Anda di halaman 1dari 13

KGD III DISASTER

Konsep Keperawatan Bencana pada kelompok


rentan (Ibu Hamil & Bayi)
IBU HAMIL
Pendahuluan
 Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada berbagai macam
kondisi kita harus cepat dan bertindak tepat di tempat bencana, petugas
harus ingat bahwa dalam merawat ibu hamil adalah sama hal nya dengan
menolong janinnya, sehingga, meningkatkan kondisi fisik dan mental
wanita hamil dapat melindungi dua kehidupan,

Kondisi Tubuh Ibu hamil dan janin


 Perubahan fisiologis pada ibu hamil, seperti peningkatan sirkulasi darah,
peningkatan Oksigen, dan lain – lain sehingga lebih rentan saat terjadi
bencana

Dampak Bencana pada Ibu Hamil


 Abortus/ keguguran
 Bayi lahir Prematur
 Perdarahan (masalah plasenta)

Hal – hal yang harus dikaji Pada Ibu hamil


 Kenaikan BB
 Oedema
 Hipertensi
 Anemia

Pengkajian Kesehatan pada ibu hamil


 Gerakan dan DJJ (denyut jantung bayi)
 Pertumbuhan janin

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penaggulangan Ibu hamil


 Meningkatkan kebutuhan Oksigen
 Persiapan melahirkan yang aman
 Suhu tubuh
 Pakaian
 Persediaan air
Keperawatan bencana pada Ibu hamil dan bayi Sebelum Bencana
 Membekali ibu hamil pengetahuan mengenai umur kehamilan, gambaran
proses kelahiran, ASI eksklusif dan MPASI
 Melibatkan ibu hamil dalam kegiatan kesiapsiagaan bencana, misalnya
dalam simulasi bencana.
 Menyiapkan tenaga kesehatan dan relawan yang trampil menangani
kegawat daruratan pada ibu hamil dan bayi melalui pelatihan atau
workshop.
 Menyiapkan stok obat khusus untuk ibu hamil dalam logistik bencana
seperti tablet Fe dan obat hormonal untuk menstimulasi produksi ASI.

Keperawatan bencana pada Ibu hamil dan bayi Saat Bencana


1. Pengkajian
Pengkajian kesehatan yang harus dilakukan pada ibu hamil dan bayi atau
janin saat terjadi bencana, meliputi:
 Ibu Hamil
Ibu hamil harus dikaji berat badan, pembengkakan kaki, dan darah.
Pengkajian pada ibu hamil harus juga mengkaji janin dalam
kandungannya. Kondisi kesehatan janin dikaji dengan mengukur gerakan
dan denyut jantungnya
 Bayi
Suhu tubuh pada bayi baru lahir belum stabil . Kebutuhan cairan juga perlu
dikaji dengan seksama karena bisa saja bayi terpisah dari ibunya
sehingga menyusui ASI terputus
2. Masalah kesehatan yang bisa terjadi pada ibu hamil, janin dan bayi, serta
penanganannya
 Tekanan darah rendah
Wanita hamil dapat mengalami tekanan darah rendah karena tidur dengan
posisi supinasi dalam waktu lama. Dalam hal ini, tekanandarah rendah
dapat diperbaiki dengan mengubah posisi tubuh ibu menghadap ke
sebelah kiri sehingga vena cava superior dapat bebas dari tekanan uterus.
Ketika wanita hamil dipindahkan ke tempat lain, maka posisi tubuhnya
juga menghadap ke sebelah kiri
 Janin kurang Oksigen
 Hipotermi
 Menyusui tidak efektif
Keperawatan bencana pada Ibu hamil dan bayi Setelah Bencana

Ibu yang masih dapat dipertahankan kehamilannya dipantau terus kondisi ibu dan
janinnya agar dapat melahirkan dengan selamat pada waktunya. Bagi ibu yang
sudah melahirkan, fungsi dan tugas ibu merawat bayi harus tetap dijalankan, baik di
tempat pengungsian atau pun di lingkungan keluarga terdekat.
Tujuan keperawatan bencana pada fase setelah bencana adalah untuk
membantu ibu menjalani tugas ibu seperti uraian dibawah ini.
 Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
 Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Berkualitas
 Makanan siap saji untuk Ibu menyusui pada 5 hari pertama pasca
bencana
BAYI/ANAK
Pendahuluan
 Tubuh anak tidak hanya lebih kecil dari pada orang dewasa, tetapi fungsi
itu sendiri memiliki sifat yang belum matang. Terutama, fungsi fisiologis
bayi serperti pernafasan, pengaturan suhu tubuh, imun dan fungsi ginjal
belum sempurna dan masih rentan, hal ini membuat kelompok anak
memiliki tingkat kerentanan selain kelompok lainnya.

Dampak bencana pada anak


 Ketakutan dan trauma
 Kesakitan fisik
 Mengalami kehilangan (orangtua, keluarga/ teman/ rumah/ kegiatan
sekolah dan rasa aman)
 Kesakitan rohani dan jasmani
 Stress pada anak

Penanggulangan bencana pada anak


 Mengenali stress pada nak
 Mendukung keluarga dan orang dewasa di sekitarnya
 Menjelaskan fakta bencana pada anak
 Berbagi perasaan dan pengalaman
 Mendukung anak sehingga mereka dapat melanjutkan kegiatan rutin
 Menyediakan lingkungan bermain dan beraktivitas

Keperawatan anak sebelum bencana


 Persiapan (penting berbicara dengan anak tentang kelematan dan
mengitsertakan mereka dalam perencanaan suatu bencana)
 Pengetahuan dasar Bencana (nomor telepon darurat, lokasi evakuasi dan
mengetahui kapan meminta bantuan)

Keperawatan anak saat bencana


 Pertolongan pertama
 Kesehatan mental
 Mengkaji lingkungan
 Tempat bermain

Keperawatan anak pascaa bencana


 Rekontruksi Kehidupan (upaya rekontruksi kehidupan sehari – hari dan
komunitas)
 Bercerita Positif (penting bagi keluarga dan pengasuh untuk bercerita
kepada anak bahwa mereka sedang berupaya secara positif sehingga
menjamin keselamatan dan keamanan
 Bantuan Spesialis
Pengkajian, Diagnosa, Intervensi Keperawatan
pada Kasus Syok Perdarahan dan Fraktur
Pengetian
 Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintregritas tulang,
Fraktur penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan tetapi faktor lain seperti
proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur
(Brunner & Suddarth, 2008).

 Syok adalah kondisi mengancam jiwa yang diakibatkanketidakmampuan


Syok sistem sirkulasi menyuplaioksigen & nutrien ke jaringan, ditandai
Perdarahan denganhipoksia dan ketidakadekuatan fungsi sel yangmenyebabkan
kegagalan organ dan potensial kematian.(Kleinpell dalam Garretson, 2007)

Faktor Penyebab (Predisposisi) Fraktur & Syok


• Menurut Carpenito (2000) adapun penyebab fraktur antara lain:
• Kekerasan Langsung
• Kekerasan Tidak Langsung
• Kekerasan Akibat Tarikan Otot
• Menurut Doengoes (2000) penyebab fraktur antara lain:
• Trauma Langsung
• Trauma Tak Langsung
• Fraktur Patologik

Manifestasi
 Nyeri
Fraktur  Deformitas
 Terjadi Pemendekan Tulang
 Krepitasi
 Pembengkakan dan Perubahan Warna Lokal

 Cemas, penurunan kesadaran, keringat dingin


Syok  Sianosis akral dingin dan CRT < 2 s
Perdarahan  Hipotensi dan aritmia
 Nafas Dangkal
 Gangguan Perkemihan (Disuria)
Pengkajian
Primary Survey (Pengkajian Primer)

• Buka jalan nafas ( Head tilt chin lift / Jaw trust)


• Look ,Listen & Feel
• Kaji Suara nafas (Gurgling, snoring, Stridor)
• Menjamin jalan napas Paten
Airway

• Pengkajian Frekuensi Pernafasan


• Memberikan Oksigen
• Pertahankan SpO2
• Lakukan IAPP untuk mengidentifikasi penyakit pernafasan yang dapat mengancam kematian
Breathing (Pneumotorax, Opn pneumotorax, Hematotorax dan Failchest)

• Konsep Circulation
• Atasi & identifikasi Perdarahan Eksternal (Hentikan Pendarahan langsung/Deep dengan posisi syok)
• Atur Volume Cairan (Kaji, tanda - tanda Syok Pemasangan akses IV RL berukuran besar (No. 14
atau 16) 2 jalur sebanyak 1-2 Lpm
• Atasi & identifikasi perdarahan internal (jejas di 4 rongga besar tubuh : Torak, Abdomen, Pelvis &
Circulation Tulang panjang) lalu penggunaan balut bidai untuk mengurangi nyeri fraktur dan persiapan Operasi.

– Disability : Periksa tingkat kesadaran, respon pupil dan fungsi sensorik &
motorik
– Exposure : Periksa seluruh permukaan tubuh.
Periksa DOTS :
• D – deformity (deformitas)
• O - open wounds (luka terbuka)
• T - tenderness (nyeri tekan)
• S – swelling (bengkak)
– Folley catheter : Kateter urine untuk penilaian produksi urine
– Gastric tube : NGT untuk dekompresi lambung → minimalkan aspirasi

Secondary Survey (Pengkajian Sekunder)

 Anamnesis (menggunakan pengkajian PQRST)


 Pemeriksaan Umum (Keadaan umum dan pemeriksaan head-to-toe)
 Pemeriksaan Penunjang (Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan
laboratorium,)
Diagnosa Keperawatan

 Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan trauma pembuluh


darah atau kompresi pada pembuluh darah

 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan


traksi (pen, kawat, sekrup)

 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka


neuromuskuler nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

 Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,


edema, cedera jaringan lunak

 Resiko ketidakseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan pendarahan


Intervensi Keperawatan

No Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Perubahan perfusi Setelah diberikan tindakan a. Kaji adanya / kualitas a. Penurunan/tidak
jaringan perifer keperawatan, diharapkan tidak nadi perifer distal adanya nadi dapat
berhubungan terjadi perubahan perfusi terhadap cidera menggambarkan
dengan trauma jaringan, dengan kriteria hasil : melalui palpasi / cidera vaskuler dan
pembuluh darah a. Individu akan doopler perlunya evaluasi
atau kompresi pada mengidentifikasi factor- b. Kaji aliran kapiler, medik segera
pembuluh darah faktor yang meningkatakan warna kulit dan terhadap status
sirkulasi perifer, kehangatan distal sirkulasi
melaporkan penurunan pada fraktur b. Kembalinya warna
dalam nyeri c. Lakukan pengkajian harus cepat (3-5
neuromuskuler, detik) warna kulit
perhatikan perubahan putih menunjukkan
fungsi motor / gangguan arterial,
sensori. Minta pasien sianosis diduga ada
untuk melokalisasi gangguan venal.
nyeri c. Gangguan perasaan
d. Kaji jaringan sekitar kebas, kesemutan,
akhir gips untuk titik peningkatan/
yang kasar / tekanan penyebaran nyeri
selidiki keluhan “rasa bila terjadi sirkulasi
terbakar”dibawah pada syaraf, tidak
gips adekuat atau syarat
e. Awasi posisi / lokasi pusat.
cincin penyokong d. Mengindikasikan
berat tekanan
f. Selidiki tanda iskemis jaringan/iskimeal
ekstremitas tiba- menimblkan
tiba,contoh kerusakan/nekrosis.
penurunan suhu e. Alat traksi dapat
kulit,dan peningkatan menyebabkan
nyeri tekanan pada
g. Awasi tanda – tanda pembuluh darah/
vital syaraf
f. Dislokasi fraktur
sendi (khususnya
lutut) dapat
menyebabkan
kerusakan arteri
yang berdekatan
dengan akibat
hilangnya aliran
darah ke distal.
g. Ketidakadekuatan
volume sirkulasi
2. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan tempat a. Menurunkan
integritas kulit keperawatan diharapkan tidur yang nyaman risiko
berhubungan intregitas kulit pasien normal, dan aman (kering, kerusakan/abrasi
dengan fraktur dengan kriteria hasil : bersih, alat tenun kulit yang lebih
terbuka, - Klien menyatakan kencang, bantalan luas.
pemasangan traksi ketidaknyamanan hilang, bawah siku, tumit).
(pen, kawat, menunjukkan perilaku tekhnik b. Masase kulit terutama b. Meningkatkan
sekrup) untuk mencegah kerusakan daerah penonjolan sirkulasi perifer
kulit/memudahkan tulang dan area distal dan meningkatkan
penyembuhan sesuai indikasi, bebat/gips. kelemasan kulit
mencapai penyembuhan luka c. Lindungi kulit dan dan otot terhadap
sesuai waktu/penyembuhan gips pada daerah tekanan yang
lesi terjadi. perianal relatif konstan
d. Observasi keadaan pada imobilisasi.
kulit, penekanan c. Mencegah
gips/bebat terhadap gangguan
kulit, insersi integritas kulit dan
pen/traksi jaringan akibat
kontaminasi fekal.
d. Menilai
perkembangan
masalah klien.

3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Pertahankan a. Memfokuskan


mobilitas fisik keperawatan diharapkan pelaksanaan aktivitas perhatian,
berhubungan mobilitas fisik klien optimal, rekreasi terapeutik meningkatakan
dengan kerusakan dengan criteria hasil : (radio, koran, rasa kontrol
rangka Klien dapat kunjungan diri/harga diri,
neuromuskuler meningkatkan/mempertahankan teman/keluarga) membantu
nyeri, terapi mobilitas pada tingkat paling sesuai keadaan klien. menurunkan
restriktif tinggi yang mungkin dapat b. Bantu latihan rentang isolasi sosial.
(imobilisasi) mempertahankan posisi gerak pasif aktif pada b. Meningkatkan
fungsional, meningkatkan ekstremitas yang sakit sirkulasi darah
kekuatan/fungsi yang sakit dan maupun yang sehat muskuloskeletal,
mengkompensasi bagian tubuh, sesuai keadaan klien. mempertahankan
menunjukkan tekhnik yang c. Berikan papan tonus otot,
memampukan melakukan penyangga kaki, mempertahakan
aktivitas. gulungan gerak sendi,
trokanter/tangan mencegah
sesuai indikasi. kontraktur/atrofi
d. Bantu dan dorong dan mencegah
perawatan diri reabsorbsi
(kebersihan/eliminasi) kalsium karena
sesuai keadaan klien. imobilisasi.
e. Ubah posisi secara c. Mempertahankan
periodik sesuai posisi fungsional
keadaan klien. ekstremitas.
f. Dorong/pertahankan
asupan cairan 2000- d. Meningkatkan
3000 ml/hari. kemandirian klien
g. Berikan diet TKTP. dalam perawatan
h. Kolaborasi diri sesuai kondisi
pelaksanaan keterbatasan klien.
fisioterapi sesuai e. Menurunkan
indikasi. insiden
i. Evaluasi kemampuan komplikasi kulit
mobilisasi klien dan dan pernapasan
program imobilisasi. (dekubitus,
atelektasis,
penumonia)
f. Mempertahankan
hidrasi adekuat,
men-cegah
komplikasi
urinarius dan
konstipasi.
g. Kalori dan protein
yang cukup
diperlukan untuk
proses
penyembuhan dan
mem-pertahankan
fungsi fisiologis
tubuh.
h. Kerjasama dengan
fisioterapis perlu
untuk menyusun
program aktivitas
fisik secara
individual.
i. Menilai
perkembangan
masalah klien.

4. Nyeri akut Setelah diberikan tindakan a. Pertahankan a. Mengurangi nyeri


berhubungan keperawatan diharapkan klien imobilasasi bagian dan mencegah
dengan spasme mengatakan nyeri berkurang yang sakit dengan malformasi.
otot, gerakan atau hilang, dengan kriteria hasil tirah baring, gips,
fragmen tulang, : bebat dan atau traksi b. Meningkatkan
edema, cedera a. Menunjukkan tindakan b. Tinggikan posisi aliran balik vena,
jaringan lunak santai, mampu berpartisipasi ekstremitas yang mengurangi
dalam beraktivitas, tidur, terkena. edema/nyeri.
istirahat dengan tepat, c. Lakukan dan awasi c. Mempertahankan
b. Menunjukkan penggunaan latihan gerak kekuatan otot dan
keterampilan relaksasi dan pasif/aktif. meningkatkan
aktivitas trapeutik sesuai d. Lakukan tindakan sirkulasi vaskuler.
indikasi untuk situasi untuk meningkatkan d. Meningkatkan
individual kenyamanan sirkulasi umum,
(masase, perubahan menurunakan area
posisi) tekanan lokal dan
e. Ajarkan penggunaan kelelahan otot.
teknik manajemen e. Mengalihkan
nyeri (latihan napas perhatian terhadap
dalam, imajinasi nyeri,
visual, aktivitas meningkatkan
dipersional) kontrol terhadap
f. Lakukan kompres nyeri yang
dingin selama fase mungkin
akut (24-48 jam berlangsung lama.
pertama) sesuai f. Menurunkan
keperluan. edema dan
g. Kolaborasi mengurangi rasa
pemberian analgetik nyeri.
sesuai indikasi.
h. Evaluasi keluhan g. Menurunkan nyeri
nyeri (skala, melalui
petunjuk verbal dan mekanisme
non verval, penghambatan
perubahan tanda- rangsang nyeri
tanda vital) baik secara sentral
maupun perifer.
h. Menilai
perkembangan
masalah klien.

5 Resiko Setelah diberikan tindakan a. Rencanakan tujuan a. Diteksi dini


ketidakseimbangan keperawatan (…x…) jam masukan cairan untuk memungkinkan
cairan elektrolit diharapkan kebutuhan volume setiap pergantian terapi pergantian
berhubungan cairan pasien yang adekuat. (misal 1000ml selama cairan segera
dengan pendarahan Kriteria Hasil: siang hari,800ml untuk
Cairan dalam tubuh klien selama sore memperbaiki
kembali normal hari,300ml selama deficit
malam hari ) b. Informasi yang
b. Jelaskan tentang jelas akan
alasan-alasan untuk meningkatkan
mempertahankan kerja sama klien
cairan yang adekuat untuk terapi
dan metoda-metoda
untuk mencapai
tujuan masukan cairan

Daftar Pustaka
Arif, Muttaqin, Skep. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem.
Muskuloskeletal. Jakarta: EG
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Alih bahasa : Yayasan Ikatan alumsi Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung. Cetakan I.
Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Selvia David (2018) Karya Tulis Ilmiah MANAJEMEN KEPERAWATAN BENCANA
PADA IBU HAMIL DAN BAYI
Ida farida. 2014 Modul 3 kb 1 keperawatan bencana pada ibu dan bayi
https://www.slideshare.net/uweschaeruman/modul-3-kb-1-keperawatan-bencana-
pada-ibu-dan-bayi?next_slideshow=1 diakses pada 7 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai