PERIKONDRITIS AURIKULA
Oleh:
Alfian Umar, S.Ked
Pembimbing:
dr. Yunida Andriani, Sp.THT-KL
Pembimbing Mahasiswa
2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi ALLAH, atas Rahmat dan Karunia-Nya jualah,
dengan baik. Refarat ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
dr. Yunida Andriani, Sp.THT-KL. Selaku pembimbing dalam Refarat ini yang
ini.
untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi
kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga Refarat ini bisa
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan…………………………………………………………..... i
Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii
3
Daftar Isi………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi…………………………………………………………………......... 6
B. Fisiologi………………………………………………………………............ 15
C. Definisi………………………………………………………………............ 19
D. Etiologi…………………………………………………………..….............. 19
E. Patomekanisme………………………………………………........................ 20
F. Gejala Klinis……………………………………………...………….............. 21
G. Penatalaksanaan…….……………………………......…............................... 22
H. Komplikasi…………..………………………..…………....……….............. 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………...………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA…………………...…………...…………………………. 26
4
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
kerangka daun telinga. Biasanya terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi
daun telinga yang terinfeksi dan sebagai komplikasi pseudokista daun telinga.
atau insisi operasi, juga dapat disebabkan oleh perluasan infeksi dari otitis
eksterna difus atau furunkel meatus. Pseudomonas dan flora campuran adalah
Penanganan pada tahap awal terdiri dari antibiotik sistemik dan pemberian
lokal dari kompres aluminium asetat 4%. Pilihan obat disesuaikan dengan hasil
mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka
5
BAB ll
PEMBAHASAN
A. Anatomi
yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga
dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur
yang berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus
olivatorius superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus
membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE) dan
6
Gambar A.2 Gambar anatomi telinga.3
Gambar A.3 Mm. auriculares, dan Cartilago Auricula, sisi kanan dilihat dari lateral 3
Gambar A.4 Mm. auriculares, dan Cartilago Auricula, sisi kanan, dilihat dari dorsal 3
berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal
antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah
7
Gambar A.5 Anatomi Aurikulum.3
aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus
sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter
lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang
berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars
rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh
kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga, kulit tersebut mengandung
epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau kotoran telinga. Pars
membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat tipis dan melekat erat bersama
8
dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan glandula sebasea dan glandula
jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn.
aurikularis anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n.
dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa,
lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan
flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa.
Sifat arsitektur membrane tympani ini dapat menyebarkan energi vibrasi yang
ideal.2
9
Membran tympani bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis
Aliran vena menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus
Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani atau tympanic cavity.
10
Eustachius, posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh tegmen
timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis. Batas superior dan
dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan
maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap
Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m.
berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus.
Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi
lebih tegang dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan
eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini
11
menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan
memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat
Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri stylomastoid,
arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena bersama
dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus
pterygoideus.2
dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur telinga dalam yaitu
telinga dalam yang dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi
tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi oleh labirin
tulang di antara labirin tulang dan membran terisi cairan perilim dengan
komposisi elektrolit tinggi natrium rendah kalium. Labirin terdiri dari tiga bagian
yaitu pars superior, pars inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari
utrikulus dan saluran semisirkularis, pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea
sedangkan pars intermedia terdiri dari duktus dan sakus endolimpaticus (gambar
A.7).2
12
Gambar A.9 Skema Labirin.4
Fungsi telinga dalam ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ
satu organ tersebut mengalami gangguan maka yang lain akan terganggu. Telinga
dalam disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari arteri cerebelaris inferior.
1. Koklea
dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang lebih kurang
3,5 centimeter. Sentral aksis disebut sebagai modiolus dengan tinggi lebih kurang
5 milimeter, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri vertebralis. Struktur
duktus koklea dan ruang periotik sangat kompleks membentuk suatu sistem
dengan tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala
vestibuli dan skala tympani berisi cairan perilim sedangkan skala media berisi
endolimf. Skala vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran reissner,
skala media dan skala timpani dipisahkan oleh membran basilar (gambar A.8).
13
Gambar A.10 Skema Labirin.2
2. Organon Corti
Organon corti terletak di atas membran basilaris dari basis ke apeks, yang
bagi tiga bagian sel utama yaitu sel penunjang, selaput gelatin penghubung dan
sel-sel rambut yang dapat membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap
14
Organo corti terdiri satu baris sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3
000 dan tiga baris sel rambut luar yang berjumlah sekitar 12 000. 12 Rambut
halus atau silia menonjol ke atas dari sel-sel rambut menyentuh atau tertanam
pada permukaan lapisan gel dari membran tektorial. Ujung atas sel-sel rambut
terfiksasi secara erat dalam struktur sangat kaku pada lamina retikularis. Serat
kaku dan pendek dekat basis koklea mempunyai kecenderungan untuk bergetar
pada frekuensi tinggi sedangkan serat panjang dan lentur dekat helikotrema
Saraf Koklearis
Sel-sel rambut di dalam organo corti diinervasi oleh serabut aferen dan
eferen dari saraf koklearis cabang dari nervus VIII, 88 % Serabut aferen menuju
ke sel rambut bagian dalam dan 12 % sisanya menuju ke sel rabut luar.Serabut
aferen dan eferen ini akan membentuk ganglion spiralis yang selanjutnya menuju
ke nuleus koklearis yang merupakan neuron primer, dari nucleus koklearis neuron
15
B. Histologi
16
Sebagian besar tulang rawan hialin dan elastis dikelilingi oleh lapisan
perifer dari jaringan ikat yang mendapat vaskularisasi, jaringan ikat padat tidak
tipe I dan fibroblast. Lapisan bagian dalam perikondrium bersifat seluler dan
matriks tulang rawan dan bahan ekstraseluler. Sebagai bentuk pertumbuhan tulang
dalam kompartemen yang disebut lakuna (singular, lacuna). Dalam lakuna adalah
sel kartilago matur yang disebut kondrosit. Lakuna dapat mengandung lebih dari
satu kondrosit, kelompok kondrosit ini disebut gugus isogen. Sel-sel mesenkim
lapisan jaringan ikat padat dan tidak beraturan yang menggambarkan tulang
matriks tulang rawan, dan terdapat dalam lakuna yang disebut sebagai kondrosit.13
jaringan ikat vaskular. Karena kadar air yang tinggi dalam tulang rawan, semua
melalui matriks. Juga, matriks tulang rawan halus dan lentur dan tidak sekeras
tulang. Akibatnya, tulang rawan secara bersamaan dapat tumbuh oleh dua proses
17
yang berbeda: interstisial dan aposisional. Pertumbuhan tulang rawan interstisial
melibatkan mitosis kondrosit dalam matriks dan deposisi di antara matriks baru
dan di sekitar sel. Proses pertumbuhan ini meningkatkan ukuran tulang rawan dari
dalam. Pertumbuhan aposisional terjadi pada bagian perifer tulang rawan. Di sini,
rawan yang ada. Proses pertumbuhan ini meningkatkan lebar tulang rawan.
Tulang rawan elastis berbeda dari tulang rawan hialin terutama dengan
Seperti pada tulang rawan hialin, kondrosit yang lebih besar di lakuna lebih lazim
di bagian dalam plate. Kondrosit yang lebih kecil dan lebih rata terletak pada
terlihat dalam perichondrium adalah jaringan ikat fibrosit dan sebuah venula.13
C. Fisiologi
Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditorius eksternus (saluran
telinga), dan membran timpani (gendang telinga). Pinna, lipatan menonjol tulang
saluran telinga luar. Membran timpani, yang membentang merintangi pintu masuk
dalam.4
18
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan telinga
dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai tiga tulang kecil, atau
osikulus (maleus, inkus, dan stapes), yang dapat bergerak dan membentang di
gelombang suara di udara agar cairan di koklea bergetar. Penambahan tekanan ini
vestibuli, mengikuti kontur dalam spiral, dan skala timpani, kompartemen bawah,
mengikuti kontur luar .Cairan di dalam duktus koklearis disebut endolimfe. Skala
vestibuli dan skala timpani mengandung cairan yang sedikit berbeda, perilimfe.
Daerah di luar ujung duktus koklearis tempar cairan di kompartemen atas dan
telinga tengah oleh jendela oval, tempat melekatnya stapes. Lubang kecil lain
yang ditutupi oleh membran, jendela bundar, menutup skala timpani dari telinga
19
tengah. Membran vestibularis yang tipis membentuk atap duktus koklearis dan
karena mengandung organ Corti, organ indera untuk pendengaran. Sel rambut di
mengandung sel rambut yang merupakan reseptor suara yangterdiri dari satu sel
rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Dari permukaan masing-masing sel
rambut menonjol sekitar 100 rambut yang dikenal sebagai stereosilia. Sel rambut
bentuk secara mekanis akibat gerakan cairan di telinga dalam. Stereosilia ini
berkontak dengan membran tektorium, suatu tonjolan mirip tenda yang menutupi
organ Corti di seluruh panjangnya. Gerakan stapes yang mirip piston terhadap
tidak dapat mengalami penekanan, maka tekanan disebarkan melalui dua cara
jendela bundar dan (2) defleksi membran basilaris. Pada bagian-bagian awal jalur
20
tempar gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar
Sewaktu stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke arah luar ke telinga
menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan penerimaan suara tetapi hanya
masuk bergantian. Perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi
bergerak naik-turun, atau bergetar, sesuai gelombang tekanan. Karena organ Corti
berada di atas membran bas ilaris maka sel-sel rambut juga bergetar naikturun
sewaktu membran basilaris bergetar. Sel rambut dalam mengubah gaya mekanis
suara (getaran cairan koklea) menjadi impuis listrik pendengaran (potensial aksi
dengan membran tektorium yang kaku dan stasioner, maka stereosilia sel-sel
reseptor ini tertekuk maju-mundur ketika membran basilar mengubah posisi relatif
ini secara bergantian membuka dan menutup saluran ion berpintu mekanis di sel
21
rangsangan pemicu semula. Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps
kimiawi dengan ujung serat-serat saraf aferen yang membentuk nervus auditorius
muatan di serat aferen. Sebaliknya, laju lepas muatan berkurang sewaltu sel-sel
rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup saluran sel reseptor,
perubahan dalam frekuensi potensial aksi yang dikirim ke otak. Dengan cara ini,
gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat diterima oleh
D. Definisi
daun telinga. Biasanya terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun
E. Etiologi
22
Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya
hematoma, atau insisi operasi, juga dapat disebabkan oleh perluasan infeksi dari
otitis eksterna difus atau furunkel meatus. Pseudomonas dan flora campuran
adalah pathogen yang umum.11 Infeksi hematoma yaitu pada trauma tumpul pada
petinju dan pegulat. Trauma tembus karena indik telinga, gigitan, dan sesudah
operasi telinga.9
dan ketika dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak berkualifikasi tanpa
penyebab.11
F. Patomekanisme
23
Gambar F.1 Patologi perikondritis 7
kumpulan cairan serosa atau pus antara perikondrium dan kartilago karena trauma
atau inflamasi, perikondrium akan terangkat dari kartilago. Ini akan memutus
kartilago yang luas akan menyebabkan kelainan bntuk pinna yang dikenal sebagai
G. Gejala klinis
Gejala awal yaitu pinna yang merah, panas, dan nyeri yang terasa
berat/parah, telinga yang kaku saat digerakkan, bengkak, terlokalisasi, serta nyeri
pada seluruh tubuh. Abses selanjutnya dapat terbentuk antara kartilago dan
(otitis eksterna) dapat menyebar ke pinna. Jika infeksinya parah dapat melibatkan
pembengkakan.12
24
H. Penalaksanaan
Medikamentosa
Penanganan pada tahap awal terdiri dari antibiotik sistemik dan pemberian lokal
dari kompres aluminium asetat 4%. Berikan antibiotik parenteral dan pengobatan
topikal untuk infeksi. Pilihan obat disesuaikan dengan hasil biakan atau petunjuk
lain mengenai organisme yang terlihat. Antibiotik berikut ini diberikan secara
berbeda kombinasi: penisilin kristal 1 juta unit setiap 6 jam secaa intravena;
setiap 12 jam secara intravena; atau amikacin 15 mg/kgBB setiap 12 jam secara
intravena. Kombinasi penisilin kristal dan gentamisin diberikan pada tahap awal
dalam semua kasus. Antibiotik kemudian diubah tergantung pada laporan kultur
bakteri.1,10,11
Pembedahan
Ketika abses terbentuk harus didrainase dengan tepat dan diperoleh kultur serta
sensitivitas dari pus. Bila kondisi ini tampaknya meluas dan terdapat bukti-bukti
cairan. Karena tulang rawan tidak memiliki suplai darah langsung bila dipisahkan
dari perikondrium, maka dapat terjadi nekrosis tulang rawan dengan demikian
Insisi dan drainase dilakukan pada semua kasus dengan dugaan klinis
pembentukan abses. Dalam semua kasus, ini dilakukan di bawah anestesi lokal
dan dengan tindakan pencegahan aseptik. Sayatan awal dibuat secara horizontal
pada batas bawah pembengkakan dan diambil swab untuk kultur dan sensitivitas.
25
Tulang rawan kemudian diinspeksi dan jika ditemukan normal, tekanan perban
diterapkan.. dalam kasus fluktuasi yang terus-menerus di area yang sama, atau
munculnya fluktuasi di area lain, prosedur diulangi. Dalam kasus nekrosis tulang
rawan, tambahan graft dilakukan untuk mengubah luka menjadi “window panel”.
rawan yang nekrosis atau mati. Tepi tulang rawan yang tersisa kemudian
dibersihkan dan reposisi skin flap. Tekanan kuat dengan perban diterapkan dalam
temporal diduga terjadi osteomielitis, diikuti oleh tindakan meatoplasty yang luas.
26
I. Komplikasi
mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, Boies, Higler. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.
1997.
5. Prof. DR. Soepardil AA, Sp.THT-KL (K), Prof. DR. Iskandar N, Sp.THT-
Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2012; hal 51.
6. Guyton,A. C., Hall, J. E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
and Head & Neck Surgery Clinical and Practical Third Edition. CBS
8. Bansal Mohan. Diseases of Ear, Nose & Throat. New Delhi: Jaypee
28
9. Dhingra PL, Dhingra Shruti. Diseases of Ear, Nose and Throat & Head
and Neck Surgery Seventh Edition. New Delhi: Elsevier. hal. 53.
10. Kishore H, Prasad C, Prasad HSC, Meyyappan MH, Harsha KS. 2007.
11. Dhar Gautam, Basak Bijan, Gayen GC, Ray R. Auricular Perichondritis in
13. Eroschenko VP. 2003. Atlas Histologi di Fiore Edisi 11.. Jakarta:
EGC.2007. hal.71-78.
29