Anda di halaman 1dari 8

-1-

DISAIN LABORATORUM VIRTUAL MELALUI ICT


PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA

Masril1, Hidayati2 , Yenni Darvina3


1
FMIPA Universitas Negeri Padang
E-mail : masril_qch@yahoo.com
2
FMIPA Universitas Negeri Padang
E-mail : hidayati_unp@yahoo.co.id
3
FMIPA Universitas Negeri Padang
E-mail : ydarvina@yahoo.com

ABSTRACT

One of the problems found in the implementation of the curriculum of 2013 is not all
competency skills can be performed well. Therefore, to overcome these problems, virtual
laboratory designed to improve the mastery of concepts of physics. One of the design objectives
virtual laboratory is to improve the quality of education and learning in physics in high school.
The method used in this study is a research method development four D model with the
definition phase , design phase , development phase, and dissemination phase. Research has
reached the stage of development and has been tested valid specialist. The instrument used in
the research is a questionnaire consisting of: 1) the material substance; 2) The display of visual
communication; 3) instructional design; 4) the use of software; and 5) Linguistic. The results
obtained to test the validity in general has been very good category (85.6), so that the design of
virtual labs designed can already be used in high school.

Keywords: Curriculum 2013, the virtual laboratory, the quality of education

1. PENDAHULUAN produk (pengetahuan fisika yang berupa


fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori)
Untuk meningkatkan mutu
dan fisika sebagai proses (kerja ilmiah).
pendidikan, secara umum sudah banyak
Oleh sebab itu, pembelajaran fisika harus
dilakukan secara intensif indikator-indikator
memperhatikan karakteristik ilmu fisika
peningkatan mutu pendidikan diantaranya
sebagai proses dan produk (BSNP,
peningkatan kompetensi guru melalui
2006).
pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,
Pada kenyataannya upaya yang
pengadaan dan perbaikan sarana dan
dilakukan pemerintah dalam membenahi
prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu
sistem pendidikan di Indonesia masih
manajemen sekolah. Namun demikian,
menghadapi banyak persoalan. Salah satu di
berbagai indikator mutu pendidikan yang
antara persoalan itu adalah rendahnya mutu
dilakukan belum menunjukkan peningkatan
lulusan pendidikan di Indonesia, baik di
kualitas yang berarti. Gejala umum yang
tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan
tampak adalah tidak adanya peningkatan yang
Tingkat Pertama, Sekolah Menengah
berarti nilai Ujian Nasional (UN) dari tingkat
Umum bahkan Perguruan Tinggi. Hasil
SD sampai tingkat SMA (Diknas, 2010).
penelitian tentang penilaian motivasi
Masih rendahnya nilai UN terutama dalam
belajar level internasional yang dilakukan
mata pelajaran fisika yang diperoleh siswa
oleh Organization for Economic Co-
disebabkan oleh pemahaman konsep yang
operationand Development (OECD)
kurang baik.
melalui Programme for International
Dalam belajar fisika ada dua aspek
Student Assessment (PISA) pada tahun
yang tidak terpisahkan, yaitu fisika sebagai
2012 menunjukkan bahwa Indonesia
-2-

berada pada peringkat ke-64 dari 65 yang lain untuk mencapai tujuan dalam
negara untuk skor sains dan matematika, hal pembelajaran tersebut. Disamping itu
ini menunjukkan bahwa kompetensi sains sebagian besar konsep fisika bersifat
yang dimiliki siswa masih rendah sehingga abstrak sehingga sulit untuk dipahami
perlu adanya peningkatan agar kualitas secara langsung.
pendidikan di Indonesia dapat meningkat. Dalam menangani masalah tersebut,
Salah satu penyebab rendahnya peran guru sangat diperlukan, karena guru
prestasi siswa dalam pembelajaran adalah merupakan agent of change. Oleh karena
terbatasnya sarana laboratorium pada sekolah itu dibutuhkan berbagai strategi dan inovasi
menengah di Indonesia, padahal kegiatan pembelajaran untuk menanggulangi ketidak
laboratorium merupakan suatu keharusan memadainya sarana dan prasarana
untuk membangun pembelajaran bermakna laboratorium tanpa harus meninggalkan
pada diri siswa. Laboratorium berfungsi pencapaian ranah kognitif, afektif dan
sebagai tempat untuk menguji, meneliti dan psikomotor tersebut.
membuktikan teori yang ada, terkadang dalam Oleh sebab itu, untuk mengatasi
lingkungan sekolah keadaan laboratorium kendala dalam kegiatan praktikum dapat
belum memadai sarana dan prasarananya. dilakukan dengan berbagai cara,
Berdasarkan hasil observasi yang penulis diantaranya adalah dengan pemanfaatan
lakukan di sekolah-sekolah Menengah Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tingkat Atas (SMA) di Kota Padang (TIK), yang ditunjang dengan penggunaan
diperoleh hasil bahwa sebagian besar sekolah komputer sebagai perangkat TIK, misalnya
tidak punya fasilitas praktikum yang lengkap eksperimen semu (virtual lab). Meskipun
untuk menunjang pelaksanaan kurikulum virtual lab bukan kegiatan yang
2013 sehingga banyak materi yang harus sesungguhnya, tetapi siswa dapat
dipraktikumkan tidak dilakukan kegiatan melakukan praktikum seperti praktikum
praktikum, akibatnya banyak konsep sesungguhnya. Virtual laboratory (virtual
pembelajaran yang terabaikan. Berdasarkan lab) merupakan salah satu proses
pengalaman peneliti dalam penelitian hibah pembelajaran berbasis TIK yang dapat
bersaing tahun 2015, ditemukan beberapa dijadikan sebagai solusi alternatif
kelemahan pembelajaran di sekolah, pembelajaran dengan metode praktikum.
diantaranya ketika Lembar Kerja Siswa Virtual lab sudah banyak dikembangkan,
(LKS) untuk praktikum sudah dirancang contoh yang sudah banyak digunakan
sesuai dengan tuntutan kurikulum, ternyata adalah yang dikembangkan
praktikum tidak bisa dilaksanakan karena oleh University of Colorado, yaitu Physics
tidak adanya sarana praktikum yang tersedia. Education Technology (PhET). Di dalam
Secara teoritis, proses pembelajaran di PhET terdapat simulasi yang bersifat teori
kelas maupun di laboratorium mencakup dan percobaan yang melibatkan pengguna
dalam mengembangkan tiga ranah yaitu secara aktif. Pengguna dapat memanipulasi
kognitif, akfektif dan psikomotor. Untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
mencapai tiga ranah tersebut dibutuhkan eksperimen, sehingga selain dapat
keseimbangan antara penyampaian teori dan membangun konsep, PhET juga dapat
kegiatan praktikum. Terutama dalam materi digunakan untuk memunculkan
tertentu, praktikum sangat dibutuhkan. Hal keterampilan proses sains.
tersebut dapat terjadi karena kegiatan di kelas Oleh sebab itu, dalam rangka
hanya dapat menilai ranah kognitif sedangkan melaksanakan kurikulum 2013 di SMA dan
pelaksanaan praktikum dapat mencakup untuk memenuhi tuntutan kurikulum,
penilain dalam ranah afektif dan psikomotorik penulis tertarik untuk merancang
siswa. Kegiatan di dalam kelas dan di laboratorium virtual melalui ICT untuk
laboratorium dalam proses pembelajarn mata pelajaran fisika SMA.
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
karena saling berkaitan antara satu dengan
-3-

2. KAJIAN LITERATUR b. Interpretasi hasil pengamatan yang


bertujuan untuk menyimpulkan hasil
2.1 Pendekatan Keterampilan Proses
pengamatan yang telah dilakukan
Keterampilan proses adalah salah satu berdasarkan pola hubungan antara hasil
metode pengajaran yang menekankan pengamatan yang satu dengan yang
pada bagaimana bahanpelajaran itu diajar- lainnya
kan dan dipelajari (Tabrani dalam Soegeng, c. Peramalan, hasil interpretasi kemudian
2000:67). Menurut Soegeng (2000:68) dalam digunakan untuk meramalkan atau
belajar keterampilan proses, peserta didik memperkirakan kejadian yang belum
harus aktif. Belajar keterampilan tidak dapat diamati atau akan diamati.
dipisahkan dengan belajar konsep. Keduanya d. Aplikasi konsep adalah menggunakan
merupakan garis kontinu. Belajar konsep yang telah dipelajari dalam
konsep menekankan pada penghayatan situasi baru atau dalam penyelesaian
konsep sedangkan keterampilan proses masalah.
menekankan pada perolehan dan pemahaman e. Perencanaan penelitian yang bertolak
fakta dan prinsip. Belajar keterampilan pada seperangkat pertanyaan untuk
proses tidak mungkin terjadi jika tidak menguji kebenaran hipotesis tertentu.
ada materi atau bahan yang dipelajari. f. Pelaksanaan penelitian bertujuan agar
Sebaliknya, belajar konsep tidak akan terjadi siswa lebih memahami pengaruh
jika tidak ada keterampilan proses pada tiap variabel yang satu dengan variabel yang
peserta didik yang belajar. Suryosubroto lain.
(2009:60-62) menguraikan secara luas dan g. Komunikasi bertujuan mengkomuni
operasional langkah-langkah keterampilan kasikan proses dan hasil penelitian
proses, yaitu: kepada berbagai pihak yang berkepen-
1. Perumusan Tujuan, Kegiatan ini untuk tingan, baik dalam bentuk kata-kata,
mengarahkan siswa pada pokok grafik, bagan, maupun tabel, secara
permasalahan agar siswa siap, baik secara lisan atau tertulis.
mental, emosional, maupun fisik. Kegiatan Berdasarkan uraian di atas,
ini antara lain berupa: pendekatan keterampilan proses adalah
a. Pengulasan langsung pengalaman yang metode yang berorientasi pada cara
pernah dialami siswa atau guru. belajar siswa aktif dan proses
b. Pengulasan bahan pengajaran yang penemuan sains melalui serangkaian
pernah dipelajari sebelumnya. aktivitas yang menitik beratkan pada
c. Kegiatan-kegiatan yang menggugah dan keterampilan siswa untuk menemukan
mengarahkan perhatian siswa antara konsep.
lain meminta pendapat, menunjukkan
2.2 Laboratorium Virtual (Virtual
gambar, slide, atau benda lain.
Laboratory)
2. Proses Belajar Mengajar. Proses belajar
mengajar hendaknya selalu mengikutkan Dalam menerapkan pendekatan
siswa secara aktif guna mengembangkan proses, maka laboratrium merupakan salah
kemampuan siswa, antara lain kemampuan satu untuk proses penemuan sains melalui
mengamati, menginterpretasikan, meramal serangakian aktivitas. Penemuan-penemuan
kan, mengaplikasikan konsep, merencana sains dilakukan melalui eksperimen di
kan dan melaksanalan penelitian, serta laboratorium. Fisika merupakan cabang
mengkomunikasikan hasil penelitian. ilmu pengetahuan yang mempelajari
a. Pengamatan adalah penggunaan indra perilaku dari fenomena/gejala yang ada di
secara optimal dalam rangka memperoleh alam dalam lingkup ruang dan waktu.
informasi secara memadai. Pengamatan Dalam mengungkap fenomena/gejala alam
bertujuan untuk melakukan pengamatan diperlukan rangkaian proses
yang terarah tentang gejala atau fenomena penelitian seperti pengamatan dan
tertentu. pengukuran. Oleh sebab itu ilmu fisika juga
-4-

disebut sebagai ilmu eksperimental. di atas adalah memanfaatkan komputer


Eksperimen atau praktikum adalah sebagai media informasi dalam kegiatan
kegiatan untuk mengamati, menguji dan pembelajaran. Termasuk juga dalam
membuktikan teori sehingga didapatkan kegiatan praktikum. Komputer dapat
pengembangan teori secara ilmiah. digunakan untuk memodifikasi praktikum
Dengan sebutan ilmu eksperimental dan menampilkan praktikum lengkap
maka kedudukan praktikum dalam dalam bentuk virtual, terutama untuk
pembelajaran fisika menjadi sangat penting. konsep fisika yang abstrak (Gunawan &
Salah satu alasan adalah karena sebagian Liliasari, 2012).
besar konsep fisika bersifat abstrak sehingga Praktikum dengan menggunakan
sulit untuk dipahami secara langsung. Adanya komputer disebut dengan virtual
praktikum memungkinkan pemahaman laboratory. Virtual laboratory adalah
konsep menjadi lebih mudah dan peserta serangkaian alat-alat laboratorium yang
didik dapat belajar untuk melakukan berbentuk perangkat lunak (software)
penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti komputer berbasis multimedia interaktif,
dari berbagai sumber, mengembangkan yang dioperasikan dengan komputer dan
penjelasan dari data, dan berkomunikasi serta dapat mensimulasikan kegiatan di
mempertahankan kesimpulan (NSTA, 2004: laboratorium seakan-akan pengguna berada
1). pada laboratorium sebenarnya (Imron,
Pelaksanaan praktikum juga terkait 2012). Sedangkan menurut Budhu (2002:
dengan tujuan pembelajaran fisika sebagai 2) virtual laboratory objek multimedia
proses, yaitu meningkatkan keterampilan interaktif yang kompleks dan termasuk
berpikir peserta didik sehingga mereka tidak bentuk digital baru, dengan tujuan
hanya mampu dan terampil dalam bidang pembelajaran implisit atau eksplisit.
psikomotorik, melainkan juga mampu Dengan adanya virtual laboratory
berpikir sistematis, objektif, dan kreatif kesulitan peserta didik dalam memahami
(Gunawan & Liliasari, 2012). Sesuai dengan konsep fisika dan kesulitan guru dalam
tuntutan kurikulum 2013, yang menetapkan merancang praktikum fisika dapat
salah satu kompetensi inti adalah kelompok diatasi. Virtual laboratory juga meminimal
keterampilan. Kompetensi ini menekankan kan biaya dalam pengadaan alat dan bahan
pada proses pembelajaran ilmiah yang praktikum. Penjelasan lebih detail tentang
berguna bagi pembentukan keterampilan manfaat virtual laboratory diberikan oleh
peserta didik. Farreira (2010) di bawah ini.
Kegiatan praktikum fisika di tingkat 1) Mengurangi keterbatasan waktu, jika
SMA diarahkan pada suatu pembuktian, tidak ada cukup waktu untuk mengajari
pemahaman, dan penerapan dari konsep, seluruh peserta didik di dalam
hukum atau teori fisika yang dipelajari. laboratorium hingga mereka paham.
Namun demikian tidak semua percobaan 2) Mengurangi hambatan geografis, jika
dapat dilakukan secara langsung di terdapat peserta didik yang lokasi
laboratorium, karena topik-topik itu banyak tempat tinggalnya jauh dari sekolah.
yang abstrak, seperti dalam fisika modern, 3) Ekonomis, tidak membutuhkan
energy, dan lain sebagainya. Selain bangunan laboratorium, alat-alat dan
mahalnya peralatan praktikum, rancangan bahan-bahan seperti pada laboratorium
praktikum langsung juga sulit dilakukan konvensional.
karena konsepnya yang abstrak. Padahal 4) Meningkatkan kualitas eksperimen,
konsep fisika yang abstrak perlu karena memungkinkan untuk diulang
memanfaatkan kegiatan praktikum untuk untuk memperjelas keraguan dalam
mempermudah peserta didik dalam pengukuran di laboratorium.
memahami konsep tersebut. 5) Meningkatkan efektivitas pembelajaran,
Alternatif solusi yang mulai karena peserta didik akan semakin lama
dikembangkan untuk mengatasi permasalahan
-5-

menghabiskan waktunya untuk praktikum laboratorium virtual yang disusun


secara berulang-ulang, dalam bentuk LKS. LKS ini divalidasi
6) Meningkatkan keamanan dan keselamatan, oleh para ahli di bidang masing-masing
karena tidak berinteraksi dengan alat dan sebanyak lima orang.
bahan yang nyata. 3.3.Teknik Pengumpulan dan Analisis
Sedangkan kelemahan dalam Data
pemanfaatan virtual laboratory adalah:
Teknik pegumpulan data yang
1) Peserta didik harus terkoneksi internet atau
menggunakan komputer untuk
digunakan dalam penelitian adalah
menjalankan simulasi suatu praktikum. melalui angket yang terdiri dari lima
2) Kurangnya pengalaman di laboratorium indikator yaitu kelayakan isi,
nyata, sehingga terjadi kebingungan penggunaan bahasa, penyajian,
peserta didik dalam merangkai dan kegrafisan, dan produk laboratorium
mengoperasikan alat di virtual laboratory. virtual yang dikembangkan. Data yang
3) Virtual laboratory tidak memberikan diperoleh dideskripsikan melalui grafik.
pengalaman praktikum secara nyata.
Melalui pembelajaran praktikum 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan memanfaatkan virtual a. Hasil Validasi Indikator Kelayakan Isi
laboratory diharapkan proses Hasil validasi laboratorium virtual
pembelajaran fisika menjadi lebih menarik untuk indikator kelayakan isi diperoleh dari
dan interaktif sehingga berakibat pada nilai setiap pernyataan dari indikator yang
peningkatan proses berpikir dan hasil terdiri dari 8 pernyataan yaitu : 1) kesesuaian
belajar fisika peserta didik. Dengan materi dengan KI dan KD; 2) Kesesuaian
demikian, perkembangan teknologi dengan kebutuhan siswa; 3) kesesuaian
informasi membantu upaya pembangunan dengan kebutuhan laboratorium virtual; 4)
kemajuan dunia pendidikan. kebenaran substansi materi; 5) kesesuaian
Dengan adanya virtual laboratory materi dengan kehidupan sehari-hari; 6)
kesulitan peserta didik dalam memahami manfaat untuk penambahan wawasan
konsep fisika dan kesulitan guru dalam pengetahuan; 7) kesesuaian latihan dan
merancang praktikum fisika dapat diatasi. evaluasi dengan materi; 8) kesesuaian dengan
nilai-nilai, moralitas, sosial. Hasil yang
3. METODE PENELITIAN
diperoleh dari setiap pernyataan indikator
3.1 Jenis Penelitian kelayakan di diplot pada gambar
Penelitian yang dilakukan termasuk 1:
dalam penelitian pengembangan (Research
Gambar 1. Hasil Validasi Kelayakan Virtual Lab
and Development (R & D) ) karena penelitian
92
pengembangan terdiri dari 3 komponen besar 90
yaitu adanya Model Pengembangan, 88
Nilai Rata-rata

Prosedur Pengembangan,, dan Uji Coba 86


84
Produk.. Series1
82
Model R & D yang digunakan dalam 80
pengembangan laboratorium virtual adalah 78
model 4-D (four D model). Menurut 1 2 3 4 5 6 7 8

Thiagarajan (1974) tahap-tahap penelitian Pernyataan Kelayakan Virtual Lab

pengembangan yang dilakukan adalah


pendefinisian (define), perancangan (design),
pengembangan (development), dan
penyebaran (dessiminate).
3.2 Objek Penelitian
Sebagai objek dalam penelitian
yang dilakukan adalah perangkat
-6-

b. Hasil Validasi Indikator Penggunaan d. Hasil Validasi Indikator Kegrafisan


Bahasa Laboratorium Virtual
Hasil validasi virtual lab untuk indikator Hasil validasi Laboratorium Virtual
penggunaan bahasa diperoleh dari nilai setiap untuk indikator kegrafisan diperoleh dari
pernyataan dari indikator yang terdiri dari 12 nilai setiap pernyataan dari indikator yang
pernyataan yaitu 1) keterbacaan, 2) kepadatan terdiri dari 5 pernyataan yaitu : 1)
ide, 3) keindahan gaya bahasa, 4) penggunaan penggunaan font (jenis dan ukuran); 2) lay
panjang pendeknya kalimat, 5) cara out, tata letak; 3) ilustrasi, grafis, gambar,
membangun kalimat, 6) cara membangun foto; dan 4) desain tampilan. Hasil yang
paragraf, 7) penggunaan tanda baca, 8) cara diperoleh dari setiap pernyataan indikator
penulisan istilah-istilah fisika, 9) cara penulisan kegrafisan virtual lab di diplot pada gambar
persamaan fisika, 10) cara penulisan judul tabel 4.
dan gambar, 11) kejelasan informasi, dan 12)
Gambar 4. Hasil Validasi Kegrafisan
penggunaan bahasa secara efektif dan efisien.
92
Hasil yang diperoleh dari setiap pernyataan 90
indikator penggunaan bahasa di diplot pada 88
86
gambar 2:

Nilai Rata-rata
84
82
Gambar 2. Hasil Validasi Penggunaan Bahasa 80 Series1
92 78
90 76
88 74
Nilai Rata-rata

86 1 2 3 4
84
82 Pernyataan Kegrafisan Bahan Ajar
80
78 e. Hasil Validasi Indikator Langkah-
76
74 langkah Laboratorium Virtual yang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Dikembangkan
Pernyataan Penggunaan Bahasa Hasil validasi Laboratorium Virtual
untuk indikator Laboratorium Virtual yang
c. Hasil Validasi Indikator Penyajian dikembangkan diperoleh dari nilai setiap
Laboratorium Virtual pernyataan dari indikator yang terdiri dari 8
Hasil validasi Laboratorium Virtual pernyataan yaitu : 1) Rancangan; 2)
untuk indikator penyajian diperoleh dari nilai Keterkaitan dengan konsep; 3) Kemudahan
setiap pernyataan dari indikator yang terdiri akses; 4) Interaktif; 5) Penuntun yang
dari 5 pernyataan yaitu : 1) Kejelasan tujuan; 2) dikembangkan ; 6) Kedalaman materi; 7)
Urutan penyajian; 3) Pemberian motivasi; 4) Memenuhi semua KD; 8) Evaluasi dalam
Interaktivitas (stimulus dan respond); dan 5) bentuk quiz memadai. Hasil yang diperoleh
Kelengkapan informasi. Hasil yang diperoleh dari setiap pernyataan indikator
dari setiap pernyataan indikator penyajian Laboratorium Virtual yang dikembangkan
Laboratorium Virtual di diplot pada gambar 3. di diplot pada gambar 5.
Gambar 3. Hasil Validasi Penyajian Gambar 5. Hasil Validasi Pengembangan
90
Virtual Lab
89 90
88 88
87 86
84
Nilai Rata-rata

86
Nilai Rata-rata

85 82
84 Series1 80
83 78 Series1
82 76
81 74
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8
Pernyataan Penyajian Bahan Ajar Pernyataan Pengembangan Langkah-langkah Scientific
-7-

3.2 Pembahasan mempelajarinya sehingga siswa tertarik


Berdasarkan hasil yang diperoleh dari untuk mempelajarinya. Penyajian virtual lab
setiap indikator virtual lab dapat dijelaskan melalui ICT memudahkan siswa untuk
sebagai berikut : Nilai indikator untuk belajar dimana saja dan kapan saja.
indikator kelayakan isi secara umum sudah Nilai indikator untuk indikator
menunjukkan indikator yang baik karena kegrafisan virtual lab sudah menunjukkan
virtual lab yang dirancang sudah nilai validitas tinggi, hal ini disebabkan
menunjukkan kesesuaian materi dengan oleh penggunaan font yang bervariasi, lay
kompetensi dasar yang ada dan menunjukkan out dan tata letak yang tersusun rapi, ilustrasi
adanya kesesuaian dengan kebutuhan siswa, gambar yang menarik dan desain tampilan
artinya kompetensi dasar yang dituntut oleh sudah baik. Disamping itu ilusrasi gambar
kurikulum sudah bisa tercapai dengan baik. diberi warna yang menarik dan dilengkapi
Ditinjau dari segi manfaat virtual lab yang dengan keterangan yang lengkap.
dikembangkan sangat bermanfaat dalam Hasil validasi Laboratorium Virtual
memenuhi kebutuhan praktikum untuk seluruh untuk indikator Laboratorium Virtual yang
kompetensi dasar yang ada sehingga tidak ada dikembangkan sudah berkategori tinggi
lagi KD yang tidak bisa dipraktikumkan. Dalam karena nilai setiap pernyataan dari indikator
pengembangan lembar kerja siswa, setiap yang dikembangkan sudah tinggi seperti :
materi diuraikan sesuai dengan tuntutan rancangan, Keterkaitan dengan konsep,
praktikum yang ada sehingga memudahkan Kemudahan akses, Interaktif, penuntun
siswa untuk membuktikan konsep-konsep yang yang mudah dipahami, kedalaman materi,
ada dalam materi. Di samping itu langkah- dan Evaluasi dalam bentuk quiz yang
langkah untuk mempelajari virtual lab dibuat interaktif.
serinci mungkin sehingga memudahkan siswa Berdasarkan hasil validasi dan saran-
untuk menggunakan virtual lab yang saran yang diberikan oleh validator perlu
dikembangkan. dilakukan revisi terhadap desain produk yang
Nilai indikator untuk indikator dihasilkan. Revisi yang dilakukan terutama
penggunaan bahasa secara umum sudah menyangkut kedalaman materi, format
menunjukkan nilai validitas tinggi. Hal ini tulisan, tampilan, dan yang lebih penting lagi
disebabkan kepadatan ide dalam adalah langkah-langkah penggunaan virtual
mengembangkan kalimat , cara membangun lab. Secara umum dapat dikatakan bahwa
kalimat, cara membangun paragraf, cara produk virtual lab berbasis ICT telah
penulisan judul tabel dan gambar, dan memiliki deskripsi yang baik sebagai salah
penggunaan bahasa secara efektif dan efisien satu virtual lab fisika karena telah sesuai
sudah sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. dengan konsep rancangan sebuah virtual lab,
Disamping itu tingginya nilai validitas ini berdasarkan teori dan penelitian yang ada
disebabkan dalam pengembangan virtual lab sebelumnya. Produk virtual lab ini dapat
banyak mengungkapkan ide-ide yang baru yang digunakan untuk pembelajaran kurikulum
memudahkan siswa untuk mempelajari virtual 2013 tingkat sekolah menengah atas
lab yang dikembangkan. . SMA/MA.
Nilai indikator untuk indikator
5. KESIMPULAN DAN SARAN.
penggunaan pengembangan virtual lab sudah
menunjukkan nilai validitas tinggi karena 5.1 Kesimpulan
virtual lab pemberikan motivasi dan Berdasarkan hasil penelitian dan
interaktivitas (stimulus dan respond). Secara pembahasan yang telah dilakukan dapat
teoritis, pemberian motivasi dapat disimpulkan :
meningkatkan keaktifan anak sehingga 1. Hasil uji validitas virtual lab termasuk
prestasinya juga dapat meningkat. Di samping kategori tinggi dengan nilai validasi
itu penyajian virtual lab yang dilengkapi 85,6
dengan animasi yang menarik bagi siswa juga
dapat meningkatkan minat siswa untuk
-8-

2. Virtual lab yang dirancang ini sudah dapat index.php/jep/article/view/139>. Date


digunakan untuk pembelajaran kurikulum accessed: 05 dec. 2018. doi:
2013 di SMA. https://doi.org/10.24036/jep/vol2-
5.2 Saran iss1/139.
Dalam rangka persiapan menuju
kurikulum nasional diberlakukan, diharapkan Masril, M., Hidayati, H., & Darvina, Y.
virtual lab dikembangkan untuk mata (2018). The Development of Virtual
pelajaran lain di SMP dan SMA seperti IPA Laboratory Using ICT for Physics in
SMP. Senior High School. IOP Conference
6. REFERENSI Series: Materials Science and
Engineering, 335(1).
Budhu, M. 2002. Virtual Laboratories for
Engineering Education. Paper Presented at National Science Teachers Association
International Conference on Engineering (NSTA). 2004. Position statement on
Education. Manchester, U.K. August 18-21. scientific inquiry. online,http://www.nsta.
org/ about/ positions/ inquiry.aspx
Depdiknas, 2010, Badan standar Nasional
Pendidikan, Jakarta : OECD. 2013. PISA 2012 Results: What
Students Know and Can Do – Student
Gunawan & Liliasari. 2012. Model Virtual
Performance in Mathematics, Reading and
Laboratory Fisika Modern untuk
Science. http://www.oecd.org/pisa/
Meningkatkan Disposisi Kritis Calon Guru. keyfindings/pisa-2012-results.html.
Cakrawala
Santoso, Soegeng. 2000. Problematika
Farreira, MJM. 2010. "Intelligent Pendidikan dan Cara Pemecahannya.
classrooms and smart software: Teaching Jakarta: Kreasi Pena Gading.
and learning in today's university",
Springer Science and Business Media. Suryosubroto. 2009. Proses Belajar
Mengajar Di Sekolah . Jakarta: Rineka
Springer publications. Cita.
Masril, Hidayati. 2015. Perancangan bahan Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel,
ajar Berbasis Scientific untuk mata M. I. 1974. Instructional Development for
pelajaran fisika SMA Kelas X. Jurnal Training Teachers of Expectional Children.
Eksakta FMIPA UNP Volume 1, 102. Minneapolis, Minnesota: Leadership
Training Institute/Special Education,
MASRIL, Masril; HIDAYATI, Hidayati; University of Minnesota.
DARVINA, Yenni. Rancangan
Wini Rizky Gustiani, 2014, Peranan Phet-
Laboratorum Virtual untuk Pembelajaran Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan
Fisika SMA. JURNAL EKSAKTA Dan Hasil Kali Kelarutan Serta
PENDIDIKAN (JEP), [S.l.], v. 2, n. 1, p. Keterampilan Proses Sains Siswa Sma
71-77, may 2018. ISSN 2579-860X. Kelas XI Universitas Pendidikan Indonesia
Available at: <http://jep.ppj.unp.ac.id/ |repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai