Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT


JULI 2019
RSUD SYEKH YUSUF GOWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PERIKONDRITIS AURIKULA

Oleh:
Alfian Umar, S.Ked

Pembimbing:
dr. Yunida Andriani, Sp.THT-KL

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Alfian Umar, S.Ked


NIM : 10542045813
Judul : Perikondritis Aurikula

Telah menyelesaikan Refarat dalam rangka kepanitraan klinik


Bagian Ilmu Kesehatan THT Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, Juli 2019

Pembimbing Mahasiswa

dr. Yunida Andriani, Sp. THT-KL Alfian Umar

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi ALLAH, atas Rahmat dan Karunia-Nya jualah,

akhirnya Referat yang berjudul “Perikondritis Aurikula” ini dapat diselesaikan

dengan baik. Refarat ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian

kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada

dr. Yunida Andriani, Sp.THT-KL. Selaku pembimbing dalam Refarat ini yang

telah memberikan bimbingan dan banyak kemudahan dalam penyusunan referat

ini.

Penulis menyadari bahwa Referat ini masih memiliki banyak kekurangan,

untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi

kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga Refarat ini bisa

membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Makassar, Juli 2019

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan…………………………………………………………..... i
Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii

3
Daftar Isi………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi…………………………………………………………………......... 6
B. Fisiologi………………………………………………………………............ 15
C. Definisi………………………………………………………………............ 19
D. Etiologi…………………………………………………………..….............. 19
E. Patomekanisme………………………………………………........................ 20
F. Gejala Klinis……………………………………………...………….............. 21
G. Penatalaksanaan…….……………………………......…............................... 22
H. Komplikasi…………..………………………..…………....……….............. 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………...………………………………… 25
DAFTAR PUSTAKA…………………...…………...…………………………. 26

4
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perikondritis adalah radang pada tulang rawan yang menjadi

kerangka daun telinga. Biasanya terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi

daun telinga yang terinfeksi dan sebagai komplikasi pseudokista daun telinga.

Perikondritis dihasilkan dari infeksi yang disebabkan oleh laserasi, hematoma,

atau insisi operasi, juga dapat disebabkan oleh perluasan infeksi dari otitis

eksterna difus atau furunkel meatus. Pseudomonas dan flora campuran adalah

pathogen yang umum.1,7,9

Penanganan pada tahap awal terdiri dari antibiotik sistemik dan pemberian

lokal dari kompres aluminium asetat 4%. Pilihan obat disesuaikan dengan hasil

biakan atau petunjuk lain mengenai organisme yang terlihat.1,10

Bila pengobatan dengan antibiotika gagal dapat timbul komplikasi berupa

mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka

daun telinga (cauliflower ear).1,9

5
BAB ll

PEMBAHASAN

A. Anatomi

Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran

yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga

dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur

yang berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus

olivatorius superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus

temporalis area wernicke (gambar A1).2

Gambar A.1. Skema organ pendengaran perifer dan sentral.2

Anatomi Telinga Luar

Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari

membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE) dan

membran timpani (gambar A.2).2

6
Gambar A.2 Gambar anatomi telinga.3

Gambar A.3 Mm. auriculares, dan Cartilago Auricula, sisi kanan dilihat dari lateral 3

Gambar A.4 Mm. auriculares, dan Cartilago Auricula, sisi kanan, dilihat dari dorsal 3

Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi kulit,

berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal

melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus,

antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah

lobulus (gambar A.3).2

7
Gambar A.5 Anatomi Aurikulum.3

Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis

superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena

aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus

cranial V, VII, IX dan X.2

MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula

sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter

lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang

berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars

cartilage berjalan ke arah posterior superior, merupakan perluasan dari tulang

rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh

kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga, kulit tersebut mengandung

folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar serumen

memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan pengelupasan lapisan

epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau kotoran telinga. Pars

osseus berjalan ke arah antero inferior dan menyempit di bagian tengah

membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat tipis dan melekat erat bersama

8
dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan glandula sebasea dan glandula

seruminosa, tidak didapatkan folikel rambut (gambar A.4).2

Gambar A.6 Gambar kelenjar pada liang telinga.2

MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior

serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris,

jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn.

aurikularis anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n.

vagus dan cabang aurikulotemporalis dari n. mandibularis.2

Membrane tympani berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo,

dasar membrane tympani tampak sebagai bentukan oval. Membrane tympani

dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa,

lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan ini terdiri dari serat melingkar dan

radial yang membentuk dan mempengaruhi konsistensi membrane tympani. Pars

flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan skuamosa dan lapisan mukosa.

Sifat arsitektur membrane tympani ini dapat menyebarkan energi vibrasi yang

ideal.2

9
Membran tympani bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis

posterior, lateral oleh ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus.

Aliran vena menuju ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus

pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang

timpanikus nervus glosofaringeus of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis

cabang nervus mandibularis (gambar A.5).2

Gambar A.7 Membran Timpani.5 Kuadran Membran Timpani.2

Anatomi Telinga Tengah

Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani atau tympanic cavity.

Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial dibatasi oleh

promontorium, lateral oleh membrane tympani, anterior oleh muara tuba

10
Eustachius, posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh tegmen

timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis. Batas superior dan

inferior membrane tympani membagi kavum tympani menjadi epitimpanium atau

atik, mesotimpanum dan hipotimpanum.2

Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke

dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan

membentuk artikulasi. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani,

maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap

lonjong atau foramen ovale yang berhubungan dengan koklea.2

Gambar A.8 Skema hubungan antara membran timpani osikel.4

Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m.

stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan

berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus.

Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi

lebih tegang dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan

melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam

eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini

11
menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan

resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan,

memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat

mencegah kerusakan organ koklea.

Telinga tengah berhubungan dengan nasopharing melalui tuba Eustahcius.

Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri stylomastoid,

arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena bersama

dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus

pterygoideus.2

Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di

dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur telinga dalam yaitu

labirin, merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara tuba dan rongga

telinga dalam yang dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi

endolim yang merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang

tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi oleh labirin

tulang di antara labirin tulang dan membran terisi cairan perilim dengan

komposisi elektrolit tinggi natrium rendah kalium. Labirin terdiri dari tiga bagian

yaitu pars superior, pars inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari

utrikulus dan saluran semisirkularis, pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea

sedangkan pars intermedia terdiri dari duktus dan sakus endolimpaticus (gambar

A.7).2

12
Gambar A.9 Skema Labirin.4

Fungsi telinga dalam ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ

auditus atau indera pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat

keseimbangan. Kedua organ tersebut saling berhubungan sehingga apabila salah

satu organ tersebut mengalami gangguan maka yang lain akan terganggu. Telinga

dalam disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari arteri cerebelaris inferior.

Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri.2

1. Koklea

Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah siput

dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang lebih kurang

3,5 centimeter. Sentral aksis disebut sebagai modiolus dengan tinggi lebih kurang

5 milimeter, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri vertebralis. Struktur

duktus koklea dan ruang periotik sangat kompleks membentuk suatu sistem

dengan tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala

vestibuli dan skala tympani berisi cairan perilim sedangkan skala media berisi

endolimf. Skala vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran reissner,

skala media dan skala timpani dipisahkan oleh membran basilar (gambar A.8).

13
Gambar A.10 Skema Labirin.2

2. Organon Corti

Organon corti terletak di atas membran basilaris dari basis ke apeks, yang

mengandung organel penting untuk mekanisme saraf pendengaran perifer, terdiri

bagi tiga bagian sel utama yaitu sel penunjang, selaput gelatin penghubung dan

sel-sel rambut yang dapat membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap

getaran suara (gambarA.9).

Gambar A.11 Potongan melintang koklea dan organ corti.4

14
Organo corti terdiri satu baris sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3

000 dan tiga baris sel rambut luar yang berjumlah sekitar 12 000. 12 Rambut

halus atau silia menonjol ke atas dari sel-sel rambut menyentuh atau tertanam

pada permukaan lapisan gel dari membran tektorial. Ujung atas sel-sel rambut

terfiksasi secara erat dalam struktur sangat kaku pada lamina retikularis. Serat

kaku dan pendek dekat basis koklea mempunyai kecenderungan untuk bergetar

pada frekuensi tinggi sedangkan serat panjang dan lentur dekat helikotrema

mempunyai kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi rendah.2

Saraf Koklearis

Sel-sel rambut di dalam organo corti diinervasi oleh serabut aferen dan

eferen dari saraf koklearis cabang dari nervus VIII, 88 % Serabut aferen menuju

ke sel rambut bagian dalam dan 12 % sisanya menuju ke sel rabut luar.Serabut

aferen dan eferen ini akan membentuk ganglion spiralis yang selanjutnya menuju

ke nuleus koklearis yang merupakan neuron primer, dari nucleus koklearis neuron

sekunder berjalan kontral lateral menuju lemnikus lateralis dan ke kolikulus

posterior dan korpus genikulatum medialis sebagai neuron tersier, selanjutnya

menuju ke pusat pendengaran di lobus temporalis tepatnya di girus transversus.2

15
B. Histologi

Gambar B.1 Histologi Kartilago Elastis13

Gambar B.2 Histologi Kartilago Elastis13

16
Sebagian besar tulang rawan hialin dan elastis dikelilingi oleh lapisan

perifer dari jaringan ikat yang mendapat vaskularisasi, jaringan ikat padat tidak

teratur yang disebut perikondrium. Lapisan luarnya mengandung serat kolagen

tipe I dan fibroblast. Lapisan bagian dalam perikondrium bersifat seluler dan

kondrogenik. Sel kondrogenik membentuk sel kondroblast yang mengeluarkan

matriks tulang rawan.13

Tulang rawan berkembang dari sel-sel mesenkim primitif yang berdiferensiasi

menjadi chondroblast. Sel-sel ini membelah secara mitosis dan mensintesis

matriks tulang rawan dan bahan ekstraseluler. Sebagai bentuk pertumbuhan tulang

rawan, individual kondroblast dikelilingi oleh matriks ekstraseluler dan terdapat

dalam kompartemen yang disebut lakuna (singular, lacuna). Dalam lakuna adalah

sel kartilago matur yang disebut kondrosit. Lakuna dapat mengandung lebih dari

satu kondrosit, kelompok kondrosit ini disebut gugus isogen. Sel-sel mesenkim

juga dapat berdiferensiasi menjadi fibroblast yang membentuk perikondrium,

lapisan jaringan ikat padat dan tidak beraturan yang menggambarkan tulang

rawan. Lapisan seluler bagian dalam perikondrium mengandung sel-sel

kondrogenik, yang dapat berdiferensiasi menjadi kondroblast, mengeluarkan

matriks tulang rawan, dan terdapat dalam lakuna yang disebut sebagai kondrosit.13

Tulang rawan bersifat avaskular, tetapi dikelilingi oleh perikondrium sebagai

jaringan ikat vaskular. Karena kadar air yang tinggi dalam tulang rawan, semua

nutrisi masuk dan dimetabolisme meninggalkan tulang rawan dengan berdifusi

melalui matriks. Juga, matriks tulang rawan halus dan lentur dan tidak sekeras

tulang. Akibatnya, tulang rawan secara bersamaan dapat tumbuh oleh dua proses

17
yang berbeda: interstisial dan aposisional. Pertumbuhan tulang rawan interstisial

melibatkan mitosis kondrosit dalam matriks dan deposisi di antara matriks baru

dan di sekitar sel. Proses pertumbuhan ini meningkatkan ukuran tulang rawan dari

dalam. Pertumbuhan aposisional terjadi pada bagian perifer tulang rawan. Di sini,

kondroblast berdiferensiasi dari lapisan seluler bagian dalam perikondrium dan

menyimpan lapisan matriks tulang rawan dan ditempatkan ke lapisan tulang

rawan yang ada. Proses pertumbuhan ini meningkatkan lebar tulang rawan.

Tulang rawan elastis berbeda dari tulang rawan hialin terutama dengan

adanya banyak serat elastis dalam matriksnya.13

Seperti pada tulang rawan hialin, kondrosit yang lebih besar di lakuna lebih lazim

di bagian dalam plate. Kondrosit yang lebih kecil dan lebih rata terletak pada

bagian perifer di dalam lapisan kondrogenik pada bagian dalam perikondrium, di

mana kondroblas berkembang untuk mensintesis matriks tulang rawan. Juga

terlihat dalam perichondrium adalah jaringan ikat fibrosit dan sebuah venula.13

C. Fisiologi

Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditorius eksternus (saluran

telinga), dan membran timpani (gendang telinga). Pinna, lipatan menonjol tulang

rawan berlapis kulit mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke

saluran telinga luar. Membran timpani, yang membentang merintangi pintu masuk

ke telinga tengah, bergetar ketika terkena gelombang suara. Tulang-tulang telinga

tengah mengubah getaran membran timpani menjadi gerakan cairan di telinga

dalam.4

18
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan telinga

dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai tiga tulang kecil, atau

osikulus (maleus, inkus, dan stapes), yang dapat bergerak dan membentang di

telinga tengah.. Sistem osikulus memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh

gelombang suara di udara agar cairan di koklea bergetar. Penambahan tekanan ini

sudah cukup untuk menggetarkan cairan di koklea.4

Di sebagian besar panjangnya koklea dibagi menjadi tiga kompartemen

longitudinal berisi cairan. Duktus kokhlearis yang buntu, yangjuga dikenal

sebagai skala media, membentuk kompartemen tengah. Kompartemen atas, skala

vestibuli, mengikuti kontur dalam spiral, dan skala timpani, kompartemen bawah,

mengikuti kontur luar .Cairan di dalam duktus koklearis disebut endolimfe. Skala

vestibuli dan skala timpani mengandung cairan yang sedikit berbeda, perilimfe.

Daerah di luar ujung duktus koklearis tempar cairan di kompartemen atas dan

bawah berhubungan disebut helikotrema. Skala vestibuli dipisahkan dari rongga

telinga tengah oleh jendela oval, tempat melekatnya stapes. Lubang kecil lain

yang ditutupi oleh membran, jendela bundar, menutup skala timpani dari telinga

19
tengah. Membran vestibularis yang tipis membentuk atap duktus koklearis dan

memisahkannya dari skala vestibuli. Membran basilaris membentuk lantai duktus

kokhlearis, memisahkannya dari skala timpani. Membran basilaris sangat penting

karena mengandung organ Corti, organ indera untuk pendengaran. Sel rambut di

organ Corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal listrik.4

Gambar C.1, C.2 Koklea

Organ Corti, yang terletak di atas membran basilaris di seluruh panjangnya,

mengandung sel rambut yang merupakan reseptor suara yangterdiri dari satu sel

rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Dari permukaan masing-masing sel

rambut menonjol sekitar 100 rambut yang dikenal sebagai stereosilia. Sel rambut

menghasilkan sinyal saraf jika rambut permukaannya mengalami perubahan

bentuk secara mekanis akibat gerakan cairan di telinga dalam. Stereosilia ini

berkontak dengan membran tektorium, suatu tonjolan mirip tenda yang menutupi

organ Corti di seluruh panjangnya. Gerakan stapes yang mirip piston terhadap

jendela oval memicu gelombang tekanan di kompartemen aras. Karena cairan

tidak dapat mengalami penekanan, maka tekanan disebarkan melalui dua cara

ketika stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam: (1) penekanan

jendela bundar dan (2) defleksi membran basilaris. Pada bagian-bagian awal jalur

ini, gelombang tekanan mendorong maju perilimfe di kompartemen aras,

kemudian mengelilingi helikotrema, dan masuk ke dalam kompartemen bawah,

20
tempar gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar

mengarah ke rongga telinga tengah untuk mengompensasi peningkatan tekanan.

Sewaktu stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke arah luar ke telinga

tengah, perilimfe mengalir ke arah berlawanan, menyebabkan jendela bundar

menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan penerimaan suara tetapi hanya

menghilangkan tekanan. Gelombang tekanan frekuensi-frekuensi yang berkaitan

dengan penerimaan suara mengambil "jalan pintas". Gelombang tekanan di

kompartemen aras disalurkan melalui membran vestibularis yang tipis, menuju

duktus kokhlearis, dan kemudian melalui membran basilaris di kompartemen

bawah, tempat gelombang ini menyebabkan jendela bundar menonjol keluar

masuk bergantian. Perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi

gelombang tekanan melalui membran basilaris menyebabkan membran ini

bergerak naik-turun, atau bergetar, sesuai gelombang tekanan. Karena organ Corti

berada di atas membran bas ilaris maka sel-sel rambut juga bergetar naikturun

sewaktu membran basilaris bergetar. Sel rambut dalam mengubah gaya mekanis

suara (getaran cairan koklea) menjadi impuis listrik pendengaran (potensial aksi

yang menyampaikan pesan pendengaran ke korteks serebri). Karena berkontak

dengan membran tektorium yang kaku dan stasioner, maka stereosilia sel-sel

reseptor ini tertekuk maju-mundur ketika membran basilar mengubah posisi relatif

terhadap membran tektorium. Deformasi mekanis maju-mundur rambur-rambut

ini secara bergantian membuka dan menutup saluran ion berpintu mekanis di sel

rambut sehingga terjadi perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang

bergantianyaitu potensial reseptor-dengan frekuensi yang sama seperri frekuensi

21
rangsangan pemicu semula. Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps

kimiawi dengan ujung serat-serat saraf aferen yang membentuk nervus auditorius

(kokhlearis). Depolarisasi sel-sel rambut ini (ketika membran basilaris terangkat)

meningkatkan laju pelepasan neurorransmirer, yang meningkatkan frekuensi lepas

muatan di serat aferen. Sebaliknya, laju lepas muatan berkurang sewaltu sel-sel

rambut ini mengeluarkan lebih sedikit neurotransmiter ketika mengalami

hiperpolarisasi akibat pergeseran ke arah yang berlawanan. Karena itu, telinga

mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan bergetar membran basilaris

yang menekuk rambut-rambur sel reseptor maju-mundur. Deformasi mekanis

rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup saluran sel reseptor,

menghasilkan perubahan potensial berjenjang di reseptor yang menyebabkan

perubahan dalam frekuensi potensial aksi yang dikirim ke otak. Dengan cara ini,

gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat diterima oleh

otak sebagai sensasi suara.4

D. Definisi

Perikondritis adalah radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka

daun telinga. Biasanya terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun

telinga yang terinfeksi dan sebagai komplikasi pseudokista daun telinga. 5

Perikondritis adalah peradangan pada perikondrium berupa akumulasi nanah

antara perikondrium dan tulang rawan.7

E. Etiologi

22
Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya

hematoma. Suatu furunkel yang tidak memadai pengobatannya merupakan

sumber agen penyebab yang potensial, seperti Mikrokus jenis virulen

(Stafilokokus), Streptokokus, atau Pseudomonas aeruginosa.1 Organisme lain yang

ditemukan termasuk spesies proteus dan Escherichia coli.10

Perikondritis dihasilkan dari infeksi yang disebabkan oleh laserasi,

hematoma, atau insisi operasi, juga dapat disebabkan oleh perluasan infeksi dari

otitis eksterna difus atau furunkel meatus. Pseudomonas dan flora campuran

adalah pathogen yang umum.11 Infeksi hematoma yaitu pada trauma tumpul pada

petinju dan pegulat. Trauma tembus karena indik telinga, gigitan, dan sesudah

operasi telinga.9

Popularitas tindik telinga yang tinggi telah meningkat di kalangan remaja

dan ketika dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak berkualifikasi tanpa

mempertahankan teknik aseptik, dapat meningkatkan kejadian perikondritis aural.

Kelembaban kulit menumbuhkan perkembangbiakan yang umum dari agen

penyebab.11

F. Patomekanisme

23
Gambar F.1 Patologi perikondritis 7

Infeksi pada dasarnya disebabkan oleh Pseudomonas atau Staphylococcus aureus.

Namun, infeksi hematoma auris yang tidak diobati dapat menyebabkan

perikondritis. Kartilago mendapat suplai vascular dari perikondrium. Ketika ada

kumpulan cairan serosa atau pus antara perikondrium dan kartilago karena trauma

atau inflamasi, perikondrium akan terangkat dari kartilago. Ini akan memutus

splai darah ke kartiago yang menyebabkan nekrosis avaskular. Kerusakan

kartilago yang luas akan menyebabkan kelainan bntuk pinna yang dikenal sebagai

deformitas berbentuk bunga kol (cauliflower deformity).7

G. Gejala klinis

Gejala awal yaitu pinna yang merah, panas, dan nyeri yang terasa

berat/parah, telinga yang kaku saat digerakkan, bengkak, terlokalisasi, serta nyeri

pada seluruh tubuh. Abses selanjutnya dapat terbentuk antara kartilago dan

perikondrium dengan nekrosis kartilago dimana kartilago bartahan hanya pada

suplai pembuluh darah dari perikondriumnya.7,11 Infeksi pada saluran telinga

(otitis eksterna) dapat menyebar ke pinna. Jika infeksinya parah dapat melibatkan

tulang rawan (perikondritis), menyebabkan nyeri, kemerahan, dan

pembengkakan.12

24
H. Penalaksanaan

 Medikamentosa

Penanganan pada tahap awal terdiri dari antibiotik sistemik dan pemberian lokal

dari kompres aluminium asetat 4%. Berikan antibiotik parenteral dan pengobatan

topikal untuk infeksi. Pilihan obat disesuaikan dengan hasil biakan atau petunjuk

lain mengenai organisme yang terlihat. Antibiotik berikut ini diberikan secara

berbeda kombinasi: penisilin kristal 1 juta unit setiap 6 jam secaa intravena;

gentamisin 3-5 mg/kg BB setiap 8 jam secara intravena; ciprofloxacin 200 mg

setiap 12 jam secara intravena; atau amikacin 15 mg/kgBB setiap 12 jam secara

intravena. Kombinasi penisilin kristal dan gentamisin diberikan pada tahap awal

dalam semua kasus. Antibiotik kemudian diubah tergantung pada laporan kultur

bakteri.1,10,11

 Pembedahan

Ketika abses terbentuk harus didrainase dengan tepat dan diperoleh kultur serta

sensitivitas dari pus. Bila kondisi ini tampaknya meluas dan terdapat bukti-bukti

adanya cairan di bawah perikondrium, terdapat indikasi untuk mengeluarkan

cairan. Karena tulang rawan tidak memiliki suplai darah langsung bila dipisahkan

dari perikondrium, maka dapat terjadi nekrosis tulang rawan dengan demikian

tulang rawan yang nekrosis perlu dieksisi dan drainase dipertahankan.1

Insisi dan drainase dilakukan pada semua kasus dengan dugaan klinis

pembentukan abses. Dalam semua kasus, ini dilakukan di bawah anestesi lokal

dan dengan tindakan pencegahan aseptik. Sayatan awal dibuat secara horizontal

pada batas bawah pembengkakan dan diambil swab untuk kultur dan sensitivitas.

25
Tulang rawan kemudian diinspeksi dan jika ditemukan normal, tekanan perban

diterapkan.. dalam kasus fluktuasi yang terus-menerus di area yang sama, atau

munculnya fluktuasi di area lain, prosedur diulangi. Dalam kasus nekrosis tulang

rawan, tambahan graft dilakukan untuk mengubah luka menjadi “window panel”.

Penutup kulit diangkat dan perikondrium dikeluarkan, bersama dengan tulang

rawan yang nekrosis atau mati. Tepi tulang rawan yang tersisa kemudian

dibersihkan dan reposisi skin flap. Tekanan kuat dengan perban diterapkan dalam

semua kasus. Pasien dengan perikondritis sekunder otitis eksterna maligna,

dengan atau tanpa osteomielitis, ditangani dengan debridemen luka melalui

pendekatan post-auricular. Mastoidektomi dilakukan pada pasien dengan tulang

temporal diduga terjadi osteomielitis, diikuti oleh tindakan meatoplasty yang luas.

Pemberian antibiotic pasca operasi selama 7-10 hari.8,10,11

26
I. Komplikasi

Bila pengobatan dengan antibiotika gagal dapat timbul komplikasi berupa

mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan yang menjadi kerangka

daun telinga (cauliflower ear). Akibat perikondritis dapat terjadi deformitas

aurikula yang nyata.1,9

Gmbar I.1 Cauliflower ear

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, Boies, Higler. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.

1997.

2. Nugroho PS, Wiyadi HMS. Anatomi Dan Fisiologi Pendengaran Perifer.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Dep Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorokan Bedah Kepala dan Leher. Jurnal THT-KL. Volume 2

No 2. Mei-Agustus 2009; hal 76-85.

3. S. Paulsen. J Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Kepala, Leher, dan

Neuroanatomi. Jilid 3. Edisi 23. Jakarta; EGC. 2012.

4. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

2012; hal 235-9.

5. Prof. DR. Soepardil AA, Sp.THT-KL (K), Prof. DR. Iskandar N, Sp.THT-

KL (K), Prof. DR. Bashiruddin J, Sp.THT-KL (K), DR. Restuti RD,

Sp.THT-KL (K). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan

Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2012; hal 51.

6. Guyton,A. C., Hall, J. E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.

Jakarta: EGC. Hal. 688-689.

7. Nayak, D.R, Balakrishnan R, Hazarika P. Texbook of Ear, Nose, Throat

and Head & Neck Surgery Clinical and Practical Third Edition. CBS

Publishers & Distributors. 1998; hal. 121-122.

8. Bansal Mohan. Diseases of Ear, Nose & Throat. New Delhi: Jaypee

Brothers Medical Publishers (P) Ltd. 2013; hal. 186.

28
9. Dhingra PL, Dhingra Shruti. Diseases of Ear, Nose and Throat & Head

and Neck Surgery Seventh Edition. New Delhi: Elsevier. hal. 53.

10. Kishore H, Prasad C, Prasad HSC, Meyyappan MH, Harsha KS. 2007.

Perichondritis of The Auricle and Its Mnagement. India: The Journal of

Laryngology & Otology,121, 530-534.

11. Dhar Gautam, Basak Bijan, Gayen GC, Ray R. Auricular Perichondritis in

a Tertiary Rural Hospital. Philippine Journal of Otolaryngology-Head and

Neck Surgery Vol.28, No.1. 2013. hal. 6-9.

12. Munir N. Clarke R. Ear, Nose and Throat at a Glance. Liverpool:

Blackwell Publishing. 2013. hal. 16-17.

13. Eroschenko VP. 2003. Atlas Histologi di Fiore Edisi 11.. Jakarta:

EGC.2007. hal.71-78.

29

Anda mungkin juga menyukai