Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN RADIOLOGI g LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2019


UNIVERSITAS HASANUDDIN
VESIKOLITHIASIS

Oleh:

Muhammad Faturrachman Soleman


Ismet Nur Mulyadi Abbas
Asfira Asmawat
Fira Ramadani Mandasari
M. Afif Fadhlurrohman
Fabio Gunanda
Pembimbing Residen

dr. Yohanes Irsandy

Konsulen Pembimbing
dr. Isriyah Sp.Rad
DIBAWAKAN DALAM RANGKA
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS : VESICOLITHIASIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
1. Nama : Muh Faturrachman S
NIM : C111 15 009
2. Nama : Ismet Nur Mulyadi Abbas
NIM : C111 15 302
3. Nama : Asfira Asmawat
NIM : C111 15 306
4. Nama : Fira Ramadani Mandasari
NIM : C111 15 334
5. Nama : M. Afif Fadhlurrohman
NIM : C111 15 348
6. NAMA : Fabio gunanda
NIM : C111 15 369

Fakultas : Kedokteran.
Universitas : Universitas Hasanuddin

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Mei 2019


Konsulen Penguji Pembimbing

dr. Isriyah Sp.Rad dr. Yohanes Irsandy

Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad(K)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

HALAMAN PENGESAHANii

DAFTAR ISIiii

BAB I PENDAHULUAN1

BAB II LAPORAN KASUS3

2.1 IDENTITTAS PASIEN3

2.2 ANAMNESIS3

2.3. PEMERIKSAAN FISIS4

2.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM5

2.5 PEMERIKSAAN RADIOLOGI7

2.8 DIAGNOSIS7

BAB III DISKUSI8

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA10

4.1 DEFINISI10

4.2 ANATOMI10

4.3 PATOFISIOLOGI11

iii
4.4 GEJALA KLINIS12

4.5 GAMBARAN RADIOLOGIS14

4.6 DIAGNOSIS15

4.7 DIAGNOSIS BANDING16

4.8 PENATALAKSANAAN20

4.9 KOMPLIKASI21

DAFTAR PUSTAKA22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Batu kandung kemih merupakan batu yang paling sering terjadi pada

saluran kemih bawah. Angka kejadian batu kandung kemih sekitar 5% dari

seluruh kasus batu kandung kemih. Sebuah penelitian yang dilakukan di thailand

menunjukkan angka kejadian batu kandung kemih bervariasi mulai dari 6/1000

penduduk hingga 23/1000 penduduk. Batu kandung sering terjadi pada anak- anak

dibandingkan orang dewasa. Dan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki

dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2-10 : 1 batu kandung kemih anak

paling sering terjadi pada usisa 1-5 tahun (70%). Batu buli-buli atau vesicolitiasis

sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan miksi atau terdapat benda

asing di buli-buli. Gangguan miksi terjadi padapasien-pasien hiperplasia prostat,

striktura urethra, divertikel buli-buli atau buli-bli neurogenik. Kateter yang

terpaang pada buli-buli dalam waktu yang lama, adanya benda asing lain yang

secara tidak sengaja dimasukkan dalam buli-buli sering kali menjadi inti untuk

terbentuknya batu buli-buli. Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal

atau batu ureter yang turun ke bui-buli. Pemeriksaan radiologik untuk menentukan

kelainan dalam buli-buli adalah foto polos abdomen, sistogram pada pemeriksaan

pielografi intravena, sistografi retrograd, USG, CT-Scan. Penyebab batu buli-buli

utama adalah obstruksi dan infeksi. Kebanyakan adalah radioopak dan dengan

mudah dilihat pada foto polos abdomen. Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan

litotripsi ataupun jika terlalu besar mememerlukan pembedahan terbuka

(vesicolithotomi). Secara umum batu kandung kemih dapat dicegah sama seperti

1
dengan batu traktus urinarius lainnyaa. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

menurunkan resiko terbentuknya batu adalah mengkonsumi sitrat, membatasi

asupan protein, membatasi asupan natrium, mengurangi berat badan.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. AA

Tanggal lahir/Umur : 3 Desember 1962

Alamat : Jalan KH Ahmad Dahlan

No RM : 881032

Hari/tanggal masuk : Senin, 29 April 2019

Ruangan : lontara 2 urologi

2.2 Anamnesis

a. Keluhan utama

Nyeri pinggang kanan

b. anamnesis terpimpin

Pasien dengan keluhan buang air kecil tersendat (tersangku-sangkut) tidak


lancar yang sudah dikeluhkan sejak lama dan memberat dalam 2 minggu
terakhir pasien mengeluhkan jika ingin kencing pasien mengedan, pancaran
air kencing tidak kuat dan jatuh dekat penis. Riwayat buang air kecil
menetes dan ada rasa tidak puas saat buang air kecil. Tidak ada riwayat
kencing batu dan berpasir serta tidak ada riwayat kencing berdarah.

c. riwayat penyakit sebelumnya : tidak ada

d. riwayat penyakit keluarga : tidak ada

e. riwayat pengobatan : tidak ada

3
2.3 Pemeriksaan Fisik

a. Keadan umum

sakit sedang, compos mentis, gizi baik

b. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 83 x/menit

Frekuensi napas : 20 x/menit

Suhu badan : 36,20C

c. pemeriksaan fisis

1. Mata

Anemis : tidak ada

Ikterus : tidak ada

Pupil : isokor dengan diameter 2.2 mm

Udem palpebrae : tidak ada

2. THT

Bibir : normal

Tonsil : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

Lidah : normal

Faring : normal

3. Leher

JVP normal, pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-)

4
4. Thorax : Simetris

5. Cor : Reguler

6. Pulmo : Suara nafas vesikuler, Whezzing (-), ronchi (-).

7. Abdomen

Inspeksi : distended abdomen (-), ikut gerak napas

Auskultasi : peristaltic (+) kesan normal , asites (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

8. Extremitas : edema tidak ada, akral hangat

2.4 Pemeriksaan laboratorium

Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN


HEMATOLOGI
Koagulasi
PT 10.3 10-14 detik
INR 1.00 -
APTT 27.2 22.0-30.0 detik
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 139 140 mg/dl
Fungsi ginjal
Ureum 23 10-50 mg/dl
Kreatinin 1.00 L(<1.3);P(<1.1) mg/dl
Fungsi Hati
SGOT 35 < 38 U/L
SGPT 46 < 41 U/L
Kimia Lain

5
asam urat 4.4 P(2.4-5.7);L(3.4-7.0) mg/dl
IMUNOSEROLOGI
Penanda Hepatitis
HBs Ag (ICT) Non Reactive Non Reactive
Tumor Marker
KIMIA DARAH
Elektrolit
Natrium 135 136-145 mmol/l
Kalium 4.3 3.5-5.1 mmol/l
Klorida 100 97-111 mmol/l
WBC 15.3 x 103/uL 4.0-10.0 103/uL
RBC 4.73 106 /uL 4.50-6.50 106 /uL
HB 13.8 g/dl 13.0-17.0 g/dl
HCT 43.8 % 40.0-54.0 %
MCV 93 fL 80-100 Fl
MCH 29.1 pg 27.0-32.0 pg
MCHC 31.5 g/dl 32.0-36.0 g/dl
PLT 201 x 103/uL 150-400 103/uL
MPV 9.0 fL 6.0-11.0 fL fL
PCT 0.180 % 0.150-0.500 %
PDW 15.3 % 11.0-18.0 %

6
2.5 Pemeriksaan Radiologi

a. Foto polos abdomen posisi anteroposterior

 Udara usus terdistribusi hingga ke distal colon disertai fecal material


didalamnya
 Tidak tampak dilatasi loop-loop usus maupun gambaran hearing bone
 Tampak bayangan batu radiopaque pada cavum pelvis dengan ukuran 3.5
X 2,4 cm
 Tampak multiple bayangan radiopaque berbentuk bulat pada cavum pelvis
(pleboliths)
 Kedua psoas line dan preperitoneal fat line baik
 Tampak osteofit pada aspek lateral CV Th12-CV L5 (spondylosis
thoracolumbalis)
 Kesan : Suspek vesicolith

2.5 Diagnosis

Batu buli-buli

7
BAB III

DISKUSI

Pasien laki-laki usia 57 tahun datang ke RSWS dengan keluhan nyeri pada

pinggang kanan selain itu pasien mengeluh buang air kecil tersendat

(tersangku-sangkut) tidak lancar yang sudah dikeluhkan sejak lama dan

memberat dalam 2 minggu terakhir pasien mengeluhkan jika ingin kencing

pasien mengedan, pancaran air kencing tidak kuat dan jatuh dekat penis.

Riwayat buang air kecil menetes dan ada rasa tidak puas saat buang air kecil.

Tidak ada riwayat kencing batu dan berpasir serta tidak ada riwayat kencing

berdarah.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, gizi baik ,

GCS E4M6V5, kompos mentis. Tanda tanda vital Tekanan darah 120/80

mmHg , Frekuensi nadi 83 x/menit ,Frekuensi napas 20 x/menit. abdomen

tidak ada distended abdomen, tidak ada nyeri tekan dan peristaltic kesan

normal. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan tampak bayangan batu

radiopaque berbentuk bulat pada cavum pelvis dengan ukuran 3.5 X 2,4 cm

serta Tampak osteofit pada aspek lateral CV Th12-CV L5. Pasien diberikan

terapi infus ringer lactat 20 tetes/menit, injeksi ceftazidine 2 gr/24 jam

intravena, injeksi ketorolac 30 mg/8 jam intravena, injeksi ranitidine 50 mg/12

jam intravena, injeksi asam mefenamat 500 mg/8 jam intravena dari hasil

pemeriksaan pasien di diagnosis dengan hyperthropy prostate grade III.

8
Pada tanggal 24-04-2019 pasien pernah dilakukan pemeriksaan dengan foto

USG abdomen dengan hasil ukuran prostat membesar dengan volume (34 cc)

kesan pemeriksaan hyperthropy prostat dan organ-organ intraabdomen yang

terscan dalam batas normal. Kemudian Pada tanggal 03-05-2019 pasien

dilakukan foto polos abdomen dengan hasil sebagai berikut Udara usus

terdistribusi hingga ke distal colon disertai fecal material didalamnya, tidak

tampak dilatasi loop-loop usus maupun gambaran hearing bone, terdapat

bayangan batu radiopaque pada cavum pelvis dengan ukuran 3.5 X 2,4 cm,

Tampak multiple bayangan radiopaque berbentuk bulat pada cavum pelvis

(pleboliths) Kedua psoas line dan preperitoneal fat line baik, Tampak osteofit

pada aspek lateral CV Th12-CV L5 (spondylosis thoracolumbalis) Kesan

vesicolithiasis.

Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita

gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli. Gangguank, miksi

terjadi pada pasien-pasien hyperplasia prostat, striktur uretra, duvertikel buli-

buli, atau buli-buli neurogenik. Kateter yang terpasang pada buli-buli dalam

waktu yang lama, adanya benda asing lain secara tidak sengaja dimasukkan

kedalam buli-buli seringkali menjadi inti untuk terbentuknya batu buli-buli.

Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang

turun ke buli-buli.

9
BAB IV

TINJAUN PUSTAKA

4.1 Definisi

Batu kandung kemih adalah sebuah keadaan terdapat batu atau material

yang mengalami kalsifikasi di dalam kandung kemih. Sebagian besar batu

kandung kemih merupakan manifestasi kondisi patologis misalnya infeksi,

ganggun berkemih atau benda asing.

4.2 Anatomi vesica urinaria

Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor

yang saling beranyaman. Disebelah dalam adalah otot longitudinal, ditengah

merupakan otot sirkuler, dan yang paling luar adalah longitudinal mukosa

vesica terdiri sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis

renalis, ureter dan rethra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter

dan meatus urethra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum

bul-buli secara anatomis buli-buli teridiri dari tiga permukaan yaitu 1.

Permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum. 2.

Permukaan inferior dan permukaan posterior. Buli-buli berfungsi menampung

urin dari ureter dan keudian mengeluarkannya melalui urethra dalam

mekanisme berkemih. Dalam menampung urin buli-buli memiliki kapasitas

yang maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang lebih adalah

300-450 ml. Pada saat kosong, buli-buli terdapat dibelakang syimphisis pubis

dan pada saat penuh berada pada atas symphisis pubis sehingga dapat

10
dipalpasi atau diperkusi. Di buli-buli yang terasa penuh memberikan

rangsangan pada saraf afferent dan menyebabkan aktivasi miksi dimedulla

spinalis segmen sacral 2-4. Hal ini akan meyebabkan kontraksi otot detrusor,

terbukannya leher buli-buli dan relaksasi spinchter urethra sehingga terjadilah

proses miksi.

4.3 Patofisiologi

Kandung kemih merupakan tempat penampungan sementara dari urin dan

presipitatnya sehingga apabila terjadi keadaan patologis, misalnya terdapat

nya gangguan berkemih, benda asing, atau infeksi, dapat terjadi stasis urin,

dan supersaturasi dari presipitat urin yang mengakibatkan terbentuknya batu

kandung kemih. Komposisi dari batu kandung kemih dipengaruhi Ph urin dan

derajat saturasi urin. Sebagian besar kasus batu kandung kemih adalah batu

campuran dan struvit apabila terdapat infeksi. Di Amerika, material utama

pembentuk batu kandung kemih adalah kalsium oksalat sedangkan di Eropa

adalah asam urat. Secara umum batu kandung kemih dapat di klasifikasikan

menjadi 3 jenis, yaitu migran, idiopatik primer atau batu sekunder. Batu

kandung kemih migran adalah batu saluran urinarius yang terbentuk di saluran

urinarius atas yang kemudian turun di kandung kemih. Sebagian besar batu

kemudian dapat melewati urethra, namun apabila ukuran batu lebih besar dari

lumen urethra dapat tertahan di kandung kemih dan ukurannya bertambah

besar. Batu idiopatik primer umumnya terdapat pada anak-anak tanpa

ditemukan obstruksi, penyakit lokal, lesi neurologis, atau infeksi. Penyebab

tersering adalah dehidrasi kronis dan defisiensi nutrisi. Batu kandung kemih

11
idiopatik primer pada umumnya tersusun dari ammonium asam urat atau

kombinasi dengan kalsium oksalat. Batu kandung kemih sekunder umumnya

disebabkan stasis urin di dalam kandung kemih atau infeksi saluran kemih

berulang yang di akibatkan oleh obstruksi outlet kandung kemih, disfungsi

kandung kemih neurogenic dan benda asing. Benda asing yang terdapat pada

kandung kemih merupakan tempat terbentuknya batu buli. Masuknya benda

asing dalam kandung kemih dapat disebabkan oleh pemasukan sendiri,

iatrogenic atau migrasi dari organ sekitar. Benda asing yang teresring

menyebabkan infeksi saluran kemih atau batu kandung kemih adalah kateter.

Pemasangan kateter dapat menyebabkan mobilisasi bakteri dari anterior

urethra kedalam kandung kemih serta menjadi tempat tumbuhnya bakteri.

Proses rekonstruksi saluran kemih dengan segmen usus dapat menyebabkan

batu kandung kemih. Mucus yang dihasilkan usus dapat berperan sebagai

nidus, selain itu juga menggangu proses pengosongan kandung kemih serta

dapat berkembangya bakteri yang dapat memproduksi urease.

4.4 Gejala Klinis

1. Urin berpasir

Adanya batu disaluran kemih bisa ditandakan ketika seseorang buang air

kecil berpasir hal disebabkan karena batu yang berukuran kecil yang bisa

langsung keluar bersama dengan urin dan bisa juga terjadi hancurnya atau

pecahnya batu yang berukran besar dan keluar bersama urin.

2. Urin yang keluar tiba-tiba berhenti dan kembali normal saat berubah posisi

12
Aejala ini disebabkan oleh karena batu yang berada vesica urinaria ikut

berpindah saat perubahan posisi pada saat buang kecil.

3. Rasa tidak puas saat buang air kecil

Rasa tidak puas saat buang kecil muncul karena adanya obstruksi pada

vesica urinaria yang menyebabkan pada saat buang air kecil urin yang

dikeluarkan tidak keluar sepenuhnya.

4. Buang air kecil yang berulang

Buang air kecil yang berulang disebabkan karena vesica urinaria yang

belum kosong spenuhya karena ada obstruksi sudah terisi kembali oleh

urin.

5. Perut kembung dan nyeri saat palpasi

Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesica urinaria akan

menyebabkan perut kelihatan kembung dan akan teraba bendungan

(distensi) disertai dengan nyeri saat dipalpasi.

6. Demam

Demam terjadi apabila sudah ada infeksi karena ada mikroorganisme yang

menyebar ke tempat lain. tanda demam disertai dengan hipotensi, palpitasi,

vasodilatasi pembuluh darah merupakan tanda terjadinya urosepsis.

13
4.5 Gambaran radiologis

Penyebab batu buli-buli utama adalah obstruksi dan infeksi. Kebanyakan


adalah radiopaq dan mudah dilihat pada foto polos abdomen. Batu lain yang
mengandung sedikit kalsium, pada foto polos terlihat samar-samar.
Pemeriksaan (cystography) dengan udara atau dengan kontras opaq dapat
dilihat garis lingkar batu radiolusen. Batu dalam buli-buli dapat satu atau
lebih. Pemeriksaan sistografi dan sistoskopi perlu untuk membedakan batu
buli-buli dari perkapuran lainnya. Batu prostat berbentuk butir-butir kecil dan
berada berhimpitan atau langsung diatas permukaan symphisis pubis pada foto
postero-anterior abdomen bawah. Proses pembentukan Batu Saluran Kemih
ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal (nefrolithiasis), ureter
(ureterolithiasis), vesica urinaria (vesicolithiasis), dan uretra (urethrolithiasis).

Jenis- jenis pembagian batu pada foto polos radiologi

Batu yang bersifat radiopaque:

 calcium oxalate +/- calcium phosphate

 struvite (triple phosphate) - biasanya opaque namun bisa bervariasi

 calcium phosphate murni

Batu yang bersifat radiolucent:

 uric acid

 cystine

 indinavir stones

 batu matrix murni (meskipun memiliki sisi yang hiperdens)

Pembagian kalkuli berdasarkan gambaran radiologisnya menjadi tiga


yaitu: radiopak, radiopak lemah, dan radiolusen. Yang bersifat radiopak yaitu:
kalkuli kalsium oksalat dihidrat, kalsium oksalat monohidrat, dan kalsium

14
phospat. Yang gambaran radiologisnya radiopak lemah: magnesium amonium
12 phospat, apatite, dan sistin. Dan yang tergolong radiolusen: kalkuli asam
urat, amonium urat, xanthin, 2,8-didroksiadenin, batu karena obat-obatan.

4.6 Diagnosis

A. Anamnesis

Pasien dengan batu kandung kemih pada umumnya tidak mempunyai

keluhan. Pada anamnesis sering didapatkan pasien dengan keluhan

gejala obstruksi outlet kandung kemih, sehingga pasien umumnya

datang dengan Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) dan riwayat

infeksi saluran kemih berulang. Gejala klasik pada pasien dengan batu

kandung kemih adalah nyeri berkemih dan hematuria. Nyeri berkemih

yang dialami sifatnya tumpul atau dapat berupa nyeri tajam perut

bagian bawah yang diperberat dengan aktifitas dan gerakan yang

mendadak. Hematuria yang terjadi dapat berupa terminal hematuria

disertai dengan nyeri berkemih yang terjadi diakhir berkemih kerena

terjebaknya batu di leher buli. Pasien juga sering mengalami nyeri

pada urethra distal dan saat akhir berkemih karena terdapat infeksi

pada buli. Batu pada kandung kemih dapat menyebabkan retensi urin

sehingga dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada suprapubis.

Dapat juga terjadi interupsi intermiten ketika berkemih dengan disertai

nyeri pada akhir berkemih akibat terperangkapnya batu pada leher buli.

15
Pada anak ditemukan nyeri pada perineum akibat rangsangan pada

nervus sacral 3-4, priapismus dan mengompol pada malam hari.

B. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada batu kandung kemih pada umumnya tidak

menunjukkan temuan yang khas. Terkadang batu kandung kemih

berukuran besar dapat teraba pada pemeriksaan rektal, vaginal atau

abdomen. Apabila bati kandung kemih menyebabkan retensi urin akut,

didapatkan distensi buli-buli, dan nyeri tekan pada suprapubic

C. Pemeriksaan tambahan

Batu kandung kemih dapat didiagnosis dengan foto polos abdomen,

IVU, Ultrasonografi, CT-Scan dan sistoskopi. Pemeriksaan imajing

awal yang dilakukan adalah KUB/kidney ureter bladder, karena KUB

merupakan pemeriksaan yang cukup baik, mudah dilakukan dan

murah. Sensitivitas KUB adalah 45%-60%.

4.7 Diagnosis Banding

1. Benign Prostate Hyperplasia

Gambar Foto X-Ray Benign Prostate Hyperplasia

16
Pada saat kandung kemih penuh, akan terlihat indentasi pada bagian dasar

kandung kemih apabila terdapat pembesaran prostat. Selain itu, indentasi

bagian dasar kandung kemih dapat menyebabkan elevasi trigonum buli-

buli dan orifisium ureter, sehingga ureter distal dapat terlihat seperti huruf

“J” atau mata pancing (Gambar ). Pada fase pengosongan buli-buli, akan

terlihat sisa urin cukup banyak akibat bladder outlet obstruction.

Gambar Ultrasonography Benign Prostate Hyperplasia, a. gambaran


longitudinal; b. gambaran transversal.

Gambar CT Scan Benign Prostate Hyperplasia

17
Gambar MRI Benign Prostate Hyperplasia

2. Phlebolith

Gambar Foto X-Ray Phlebolith


Phlebolith adalah kalsifikasi lokal kecil, biasanya bulat di dalam suatu
vena. Phlebolith sangat sering pada vena dari bagian bawah pelvis, dan
mereka secara umum bukan klinis yang penting. Ketika lokasinya di
pelvis, phlebolith sering sulit dibedakan dari batu ginjal dalam ureter pada
xray. ¹ Phlebolith dalam regio pelvis ditemukan pada 44,2% orang dan
lebih sering pada wanita (50,1%) dibandingan laki (37,3%). Jumlah
phlebolith meningkat dengan bertambahnya usia dan juga lebih serng
ditemukan di sisi kiri pelvis dibandingkan sisi kanan.² Plebolitis di luar
regio pelvis ditemukan pada sekitar 2% dari populasi.³ Phlebolith dapat
menjadi diagnostik untuk hemangioma pada gambaran USG.

18
Di negara barat dan afrika selatan ras putih, phlebolith ditemukan pada
sekitar setengah dari semua radiologi pelvis pada orang usia di atas 40
tahun, dan pada sekitar sepertiga dari keseluruhan orang dewasa.
Phlebolith jarang dibawah usia 20 tahun. Pasien termuda phlebolith dalam
rangkain 460 adalah usia 16 tahun .Perkiraan sebelumnya terkait penyebab
plebolit meliputi infeksi , gizi kurang dan adanya statis vena.⁴ Belum
terdapat penilitian yang bisa membuktikan bahwa semua itu menjadi
penyebab utama dari bukti epidemiologis.

Gumpalan darah pada kalsifikasi yang menjadi phlebolith dapat dihasilkan


dari perubahan dalam tendensi koagulasi atau dalam aktifitas fibrinolitik,
dari kerusakan vena lokal atau dari kombinasi semua faktor itu.
3. Carcinoma Vesica Urinaria

Gambar Foto X-Ray dengan kontras Carcinoma Vesica Urinaria

penampakan carsinoma vesika urinaria dapat berupa derek pengisian pada


vesika urinaria yang terisi kontras atau pola mukosa yang tidak teratur
pada film pasca miksi.

19
Gambar Ultrasonography Carcinoma Vesica Urinaria

4.8 Penatalaksanaan

Terdapat beberapa macam modalitas penatalaksanaan batu kandung kemih

mulai dari metode yang invasive hingga tidak invasive. Batu kandung kemih

dapat ditatalaksana dengan terapi konservatif, operasi sistolitotomi,

sisitolitotomi perkutan, sisto litolapaksi dan extracorporeal shockwave

lithotripsy (EWL). Saat ini, terapi batu kandung kemih yang invasive

(misalnya operasi sistolitotomi perkutan) sudah mulai jarang dilakukan.

Kecuali pada kasus batu kandung kemih anak, batu kandung kemih dengan

ukuran besar (lebih dari 4 cm) dan kegagalan terapi sistolitopaksi. Mayoritas

tatalaksana batu kandung kemih saat ini adalah sistolitoplasi yang dilakukan

perendoskopi. ESWL sendiri merupakan alternatif yang menjanjikan untuk

terapi batu kandung kemih walaupun belum diterapkan secara luas, karena

jumlah penelitian tentang efektifitas ESWL dalam terapi batu kandunf kemih

yang belum banyak. Perlu ditentukan jenis dan penyebab dari batu kandung

20
kemih yang terdapat pada pasien, agar dapat diterapkan terapi yang definitive

dan mencegah berulangnya kejadian batu kandung kemih pada pasien. Jenis

batu kandung kemih dapat berupa batu kandung kemih migran, idiopatik

primer dan sekunder.

4.9 Komplikasi

Pada pasien dengan diagnosis batu pada vesica urinaria dapat mengalami

retensi urin sehingga pada fase lanjut ini dapat menyebabkan hidronefrosis

dan akhirnya jika terus berlanjut maka dapat menyebabkan gagal ginjal yang

akan menunjukkan gejala-gejala gagal ginjal seperti sesak, hipertensi dan

anemia. Selain itu stagnansi pada batu saluran kemih juga dapat menyebabkan

infeksi ginjal yang akan berlanjut menjadi urosepsis dan merupakan

kedaruratan urologi, keseimbangan asam basa, bahkan mempengaruhi beban

kerja jantung dalam memompa daarah keseluruh tubuh.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Frequency and location of pelvic pjleboliths, tor mattson, clinical

radiology, january-november 1980, 31(1), pag. 115-118

2. Becker, G, 2007. Uric Acid Stones Nephrology 12: S21-S25

3. Rasjad, syahriar. 2005. Radiologi diagnostik. Balai penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

4. Stedman’s medical dictionary, 28 th

5. Suprapelvic phleboliths : prevalence, distribution and clinical associations,

Curry NS, Ham FC, Schabel SI, clinical radoIology, November 1983,

34(6), pag. 701-5

6. Shelmith P: the origin of phleboliths. Br J surg 59:695-700, 1972

7. Purnomo BB. 2012. Buku kuliah dasar-dasar urologi. Jakarta: CV

infomedika

8. Sanjaya G., Birowo P., Rasyid N. 2013. Batu kandung kemih :

Patofisiologi, Diagnosis dan penatalaksanaan. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia : Jakarta

9. Sja’bani M. Batu Saluran Kemih 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed

5. Jakarta : interna publishing.

10. Turk C, knoll T, Pterick A et al. Guidlines on Urolithiasis. European

Association of urology 2015. March 2015.

22

Anda mungkin juga menyukai