Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS Kepada Yth.

Dipresentasikan pada:
Hari/Tanggal :
Jam :

Satu Kasus Halo Nevus yang diterapi dengan


Biopsi Plong

Oleh :
Maria Patricia Dian Putri

Pembimbing :
Prof. Dr. dr. Made Wardhana, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


PROGRAM STUDI/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR
2018

2
PENDAHULUAN

Nevus nevomelanositik dapat berubah sepanjang hidup seseorang dan dapat


mengganggu secara kosmetik. Nevus dapat bertambah banyak atau memudar atau
berubah klinisnya seperti disertai fenomena halo atau disebut dengan halo nevus.
Halo nevus merupakan nevus nevomelanositik jinak yang dikelilingi area
depigmentasi yang menyerupai halo.
Halo nevus atau disebut juga dengan Sutton nevi atau leukoderma
acquisitum centrifugum, terjadi pada sekitar 1% populasi. Halo nevus umumnya
ditemukan pada anak dan remaja, dengan onset pada usia 15 tahun, dan mayoritas
terjadi sebelum dewasa. Tidak ada predileksi jenis kelamin maupun ras, namun
dilaporkan berkaitan dengan riwayat keluarga.1,2
Halo nevus paling sering ditemukan pada sekeliling nevus melanositik
didapat tipe compound, namun dapat juga pada tipe junctional dan nevus Spitz.
Fenomena halo juga dapat ditemukan pada melanoma sehingga harus
dipertimbangkan diagnosis banding ke arah melanoma yang bersifat ganas.
Patogenesis halo nevus masih belum jelas, namun beberapa studi mengatakan
berhubungan dengan mekanisme imunologi, dimana limfosit T berperan dalam
degenerasi melanosit.2,3
Diagnosis dari halo nevus pada umumnya bersifat klinis, berdasarkan
adanya nevus kongenital atau didapat yang dikelilingi oleh depigmentasi.4,5
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan dermoskopi dan
pemeriksaan histopatologi.6 Pada umumnya halo nevus tidak berbahaya. Indikasi
operasi hanyalah karena alasan kosmetik atau adanya iritasi yang terus menerus.
Bila tidak dilakukan tindakan, diperlukan evaluasi berkala pada nevus. Tindakan
pengangkatan nevus yang paling baik adalah dengan eksisi, sehingga jaringan
dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi.3
Berikut ini dilaporkan sebuah kasus halo nevus yang diterapi dengan
biopsi plong. Kasus ini dilaporkan untuk memahami penegakan diagnosis halo
nevus dan terapi dengan biopsi plong

1
KASUS

Seorang laki-laki, berusia 20 tahun, suku Bali, warga negara Indonesia, dengan
nomor rekam medis 18014037, datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin subdivisi
Tumor Bedah Kulit, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tanggal 4
April 2018 dengan keluhan bintik hitam yang dikelilingi bercak putih pada pipi
kanan.
Dari anamnesis didapatkan keluhan muncul bintik hitam di pipi sudah
sejak usia 2 tahun. Namun sejak 2 minggu yang lalu muncul bercak putih
disekeliling bintik hitam, yang semakin melebar. Menyangkal adanya
pertumbuhan rambut. Tidak didapatkan keluhan gatal maupun nyeri dan tidak
pernah berdarah. Pada pasien juga terdapat bintik-bintik hitam di wajah.
Riwayat penyakit dahulu pasien pernah operasi untuk menghilangkan
bintik-bintik hitam di wajah sekitar 4 tahun yang lalu. Riwayat pengobatan pasien
belum pernah mendapat terapi untuk keluhan tersebut.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, maupun penyakit kulit lainnya. Riwayat luka yang menyembuh dan
menimbulkan bekas luka yang menebal (keloid) disangkal. Riwayat alergi obat
disangkal. Riwayat komplikasi paska operasi disangkal. Riwayat penyakit
keluarga, dikatakan bahwa ibu pasien juga memiliki keluhan yang sama berupa
bintik-bintik hitam di wajah, namun tidak disertai bercak putih disekelilingnya.
Pasien sehari-hari sering beraktifitas diluar ruangan, sering terpapar sinar matahari
saat bermain futsal dan naik sepeda motor, tidak pernah menggunakan tabir surya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran
kompos mentis dengan berat badan 75 kg, tinggi badan 170 cm. Tanda vital
tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 20x/menit, nadi 94x/menit, suhu 36,40C.
Status generalis kepala normosefali, kedua mata tidak anemis dan tidak ikterik.
Pemeriksaan mata, hidung dan tenggorakan didapatkan kesan tenang.
Pemeriksaan thoraks didapatkan suara jantung (S1 dan S2) tunggal reguler, tidak
terdapat murmur. Pemeriksaan paru didapatkan suara nafas vesikuler tanpa
adanya ronki maupun wheezing. Pemeriksaan abdomen didapatkan suara bising

2
usus dalam batas normal, tanpa adanya distensi maupun pembesaran hepar dan
lien. Tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening. Esktremitas atas dan
bawah teraba hangat dan tidak ditemukan edema. Pemeriksaan kuku dan mukosa
tidak ditemukan kelainan.
Status dermatologis pada regio zigomatikum didapatkan efloresensi papul
soliter, warna coklat kehitaman, bentuk bulat dengan diameter 0,2 cm, permukaan
tidak rata, dikelilingi makula depigmentasi, soliter, bentuk bulat, batas tegas,
ukuran diameter 0,5 cm.

Gambar 1. Papul soliter, berwarna coklat kehitaman yang dikelilingi makula


hipopigmentasi pada regio zigomatikum

Pasien didiagnosis dengan halo nevus dengan diagnosis banding


melanoma maligna.
Pada pemeriksaan dermoskopi didapatkan lesi retikuler berwarna coklat
kehitaman, disertai pigmen yang homogen, dikelilingi depigmentasi yang
simetris, batas lesi tegas, dijumpai adanya vaskularisasi, tidak terdapat ulserasi,
tidak ditemukan tanda-tanda keganasan.

3
Gambar 2. Pola homogen dikelilingi gambaran halo simetris dengan batas lesi tegas.

Penatalaksanaan pasien adalah biopsi plong dan dilanjutkan dengan


pemeriksaan histopatologi pada jaringan lesi paska operasi. Tahap-tahap operasi
pengangkatan lesi dengan biopsi plong yaitu pemeriksaan pasien secara umum,
menjelaskan mengenai tujuan, tata cara tindakan operasi yang akan dilakukan
beserta risiko dan efek samping serta menandatangani persetujuan tindakan atau
inform consent, sebelum dilakukan tindakan operasi. Selanjutnya menyiapkan
alat-alat yang diperlukan sebelum operasi dimulai. Pasien diminta berbaring
terlentang diatas meja operasi. Dilakukan tindakan antiseptik dengan larutan
povidon iodine 10% (gambar 3a). Kemudian lapangan operasi ditutup dengan
doek steril. Dilakukan anestesi lokal dengan injeksi lidokain (gambar 3b). Pada
lesi, dilakukan biopsi plong dengan ukuran 4 mm, plong ditekan arah vertikal lesi
sambil diputar hingga kedalaman mencapai lapisan subkutan, lalu plong dilepas
(gambar 3c). Jaringan diangkat dengan menggunakan pinset dan bagian dasarnya
digunting. Dilakukan evaluasi perdarahan, perdarahan dihentikan dengan
melakukan penekanan dengan kassa steril (gambar 3d). Kemudian luka dijahit
dengan menggunakan benang prolene 5.0 dengan menggunakan teknik simple
interrupted sutures sesuai dengan Relaxed Skin Tension Lines (RSTL), total
terdapat 3 jahitan (gambar 3e). Luka dibersihkan dengan povidon iodine 10% dan
NaCL 0,9% kemudian dikeringkan dengan kassa steril (gambar 3g). Setelah
tindakan operasi selesai, dioleskan salep gentamisin 0,1% pada daerah jahitan dan
ditutup dengan Duoderm Extra Thin (gambar 3f). Pasien diberikan obat anti nyeri
sistemik asam mefenamat 500 mg tablet tiap 8 jam peroral, bila nyeri. Pasien

4
diberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk menjaga luka jahitan
agar tetap bersih dan kering serta diinformasikan untuk kontrol 5 hari paska
operasi untuk perawatan luka.

Gambar 3a. Desinfeksi Gambar 3b. Injeksi Gambar 3c. Biopsi


Lidokain plong

Gambar 3d. Bebat Gambar 3e. Penjahitan Gambar 3f. Penutupan


tekan dengan teknik simple luka dengan duoderm
interupted sutures

5
PENGAMATAN LANJUTAN I (9 April 2018, hari ke 6)

Pada pengamatan hari ke 6 paska tindakan, luka jahitan menutup rapat,


kering, tidak ada darah dan cairan, tidak merah dan tidak bengkak. Keluhan nyeri
maupun gatal disangkal oleh pasien. Demam disangkal.

Gambar 4. Luka jahitan paska tindakan hari ke 6

Pada pemeriksaan histopatologi dengan nomor specimen 1286/PP/2018


dengan pewarnaan HE tampak gambaran hiperkeratosis dengan follicular
plugging. Pada dermoepidermal junction tampak sebukan padat sel-sel radang
limfoplasmasitik dan sebaran / kelompok melanin laden histiocytes diantaranya.
Tampak pula beberapa giant cells tanpa bentukan granuloma. Gambaran
morfologi sesuai untuk Halo nevus.

Gambar 5a. Dermoepidermal junction Gambar 5b. Giant cell dikelilingi


tampak sebukan sel radang limfosit limfosit

6
Gambar 5c. Tampak sel melanin laden
dan sel melanosit dengan inti yang besar

Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Halo nevus. Penatalaksanaan yang
diberikan adalah rawat luka dan aff hecting, antibiotik topikal gentamisin 0,1%
krim tiap 12 jam. Pada pasien diberikan KIE mengenai perawatan luka paska
operasi.

PEMBAHASAN

Nevus nevomelanositik didapat adalah kondisi yang umum dari proliferasi sel
nevus yang bersifat jinak. Nevus nevomelanositik dapat diklasifikasikan
berdasarkan onset terjadinya, yaitu nevus nevomelanositik kongenital dan didapat.
Nevus nevomelanositik kongenital onsetnya terjadi saat lahir atau segera setelah
lahir, biasanya dalam tahun pertama kehidupan.3,7 Ukurannya biasanya lebih besar
dan memiliki kecenderungan melibatkan retikularis dermis dan jaringan
subkutaneus.8 Pada nevus kongenital, sel nevus ditemukan pada dermis dalam,
sering bersama kumpulan jaringan neovaskular. Nevus kongenital berukuran kecil
berdiameter kurang dari 2 cm. Nevus kongenital berdiameter sedang berukuran
lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 20 cm. Nevus kongenital raksasa memiliki lebih
dari 1 patch berpigmen gelap, berukuran besar, multiple, kadang berambut. Nevus
melanositik didapat sering disebut common acquired melanocytic nevi (CAMN).

7
Nevus nevomelanositik didapat muncul pada anak usia dini, melebar perlahan
secara simetris dan setelah jangka waktu tertentu dan mencapai ukuran maksimal
pada saat dewasa muda, kemudian membaik. Mayoritas CAMN muncul pada
dekade kedua dan ketiga kehidupan, meskipun pada beberapa dapat muncul pada
usia 3-6 bulan.3,7
Berdasarkan lokasi sel nevus terkait batas epidermis dan dermis, nevus
dibagi menjadi junctional nevus, dimana proliferasi melanositik terbatas pada area
basal epidermis (‘junctional area’). Nevus pada telapak tangan dan kaki hampir
selalu tipe junctional.8,9 Secara mikroskopis, ditandai oleh adanya kumpulan atau
sarang (nest) pada epidermis di area dermoepidermal junction. Nevus intradermal
adalah nevus dimana semua melanosit berkumpul pada dermis. Tipe ini adalah
yang tersering pada orang dewasa. Dapat berbentuk papilomatosa, pedunculated,
atau rata, dan sering berambut. Secara mikroskopis sarang kecil atau kumpulan
melanosit terlihat pada dermis atas dengan kecenderungan untuk terkonsentrasi
disekitar unit pilosebaseus. Compound nevus merupakan kombinasi antara tipe
junctional dan tipe epidermal, karena memiliki komponen dermal dan
epidermal.8,9,10
Fenomena halo merupakan area depigmentasi yang secara klinis sering
ditemukan disekeliling nevus melanositik kongenital maupun didapat. Paling
sering ditemukan pada sekeliling nevus melanositik didapat tipe compound
kadang juga pada junctional dan nevus Spitz. Fenomena halo juga dapat
ditemukan pada melanoma sehingga harus dipertimbangkan diagnosis banding ke
arah melanoma yang bersifat ganas. Halo yang terlihat secara klinis di sekeliling
nevus disebut nevus halo. Sedangkan fenomena halo merupakan istilah
histopatologis, dimana halo secara klinis dapat nampak ataupun tidak.6,10
Halo nevus biasanya soliter atau multipel. Kelainan ini dapat timbul pada
area tubuh manapun tetapi yang tersering adalah pada tungkai atas dan kepala atau
leher.11,12 Halo nevus adalah fenomena yang terjadi pada 1% populasi. Fenomena
halo ini terjadi umumnya pada pada anak-anak dan remaja dengan rata-rata onset
usia 15 tahun dan tidak ada predisposisi gender maupun ras. Kejadian halo nevus
multipel dapat terjadi pada 25-50% pasien halo nevus.13 Pasien seorang laki-laki

8
usia 20 tahun yang merupakan dewasa muda dan ditemukan halo nevus soliter di
pipi.
Munculnya halo nevus atau zona depigmentasi di sekitar nevus merupakan
fenomena yang cukup sering ditemukan tapi tidak selalu. Penyebab halo nevus
sampai saat ini belum diketahui. Beberapa studi melakukan percobaan mengenai
mekanisme imunologi dimana respon imun akan menimbulkan agregasi dari sel
nevus dan sel melanosit epidermis disekitarnya. Infiltrasi sel didominasi oleh
limfosit sel T, dan limfosit sitotoksik (CD8) lebih banyak jumlahnya dibanding
limfosit T helper (CD4) dengan perbandingin 4:1. Terdapat makrofag yang
tersebar, dengan sel - sel inflamasi paling banyak pada daerah halo nevus.
Adanya sirkulasi antibodi pada sitoplasma dari sel melanoma terdeteksi pada
pasien halo nevus. Oleh karena antibodi ini menghilang setelah pengangkatan
halo nevus, hal ini dipikirkan.14,15 Namun penelitian gagal mengungkapkan
hubungan antara antibodi dan regresi sel nevus, dan antibodi ini sekarang
dipercaya dapat melepaskan protein sitoplasmik melanosit yang menyebabkan
kerusakan sel. Waktu yang dibutuhkan untuk evolusi total dari terjadinya
depigmentasi halo ini tidak diketahui, namun pasien melaporkan terjadinya
fenomena ini dalam hitungan hari atau minggu dengan sedikit perubahan pada
halo ini setelahnya.14 Pada kasus didapatkan dari anamnesis bahwa muncul bintik
hitam sejak kecil, namun sejak 2 minggu yang lalu muncul bercak putih
disekeliling bintik hitam tersebut.
Nevus nevomelanositik didapat memiliki gambaran klinis yang bervariasi,
umumnya dapat bersifat papilomatosa, seperti kubah, pedunkulata, atau
permukaan datar. Tipikal halo nevus memiliki warna merah muda atau coklat.
Lesi ini dapat berambut dengan rambut yang kurang, sama atau bahkan lebih
banyak daripada kulit sekitarnya. Diagnosis halo nevus biasanya jelas, namun
perlu kita pikirkan diagnosis banding yaitu melanoma. Biasanya tidak ada faktor
pemicu terjadinya halo nevus, namun seringkali dikaitkan dengan paparan sinar
matahari. Pada penelitian sebelumnya, disebutkan faktor risiko pada halo nevus
yang sering dikaitkan yaitu stres (60%) dan pubertas (40%). Pada pasien dengan

9
halo nevus, biasanya berhubungan dengan kondisi vitiligo, yang terjadi pada 18-
26% pasien.13
Halo nevus yang khas memiliki nevus nevomelanositik sentral yang
berwarna merah muda atau coklat, kemudian dikelilingi oleh halo berbentuk
bundar atau oval yang mengalami depigmentasi. Depigmentasi halo ini ukurannya
bervariasi umumnya memiliki diameter 0,5 sampai 5 cm disekitar sentral lesi,
rambut putih sering terlihat pada area depigmentasi. Jumlah halo nevus pada satu
orang dapat berjumlah satu atau banyak, dan dapat terjadi pada 25 hingga 50%
pasien. Nevus pada daerah anatomi manapun pernah dilaporkan, akan tetapi
daerah yang paling banyak dilaporkan adalah tungkai atas, kepala, leher, lesi ini
umumnya asimtomatik. Radiasi UV dapat menyebabkan warna kemerahan
bahkan lepuh pada halo perinevi, serta paparan UV ini akan meningkatkan
kewaspadaan terhadap displasia melanositik atau melanoma.7,10 Pada kasus
didapatkan nevus nevomelanositik dengan fenomena halo pada wajah yaitu regio
zigomatikum. Inti nevus berupa papul soliter, warna coklat kehitaman, bentuk
bulat dengan diameter 0,2 cm, permukaan tidak rata, dikelilingi makula
depigmentasi, soliter, bentuk bulat, batas tegas, ukuran diameter 0,5 cm. Pada lesi
tidak didapatkan pertumbuhan rambut. Pasien sehari-hari sering terpapar sinar
matahari saat bermain bola dan naik sepeda motor.
Halo nevus dapat nampak berbeda tergantung pada berapa lama diagnosis
ditegakkan. Halo nevus dikategorikan menjadi empat stadium, bergantung pada
usianya. Dapat ditemukan stadium berbeda pada pasien dengan halo nevus
multipel. Stadium 1 yaitu muncul halo putih disekitar nevus. Stadium 2 yaitu
nevus berubah menjadi pink atau memudar. Stadium 3 yaitu halo putih tetap ada
setelah nevus memudar. Stadium 4 yaitu bercak putih secara perlahan memudar
menjadi warna kulit normal.16 Pada kasus termasuk stadium 1.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan dermoskopi
dan pemeriksaan histopatologi. Dermoskopi merupakan metode pemeriksaan kulit
non invasif yang menggunakan alat optik dengan sumber cahaya. Alat ini
memungkinkan visualisasi dari pola - pola dan struktur kulit yang lebih dalam
daripada yang dapat dilihat dengan mata telanjang.6 Alat ini terutama digunakan

10
untuk mengevaluasi lesi berpigmen dan untuk membedakan lesi kulit ganas
seperti melanoma dari lesi berpigmen lain seperti atipikal nevus.6,17 Warna yang
ditemukan pada lesi kulit berpigmen termasuk hitam, coklat, merah, biru, abu -
abu, kuning dan putih. Karakteristik struktur lesi kulit meliputi simetris atau
asimetris, homogen atau heterogen, distribusi pigmen, pola vaskular, batas lesi
dan terdapatnya ulserasi.6,17 Pemeriksaan dermoskopi pada halo nevus
menunjukkan gambaran globular dan pola homegen yang dikelilingi oleh halo
yang simetris.18 Pemeriksaan dermoskopi pada kasus didapatkan lesi retikuler,
berwarna coklat kehitaman, pigmen homegen, dikelilingi gambaran halo, lesi
simetris dan batas lesi tegas. Tidak ditemukan tanda-tanda keganasan pada lesi.
Secara histologis pada halo nevus, adalah nevus nevomelanositik sentral
yang terkait dengan infiltrasi limfohistiositik pada dermis dan zona depigmentasi
total atau hampir total tidak mengandung melanosit epidermis. Dijumpai
degenerasi sel - sel nevus progresif yang dikelilingi oleh infiltrasi sel inflamasi
diantaranya limfosit, sel plasma dan histiosit.3,11 Pulasan imunohistokimia dapat
membantu mengidentifikasi melanosit epidermis residual atau nevomelanosit
pada infiltrat radang. Limfosit pada halo nevus tampak terstimulasi oleh antigen,
dengan 80% merupakan limfosit T, sedangkan limfosit B jarang ataupun tidak
ada.3 Gambaran histopatologi pada kasus tampak gambaran hiperkeratosis dengan
follicular plugging. Pada dermoepidermal junction tampak sebukan padat sel-sel
radang limfoplasmasitik dan sebaran / kelompok melanin laden histiocytes
diantaranya. Tampak pula beberapa giant cells tanpa bentukan granuloma
sehingga gambaran morfologi sesuai untuk halo nevus.
Beberapa studi mengemukakan bahwa bila ditemukan nevus dalam jumlah
yang banyak mengindikasikan meningkatnya risiko melanoma. Faktor lain
meliputi warna kulit dan bintik-bintik hitam, meningkatkan risiko melanoma. Dari
sebuah studi epidemiologi risiko munculnya melanoma dari nevus diperkirakan 1
dari 200.000. Selanjutnya dilaporkan hanya 26% melanoma yang ditemukan
berkaitan dengan elemen nevus. Sehingga dapat disimpulkan, sebagian besar
melanoma berasal dari kulit normal. Pada pasien dengan nevus yang banyak
merupakan tanda risiko, bukan awal atau prekanker dari melanoma. Gambaran

11
klinis melanoma maligna berupa kriteria ABCD, A yaitu asymmetry, B yaitu
irregular borders, C yaitu color variegation, D yaitu diameter > 6mm.3 Pada
kasus ditemukan banyak nevus pada area wajah, sehingga terdapat risiko
terjadinya melanoma. Namun pada pemeriksaan saat ini pada halo nevus pada
pasien didapatkan papul dengan batas tegas, bentuk yang simetris dan tidak
berambut, sehingga tidak mengarah pada adanya keganasan.
Pada umumnya nevus nevomelanositik didapat tidak berbahaya dan nevi
ini dapat muncul dan hilang selama periode kehidupan, namun kebanyakan
muncul selama masa kanak-kanak atau dewasa muda, selain daripada itu nevi ini
tidak membutuhkan terapi. Indikasi operasi hanyalah karena alasan kosmetik atau
adanya iritasi yang terus menerus.9,10 Lesi dengan klinis yang mencurigakan dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan dermoskopi dapat digunakan
untuk membedakan jinak dan mengarah pada gambaran keganasan. Bila tidak
dilakukan tindakan, diperlukan evaluasi berkala pada nevus. Klinis mengarah
pada atipikal bila ditemukan halo yang asimetris, lokasi eksentrik lesi melanositik
pada halo, dan juga adanya riwayat keluarga atipikal nevus atau melanoma.
Penggunaan tabir surya direkomendasikan untuk menghindari paparan sinar
matahari.3
Pengangkatan nevus yang paling baik adalah dengan eksisi.14 Terapi
destruksif seperti elekrodesikasi, krioterapi, dermabrasi dan laser harus dihindari.
Dimana seringkali nevomelanositik masih tertinggal dan efek kosmetik tidak
dapat diprediksikan dan ada kemungkinan terjadi rekurensi. Terapi laser untuk
melanositik dan nevomelanositik secara teori dapat meningkatkan risiko
transformasi maligna, namun belum ada bukti untuk hal ini.14,15 Dengan terapi
destruktif tidak didapatkan jaringan untuk pemeriksaan histopatologi. Pada kasus
dilakukan tindakan biopsi plong untuk pengangkatan lesi sekaligus pemeriksaan
histopatologis untuk menegakkan diagnosis. Pilihan terapi dengan biopsi plong
karena teknik lebih mudah, jaringan dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi,
luka lebih kecil dan risiko skar minimal. Luka post-eksisi plong dijahit dengan
menggunakan teknik simple interrupted sutures. Evaluasi jahitan dilakukan pada

12
hari ke-6, luka menutup baik dan tidak didapatkan adanya tanda-tanda infeksi
sehingga jahitan dapat diangkat.
Pada halo nevus, area depigmentasi dapat tetap tidak berubah hingga
bulanan atau tahunan atau mengalami repigmentasi perlahan tetapi jarang.17,19
Area depigmentasi ini tercatat pada beberapa kasus melanoma sehingga bila
muncul dikaitkan dengan melanoma. Kecenderungan lesi tersebut merupakan
melanoma juga dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran nevus, pasien dengan banyak
nevus, nevus atipikal dan adanya riwayat penderita atau keluarga yang menderita
melanoma.16,17 Pada kasus prognosis dubius karena ditemukan adanya banyak
nevus pada area wajah sehingga meningkatkan risiko terjadinya melanoma.

SIMPULAN

Telah dilaporkan kasus halo nevus pada zigomatikum dextra pada seorang laki-
laki, usia 20 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa
munculnya bintik hitam sudah sejak pasien berusia 2 tahun, yang kemudian
muncul bercak putih disekeliling bintik hitam sejak 2 minggu yang lalu.
Menyangkal adanya pertumbuhan rambut. Pada pemeriksaan fisik, status
dermatologis pada regio zigomatikum dextra didapatkan efloresensi papul soliter,
warna coklat kehitaman, bentuk bulat dengan diameter 0,2 cm, permukaan tidak
rata, dikelilingi makula depigmentasi, soliter, bentuk bulat, batas tegas, ukuran
diameter 0,5 cm.
Pada pemeriksaan penunjang dermoskopi didapatkan lesi retikuler,
berwarna coklat kehitaman, pigmen homegen, dikelilingi gambaran halo, lesi
simetris dan batas lesi tegas. Tidak ditemukan tanda-tanda keganasan pada lesi.
Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan gambaran morfologi sesuai
dengan gambaran halo nevus.
Terapi yang diberikan yaitu pengangkatan nevus dengan biopsi plong.
Pemberian antibiotik topikal Gentamisin 0,1% krim tiap 12 jam, dan disarankan
kontrol setelah 5 hari untuk rawat luka. Prognosis pada pasien adalah dubius.

13
Daftar Pustaka

1. Aouthmany M, Weinstein M, Zirwas MJ, et al. The natural history of halo


nevi: A retrospective case series. American Academy of Dermatology. 2012.
vol 67: p 582-586
2. Kolm I, Stefani AD, Hofmann-Wellenhof R, et. al. Dermoscopy patterns of
halo nevi. Arch Dermatol. 2006; 142(12): 1627-1632
3. Grichmick JM, Rhodes AR, Sober AJ. Benign Neoplasia and Hyperplasia of
Melanocytes. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolf K, et al. Eds. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine, 8th Ed. USA: McGraw-Hill; 2008.
p.1384-1392
4. Leow LJ. Goh BK. Halo Congenital Naevus in a Middle-Aged Patient with
Vitiligo. Australians Journal of Dermatology. 2008. p.229-232.
5. Iyengar B. Halo Nevus-The Vascular Connection. Journal of Pigmentary
Disorders. 2015. http://dy.doi.org/10.4172/2376-0427.10001888
6. Gundalli S, Kadadavar S, Singhania S, Kolekar R. Histopathological
spectrum of benign melanocytic nevi-our experience in a tertiary care centre.
O Dermatol. 2016.4;p1-5
7. Sugiura K, Sugira M. Pigmented nevus. J Clin Exp Dermatol Res. 2015; 6:
260: p1-5
8. Kolm I, Stefani AD, Hofmann-Wellenhof R, et. al. Dermoscopy patterns of
halo nevi. Arch Dermatol. 2006;142(12):1627-1632.
9. Pandhi I, Pandhi SB, Pandhi SA, Pandhi SI. Melanocytic tumors of the skin:
a dermatology review. J of Pigmentary Disorders. 2014. 1: 3; p1-10
10. Sardana K, Chakravarty P, Goel P. Optimal management of common
acquired melanocytic nevi (moles): current perspectives. Clinical, Cosmetic
and Investigational Dermatology. 2014. 7; p89-103
11. Nath AK, Thappa DM, Rajesh NG. Spontaneous regression of a congenital
melocytic nevus. 2011.77:4.p507-510.
12. Weedon D. Disorders of Pigmentation. In Skin Pathology, 3nd ed. United
State Of America : Chrurchill Livingstone, 2006: p:323-324

14
13. Geel NV, Speeckaert R, Lambert J. Halo nevi with associated vitiligo-like
depigmentations: pathogenetic hypothesis. Journal of the European Academy
of Dermatology and Venereology. 2011.
14. Rados J, Pastar Z, Lipozencic J, et. al. Halo phenomenon with regression of
acquired melanocytic nevi: a case report. Acta Dermatovenerol Croat. 2009.
17(2);p139-143.
15. Musette P, Bachelez H, Flageul B, et. al. Immune mediated destruction of
melanocytes in halo nevi is associated with the local expansion of limited
number of T cell clones. J of Immunol. 1999;162:p1789-1794.
16. Wolf K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. Benign Neoplasms and
Hyperplasias. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology
8th edition. 2017. McGraw-Hill. p 146
17. Van Geel N, Vandehaute S, Specekaert R, Broches L, Mollet I, De Cooman
L, Lambert J. Prognostic Value and Clinical Significance of Halo Naevi
Regarding Vitiligo. Britsh Journal of Dermatology. 2010
18. Porto AC, Blumetti TP, Castro R, et al. Recurrent halo nevus: Dermoscopy
and confocal microscopy features. JAAD. 2017: 256-258
19. Leow LJ. Goh BK. Halo Congenital Naevus in a Middle-Aged Patient with
Vitiligo. Australians Journal of Dermatology, 2008. p.229-232.

15

Anda mungkin juga menyukai