Anda di halaman 1dari 10

MASPARI JOURNAL

Juli 2015, 7(2):41-50

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN FITOPLANKTON


(Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.)
TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN ZOOPLANKTON
Diaphanosoma sp. PADA SKALA LABORATORIUM

THE EFFECT OF PHYTOPLANKTON FEEDING


(Tetraselmis sp., Porphyridium sp., and Chaetoceros sp.)
TOWARDS GROWTH RATE OF ZOOPLANKTON Diaphanosoma sp.
ON LABORATORY SCALE

Siti Maryam, Gusti Diansyah, dan Isnaini


Program Studi Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indonesia
Email: sitimaryam.acex@gmail.com
Registrasi: 22 April 2014; Diterima setelah perbaikan: 14 Oktober 2014;
Disetujui terbit: 9 Desember 2014

ABSTRAK

Fitoplankton dan zooplankton merupakan salah satu pakan alami. Pakan alami yang
banyak digunakan untuk pembenihan adalah ordo Cladocera, jenis Diaphanosoma sp.
Cladocera adalah kelompok yang paling sering digunakan mengingat ukurannya yang
kecil, perkembangan cepat, budidaya mudah, kerentanan terhadap predasi, kandungan
enzim dan nutrisi yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh
pemberian pakan fitoplankton (Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.)
terhadap kepadatan populasi dan laju pertumbuhan Diaphanosoma sp. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental laboratorium dengan 3
perlakuan dan 5 kali pengulangan. Perlakuan menggunakan tiga jenis pakan fitoplankton
yaitu Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp. Hasil analisis ragam (ANOVA)
terhadap kepadatan populasi dan laju pertumbuhan menunjukkan bahwa adanya
pengaruh antar perlakuan. Uji lanjut menggunakan BNT menunjukkan bahwa pemberian
pakan Tetraselmis sp. memberikan pengaruh terhadap kepadatan populasi dan laju
pertumbuhan Diaphanosoma sp. paling baik dengan kepadatan maksimum 608 ind/liter,
sedangkan laju pertumbuhan 61 ind/liter/hari.

KATA KUNCI: Chaetoceros sp., Diaphanosoma sp., laju pertumbuhan,


Porphyridium sp., Tetraselmis sp..

ABSTRACT

Phytoplankton and zooplankton are one of the natural food. The most widely used natural
food for seeding is ordo Cladocera, species Diaphanosoma sp. Cladocera is the most
frequently used genus given that it has small size, fast growth, easy cultivation, susceptibility
to predation, and high enzymes and nutrients. The purpose of this research was to examine
the impacts of phytoplankton feeding (Tetraselmis sp., Porphyridium sp., and Chaetoceros
sp.) towards population density and growth rate of Diaphanosoma sp. This research used
laboratory experimental method with 3 treatments and 5 repetitions. The treatments used
three types of phytoplankton food, which were Tetraselmis sp., Porphyridium sp., and
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium

Chaetoceros sp. The results of Analysis of Variance (ANOVA) towards population density and
growth rate showed that there were effects among treatments. Further test using LSD
showed that Tetraselmis sp. feeding gave the best impacts to population density and growth
rate of Diaphanosoma sp. with maximum density 608 individual/liter, whereas the growth
rate was 61 individual/liter/day.

KEYWORDS: Chaetoceros sp., Diaphanosoma sp., growth rate, Porphyridium sp.,


Tetraselmis sp..

1. PENDAHULUAN
Pengembangann usaha perikanan cepat, budidaya mudah, kerentanan
budidaya sangat tergantung kepada terhadap predasi, kandungan enzim
ketersediaan induk unggul dan benih dan nutrisi yang tinggi (Penuela, 2013).
berkualitas serta ketersedian pakan. Guna memperoleh pakan alami
Potensi sumberdaya perikanan Diaphanosoma sp. secara
budidaya cukup besar dengan aneka berkesinambungan dan dengan kualitas
jenis ikan dan biota air laut yang yang baik maka perlu dilakukan kultur.
bernilai ekonomis memungkinkan Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk dibudidayakan (KKP, 2011). mengkaji pengaruh pemberian pakan
Pakan merupakan kunci keberhasilan fitoplankton Tetraselmis sp.,
dalam budidaya perikanan, karena Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.
berpengaruh terhadap ketahanan dan terhadap kepadatan populasi dan laju
perkembangan larva. Jenis pakan yang pertumbuhan Diaphanosoma sp.
dapat diberikan pada ikan ada dua
jenis, yaitu pakan alami dan pakan 2. BAHAN DAN METODE
buatan. Pakan alami adalah sejenis Penelitian ini dilaksanakan pada
pakan ikan yang berupa organisme air bulan Juni - Juli 2014 bertempat di
renik seperti, fitoplankton dan Laboratorium Zooplankton Balai Besar
zooplankton. Menurut Basri (2013) Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
pakan alami mempunyai kandungan Lampung. Penelitian ini dilakukan pada
gizi yang lengkap, mudah dicerna dalam skala laboratorium dengan
saluran pencernaan, tidak menggunakan metode eksperimental
menyebabkan penurunan kualitas air yang dilaksanakan dengan rancangan
dan dapat meningkatkan daya tahan acak lengkap (RAL) dengan tiga
benih ikan terhadap penyakit maupun perlakuan dan lima kali pengulangan.
perubahan kualitas air dan ukuran dari Rancangan acak lengkap umumnya
pakan alami yang diperlukan untuk digunakan pada media atau bahan
benih ikan harus lebih kecil dari ukuran percobaan yang homogen, dan biasanya
lebar mulutnya. digunakan pada percobaan - percobaan
Salah satu pakan alami yang skala laboratorium. Perlakuan yang
banyak digunakan untuk pembenihan dilakukan yaitu:
adalah ordo Cladocera jenis A = Diaphanosoma sp. yang diberi
Diaphanosoma sp. sebagai makanan pakan Tetraselmis sp.
larva kuda laut dan ikan nemo (clown B = Diaphanosoma sp. yang diberi
fish). Cladocera adalah kelompok yang pakan Porphyridium sp.
paling sering digunakan mengingat C = Diaphanosoma sp. yang diberi pakan
ukurannya yang kecil, perkembangan Chaetoceros sp.

42
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium

Pengamatan yang dilakukan yaitu Analisis data penelitian


kepadatan populasi Diaphanosoma sp. menggunakan Analisis of variance
dan laju pertumbuhan Diaphanosoma (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji
sp. Laju pertumbuhan harian beda nyata terkecil (BNT). Pengukuran
Diaphanosoma sp. dapat dicari dengan kualitas media pemeliharan yang
menggunakan rumus laju pertumbuhan mendukung kegiatan budidaya seperti
menurut Hariati (1989) sebagai suhu, salinitas pH dan oksigen terlarut
berikut: diukur setiap dua hari sekali.
Wt-Wo
GR =
t 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Air Media Kultur
Keterangan :
Diaphanosoma sp.
GR = laju pertumbuhan (ind/hari)
Data hasil pengukuran kualitas air
Wt = Jumlah populasi pada waktu ke-t
media kultur Diaphanosoma sp.
(ind/ml)
salinitas, suhu, oksigen terlarut dan pH
Wo = Jumlah populasi awal (ind/ml),
disajikan pada Tabel 1.
t = waktu (hari)

Tabel 1. Hasil pengukuran kualitas air media kultur Diaphanosoma sp.


Hari ke- Salinitas (⁰/ₒₒ) STDEV Suhu (⁰C) STDEV DO (mg/l) STDEV pH
0 29,60 0,51 21,87 0,26 7,01 0,64 8
2 29,73 0,46 21,95 0,24 6,27 0,82 8
4 29,80 0,77 22,19 0,43 5,54 0,37 8
6 29,93 0,70 22,36 0,39 5,30 0,02 8
8 30,13 0,74 22,83 0,56 5,29 0,57 8
10 30,20 0,68 23,03 0,40 4,01 0,07 8
12 30,40 1,12 23,02 0,47 3,97 0,13 8
29,6-30,4 o/oo. Kisaran salinitas
Kepadatan populasi dan laju tersebut merupakan salinitas yang baik
pertumbuhan Diaphanosoma sp. untuk pertumbuhan Diaphanosoma sp.
dipengaruhi oleh kualitas air media Menurut Thariq et al. (2007)
kultur seperti salinitas, suhu, DO dan menyatakan bahwa Diaphanosoma sp.
pH. Pengukuran kualitas air media dapat ditemukan pada air bersalinitas
kultur dilakukan setiap dua hari sekali 20-35 o/oo. Data pengamatan kualitas
pada saat berlangsungnya perhitungan air media kultur Diaphanosoma sp. dari
pertambahan populasi Diaphanosoma hari ke-0 salinitas rata-rata 29,6 o/oo,
sp. Sedangkan aerasi diberikan secara lalu pada hari seterusnya hingga hari
terus menerus mulai dari penebaran ke-12 salinitas meningkat menjadi
bibit sampai percobaan selesai, dimana 30,4o/oo. Peningkatan salinitas tersebut
aerasi yang diberikan bertujuan untuk mungkin terjadi karena adanya
mensuplai oksigen dan karbon penguapan dan ekskresi dari sisa-sisa
dioksida. Selain itu, aerasi dapat metabolisme.
menyebabkan turbulensi dan sirkulasi Suhu mempengaruhi proses
media kultur yang penting untuk metabolisme dari mahluk hidup
pemerataan pakan agar tidak terjadi termasuk zooplankton. Umumnya pada
pengendapan. kondisi laboratorium, perubahan suhu
Hasil pengukuran salinitas dalam air dipengaruhi oleh temperatur
penelitian ini berkisar antara ruangan dan intensitas cahaya. Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa suhu

43
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium

air media kultur selama penelitian derajat keasaman cairan yang


berkisar antara 21,87-23,03 oC. Kisaran mengelilinginya karena ion H sangat
+

suhu tersebut merupakan suhu yang berpengaruh terhadap kegiatan enzim.


baik untuk pertumbuhan zooplankton. Jika suatu enzim menunjukkan kegiatan
Menurut BBPBL (2007) kisaran suhu pada pH tertentu, kenaikan atau
optimum untuk pertumbuhan penurunan pH dapat menyebabkan
zooplankton umumnya adalah 25 oC-32 kegiatan enzim itu berubah. Selama
oC. pengukuran nilai pH yang dihasilkan
Oksigen terlarut dalam air yaitu 8, nilai pH tersebut merupakan pH
dibutuhkan organisme untuk proses yang optimal untuk pertumbuhan
respirasi. Sumber utama oksigen dalam Diaphanosoma sp. Menurut Rusyani et
air adalah dari proses difusi dan proses al., (2007) kisaran pH yang optimal
fotosintesis fitoplankton. Hasil untuk pertumbuhan Diaphanosoma sp.
pengukuran oksigen terlarut pada air adalah 6,5-8,5.
media kultur berkisar antara 3,97-7,01
mg/l. Pada kultur Diaphanosoma sp. Kepadatan Populasi Diaphanosoma
dilengkapi dengan aerasi, namun dibuat sp.
sedang karena menurut Rusyani et al. Kepadatan populasi merupakan
(2007) jika sistem aerasi terlalu kuat hubungan antara jumlah individu
dapat mengakibatkan stres dan dengan satuan luas atau volume ruang
menghambat pertumbuhan. yang ditempati pada waktu tertentu.
Diaphanosoma juga memiliki Hasil penelitian selama 12 hari
kemampuan tinggi dalam mentolerir diperoleh data kepadatan populasi
oksegen terlarut rendah. Kadar oksigen Diaphanosoma sp. pada masing-masing
terlarut yang rendah dapat perlakuan. Masing-masing perlakuan.
berpengaruh terhadap fungsi dan Pemberian pakan fitoplankton
lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan
mengakibatkan kematian (Mahasri, Chaetoceros sp. memberikan pengaruh
2006). yang berbeda terhadap kepadatan
Menurut BBPBL (2007) populasi Diaphanosoma sp. Berikut
kebanyakan sel termasuk fitoplankton merupakan data hasil pengamatan
dan zooplankton sangat peka terhadap kepadatan populasi Diaphanosoma sp.

Tabel 2. Data kepadatan populasi Diaphanosoma sp.


Hari Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C
STD STD STD
ke- (ind/liter) (ind/liter) (ind/liter)
0 100 0 100 0 100 0
2 234 40 187 14 179 14
4 350 65 255 18 246 14
6 449 83 223 47 225 47
8 608 110 213 82 192 41
10 454 212 347 128 198 44
12 397 362 406 112 235 35

Pada awal penelitian hari ke-0 Diaphanosoma sp. pada perlakuan A


Diaphanosoma sp. ditebar sebanyak meningkat menjadi 234 ind/liter dan
100 ind/liter. Dari kepadatan awal selanjutnya terus meningkat hingga
tersebut terlihat bahwa populasi menjadi 608 ind/liter, namun pada hari

44
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium

ke-10 dan ke-12 kepadatan populasi yaitu pada percobaan yang diberi pakan
mengalami penurunan yaitu berturut- Chaetoceros sp. yaitu 246 ind/liter pada
turut 454 ind/liter dan 397 ind/liter. hari ke-4.
Pada perlakuan B maupun Pertumbuhan populasi tertinggi
perlakuan C dari penebaran awal Diaphanosoma sp. pada perlakuan A,
sebanyak 100 ind/liter, kepadatan diduga karena Tetraselmis sp. memiliki
populasi Diaphanosoma sp. mengalami kandungan gizi yang lebih tinggi
peningkatan hingga hari ke-4 menjadi dibandingkan pakan Porphyridium sp.
255 ind/liter (perlakuan B) dan 246 dan Chaetoceros sp. Beberapa
ind/liter (perlakuan C). Namun, kandungan nutrisi seperti protein,
mengalami penurunan hingga hari ke-8 lemak dan karbohidrat tersebut dapat
menjadi 213 ind/liter (perlakuan B) mempercepat pertumbuhan
dan 192 ind/liter (perlakuan C) dan Diaphanosoma sp. dan juga nutrisi yang
kembali meningkat pada pengamatan dibutuhkan bagi pertumbuhan larva
hari ke-10 dan ke-12 berturut-turut ikan dan non ikan. Kepadatan populasi
347 ind/liter, 406 ind/liter (perlakuan Diaphanosoma sp. yang tinggi, juga
B) dan 198 ind/liter, 235 ind/liter diduga disebabkan karena Tetraselmis
(perlakuan C). Pola pertumbuhan sp. memiliki 4 buah flagella yang
Diaphanosoma sp. agar lebih jelas dapat menyebabkannya dapat bergerak.
dilihat pada Gambar 1. Pergerakan tersebut yang mampu
memberikan rangsangan bagi
Diaphanosoma sp. untuk
memangsanya. Menurut Djarijah
(1995) salah satu faktor dari pakan
alami yaitu sifat pakan alami yang
bergerak, tetapi tidak terlalu aktif
sehingga dapat merangsang dan
mempermudah untuk memangsa pakan
yang diberikan.
Gambar 1. Grafik pertumbuhan Pertumbuhan populasi
populasi Diaphanosoma sp. Diaphanosoma sp. yang diberi pakan
Porphyridium sp. lebih tinggi dari
Pertumbuhan populasi Diaphanosoma sp. yang diberi pakan
Diaphanosoma sp. yang optimal pada Chaetoceros sp. diduga karena
setiap jenis pakan yang diberikan Porphyridium sp. tidak memiliki dinding
dicapai pada waktu yang berbeda. sel sehingga Diaphanosoma sp. lebih
Gambar 1 menunjukkan bahwa mudah untuk mencerna pakan tersebut.
pertumbuhan populasi Diaphanosoma Menurut Djarijah (1995) syarat untuk
sp. tertinggi terdapat pada menentukan apakah jenis plankton itu
Diaphanosoma sp. yang diberikan termasuk kategori pakan alami salah
pakan Tetraselmis sp. (608 ind/liter) satunya adalah isi sel padat dan
yang dicapai pada hari ke-8. mempunyai dinding sel tipis sehingga
Pertumbuhan populasi Diaphanosoma mudah dicerna oleh ikan. Sedangkan
sp. yang diberi pakan Porphyridium sp. Chaetoceros sp. memiliki dinding
dicapai pada hari ke-12 sebesar 406 dibentuk dari silika sehingga diduga
ind/liter. Sedangkan pertumbuhan Diaphanosoma sp. lebih sukar untuk
populasi Diaphanosoma sp. terendah memangsa dan mencernanya.

45
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium

Pada Gambar 1 menunjukkan bintik mata larva berwarna merah.


adanya penurunan kepadatan populasi Selain itu, dari perkawinan sampai
Diaphanosoma sp. pada hari ke-10 dan melahirkan Diaphanosoma sp.
ke-12 (perlakuan A) diduga karena memerlukan watu 3-5 hari. Namun
kepadatan populasi telah mencapai pada hari ke-6 dan ke-8 kepadatan
maksimal. Menurut Thariq (2007) populasi Diaphanosoma sp. mengalami
jumlah maksimal anakan dari satu penurunan diduga karena pakan yang
induk Diaphanosoma sp. berkisar diberikan merupakan pakan yang
antara 4-10 ekor jadi jumlah maksimal belum biasa dimanfaatkan oleh
Diaphanosoma sp. sekitar 1000 Diaphanosoma sp. ditandai dengan
ind/liter. Sehingga karena populasi adanya naik turun kepadatan populasi
telah mencapai batas maksimal maka Diaphanosoma sp. pada setiap dua hari
ruang gerak menjadi sempit dan terjadi penelitian. Sehingga Diaphanosoma sp.
kompetisi untuk memanfaatkan pakan harus mengalami proses adaptasi
yang diberikan. Sehingga terlebih dahulu terhadap pakan yang
Diaphanosoma sp. yang mampu diberikan.
memanfaatkan pakan dengan baik akan Kultur Diaphanosoma sp. yang
bertahan hidup sedangkan yang tidak dilakukan di BBPBL Lampung biasanya
mampu akan mati. menggunakan pakan alga hijau, dengan
Selain itu, kualitas air media tujuan diversivikasi pakan maka
kultur Diaphanosoma sp. juga akan dilakukanlah penelitian dengan
mempengaruhi kepadatan, seperti menggunakan pakan Porphyridium sp.
adanya sisa pakan dan tidak adanya dan Chaetoceros sp. Setelah bisa
pergantian air akan menyebabkan beradaptasi, kepadatan populasi
berubahnya kualitas air media kultur. Diaphanosoma sp. yang diberi pakan
Terlihat dari hasil pengamatan pada Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.
saat penelitian dilakukan, air media kembali mengalami peningkatan pada
kultur tidak bening seperti awal hari ke-10 dan ke-12.
penelitian selain itu kadar oksigen Hasil analisis ragam terhadap
terlarut menurun. Adanya peningkatan kepadatan populasi Diaphanosoma sp.
maupun penurunan kepadatan populasi menunjukkan bahwa pemberian ketiga
Diaphanosoma sp. menurut Kokarkin jenis pakan memberikan pengaruh
dan Prastowo (1998) merupakan berbeda sangat nyata, artinya
bentuk lain dari kemampuan adaptasi terdapatnya perbedaan antar perlakuan
terhadap pakan dan lingkungan baru satu dengan yang lainnya. Dilanjutkan
serta merupakan bentuk pengalihan dengan uji Beda Nyata Terkecil
energi pertumbuhan pada metabolisme menunjukkan bahwa perlakuan A
reproduksi. berbeda nyata terhadap perlakuan B,
Pada penelitian hari ke-2 dan ke-4 perlakuan A berbeda nyata terhadap
perlakuan B dan C kepadatan populasi perlakuan C dan perlakuan B tidak
mengalami peningkatan, diduga karena berbeda nyata terhadap perlakuan C.
indukan yang digunakan adalah Dengan kata lain pemberian pakan
indukan yang telah dewasa sehingga Tetraselmis sp. memberikan pengaruh
telah matang untuk melahirkan. yang lebih baik atau berbeda nyata
Menurut BBPBL (2007) indukan betina terhadap kepadatan populasi
yang sedang hamil terlihat seperti belah Diaphanosoma sp. dibandingkan
ketupat dan pada bagian perut tampak dengan pemberian pakan Porphyridium

46
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium

sp. begitu juga untuk pemberian pakan Laju Pertumbuhan Diaphanosoma


Tetraselmis sp. dibandingkan dengan sp.
Chaetoceros sp. Namun untuk Laju pertumbuhan merupakan
pemberian pakan Porphyridium sp. penambahan jumlah individu dalam
tidak memberikan pengaruh yang periode tertentu (Kemdikbud, 2013).
berbeda nyata dibandingkan Setelah dilakukan pengamatan dan
Chaetoceros sp. Perbedaan antar pakan perhitungan maka diperoleh rata-rata
tersebut mungkin disebabkan oleh laju pertumbuhan harian
beberapa faktor yang telah dijelaskan Diaphanosoma sp.
sebelumnya.

Tabel 3. Rata-rata laju pertumbuhan Diaphanosoma sp.


Perlakuan (t)
Ulangan (n)
A (ind/liter/hari) B (ind/liter/hari) C (ind/liter/hari)
1 62 37 27
2 55 32 30
3 54 41 37
4 60 21 21
5 77 42 35
Total 307 173 149
Rata-rata 61 35 30
STDEV 9,31 8,42 6,38

Pemberian ketiga jenis pakan Tetraselmis sp. memberikan


tersebut menghasilkan rata-rata laju pengaruh berbeda nyata terhadap
pertumbuhan yang berbeda. Laju kepadatan Diaphanosoma sp. yang
pertumbuhan tertinggi yaitu pada diberi pakan Porphyridium sp.
perlakuan A (61 ind/liter/hari), lalu Perlakuan A berbeda nyata terhadap
perlakuan B (35 ind/liter/hari) dan laju perlakuan C artinya pemberian pakan
pertumbuhan terendah pada perlakuan Tetraselmis sp. juga memberikan
C (30 ind/liter/hari). pengaruh berbeda nyata dibandingkan
Dilakukan uji statistik Analisis Chaetoceros sp., sedangkan perlakuan B
ragam dan hasilnya menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap
bahwa pemberian pakan Tetraselmis perlakuan C maksudnya pemberian
sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros pakan Porphyridium sp. tidak
sp. memberikan pengaruh berbeda memberikan pengaruh berbeda nyata
sangat nyata terhadap laju dibandingkan pemberian pakan
pertumbuhan Diaphanosoma sp. Chaetoceros sp. Hasil tersebut
Dengan kata lain terdapatnya menunjukkan adanya pengaruh nyata
perbedaan antar perlakuan satu dengan pada taraf 5% terhadap laju
yang lainnya. Sehingga untuk pertumbuhan Diaphanosoma sp.
mengetahui signifikasi pengaruh antara Adanya perbedaan nilai laju
perlakuan satu dengan perlakuan lain pertumbuhan diduga disebabkan
maka analisis dilanjutkan dengan uji karena kandungan nutrisi, kemampuan
statistik beda nyata terkecil. gerak, ada atau tidaknya dinding sel
Hasil uji statistik Beda Nyata pakan serta kualitas air media
Terkecil menunjukkan bahwa pemeliharaan yang telah dijelaskan
perlakuan A berbeda nyata terhadap sebelumnya. Menurut Isnansetyo dan
perlakuan B, artinya pemberian pakan Kurniastuty (1995), Protein merupakan

47
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium

kandungan nutisi yang mempunyai dibandingkan pemberian pakan


peranan penting dan sangat Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.
mempengaruhi pertumbuhan larva. 3. Pemberian pakan fitoplankton
Telah dijelaskan diatas pakan yang Tetraselmis sp., berpengaruh
digunakan pada penelitian ini memiliki berbeda nyata terhadap laju
kandungan protein yang lebih tinggi pertumbuhan Diaphanosoma sp.
dibandingkan dengan kandungan lemak
dan karbohidratnya. Protein berfungsi DAFTAR PUSTAKA
untuk mempertahankan fungsi jaringan
secara normal, untuk perawatan Aryanto A. 2008. Laju Pertumbuhan
jaringan tubuh, mengganti sel-sel yang Diaphanosoma sp. Dengan
rusak dan pembentukan sel-sel baru, pemberian pakan Nannochloropsis
sehingga sangat mempengaruhi sp. Tetraselmis sp. dan Dunaliella
pertumbuhan pemakannya. sp. dalam kondisi laboratorium
Selanjutnya dijelaskan oleh [skripsi]. Lampung: Universitas
Ghufran dan Kordi (2011) kadar Lampung.
protein pakan dapat mempengaruhi [BBPBL] Balai Besar Pengembangan
tinggi rendahnya pertumbuhan Budidaya Laut. 2007. Budidaya
organisme. Kekurangan protein Fitoplakton dan Zooplankton.
berpengaruh negatif terhadap Lampung: Direktorat Jenderal
konsumsi pakan, akibatnya terjadi Perikanan Budidaya Departemen
penurunan pertambahan bobot Kelautan dan Perikanan.
sedangkan peningkatan protein akan Basri S. 2013. Pakan dan pemberian
meningkatkan daya konsumsi pakan. pakan. Kendari: Universitas
Konsumsi pakan menurun sejalan Haluoleo.
dengan meningkatnya energi pakan. Hal Djarijah AS. 1995. Pakan Ikan Alam.
ini diduga karena peningkatan energi Yogyakarta: Kanisius.
pakan akan menurunkan konsumsi Ghufran M, Kordi K. 2011. Marikultur:
pakan maka akan mengakibatkan Prinsip dan Praktik Budidaya Laut.
menurunnya laju pertumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hariati AM. 1989. Makanan Ikan.
4. KESIMPULAN Malang: Universitas Brawijaya.
Setelah dilakukan penelitian maka Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik
dapat disimpulkan sebagai berikut: Kultur Phytoplankton dan
1. Kepadatan populasi tertinggi Zooplankton. Pakan Alami untuk
terdapat pada percobaan Pembenihan Organisme Laut.
Diaphanosoma sp. yang diberi pakan Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tetraselmis sp. pada hari ke-8 [KKP] Kementerian Kelautan
sebanyak 608 ind/liter dari 100 Perikanan. 2011. Analisis Usaha
ind/liter yang ditebar selama 12 hari Perikanan Budidaya. Jakarta:
penelitian. Kementerian Kelautan Perikanan.
2. Pemberian pakan fitoplankton Kokarkin C, Prastowo BW. 1995. Teknik
Tetraselmis sp. memberikan Kultur Fitoplankton dan
pengaruh tertinggi terhadap laju Zooplankton: Pakan Alami untuk
pertumbuhan Diaphanosoma sp. Pembenihan Organisme Laut.
yaitu sebanyak 61 ind/liter/hari Yogyakarta: Kanisius.

48
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium

Mahasri. 2006. Korelasi antara


konsentrasi oksigen terlarut pada
kepadatan yang berbeda dengan
skoring warna Daphnia spp. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2
(1):1-6.
Penuela M, Marcela, Paternina O. 2013.
Reproductive behavior of Alona
sp. y Diaphanosoma sp. (Crustacea:
cladocera) under different
photoperiods. Revista Lasallista de
Investigacion. 10:17-24.
Rusyani E, Sapta AIM, Firdaus M,
Reynaldo. 2007. Teknik Kultur
Plankton. Lampung: Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut.
Thariq M, Valentina RI, Erawati L. 2007.
Biologi Fitoplankton dan
Zooplankton dalam Budidaya
Fitoplankton dan Zooplankton..
Lampung: Balai Besar Budidaya
Laut Lampung - Departemen
Kelautan Perikanan.

49
Siti Maryam et al.
Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton
(Tetraselmis Sp., Porphyridium Sp. dan Chaetoceros Sp.)
Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma Sp.
Pada Skala Laboratorium

50

Anda mungkin juga menyukai