ABSTRAK
Fitoplankton dan zooplankton merupakan salah satu pakan alami. Pakan alami yang
banyak digunakan untuk pembenihan adalah ordo Cladocera, jenis Diaphanosoma sp.
Cladocera adalah kelompok yang paling sering digunakan mengingat ukurannya yang
kecil, perkembangan cepat, budidaya mudah, kerentanan terhadap predasi, kandungan
enzim dan nutrisi yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
pemberian pakan fitoplankton (Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.)
terhadap kepadatan populasi dan laju pertumbuhan Diaphanosoma sp. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental laboratorium dengan 3
perlakuan dan 5 kali pengulangan. Perlakuan menggunakan tiga jenis pakan fitoplankton
yaitu Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp. Hasil analisis ragam (ANOVA)
terhadap kepadatan populasi dan laju pertumbuhan menunjukkan bahwa adanya
pengaruh antar perlakuan. Uji lanjut menggunakan BNT menunjukkan bahwa pemberian
pakan Tetraselmis sp. memberikan pengaruh terhadap kepadatan populasi dan laju
pertumbuhan Diaphanosoma sp. paling baik dengan kepadatan maksimum 608 ind/liter,
sedangkan laju pertumbuhan 61 ind/liter/hari.
ABSTRACT
Phytoplankton and zooplankton are one of the natural food. The most widely used natural
food for seeding is ordo Cladocera, species Diaphanosoma sp. Cladocera is the most
frequently used genus given that it has small size, fast growth, easy cultivation, susceptibility
to predation, and high enzymes and nutrients. The purpose of this research was to examine
the impacts of phytoplankton feeding (Tetraselmis sp., Porphyridium sp., and Chaetoceros
sp.) towards population density and growth rate of Diaphanosoma sp. This research used
laboratory experimental method with 3 treatments and 5 repetitions. The treatments used
three types of phytoplankton food, which were Tetraselmis sp., Porphyridium sp., and
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium
Chaetoceros sp. The results of Analysis of Variance (ANOVA) towards population density and
growth rate showed that there were effects among treatments. Further test using LSD
showed that Tetraselmis sp. feeding gave the best impacts to population density and growth
rate of Diaphanosoma sp. with maximum density 608 individual/liter, whereas the growth
rate was 61 individual/liter/day.
1. PENDAHULUAN
Pengembangann usaha perikanan cepat, budidaya mudah, kerentanan
budidaya sangat tergantung kepada terhadap predasi, kandungan enzim
ketersediaan induk unggul dan benih dan nutrisi yang tinggi (Penuela, 2013).
berkualitas serta ketersedian pakan. Guna memperoleh pakan alami
Potensi sumberdaya perikanan Diaphanosoma sp. secara
budidaya cukup besar dengan aneka berkesinambungan dan dengan kualitas
jenis ikan dan biota air laut yang yang baik maka perlu dilakukan kultur.
bernilai ekonomis memungkinkan Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk dibudidayakan (KKP, 2011). mengkaji pengaruh pemberian pakan
Pakan merupakan kunci keberhasilan fitoplankton Tetraselmis sp.,
dalam budidaya perikanan, karena Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.
berpengaruh terhadap ketahanan dan terhadap kepadatan populasi dan laju
perkembangan larva. Jenis pakan yang pertumbuhan Diaphanosoma sp.
dapat diberikan pada ikan ada dua
jenis, yaitu pakan alami dan pakan 2. BAHAN DAN METODE
buatan. Pakan alami adalah sejenis Penelitian ini dilaksanakan pada
pakan ikan yang berupa organisme air bulan Juni - Juli 2014 bertempat di
renik seperti, fitoplankton dan Laboratorium Zooplankton Balai Besar
zooplankton. Menurut Basri (2013) Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
pakan alami mempunyai kandungan Lampung. Penelitian ini dilakukan pada
gizi yang lengkap, mudah dicerna dalam skala laboratorium dengan
saluran pencernaan, tidak menggunakan metode eksperimental
menyebabkan penurunan kualitas air yang dilaksanakan dengan rancangan
dan dapat meningkatkan daya tahan acak lengkap (RAL) dengan tiga
benih ikan terhadap penyakit maupun perlakuan dan lima kali pengulangan.
perubahan kualitas air dan ukuran dari Rancangan acak lengkap umumnya
pakan alami yang diperlukan untuk digunakan pada media atau bahan
benih ikan harus lebih kecil dari ukuran percobaan yang homogen, dan biasanya
lebar mulutnya. digunakan pada percobaan - percobaan
Salah satu pakan alami yang skala laboratorium. Perlakuan yang
banyak digunakan untuk pembenihan dilakukan yaitu:
adalah ordo Cladocera jenis A = Diaphanosoma sp. yang diberi
Diaphanosoma sp. sebagai makanan pakan Tetraselmis sp.
larva kuda laut dan ikan nemo (clown B = Diaphanosoma sp. yang diberi
fish). Cladocera adalah kelompok yang pakan Porphyridium sp.
paling sering digunakan mengingat C = Diaphanosoma sp. yang diberi pakan
ukurannya yang kecil, perkembangan Chaetoceros sp.
42
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium
43
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium
44
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium
ke-10 dan ke-12 kepadatan populasi yaitu pada percobaan yang diberi pakan
mengalami penurunan yaitu berturut- Chaetoceros sp. yaitu 246 ind/liter pada
turut 454 ind/liter dan 397 ind/liter. hari ke-4.
Pada perlakuan B maupun Pertumbuhan populasi tertinggi
perlakuan C dari penebaran awal Diaphanosoma sp. pada perlakuan A,
sebanyak 100 ind/liter, kepadatan diduga karena Tetraselmis sp. memiliki
populasi Diaphanosoma sp. mengalami kandungan gizi yang lebih tinggi
peningkatan hingga hari ke-4 menjadi dibandingkan pakan Porphyridium sp.
255 ind/liter (perlakuan B) dan 246 dan Chaetoceros sp. Beberapa
ind/liter (perlakuan C). Namun, kandungan nutrisi seperti protein,
mengalami penurunan hingga hari ke-8 lemak dan karbohidrat tersebut dapat
menjadi 213 ind/liter (perlakuan B) mempercepat pertumbuhan
dan 192 ind/liter (perlakuan C) dan Diaphanosoma sp. dan juga nutrisi yang
kembali meningkat pada pengamatan dibutuhkan bagi pertumbuhan larva
hari ke-10 dan ke-12 berturut-turut ikan dan non ikan. Kepadatan populasi
347 ind/liter, 406 ind/liter (perlakuan Diaphanosoma sp. yang tinggi, juga
B) dan 198 ind/liter, 235 ind/liter diduga disebabkan karena Tetraselmis
(perlakuan C). Pola pertumbuhan sp. memiliki 4 buah flagella yang
Diaphanosoma sp. agar lebih jelas dapat menyebabkannya dapat bergerak.
dilihat pada Gambar 1. Pergerakan tersebut yang mampu
memberikan rangsangan bagi
Diaphanosoma sp. untuk
memangsanya. Menurut Djarijah
(1995) salah satu faktor dari pakan
alami yaitu sifat pakan alami yang
bergerak, tetapi tidak terlalu aktif
sehingga dapat merangsang dan
mempermudah untuk memangsa pakan
yang diberikan.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan Pertumbuhan populasi
populasi Diaphanosoma sp. Diaphanosoma sp. yang diberi pakan
Porphyridium sp. lebih tinggi dari
Pertumbuhan populasi Diaphanosoma sp. yang diberi pakan
Diaphanosoma sp. yang optimal pada Chaetoceros sp. diduga karena
setiap jenis pakan yang diberikan Porphyridium sp. tidak memiliki dinding
dicapai pada waktu yang berbeda. sel sehingga Diaphanosoma sp. lebih
Gambar 1 menunjukkan bahwa mudah untuk mencerna pakan tersebut.
pertumbuhan populasi Diaphanosoma Menurut Djarijah (1995) syarat untuk
sp. tertinggi terdapat pada menentukan apakah jenis plankton itu
Diaphanosoma sp. yang diberikan termasuk kategori pakan alami salah
pakan Tetraselmis sp. (608 ind/liter) satunya adalah isi sel padat dan
yang dicapai pada hari ke-8. mempunyai dinding sel tipis sehingga
Pertumbuhan populasi Diaphanosoma mudah dicerna oleh ikan. Sedangkan
sp. yang diberi pakan Porphyridium sp. Chaetoceros sp. memiliki dinding
dicapai pada hari ke-12 sebesar 406 dibentuk dari silika sehingga diduga
ind/liter. Sedangkan pertumbuhan Diaphanosoma sp. lebih sukar untuk
populasi Diaphanosoma sp. terendah memangsa dan mencernanya.
45
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium
46
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium
47
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium
48
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium
49
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium
50