Community-oriented
8 Siswa pasif Siswa aktif
9 One-way learning Two-way learning
10 Dossen menyiapkan materi dan Dosen hanya menyiapkan materi
menyampaikan pada mahasiswa
11 Dosen menjelaskan seluruh isi Dosen merangkum materi
materi berdasarkan pemikiran mahasiswa

CARA BELAJAR ORANG DEWASA


Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi
obyek sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya
dengan keinginan memegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan
belajar atau pendidikan orang dewasa tentunya lebih mengarah kepada pencapaian
pemantapan identitas dirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri; atau, kalau meminjam
istilah Rogers dalam Knowles (1979), kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu
untuk menjadi pribadi atau menemuan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan
merupakan process of becoming a person. Bukan proses pembentukan atau process of being
shaped yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain; atau, kalau
meminjam istilah Maslow (1966), belajar merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri
(self-actualization).
Langkah-langkah proses perencanaan kegiatan pendidikan orang dewasa :
1. Menciptakan suatu struktur untuk perencanaan bersama. Secara ideal struktur semacam
ini seharusnya melibatkan semua pihak yang akan terkenai kegiatan pendidikan yang
direncanakan, yaitu termasuk para peserta kegiatan belajar atau siswa, guru atau
fasilitator, wakil-wakil lembaga dan masyarakat.
2. Menciptakan iklim belajar yang mendukung untuk orang dewasa belajar. Adalah sangat
penting menciptakan iklim kerjasama yang menghargai antara guru dan siswa. Suatu
iklim belajar orang dewasa dapat dikembangkan dengan pengaturan lingkungan phisik
yang memberikan kenyamanan dan interaksi yang mudah, misalnya mengatur kursi atau
meja secara melingkar, bukan berbaris-berbaris ke belakang. Guru lebih bersifat
membantu bukan menghakimi.
3. Diagnosa sendiri kebutuhan belajarnya. Diagnosa kebutuhan harus melibatkan semua
pihak, dan hasilnya adalah kebutuhan bersama.
4. Formulasi tujuan. Agar secara operasional dapat dikerjakan maka perumusan tujuan itu
hendaknya dikerjakan bersama-sama dalam deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas.
5. Mengembangkan model umum. Ini merupakan aspek seni dari perencanaan program,
dimana harus disusun secara harmonis kegiatan belajar dengan membuat kelompokkelompok
belajar baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
6. Perencanaan evaluasi. Seperti halnya dalam diagnosa kebutuhan, dalam evaluasi harus
sejalan dengan prinsip-prinsip orang dewasa, yaitu sebagai pribadi dan dapat
mengarahkan diri sendiri. Maka evaluasi lebih bersifat evaluasi sendiri atau evaluasi
bersama.
Cara belajar orang dewasa :
1. Otonomi dan “self directed”
Orang dewasa membutuhkan kebebasan dalam menentukan arah
pembelajarannya
Dosen hanya sebagai fasilitator yang mengetahui topik pembelajaran dan
mengarahkannya sesuai dengan keinginan mahasiswa dan tidak bertindak
sebagai pemberi ilmupembelajaran mberi ilmu
2. Berorientasi tujuan pembelajaran
Dalam proses pembelajaran mereka perlu mengetahui tujuan pembelajaran
yang harus dicapai
Tujuan pembelajaran itu harus tergambar dalam awal-awal proses
pembelajaran ini
Mahasiswa harus merasakan bahwa kelompok mereka ini akan membantu
mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran
3. Berorientasi relevansi
Mahasiswa perlu mengetahui alasan mengapa sesuatu ini harus dipelajari
Pembelajaran harus aplikabel untuk pekerjaan mereka atau mempunyai nilai
tambah bagi mereka
Tentu teori dan konsep pengetahuan yang ingin diperoleh disesuaikan
dengan keadaan yang akan mereka hadapi.

4. Praktis dan memecahkan masalah


Subjek pembelajaran terfokus kepada hal-hal yang diperkirakan akan
berguna bagi pekerjaan mereka dimasa yang akan datang

5. Memiliki ilmu & pengalaman


Ilmu yang dimiliki serta pengalaman hidup selama ini, diperlukan untuk
mengembangkan ilmu dan pekerjaan selanjutnya
Untuk itu mereka harus menyatukan
pengalaman dan ilmu dari anggota kelompok diskusinya

DAFTAR PUSTAKA
Harsono, Maret 2006, “Kearifan dalam Transformasi Pembelajaran: Dari Teacher-Centered
ke Student-Centered Learning”. luk.staff.ugm.
http://luk.staff.ugm.ac.id/mmp/Harsono/Kearifan.pdf, 25 Agustus 2016.

Drs. Asmin, M. Pd, “KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG


DEWASA(ANDRAGOGI)”. Upi.edu.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195109141975011-
AYI_OLIM/andragogi_PDF2.pdf, 25 Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai