Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah, maka penyusun membuat makalah ini
dengan tema kebijakan deviden. Makalah ini penyusun memberi judul KEBIJAKAN
DEVIDEN. Alasan mengapa penyusun memilih kebijakan deviden dalam tema
makalah ini, karena penyusun ingin mengetahui lebih dalam tentang kebijakan
deviden. Dalam makalah ini, penyusun membahas mengenai pengertian devide,
pengertian deviden, factor yang mempengaruhi kebijakan deviden, teori-teori
kebijakan deviden, macam-macam kebijakan deviden, rumus-rumus yang digunakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan.
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN DEVIDEN
Deviden berasal dar bahasa Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk
dibagi. Berikut ini beberapa pemaparan mengenai pengertian dividen:
1. Berdasarkan Kamus Besar BahasaIndonesia dividen diartkan sejumlah uang
sebagai hasil keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham (dalam suatu
Perseroan).
2. Dalam dunia ekonomi dividen adalah seluruh laba bersih setelah dikurangi
penyisihan untuk cadangan pajakyang dibagkan kepada pemegang saham (pemilk
modal sendiri) kecual dtentukan lain dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
3. Menurut Bapepan dividen adalah porsi keuntungan perusahaan yang dibayarkan
kepada para pemegang saham.
4. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2001: 9) dividen adalah pembagian keuntungan
yang dihasilkan perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
5. Menurut Husnan dan Pudjiastuti dividen adalah laba yang diperoleh oleh
perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa dividen adalah laba yang
diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham.
2. PENGERTIAN KEBIJAKAN DEVIDEN

Salah sartu kebijakan deviden yang harus diambil oleh manajemen adalah laba
yang diperoleh oleh perusahaan oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi
sebagian untuk deviden dan sebagian lagi diagi dalam laba ditahan.

Kebijakan deviden merupakan bagian yang tdak dapat dipisahkan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi kebijakan Deviden adalah kebijakan untuk
menentukan berapa laba yang harus diayarkan (deviden) kepada pemegang saham dan
berapa banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan). Deviden adalah pendapatan
bagi pemegang saham yang dibayarkan setiap akhir periode sesuai dengan
persentasenya. Persentase dari laba yang akan dibagikan saham disebut seagai Deviden
Payout Ratio (DPR).

Bamang Riyanto (2001: 281) mendefinisikan kebijakan deviden sebbagai “politik


yang bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara
penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen
atau untuk digunakan di dalam perusahaan (laba ditahan).

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003: 390) kebijakan dividen adalah rencana
tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen.

Menurut Wetson dan Brigham (1990: 198) kebijakan deviden adalah keputusan
untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam
perusahaan.

Menurut Suad Husnan, kebijakan dividen dapat diartikan:

1) Apakah laba yang diperoleh seharusnya dibagikan atau tidak.


2) Apakah laba dibagikan dengan konsekuensi harus mengeluarkan saham baru.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen


adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti dalam membuat keputusan
dividen (dibagikan/ditahan).

Menurut Lukas Setia Atmaja (2003: 285) rasio antara dividen dan laba bersih
sering disebut sebagai Devidend Payout Rasio (DPR), yang persamaanya adalah DPR =
Total Dividend / Net Income. Karena kelebihan laba bersih di atas dividen itu menjadi
laba ditahan maka keputusan DPR inclusive keputusan mengenai laba ditahan.
Sepintas, para pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih
yang dibagikan sebagai dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini
semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut,padahal pendanaan dengan
menggunakan laba ditahan (internal financing) ini mempunyai cost of capital yang
paling kecil dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Dengan demikian
keputusan dividen akan mengacu pada suatu kebijakan (dividend policy) yang optimal,
terutama disesuaikan dengan konsep tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN

Adapun factor-factor yang mempengaruhi besar kecilnya deviden yang


dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain :

3.1 Posisi Likuiditas Perusahaan


Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan
dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Deviden bagi perusahaan merupakan
kas keluar,maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
3.2 Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk
mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua
pilihan, yaitu perusahaan membiayai hutang itu pada saat jatuh tempo atau
menggantikan dengan jenis surat berharga yang lain. Jika keputusannya
membayar hutang tersebut, maka biasanya perlu untuk menahan laba.
3.3 Tingkat Ekspandi Aktiva
Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk
membiayai ekspansi aktivanya, perusahaan cenderung untuk menahan laba
daripada membayarkannya dalam bentuk deviden.
3.4 Stabilitas Laba
Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan
berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya
cenderung membayarkan “DPR” yang tinggi,daripada perusahaan yang labanya
berfluktuasi. Deviden yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayar apabila
laba menurun pada masa yang akan datang.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai
pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya.jika
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan,maka hal tersebut
tidak relevan.
Pendukung dari tidak relevanya kebijakan deviden adalah Modigliani-Militer
(MM). Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan deviden itu memang
tidak mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang saham. Lebih
lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan di tentukan oleh earning power
dan asset perusahaan tersebut. Dengan demikian nilai perusahaan di tentukan oleh
keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan di
bagikan dalam bentuk deviden akan di tahan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan.
MM menyatakan bahwa deviden tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi di
bawah ini:
1. Pasar modal sempurna, dimana para investor mempunyai kesamaan informasi,
tidakada biaya transaksi dan tidak ada pajak.
2. Para investor bersifat raional.
3. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa datang dan para
investor mempunyai informasi yang sama.
4. Manajer dalam pengambilan keputusanya mengenai produksi dan investasinya
di sesuaikan dengan informasi tersebut.
5. Semua pasar peserta bersifat price-taker.
6. Untuk memisahkan pengaruh deviden dan pengaruh leverage, maka semua
perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
7. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas resiko yang sama.
8. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield yang sama.

4.2 Teori Bird in The Hand


Teori ini di kemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956)
yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio
pembayaran deviden di naikkan, karena para investor kurang yakin terhadap
penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang di hasilkan dari laba yang di
tahan di bandingkan seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan
Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai
pendapatan yang di harapkan deviden daripada pendapatan yang di harapkan dari
keuntungan modal.
4.3 Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa
investor mungkin lebih menyukai pembagian deviden yang rendah daripada yang
tinggi, yaitu:
1. Keuntungan modal di kenakkan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan
deviden.
2. Pajak atas keuntungan tidak di bayarkan sampai saham terjual, sehingga ada
efek nilai waktu.
3. Jika selembar saham di miliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali
tidak ada pajak keuntungan modal yanng terutang.
Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih
suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para
investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian
devidenya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian
devidenya tinggi.
5.Jenis-jenis Dividen
Menurut Zaki Bridwan (1993) deviden yang akan di bagikan oleh perusahaan
dapat terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
5.1 Dividen tunai (cash diveden)
Yaitu diveden yang di bagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang
tunai dan di kenai pajak pada tahun pengeluaranya.
5.2 Dividen saham (stock dividen)
Yaitu dividen yang di bagikan perusahaan kepada para pemegang saham dalam
bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan menjadi bertambah.
Jadi pemberian stock diveden ini di lakukan dengan cara mengubah sebagian laba
di tahan (retained earning) menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak
mengubah jumlah modal sendiri. Namun demikian cash flow perusahaan tidak
terganggu karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang tunai.
Contoh:
Beta mempunyai struktur modal sebagai berikut (sebelum penerbitan diveden
saham). Saham biasa (Rp. 5.000-nominal 400.000 lembar) = Rp. 2 miliar
Agio saham = Rp 1 miliar
Laba saham = Rp. 7 miliar
Modal sendiri bersih = Rp. 10 miliar

Perusahaan beta membayar dividen saham 5% atau sebanyak 20.000 lembar


(5%x400.000 lembar).

Nilai pasar saham Rp 40.000 setiap pemegang saham 20 lembar saham menerima
1 lembar dividen saham:

Saham biasa (Rp. 5.00 nominal 420.000 lembar)= Rp. 2,1 miliar

Agio saham= Rp. 1,7 miliar

Laba di tahan= Rp. 6,2 miliar

Modal sendiri= Rp. 10 miliar

Keterangan:

1. Laba di tahan berkurang Rp. 800 juta, yaitu diveden saham 20.000 lembar x
harga pasar Rp. 40.000
2. Saham biasa di tambah RP. 100 juta yaitu 20. Lembar saham biasa baru x
nilai nominal saham biasa Rp.5000
3. Agio saham bertambah Rp. 700 juta, yaitu 20.000 lembar saham baru x (Rp.
40.000-Rp. 5.000) atau saham pasar – harga nominal
4. Jika laba setelah pajak Rp. 1 miliar. EPS (Earning per share)= Rp. 2500 ( 1
miliar/40.000) setelah diveden saham menurun menjadi Rp. 2380.
5. (Rp 1 miliar/420.000 lembar saham)
5.3 Dividen saham pecahan (stock split),
Yaitu pemecahan selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar
saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya.
Tujuan dari stock split:
 Menurunkan harga saham sehingga menarik pembeli atau investor.
 Di harapkan harga akan meningkat.
 Menguntungkan bagi investor jika diveden yang di bayar lebih besar,
misalnya sebelum di pecahkan membayar diveden Rp. 2000 per lembar.
5.4 Diveden scrip
Yaitu dalam bentuk perjanjian tertulis untuk membayar dalam jumlah tertentu
pada waktu yang disepakati.
5.5 Diveden property (property dividen)
Yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham,
misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.
5.6 Dividen likuidasi (liquidating dividen)
Yaitu dividen yang di berikan kepada pemegang saham sebagai akibat di
likuidasinya perusahaan. Dividen di peroleh dari selisih antara nilai realisasi
aset perusahaan di kurangi dengan segala kewajibanya.
6. Bentuk-Bentuk Kebijakan Diveden
6.1 Kebijakan diveden yang stabil (stable dividend per share policy)
Yakni jumlah pembayaran diveden itu sama besarnya dari ke tahun. Salah satu
alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan diveden yang
stabil adalah untuk memelihara kesan para investor terhadap perusahaan
tersebut, sebab apabila sesuatu perusahaan menerapkan akebijakan diveden
yang stabil berarti perusahaan tersebut yakin bahwa pendapatan bersihnya juga
stabil dari tahun ke tahun.
6.2 Kebijakan divedend payout ratio yang tetap (constant dividend payout ratio
policy). Dalam hal ini jumlah dividend akan berubah sesuai dengan jumlah
laba bersih, tetapi rasio antara diveden dan laba di tahan adalah tetap.diveden
yang di bayar berfluktuasi tergantung besarnya keuntungan bagi pemegang
saham.misalnya DPO 60% dari keuntungan.
6.3 Kebijakan Kompromi (compromise policy)
Yakni suatu kebijakan diveden yang terletak antara kebijakan per saham yang
stabil dan kebijakan dividend payout ratio yang konstan di tambah dengan
presentasi tertentu. Pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih
yang tinggi.
6.4 Kebijakan divedend residual (residual dividend policy).
Apabila suatu perusahaan menghadapi suatu kesempatan investasi yang tidak
stabil maka manajemen menghendaki agar diveden hanya di bayar ketika laba
bersih itu berisi.

PENUTUP
KESIMPULAN
Deviden adalah laba yang di peroleh perusahaanuntuk di bagikan kepada
pemegang saham.
Kebijakan diveden adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti
dalam membuat keputusan dividen (dibagikan/ditahan).
Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor penting yang harus di
perhatikan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini karena diveden
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap banyak pihak, baik perusahaan yang
di kelola itu sendiri, maupun pihak lain seperti pemegang saham dan kreditur.

5555

Anda mungkin juga menyukai