Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante


dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psychosocio somatic health well
being, merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat
kesehatan masyarakat.
Dapat dikatakan lingkungan dan perilaku atau kebiasaan hidup dapat dilihat
dari tinjauan budaya atau dengan kata lain budaya mempengaruhi derajat kesehatan
dari suatu masyarakat atau masalah-masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.
Hal tersebut perlu dikaji oleh seorang public health untuk dapat
mengaplikasikan ilmunya kelak di masyarakat. Budaya tiap masyarakat yang akan
dihadapinya berbeda-beda, tingkat intelektualitas dan pemahaman masyarakat
tersebut juga berbeda dengan kata lain pola pikir mengenai masalah kesehatan dalam
sebuah lingkungan masyarakat juga berbeda.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEBUDAYAAN

Asal muasal istilah budayaà Budi daya yang artinya mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari
sinilah istilah budaya (culture) berkembang menjadi ”segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Kebudayaan adalah hasi budi atau
akal manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Menurut E.B taylor adalah :
kompilasi atau jalinan keseluruhan kenyataan dan kebiasaan yang dilakukan manusia
sebagai anggota masyarakat. Dalam pandangan sosiologi , kebudayaan meliputi :
kebudayaan material (berwujud barang), kebudayaan nonmaterial(berwujud
kebiasaan).

Kebudayaan itu adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu, yang
dipalajari secara turun temurun. Tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah
mengundang risiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi oleh
suatu batasan yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas, sesuai
dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri. Budaya adalah signifikan dan
mempengaruhi pilihan individu.

B. HUBUNGAN KEBUDAYAAN DAN KESEHATAN

Pola kesehatan masyarakat tidak lepas dari masalah sosial, budaya, maupun
lingkungan setempat. Orientasi budaya menggambarkan sikap, pandan, dan persepsi
mengenai masalah-masalah kehidupan termasuk kesehatan yang dapat memberikan
dampak positif maupun negatif terhadap status kesehatan masyarakat secara umum.
Sejarah menunjukan bahwa pada komunitas atau populsi tertentu khususnya di Jawa

2
Barat, pemahaman tentang budaya masyarakat berkaitan dengan masalah kesehatan
penting untuk keberhasilan program-program kesehatan yang bertujuan
meningkatakan kualitas hidup individu maupun kelompok. Pandangan-pandangan
yang kurang benar mengenai masalah kesehatan baik didasari oleh mitos-mitos turun
menurun atau faktor kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya terhadap masalah
kesehatan ibu dan anak sebagian masih dianut, dipercaya, dan berlaku di kalangan
masyarakat tertentu di Jawa Barat seperti misalnya mengenai penyakit campak, cacar,
ibu hamil dan menyusui, kejadian luar biasa, penyakit, dan lain-lain. Dengan
demikian sudah selayaknya para petugas kesehatan mengetahui mempelajari, dan
memahami apa yang berlaku di masyarakat agar program kesehatan yang dirancang
untuk mencegah dan mengobati penyakit tertentu dapat berjalan dengan baik dan
mencapai sasarannya.

Seperti kita ikuti bersama, akhir-akhir ini diskusi tentang global change
banyak diangkat. Berbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik
mengharuskan jalinan hubungan di antara masyarakat manusia di seluruh dunia.
Fenomena ini dirangkum dalam terminologi globalisation. Ditengah riuh rendah
globalisasi inilah muncul wacana dampak perubahan budaya. Dampak dari
perubahan budaya sendiri diartikan sebagai perubahan dalam skala besar pada sistem
bio-fisik dan ekologi yang disebabkan aktifitas manusia. Perubahan ini terkait erat
dengan sistem penunjang kehidupan planet bumi (life-support system). Ini terjadi
melalui proses historis panjang dan merupakan agregasi pengaruh kehidupan manusia
terhadap lingkungan yang dapat berpengaruh pada kesehatan, yang tergambar
misalnya pada angka populasi yang terus meningkat, aktifitas ekonomi, dan pilihan-
pilihan teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Saat ini pengaruh dan beban
terhadap lingkungan hidup sedemikian besar, sehingga mulai terasa gangguan-
gangguan terhadap Sistem Bumi kita. Perubahan sosial dan budaya yang terjadi
seiring tekanan besar yang dilakukan manusia terhadap sistem alam sekitar,
menghadirkan berbagai macam risiko kesehatan dan kesejahteraan bagi seluruh umat

3
manusia. Sebagai contoh, kita terus mempertinggi konsentrasi gas-gas tertentu yang
menyebabkan meningkatkan efek alami rumah kaca (greenhouse) yang mencegah
bumi dari pendinginan alami (freezing). Selama abad 20 ini, suhu rata-rata
permukaan bumi meningkat sekitar 0,6oC dan sekitar dua-per-tiga pemanasan ini
terjadi sejak tahun 1975.

Dampak perubahan sosial dan budaya penting lainnya adalah menipisnya


lapisan ozon, hilangnya keaneragaman hayati (bio-diversity), degradasi kualitas
lahan, penangkapan ikan melampaui batas (over-fishing), terputusnya siklus unsur-
unsur penting (misalnya nitrogen, sulfur, fosfor), berkurangnya suplai air bersih,
urbanisasi, dan penyebaran global berbagai polutan organik. Dari kacamata
kesehatan, hal-hal di atas mengindikasikan bahwa kesehatan umat manusia
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di luar batas kemampuan daya dukung
ruang lingkungan dimana mereka hidup.

Dalam skala global, selama seperempat abad ke belakang, mulai tumbuh


perhatian serius dari masyarakat ilmiah terhadap penyakit-penyakit yang terkait
dengan masalah lingkungan, seperti kanker yang disebabkan racun tertentu (toxin
related cancers), kelainan reproduksi atau gangguan pernapasan dan paru-paru akibat
polusi udara. Secara institusional International Human Dimensions Programme on
Global Environmental Change (IHDP) membangun kerjasama riset dengan Earth
System Science Partnership dalam menyongsong tantangan permasalahan kesehatan
dan Dampak dari perubahan sosial dan budaya. Pengaruh perubahan iklim global
terhadap kesehatan umat manusia bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerja keras
dan pendekatan inter-disiplin diantaranya dari studi evolusi, bio-geografi, ekologi dan
ilmu sosial. Di sisi lain kemajuan teknik penginderaan jauh (remote sensing) dan
aplikasi-aplikasi sistem informasi geografis akan memberikan sumbangan berarti
dalam melakukan monitoring lingkungan secara multi-temporal dan multi-spatial
resolution. Dua faktor ini sangat relevan dengan tantangan studi dampak perubahan

4
sosial dan budaya terhadap kesehatan lingkungan yang memerlukan analisa historis
keterkaitan dampak perubahan sosial dan budaya dan kesehatan serta analisa
pengaruh perubahan sosial dan budaya di tingkat lokal, regional hingga global.

Tenaga kesehatan akan menunjukkan bagaimana di dalam suatu masyarakat


desa yang sederhana dapat bertahan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi
mereka. Kebudayaan (kultur) dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat, tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tetapi juga membuat mereka mengerti mengenai proses terjadinya suatu
penyakit. Ini harus dicamkan dan dipelajari baik-baik oleh setiap tenaga kesehatan .

Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk


untuk mempertahankan hidup diri sendiri, dan kelangsungan hidup suku mereka.
Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi,
yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut
pandangan modern, tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya
malah merugikan. Kebiasaan menyusukan bayi yang lama pada beberapa masyarakat,
merupakan contoh baik kebiasaan yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air
susu ibu sedikit, atau pada ibu-ibu lanjut usia, tradisi budaya ini dapat menimbulkan
masalah tersendiri. Dia berusaha menyusui bayinya dan gagal. Bila mereka tidak
mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian), bayi dapat
mengalami malnutrisi dan mudah terserang infeksi.Menjadi sakit memang tidak
diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-penyakit yang berat dan fatal. Masih
banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penyakit itu dapat menyerang
seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap penyakit itu sendiri. Ada
kebiasaan dimana setiap orang sakit diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini
mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar atau
TBC. Bentuk pengobatan yang diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapan

5
mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka anggap penyakit
itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan
pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila mereka duga
penyebabnya faktor alamiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga
kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan pemikiran
secara medis.

Di dalam masyarakat industri modern, Budaya modern menuntut merawat


penderita di rumah sakit, padahal rumah sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran
kuman-kuman yang telah resisten terhadap antibiotika.Tentu saja kebudayaan itu
tidak statis, kecuali mungkin pada masyarakat pedalaman yang terpencil. Hubungan
antara kebudayaan dan kesehatan biasanya dipelajari pada masyarakat yang terisolasi
di mana cara-cara hidup mereka tidak berubah selama beberapa generasi. Walaupun
mereka merupakan sumber data-data biologis yang penting dan model antropologi
yang berguna, lebih penting lagi untuk memikirkan bagaimana mengubah
kebudayaan mereka itu. Ide-ide tradisional yang turun temurun, sekarang telah
dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman dan ilmu pengetahuan baru. Sikap
terhadap penyakit pun banyak mengalami perubahan. Kaum muda dari pedesaan
meninggalkan lingkungan mereka menuju ke kota. Akibatnya tradisi budaya lama di
desa makin tersisih. Meskipun lingkungan dari masyarakat kota modern dapat
dikontrol dengan teknologi, setiap individu di dalamnya adalah subyek daripada
tuntutan-tuntutan ini, tergantung dari kemampuannya untuk beradaptasi.

Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru diperkenalkan ke dalam suatu


masyarakat di mana faktor-faktor kebudayaan masih kuat, biasanya dengan segera
mereka akan menolak dan memilih cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah
mereka akan memilih cara baru atau lama, akan memberi petunjuk kepada kita akan
kepercayaan dan harapan pokok. Mereka lambat laun akan sadar apakah cara
pengobatan baru itu berfaedah, sama sekali tidak berfaedah, atau lambat mendatang-

6
kan manfaat. Namun mereka lebih menyukai cara-cara pengobatan tradisional karena
berhubungan erat dengan dasar kehidupan mereka. Maka cara baru itu digunakan
secara sangat terbatas atau untuk kasus-kasus tertentu saja sebab itu, harus
disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Akan sia-sia jika ingin memaksakan
sekaligus cara-cara modern dan menyapu semua cara-cara tradisional. Bila tenaga
kesehatan berasal dari lain suku atau bangsa, sering mereka merasa asing dengan
penduduk setempat. Ini tidak akan terjadi jika tenaga kesehatan itu berusaha
mempelajari kebudayaan-kebudayaan mereka, dan menjembatani jarak yang ada di
antara mereka. Dengan sikap yang tidak simpatik serta tangan besi, maka jarak
tersebut akan semakin lebar, oleh karena itu seorang tenaga kesehatan harus
mengetahui terlebih dahulu bagaimana karakter, budaya dan kebiasaan dari
masyarakat yang akan dia hadapi misalnya dalam melakukan penyuluhan atau
sosialisasi mengenai kesehatan.
Setiap masyarakat mempunyai cara-cara pengobatan tradisional. Sedikit usaha
untuk mempelajari kebudayaan mereka, akan mempermudah memberikan gagasan-
gagasan baru yang sebelumnya tidak mereka terima. Pemuka-pemuka di dalam
masyarakat itu harus diyakinkan, sehingga mereka dapat memberikan dukungan, dan
yakin bahwa cara-cara baru tersebut bukan untuk melunturkan kekuasaan mereka.
Seperti telah diuraikan di atas, pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan.
Misalnya bila pengobatan tradisional biasanya menggunakan cara-cara yang
menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi, penderita
akan merasa tidak puas bila diberi pil untuk diminum. Ini adalah masalah yang sering
timbul, dan kegagalan cukup sering. Tetapi secara bertahap, berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun, suatu usaha yang sungguh-sungguh tentu akan mendatangkan hasil
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin
biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari
tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang
sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit
sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial

7
bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara hidup
dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan
munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit.

C. TINGKATAN PENGARUH PERUBAHAN BUDAYA TERHADAP KESEHATAN

Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan budaya terhadap kesehatan.


Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan
pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada alur paling atas,
terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik (contohnya:
suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet) dapat mempengaruhi biologi manusia
dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis kanker kulit). Alur pada dua
tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-proses dengan
kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan, fungsi-
fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi.

Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi


langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat
ditarik benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung
atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga utama kesehatan
dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim,
keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial.
Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan banyak domain
permasalahan baru di sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi-
ekologi lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam
skala besar yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga
kehidupan ini. Jelaslah bahwa resiko terbesar dari dampak perubahan sosial dan
budaya atas kesehatan dialami mereka yang paling rentan lokasi geografisnya atau

8
paling rentan tingkat sumber daya sosial dan ekonominya. Dan dari segi pangan yang
biasanya dikonsumsi tiap harinya yang kadang menghadirkan makanan siap saji yang
penuh dengan zat kimia yang dapat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

Sebagaimana disinggung di atas, masyarakat manusia sangat bervariasi dalam


tingkat kerentanan terhadap serangan kesehatan. Kerentanan ini merupakan fungsi
dari kemampuan masyarakat dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim dan
lingkungan. Kerentanan juga bergantung pada beberapa faktor seperti kepadatan
penduduk, tingkat ekonomi, ketersediaan makanan, kondisi lingkungan lokal, kondisi
kesehatannya itu sendiri, dan kualitas serta ketersediaan fasilitas kesehatan publik.
Wabah demam berdarah yang melanda negeri kita menyiratkan betapa rentannya
kondisi kesehatan-lingkungan di Indonesia saat ini, baik dilihat dari sisi antisipasi
terhadap wabah, kesigapan peanggulangannya sampai pada penanganan para
penderita yang kurang mampu. Peran dari seorang kesehatan masayrakat dalam hal
yang demikian sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya hal yang diatas yang
dapat mengganggu kesehatan masyarakat baik dengan cara penyuluhan ataupun
penyebaran poster-poster mengenai kesehatan serta penjelasan yang lebih detail
kepada beberapa masyarakat yang belum terlalu mengerti mengenai hal itu.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebudayaan itu adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu, yang
dipalajari secara turun temurun budaya tiap masyarakat berbeda-beda, tingkat
intelektualitas dan pemahaman masyarakat tersebut juga berbeda dengan kata lain
pola pikir mengenai masalah kesehatan dalam sebuah lingkungan masyarakat juga
berbeda.
Dalam mempengaruhi kesehatan, budaya memiliki tingkatan perubahan
budaya. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan
kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada
alur paling atas, terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan
fisik. Alur pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-
proses dengan kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi
lingkungan, fungsi-fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi. .
Seorang tenaga kesehatan harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana
karakter, budaya dan kebiasaan dari masyarakat yang akan dia hadapi misalnya dalam
melakukan penyuluhan atau sosialisasi mengenai kesehatan. Dengan demikian apa
yang disampaikannya dapat diterima oleh masyarakat tersebut. Dan jelas bahwa
budaya dan kesehatan memiliki hubungan yakni budaya atau kebiasaan mampu
mempengaruhi kesehatan sebagaimana yang dipaparkan pada bagian pembahasan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2009.PerubahanSosialBudayaTerhadapkesehatan.http://tasikyou.multiply.co
m/journal/item/29/Dampak_Perubahan_Sosial_Budaya_Terhadap_Kesehatan diakses
4 maret 2010

Anonym.2009.Pengaruhbudayaterhadapkesehatan.http://bascommetro.blogspot.com/
2009/04/pengaruh-budaya-terhadap-kesehatan.htmlv diakses 4 maret 2010

Suryadi,Taufik2009.PerubahanSosialBudayahttp://www.scribd.com/doc/17391760/P
erubahan-Sosial-Budaya-Kesehatan.html diakses 4 Maret 2010

Yuniawan.2008.KonsepSehat,SakitdanPenyakitdalamKonteksSosialBudaya.http://yu
niawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/sehatsakit.pdf diakses 4 Maret 2010

11

Anda mungkin juga menyukai