Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN AKHIR

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Oleh
NAMA : M.IWAN SURIADI
NIM : C1M017070
KELOMPOK : XIX
GELOMBANG : III

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : M.IWAN SURIADI
NIM : C1M015144
Program Studi : Agroekoteknologi
Sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk melengkapi praktikum Dasar-
Dasar Ilmu Tanah dan mengikuti Respon Akhir. Laporan ini telah diperiksa,
diperbaiki dan disetujui oleh asisten praktikum.

Menyetujui,

Asisten praktikum, Asisten praktikum,

NIM : NIM :

Tanggal Pengesahan :

ii
KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi kita, Nabi Muhammad
SAW.
Laporan ini di buat berdasarkan hasil praktikum mingguan, dan sebagai
sumber belajar mata kuliah dasar dasar ilmu tanah.
Saya sepenuhnya menyadari bahwa hasil dari laporanini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk
kesempurnaan laporanini.
Akhir kata, semoga laporanini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Mataram, 28 Mei 2018

Penyusun,

M. Iwan Suriadi

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… vii
ACARA I. PENETAPAN KADAR LENGAS TANAH
BAB I. Pendahuluan ............................................................................ 1
BAB II. Tinjauan Pustaka .................................................................... 3
BAB III. Metodologi Praktikum.......................................................... 5
BAB IV. Hasil dan Pembahasan .......................................................... 7
BAB V. Kesimpulan dan Saran ............................................................ 10
ACARA II. TEKSTUR TANAH
BAB I. Pendahuluan ............................................................................ 11
BAB II. Tinjauan Pustaka .................................................................... 13
BAB III. Metodologi Praktikum.......................................................... 15

iv
BAB IV. Hasil dan Pembahasan .......................................................... 16
BAB V. Kesimpulan dan Saran ............................................................ 18
ACARA III. STRUKTUR TANAH
BAB I. Pendahuluan ............................................................................ 19
BAB II. Tinjauan Pustaka .................................................................... 20
BAB III. Metodologi Praktikum.......................................................... 22
BAB IV. Hasil dan Pembahasan .......................................................... 24
BAB V. Kesimpulan dan Saran ............................................................ 26
ACARA IV. KONSISTENSI TANAH
BAB I. Pendahuluan ............................................................................ 27
BAB II. Tinjauan Pustaka .................................................................... 29
BAB III. Metodologi Praktikum.......................................................... 31
BAB IV. Hasil dan Pembahasan .......................................................... 34
BAB V. Kesimpulan dan Saran ............................................................ 36
ACARA V. WARNA TANAH dan KEMASAMAN TANAH
BAB I. Pendahuluan ............................................................................ 37
BAB II. Tinjauan Pustaka .................................................................... 38
BAB III. Metodologi Praktikum.......................................................... 40
BAB IV. Hasil dan Pembahasan .......................................................... 42
BAB V. Kesimpulan dan Saran ............................................................ 45
ACARA VI. PRAKTIKUM LAPANGAN
BAB I. Pendahuluan…………………………………………………. 46
BAB II. Tinjauan Pustaka…………………………………………… 47
BAB III. Metodologi Praktikum…………………………………….. 49
BAB IV. Hasil dan Pembahasan……………………………………… 50
BAB V. Kesimpulan dan Saran…………………………….………..... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kadar Lengas………………………...……………………………………. 7
2. Tekstur Tanah…………………………………………………………….. 16
3. StrukturTanah…………………………………………………………...… 24
4. Konsistensi Tanah…………………………………….…………………… 34
5. Warna dan Kemasman Tanah…………………………………………….. 42
6. Praktikum Lapangan……………………………...………………………. 50

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Segitiga Tekstur………………………………………………………… 13

vii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air
terhadap volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah
tanah basah dikeringkan pada suhu 100°C-110°C untuk waktu tertentu. Air yang hilang
karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air
irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori-
pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah
berkaiatan dengan ukuran pori-pori pada tanah.
Air mempunyai fungsi penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan
mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang memepersiapakan hara larut bagi
pertumbuhan tanah. Selain itu air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar
tanaman. Akan tetapi, jika air terlalau banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari
daerah-daerah perakaran atau evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat
kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah
merintanagi akar tanaman memperoleh oksigensehingga dapat mengakibatkan tanaman
mati .
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu
memeperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman
Jumlah air yang diperoleh tanah sebagaian bergantung pada kemampuan tanah yang
menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah kebawah.
Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh factor-faktor luar seperti jumlah curah
hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini yaitu menetapkan kadar lengas contoh tanah kering udara.

1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume
terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan
gambaran tentang ketersedian air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara
penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah yang dikeringkan
dalam oven pada suhu 100°-110° untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena
pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi
yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro
dan makro. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses
penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertical tetapi juga
horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal (Hakim,
dkk, 2008)
Menurut Hanafiah (2007) bahwa keofisien air tanah yang merupakan keofisian
potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari : Jenuh
atau retensi maksimum , yaitu kondisi dimana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air
Kapaitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai
menipis, sehingga tegangan antar air udara meningkat hingga lebih dari gaya
gravitasi.Keofisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktifitas dan
mempertahankan turgornya.Keofisien Higroskopik adalah kondisi dimana air tanah
terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah.
Kemamapuan tanah menahan air di pengaruhi anataralain oleh tekstur tanah.
Tanahtanah bertekstur kasar memepunyai daya menahan air lebih kecil dan pada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya
lebih mudah kekeringan dari pada tanah tanah-tanah bertekstur lempung atau fiat.
Kondidi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan

2
tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi banyaknya curah hujan atau air
irigasi, kemampuan tanah menahan air besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung
melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik
tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau
lapisan tanah (Madjid, 2010).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapang
dan keofisien layu, kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga tergantung pada
pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar
tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titi layunya absorpsi air oleh tanaman.
Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air diatas titik layunya telah ditunjukan dengan
baik (Sarwono , 2011).
Kadar air dalam tanah entisol dapaty dinyatakan dalam persen volume yaitu
persen volume air terhadap volume tanah. Cara penetapan kadar air tanah dapat
digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air tanah dengan gra vimetik
tegangan ataupun hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron daya pengikat butir-
butir tanah entisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekutan tanaman
yang tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah inceptisol dan vertisol, Karena itu
tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh tumbuhan ( hardjowigeno, 2011).

3
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 27 Maret Pukul 15:30 WITA. Di
Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan


Pada praktikum ini digunakan alat berupa cawan alumunium, kertas label,
timbangan analitik, oven, dan eksikator.Sedangkan bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu contoh tanah Kabupaten Lombok Tengah dan tanah Kabupaten
Lombok Utara.

3.3 Prosedur kerja


a. Kadar lengas contoh tanah kering udara
1. Ditimbang cawan kosong bersih (a gram)
2. Dimasukkan contoh tanahnya ke dalam cawan dan kemudian ditimbang (b
gram)
3. Dimasukkan cawan yang berisi tanah ke dalam oven yang telah diatur
temperaturnya 105°C -110°C, lalu dibiarkan paling sedikit 4 jam
4. Setelah dioven dikeluarkan dan dibiarkan mendingin di dalam eksikator kira-
kira 15 menit kemudian ditimbang (c gram).
5. Dibuang tanah yang ada di dalam cawan, lalu ditimbang kembali (d gram).

4
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Dari percobaan yang telah dilakukan menggunakan tanah Loteng dan tanah
KLU diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil kadar lengas tanah :
NO. LOTENG KLU
a = 13,87 gr a = 3,75 gr
1 b = 33, 98 gr b = 37,70 gr
c = 32,64 gr c = 35,26 gr
Kadar lengas = 4,68 Kadar lengas = 7,79
% %

Perhitungan :
Kadar Lengas Tanah Kering Angin, dimana perhitungan berdasarkan hasil
pengamatan sebagai berikut :

*keterangan :
a = berat cawan kosong
b = berat cawan berisi tanah
c = berat cawan berisi tanah setelah dioven

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini bertujuan untuk menetapkan kadar lengas contoh tanah kering
udara, kadar lengas kapasitas lapang dan kapasitas lengas maksimum. Kadar lengas
tanah merupakan kandungan uap air yang terkandung di dalam pori-pori tanah.
Percobaan pada kadar lengas contoh tanah kering angin ini menggunakan tanah vertisol

5
dan inseptisol. Dimana hasil perhitungan pada tanah vertisol diperoleh kadar lengas
mencapai 6,23 %. Sedangkan pada tanah inseptisol diperoleh kadar lengas mencapai 3,5
%. Hal tersebut menyatakan bahwa kadar lengas pada tanah vertisol lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar lengas pada tanah inseptisol. Keadaan tersebut disebabkan
oleh beberapa factor, diantaranya pada tanah vertisol memiliki tekstur halus berupa
lempung, permukaan pori yang lebih halus. Dimana fraksi lempung yang mendominasi
tanah vertisol tersebut mempunyai kekuatan tinggi dalam mengikat air. Hal ini sesuai
dengan pendapat madjid (2014) yang menyatakan bahwa tekstur tanah vertisol
didominasi oleh lempung dan tergolong ke dalam jenis tanah dengan kelas lempung
berat. Karena partikel tanah vertisol yang lumayan berat, maka kecepatan dalam
menyerap air lumayan sulit. Sedangkan pada tanah inseptisol tingkat kadar lengasnya
lebih rendah dibandingkan dengan tanah vertisol. Keadaan tersebut dapat dipengaruhi
oleh beberapa factor diantaranya yaitu tekstur tanah inseptisol yang lebih kasar
dibandingkan dengan tekstur tanah vertisol, tetapi tekstur tanah inseptisol lebih halus
dari pasir geluhan.
Manfaat mengetahui kadar lengas dalam pertanian yakni untuk mengetahui
serapan hara serta pernapasan akar tanaman yang selanjutnya sangat berperan dalam
pertumbuhan dan produksi dari tanaman tersebut. Dengan mengetahui kadar lengas
pada tanah inseptisol dan vertisol, dimana kadar lengas lebih tinggi pada tanah vertisol
dibandingkan dengan tanah inseptisol, menunjukkan bahwa tanah vertisol memiliki
potensi yang bagus dalam bidang pertanian, begitu juga dengan tanah inseptisol yang
tergolong muda. Pada tanah inseptisol ini dapat menyediahkan air untuk tanaman lebih
dari setengah tahun atau tiga bulan berturut-turut pada musim kemarau. Hal ini sesuai
dengan pendapat madji (2014) yang menyatakan bahwa inseptisol mempunyai
karakteristik dari kombinasi sifat-sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah
tahun atau tiga bulan berturut-turut dalam musim kemarau.

6
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Kadar lengas pada tanah vertisol lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lengas
pada tanah inseptisol.
2. Kadar lengas tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
tekstur tanah.

7
3. Kadar lengas bermanfaat dalam bidang pertanian untuk mengetahui serapan hara
serta pernafasan akar tanaman.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan suatu praktikum, praktikan harus teliti dan cermat
dalam mengamati dan menganalisa data, agar tidak terjadi kesalahan dan data yang
didapat benar atau sesuai dengan yang diinginkan. Perlu juga ditekankan pengetahuan
tentang kadar lengas tanah dalam bidang pertanian agar dapat mengetahui tingkat
kesuburan tanah, apakah tanah itu cocok untuk lahan pertanian atau tidak.

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai
dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya.Kemampuan untuk menjadi lebih
keras dan menyangga kapasitas drainase, menyimpan air,plastisitas, mudah untuk
ditembus akar, aerase dan kemampuan untuk menahan retensi unsur-unsur hara

8
tanaman.Semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah.Salah satu sifat fisik
tanah yang terpenting adalah tekstur tanah.
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung
pada tanah (Badan Pertanahan Nasional tahun 1999). dari ketiga jenis fraksi tersebut
partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan
ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan
berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-
sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain .
Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir,
dan kerikil.Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu.Tekstur tanah dikatakan
baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang.Tanah seperti ini
disebut tanah lempung.Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir liatnya),
maka semakin twat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan
liatnya terlalu tinggi akansulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan
menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar
akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan
butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara.Dengan
demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan
kekurangan hara.
Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah
ditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size distribution) yang merupakan
penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang
lebih besar/kasar dari pasar.Berdasarkan uraian diatas maka praktikum penetapan
tekstur tanah perlu diadakan untuk mengetahui jenis tekstur tanah pada lapisan-lapisan
tanah.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari parktikum tekstur tanah ini ini yaitu untuk menetapakan kelas
tekstur tanah secara kuantitatif.

9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga
diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan
memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti
pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan basil riset
bertahuntahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah
yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung ( TimAsisten, 2010).

10
Tekstur tanah menunjukan komposisis partikel penyusun tanah (separate) yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antar fraksi pasir, fraksi debu
dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).
Tanah terdiri dari butir-butiryang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga
diperlukan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti
pasir,debu,liat dan lempung. Nama kelas dan klafisikasinya ini, merupakan basil riset
bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah
yang kini umum dikenal adalah pasir, liat, dan lempung (Buckmandan Bradi, 2007).
Segitiga Tekstur Menurut USDA terdiri dari (Handriyanto, 2010) :

Dalam penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa digunakan yaitu
metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan
telunjuk),metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode
hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan
kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan
jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara
linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Ariyanto, 2010).

11
BAB III. METODOLOGOI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum teksur tanah dilakukan pada hari Selasa,10Mei 2016 pukul 13.15
WITA.di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

12
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktek tekstur tanah adalah tabung sendimentasi,
sendok, pipet tetes, plastik dan karet gelang.Sedangkanbahan yang digunakan dalam
praktikum tekstur ranah ini adalah tanah entisol, tanah vertisol, NaOH dan aquades
.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan contoh tanah 2 mm, kemudian diletakkan tabung sedimentasi tegak
lurus pada sebuah rak.
2. Dimasukkan contoh tanah kedalam tabung I sampai pada garis 15 dan
ditambahkan 1ml NaOH 1N.
3. Ditambahkan aquades hingga tanda pada garis 45, kemudian tutp rapat.
4. Dikocock selama 2 menit hingga homogeny.
5. Dibuka tutp tadi, diletakkan pada rak dan dibiarkan mengendap selama 30 detik.
6. Dituangkan larutan I dengan perlahan – lahan kedalam tabung II dan dibiarkan
mengendap selama 15 menit.
7. Setelah itu dituangkan larutan tabung II kedalam tabung III.

BAB IV. HAS1L DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Berdasarkan data dari pengukuran dan analisis perhitungan diperoleh hasil
sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil perhitungan kelas tekstur tanah.

13
Jenis Presentase Kelas
Tanah Tekstur
Pasir Debu Liat
Entisol 80 % 10 % 10 % SL
Inceptisol 53.3 % 27 % 19.7 % L

4.2 Pembahasan
Tekstur tanah berarti proporsi (perbandingan relative) dari komposisi fraksi-
fraksi penyusun tanah. Adapun fraksi pokok penyususn tanah antara lain pasir (sand),
debu (silt), dan lempung (clay). Fraksi yang dominan pada suatu taanh tertentu
merupakan ciri dari jenis yang bersangkutan.
Pada praktikum ini kita dapat menentukan tekstur tanah melalui cara kuantitatif
atau cara laboratorium ( sedimentasi ). Metode ini dilakukan atas dasar kecepatan
pengendapan dalam suspense tanahnya. Pada pengamatan menggunakana metode
sedimentasi ini didapatkan hasil pasir sebesar 12 dan persentasenya sebesar 80 %, fraksi
debu 15 denga persentase sebesar 10 %, dan fraksi liat 10 %.
Dengan menggunakan segitiga tekstur menurut USDA dapat ditentukan kelas
tekstur tanah tersebut adalah Sandy Loam atau lempug berpasir. Metode kuantitatif ini
memiliki azas yang erat kaitannya dengan fase disperse, dalama hal ini terdapat fase
terdispersi dan fase pendispersi atau mediu. Azas inilah yang dimanfaatkan dalam
proses pemisahan tiap fraksi tanah tersebut.
Pada percobaan dengan metode sedimentasi digunakan 2 jenis tanah yaitu
Entisol dan Inceptisol. Jenis tanah entisol diperoleh persentase fraksi debu 10 %,
persentase liat 10 % dan persentase pasir sebesar 80 %. Jadi berdasarkan data tersebut
dapat ditentukan kelas tekstur tanah entisol adalah sandy loam atau lempung berpasir.
Sedangkan pada jenis tanah inceptisol diperoleh persentase fraksi debu 27 %, persentase
liat 19,7 %, dan persentase pasir 53,3 %. Dengan menggunakan segitiga tekstur dapat
ditentukan kelas tekstur tanah inceptisol adalah loam atau lempung.
Tekstur tanah sangat bermanfaat bagi tanaman yang tumbuh diatasnya,
misalnya saja pada resistensi akar tanaman kedalam tanah. Tekstur tanah juga

14
berpengaruh terhadap infiltrasi, evaporasi maupun sirkulasi.

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tekstur tanah tersebut dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :

15
1. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat dasar tanah yang sangat
mempengaruhi sifat tanah yang lainnya serta besar pengaruhnya terhadap
pengaruh tanah sebagai media tanam tanaman.
2. Pada percobaan metode kuantitatif ( sedimentasi ) didapatkan hasil fraksi
pasir 80 %, fraksi liat 10 %, dan fraksi debu 10 % sehingga termasuk
dalam kelas tekstur tanah sandy loam atau lempung berpasir.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam memilih lahan untuk pertanian yang diperhatikan masalah
tekstur tanah karena mempengaruhi sifat – sifat tanah yang lainnya serta kandungan
bahan organik dan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah terdiri dari butir-butir tanah dari berbagai ukuran. Bahan tanah yang
berukuran > 2mm disebut bahan kasar yaitu kerikil sampai batu, sedangkan bahan-

16
bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan menjadi pasir dengan ukuran 2mm , debu
dengan ukuran 50µ dan lempung dengan ukuran < 2µ. Tanah sangat penting perannya
bagi kehidupan di bumi, salah satunya bagi tumbuhan. Tanah juga mempunyai struktur
yang berongga yang berguna untuk akar tumbuhan untuk bernafas dan tumbuh. Tanah
juga mempunyai fungsi penting untuk menyimpan air dan menekan erosi.
Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun struktur tanah.
Ruang agregat disebut sebagai piorus pori (jarmak pori), struktur tanah baik bagi
perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan ada juga pori yang
berukuran kecil (mikropori). Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir
tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu
sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksidasi-oksidasi besi dan lain-lain.
Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan)
yang berbeda.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. untuk menetapkan kerapatan butir tanah (BJ),
2. menetapkan kerapatan massa tanah (BV) dan
3. menghitung porositas tanah (n).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Struktur tanah dapat dibagi dalam struktur makro dan mikro. Struktur makro
lapisan bawah tanah adalah penyusunan agregat-agregat tanah satu dengan yang lainnya

17
sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butir-butir primer tanah ke dalam butir-
butir majemuk /agregat-agregat yang satu sama lain dibatasi oleh bidang-bidang belah
alami struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel primer tanah
(pasir, debu, fiat) menjadi butir-butir (agregat) tanah. Agregat yang terbentuk secara
alami dinamakan ped struktur tanah dijelaskan dalam bentuk ukuran dan tingkatan
perkembangan ped (Tim Asisten, 2011).
Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan partikel-
partikel primer membentuk kelompok atau gugus yang dilanjutkan dengan adanya suatu
yang dapat mengikat menjadi lebih kuat. Pembentukan agregat tanah melalui proses
penjojoyan yang dilanjutkan dengan agregasi atau tanpa diikuti proses sementasi
(Ismunandar, 2009)
Struktur tanah dapat mempengaruhi sifat fisik tanah yaitu pada kerapatan
partikel semakin mantap struktur tanah maka partikel penyusunnya juga akan semakin
rapat. Konsisitensi tanah juga ditentukan oleh seberapa mantap struktur tanah yang ada,
misalnya pada jenis struktur remah maka akan sulit mempertahankan bentuknya karena
sangat padat. Selain itu warna tanah juga berhubungan dengan struktur pembentuk
tanahnya, misalnya pada tipe struktur tanah granuler dan renah, warnanya lebih gelap
karena mengandung banyak bahan organick (Handayanto, 2009 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain adalah (Ariyanto,
2010 )
1. Lempung dan ion tertukar
2. Perekat-perekat organik
3. Tanaman dan sisa tanaman
4. Senyawa organic dan perekat
5. Mikroba
6. Binatang dan udara
Tanah hams stabil, yakni agregat-agregatnya harus cukup tahan terhadap
benturan tetesan hujan dan air. Kalau tidak demikian tanah akan menjadi hancur dan
kompak kurang dapat melakukan air, menyebabkan tanh cepat jenuh air.
Tanah yang hancur menutupi pori-pori pada lapisan atas tanah akan mengurangi

18
atas kapasitas infiltrasi air pada tanah tersebut. Tanah yang kompak pada lapisan paling
atastanah menyebabkan aerasi membentuk dan menimbulkan aliran permukaan yang
lebih besar menjadi lebih sehingga resiko aerasi tanah menjadi lebih serius (Sutanto,
2005).

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.2 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum struktur tanah dilaksanakan pada hari Selasa, 17Mei 2016 pukul
13.15 WITA.di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

19
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah pikonometer kawat pengaduk halus, thermometer
dengan ketelitian 0,1°C, botol pemancar air, corong gelas kecil, timbangan anaitik,
potongan kertas untuk lap, cawan pemanas lilin, lampu spirtus, penumpu kaki tiga,
gelas ukur, pipet ukur 10 ml, oven, dan lilin. Sedangkan bahan yang digunakan dalm
praktikum ini adalah tanahcontoh tanah entisol dan vertisol.

3.3 Cara kerja


a. Kerapatan Butir Tanah (BJ)
1. Dimbang piknometer koreng, bersih, bersumbat (a gram)
2. Diisi piknometer dengan air sulit (sampai tanda pada pipa kapiler dalam
sumbatnya.
3. Ditimbang piknometer penuh dengan air (b gram) kemudian ukur tempratur
air dalam piknometer dengan pembulatan kurang 0,5°C dibulatkan kebawah
lebih dari 0,5°C dibulatkan keatas (misal tic ) lihat dalam daftar yang tersedia
berapa BJ terakhir pada tempratur itu.
4. Air dalam piknometer dibuang, dibersihkan semua tetesan air yang mungkin
ada dibagian luar peknometer dengan lap kemudian keringkan bagian
dachilnya.
5. Diisi piknometer dengan tanah dengan menggunakan corong gelas kecil
kira-kira seberat 59. Pasang sumbatnya dan ditimbang.

6. Diisi piknometer dengan air kira-kira setengahnya tanah diaduk-aduk kuat


untuk menghilangkan udara yang terserap dalam tanah.
7. Keesokan harinya penghilangan gelembung udara yang masih tertinggal
diulang kembali.
8. Ditimbang piknometer berisi tanah penuh dengan air (d gram). Untuk
tempratur air dan piknometer.Lihat dalam daftar berapa BJ it dalam
tempratur.

20
b. Kerapatan Massa (BV)
1. Diambil sebongkah contoh tanah sedemikian rupa, sehingga dapat masuk
kedalam tabung ukur dengan longgar. Dibersihkan dengan hati-hati butir
tanah yang menempel lemah dipermukaan, lalu diikat dengan benang secara
hati-hati sehingga dapat digantung. Ditimbang bongkah tanah ini ( a gram ).
2. Dicairkan lilin dalam cawan pemanas sampai encer. Dicelupkan seluruhnya
bongkah tanah kedalam lilin cair terus diangkat dan dibiarkan tergantung
sampai lapisan lilin yang melipitinya membeku.
3. Ditimbang bongkah tanah berlilin ( b gram ).
4. Diisi tabung dengan air sampai volume tertentu dengan tepat ( misal p ml )
bongkahan tanah berlilin ditenggelamkan kedalam air yang menyebabkan
permukaan air akan naik.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Dari percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil pengamatan struktur tanah

21
No Jenis tanah BJ BV Porositas total
(g/cm3) (g/cm3) tanah (%)
1 Entisol 1,92 0,55 72

2 Vertisol 2,2 1,41 36

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini jenistanah yang diamatiyaitu tanah entisol dan vertisol.
Tanah entisol adalah tanah yang bertekstur granuler remah.Pada tanah entisol
didapatkan hasil kerapatan tanah (BJ) sebesar 1,92g/cm. Kerapatan tanah (BV) 0,55
g/cm. Porositas total tanah 72 % tanah ini menunjukkan ukuran butir-butir tanah sedang.
Tanah entisol dapat menggmpal ukuran tekskturnya sedang sehingga strukturnya kasar
dan kemantapan lemah yang menyebabkan tanah ini mudah dihancurkan. Tanah ini
dapat menggumpal karena fraksi debu dan liat masih ada,meskipun jumlahnya sedikit
dari pada fraksi pasir. Ukurannya yang relatif besar dan memiliki luas permukaan yang
lebih kecil,sehingga daya ikat antar fraksi lemah.
Selain itu tanah yang digunakan adalah tanah vertisol. Tanah vertisol memiliki
struktur tanah yang kurang stabil, hal ini menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi
karena mudah hancur oleh energy dan air. Permeabilitas tanah yang lambat dapat
menyebabkan tanah mudah jenuh air dan mudah terjadi aliran permukaan sehingga
potensi terhadap bahaya erosi.
Dalam bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman menjadi
penentu seberapa besar hasil panen yang akan di dapat. Tanaman membutuhkan suplay
air dan unsur hara yang optimal untuk proses fotosintesis, sedangkan suplay air dan
unsur hara ini sangat tergantung oleh tipe struktur tanah yang menjadi tempat tumbuh
tanamantersebut. Jika strukturnya terlalu mantap maka air akan sulit untuk
menembusnya,sebaiknya jiak kemantapan strukturnya terlalu lemah maka air akan sulit
untuk menembusnya, sebaiknya jika kemantapan strukturnya terlalu lemah maka

22
ketersediaan unsur hara dan air akan sedikit karena air tidak dapat mengukur unsur hara
dan air dengan kuat Oleh karena itu dibutuhkan struktur tanah yang seimbang untuk
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman sehingga hasil panen akan melimpah.
Struktur tanah merupakan gabungan dari butiran-butiran tanah karena adanaya
penggumpalan partikel debu, liat, dan pasir yang terikat sama lain oleh suatu perekat
yang berupa bahan-bahan oraganik besi oksida-oksida yang lain.

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada tanah entisol didapatkan hasil BJ = 1,92 g/cm3sedangkan pada tanah

23
vertisol didapatkan hasil BJ = 2,2 g/cm3.
2. Pada tanah entisol didapatkan hasil BV = 0,55g/cm3sedangkan pada tanah
vertisol didapatkan hasil BV = 1,41 g/cm3.
3. Porositas dalam tanah entisol adalah sebesar 72 % sedangkan pada tanah vertisol
porositasnya adalah sebesar 36 %.
5.2 Saran
Sebelum dilakukan penanaman dengan tanah vertisol perlu dilakukan identifikai
terhadap struktur tanah yaitu berapa BJ dan BVnya agar tanaman yang ditanam cocok
dengan tanah tersebut, sedangkan pada tanah entisol sebaiknya tanah ini cocok untuk di
tanami cabe atau kacang-kacangan karena bentuk atau struktur tanahnya kasar.

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsistensi tanah menunjukkan daya kohesi butir-butir tanah atau gaya adhesi

24
butirbutir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap
gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya tersebut misalnyapencangkulan, pembajakan
dan sebagainya. Tanah yang mempunyai konsistensi baik pada umumnya mudah diolah
atau tidak melekat pada alat pengolahan tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi yaitu basah,
lembab dan kering. Konsistensi tanah basah merupakan konsistensi tanah pada kondisi
kadar air tanah di atas kapasitas lapang. Konsistensi lembab merupakan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
Batas konsistensi dapat diketahui melalui test laboratorium dimana akan didapat
pula variasi berbagai keadaan konsistensi tanah. Peningkatan konsistensi tanah
merupakan harga mutlak dan sangat peka terhadap keadaan lingkungan. Tekanan serta
berbagai keuletan yang mempengaruhi bentuk tanah.Selain menentukan langkah
pengolahan tanah yang tepat konsistensi juga menentukan kemampuan tanah di lahan
tersebut untuk mendukung pertumbuhan tanaman.Konsistensi mempengaruhi jumlah
oksigen dan air di dalam tanah yang merupakan kebutuhan sesuai pertumbuhan
tanaman.Oleh karena itu konsistensi tanah hams tepat agar pengelolaan tanah yang
dilakukan berjalan baik serta dapat diusahakan secara baik.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum konsistensi tanah ini adalah :
1. menetapkan batas cair tanah (BC),
2. menetapkan batas lekat tanah (BL),
3. menetapkan batas gulung tanah (BG),
4. menetapkan batas berubah warna(BBW),
5. a. Menghitung jangka olah tanah,
b. Menghitung indeks plastisitas tanah ( Ip ),
c. Menghitung persediaan air maksimum dalam tanah ( PAM ).

25
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-


partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan
bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi

26
bentuk tanah. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensiyang baik umumnya mudah
diolah dan tidak melekat pada alat pengolahan tanah.Oleh karena itu tanah dapat
ditemukan dalam keadaan basah, lembab, dan kering, maka penyifatan konsistensi tanah
hams disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.Konsistensi tanah dapat ditentukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan
memirit-miritkan atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara kuantitatif
dilakukan dengan cara penentuan angka atterberg (Nurhidayati, 2006).
Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan
tidak melekat pada alat pengolah tanah.Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan
dalam tiga kondisi, yaitu : basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu
pentingnya mengetahui konsistensi. Tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara
atau konsistensi tanah untuk mengetahui tanah tersebut layak apa tidak untuk dikelola
sebagai lahan pertanian (Harjdowigeno, 2009).
Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh
adanya gaya kohesi konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya
adhesi. Konsistensi rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sangat basah atau
jenuh air (Yuswar, 2006).
Terdapat beberapa batas konsistensi diantaranya batas cair (BC) yang
merupakan kandungan lengas tanah pada soot tanah dapat mengalir tanpa tekanan
dibawah standar getaran.Batas lekat (BL) adalah kandungan lengas pada saat tanah
masih kering yang dibasahi secara perlahan dan mulai melekat pada logam.Batas gulung
(BG) adalah kandungan lengas pada mat keliatan mulai terasa dan tanah dapat dibentuk
sesuai dengan yang dikehendaki dan batas berubah warna (BBW) adalah kandungan
lengas tanah pada saat pasta mulai kering karena masihada air kapiler (Susanto, 2005).
Tanah yang tidak melekat pada tanah menunjukkan dalam kondisi basah, tanah
hanya mengandung oksigen dan udara lain padahal udara juga merupakan factor penting
pertumbuhan tanaman (Bouma, 2006).
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan bekerjanya
gaya kohesi (tank menarik antar partikel) dan adhesi (tank menarik antara partikel

27
dengan air) dengan berbagai kelembaban tanah (Elfarisna, 2011).

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Mei 2016 pukul 13.15
WITA.di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

28
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum ini digunakan beberapa alat yaitu satu set alat casagrande,
cawan penguap diameter 12 cm, botol pemancar, 4 buah timbangan, timbangan analitik,
gelas beaker 500 ml, oven, eksikator, sehelai kertas grafik semilog. Sedangkan bahan
yang digunakan dalam praktikum konsistensi tanah ini adalah contoh tanah entisol dan
aquades.

3.3 Cara Kerja


a. Batas Cair Tanah (BC)
1. Disiapkan 100 g contoh tanah dimasukkan ke dalam gelar beaker 500 ml,
diberikan air secukupnya dan diaduk sampai merata.
2. Dipindahkan sebagian pasta tanah di dalam cawan casagrande dan diratakan
sehingga ketebalan 1 cm.
3. Dibelah pasta tanah pada cawan casagrande menjadi 2 bagian menggunakan
pengalur (colet). Pembelahan dimulai dan sisi atas cawan.
4. Diputar engkol pemutar cawan pada casagrande dengan kecepatan dua
putaran perdetik sampai alur pada cawan menyatu sepanjang 1,27 cm.
5. Dicatat jumlah ketukan yang didapat untuk mencapai keadaan (butir 4),
kemudian diambil contoh tanah disekitar alur yang telah menyatu untuk
ditetapkan kadar lengasnya secara gravimetric menggunakan oven pada suhu
105°C selama 4-8 jam.
6. Penetapan kadar lengas tersebut dilakukan pada jumlah ketukan antara 15-40
ketukan untuk membentuk alur sepanjang 1,27 cm.
7. Batas cair diperoleh dengan menentukan lengas tanah pada 25 ketukan,
dengan menggunakan bantuan rumus sebagai berikut :
Wp25/Wpn = (n/25)0,121
b. Batas Lekat Tanah(BL)
1. Disiapkan contoh tanah 100 g (diameter ukuran jarak 2 mm), masukkan ke
dalam gelas beaker. Basahi dan aduk merata dengan spatula atau pengaduk.

29
2. Ditambakan air suling dan diaduk terus dilakukan agar terbentuk pasta yang
homogeny.
3. Diambil pasta tanah tersebut dan gumpalkan pada tangan kemudian tusukkan
spatula/pengaduk yang telah disediakan. Penusukkan dilakukan hingga
kedalaman 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm/detik, kemudian pengaduk ditarik
dengan kecepatan2,5 cm/detik.
4. Diperiksa permukaan pengaduk :
a. Bila bersih berarti batas lekat belum tercapai (lengas masih berada
dibawah batas lekat). Perlu penambahan air lagi dan pastakan.
b. Bila seluruh tusukan berisi (dilengketi tanah), maka berarti lengas tanah
berada diatas batas lekat, perlu penambahan tanah lagi dan pastakan.
c. Bila 1,3 atau 0,8 dan ujung penusuk dilekati tanah, maka berarti batas
lekat telah tercapai.
5. Diambil contoh tanah tersebut untuk ditetapkan kadar lengasnya
menggunakan oven pada suhu 105-110°C.
c. Batas Gulung Tanah (BG)
1. Disiapkan contoh tanah 100 g, masukkan keaalam gelas beaker, tambahkan
air suling sambil diaduk hingga merata. Contoh tanah akan berbentuk bola
tetapi tidak melekat ditangan. Jika bola terlihat retak, maka perlu
penambahan air lagi.

2. Bola tanah itu diuli atau digulung di atas bidang permukaan rata (missal
kaca, porselen). Pengulian dilakukan dengan kecepatan 80-90 gerak setengah
putaran permenit sampai terbentuk pita-pita (benang) tanah berdiameter 0,3
cm. Jika pita-pita tanah tersebut menunjukkan keretakan taua patah maka
batas plastisitas tercapai. Jika tidak, berarti kelengasannya terla1u tinggi dan
pengaturan kelengasannya dengan menambahkan tanah, perlu diulangi
kembali dan dilanjutkan dengan pengulian lagi hingga tercapai criteria batas
plastis di atas.
3. Diambil pita-pita tanah yang telah memenuhi criteria tersebut untuk

30
menetapkan kadar lengasnya dengan oven pada suhu 105-110°C.
d. Batas berubah warna (BBW)
1. Diratakan sampai tipis dan licin pasta tanah pada permukaan papan
menggunakan pengaduk/spatula. Ketebaannya dibuat sedemikian rupa
sehingga menipis diagian tepi. Ketebaan bagian tengah > 3 mm.
2. Disismpan ditempat yang bebas dari sinar mataharai langsung dan kering
dianginkan. Pada waktu lengas menguap. Maka warna tanah akan berubah
dari bagian epi dan perlahan kebagian tengah.
3. Setelah perubahan warna mencapai lebar > 0.,5 cm, bagian yang berubah
warna sini diambil bersama – sama dengan bagia yang ada disampingnya
yang lebih gelap selebar 0,5 cm untuk ditetapkan kadar lengasnya sebagai
BBW.

BAB IV. HASILDAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Adapun hasil praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. konsitensi tanah

31
Angka Nilai Jumlah % Kadar Harkat Angka
Atterberg a b C Ketukan Lengas Atterberg
BC 15,07 27,01 23,22 30 46,50 -
BL 15,06 22,40 20,42 - 36,94 -
BG 15,38 25,46 22,76 - 36,58 -
BBW 18,37 24,29 22,74 - 35,46 -
JO 0,36 % - - Sangat rendah
IP 9,92 % - - Rendah
PAM 11,04 % - - Sangat rendah

4.2 Pembahasan
Batas cairmerupakan kemampuan tanah dalam menahan air. Bila harkat semakin
tinggi, maka tanah tersebut akan tahan terhadap tekanan yang ada diluar dan akan tetap
berada padakondisi alaminya. Dari hasil praktikum didapatkan persentase kadar lenas
batas cair sebesar 46,50. Karena harkatnya tinggi berarti tanah entisol tahan akan
tekanan dari luar.
Batas lekat merupakan kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada
benda lain. Bila kadar air lebih rendah dibandingkan batas lekat maka tanah tidak dapat
melekat .tetapi ila kadar air lebih tinggi dari batas lekat maka tanah akan mudah melekat
pada benda lain. Persentase batas lekat yang didapatkan pad praktikum ini sebesar
36,94. Berarti harkatnya tinggi.ini menandakan tanah entisol adalah tanah yang mudah
diolah.
Batas gulung adalaha kadar air dimana tana sedah tidak dapat digulung lagi.
Hasil persentase yang didapat pada praktikum sebesar 36,58.
Batas berubah warna adalah tanah yang telah mencapai batas gulung dan masih
dapat terus kehilangan air sehingga lambat lan kering dan tanah akan menjadi lebih
terang. Batas berubah warna merupakan batas terendah kadar air yang dapat diserap
tanaman. Pada praktikum didapat persentase sebesar 35,46 yang bias diilang cukup
tinggi.
Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap tekanan gaya – gaya dari

32
luar, yang merupaka indikator derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya fisik ( kohesi
dan adhesi ) yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat kejenuhan airnya.
Penurunan kadar air akan menyebabkan kehilangan sifat kelekata ( stickness ) dan
keliatan ( plasticity ), menjadi gembur ( friable ) dan lunak ( soft ) srta menjadi keras
dan kaku ( coherent ) pada saat kering. Konsistensi tanah entisol tidak terlalu lekat
memiliki struktur yang remah dan gembur yang berarti sangat gampng untuk diolah.
Konsistensi dipengaruhi oleh tekstur, sifat dan jumlah koloid organic maupun
anorganik. Struktur yang paling utama adalah kadar air. Tanah bertekstur sama dapat
berbeda konsistensinya karena berbeda macam lempungnya.
Jangka olah adalah jangka antara mudah atau tidaknya tanah untuk diolah
dengan penambahan air, sampai mudah atau tidaknya tanah dirombak atau dibajak.
Jangka olah menunjkan perbedaan kandungan air pada batas lekat dan batas gulung.
Hasl yang diperoleh pada praktikum ini sebesar 0,36 % yang berarti tanah entisol sukar
diolah. Berdasarkan perhitungan diperoleh indeks plastisitas sebesar 9,92 %. Indeks
plastisitas merupakan perbandingan antara bata cair dengan batas gulung. Karena 9,92
% merupakan harkat yang tinggi ini menandakan tanah entisol akan mudah diolah.
Persediaan air maksimm adalah renta antara batas cair sampai batas berubah warna.
Semakin kecil rentannya maka semakin kecil pula kemampuan tanah dalam menyimpan
air yang bias digunakan tanaman. Diperoleh hasil sebesar 11,04 % pada percobaan yang
membuktikan bahwa air yang tersedia bagi tanaman dalam tanah entisol cukup tinggi.

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Nilai batas cair tana sebesar 15,07 (a), 27,01 (b), dan 23,22 (c) dengan jumlah

33
ketukan sebanyak 30 ketukan. Dari nilai – nilai tersebut, yait nilai a, b dan c dapat
diketahui kadar lengasnya sebesar 46,50 %.
2. Nilai batas lekat tanah sebesar 15,06 (a), 22,40 (b) dan 20,42 (c). dari nilai a, b dan
c dapat diketahui kadar lengasnya sebesar 36,94 %.
3. Nilai batas gulung tanah sebesar 15,38 (a), 25,46 (b) dan 22,76 (c). dari nlai a,b dan
c dapat diketahui kadar lengasnya sebesar 36,58 %.
4. Nilai batas berubah warna sebesar 18,37 (a), 24,29 (b) dan 22,74 (c). dari nilai a.b
dan c dapat diketahui kadar lengasnyanya sebesar 35,46 %.
5. Nilai jangka lolah tanah (JO), indeks plastisitas (Ip) dan persediaan air maksimum
dalam tanah (PAM) berturut – turut sebesar 0,36 %, 9,92 % dan 11, 04 %.
6. Konsistesnsi tanah entisol tidak terlalu lekat memiliki struktur yang remah dan
gembur yang berarti sangat gampang untuk diolah.

5.2 Saran
Pada saat praktikum, apabila tanah mengalami kerekatan maka perlu
ditambahkan air, sedangkan apabila tanah tersebut lunak maka perlu ditambahkan tanah
yang digunakan pada praktikum.

BAB I. PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak
digunakan untuk mendeskripsi karakter tanah, karena mempunyai efek langsung

34
terhadap tanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap
temperature dan kelembaban tanah. Warna tanah meliputi putih, merah, coklat, kelabu,
kuning dan hitam, kadanng kala dapat juga berwarna kebiruan atau kehijauan.
Kebanyakan tanaman mempunyai warna yang tidak murni tetapi campuran
kelabu, coklat dan bercak. Kerap kali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot yang
disebut karatan. Warna bercak pada tanah juga merupakan indikator terjadinya proses
reduksi oksidasi secara sebentar-sebentar akibat adanya kelebihan air dan buruknya
aerasi yang terjadi secara indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktifitas basa
secara umum dikatakan bahwa makin gelap tanah maka makin tinggi produktifitas.
Reaksi tanah dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu: masam, netral, dan basa.
Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki
sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut pada curah
hujan yang tinggi serta akibat bahan organik yang terdapat di Indonesia mempunyai
aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracuna H+.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum pada acara ini adalah untuk mengetahui cara menentukan
warna tanah dan mengukur pH tanah actual dan potensial serta menentukan muatan
tanah melalui pengukuran pH.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Warna tanah merupakan sifat morfologi yang bersifat nyata dan mudah
dikenali. Warna tanah dapat digunakan sebagai petunjuk sifat-sifat tanah seperti,

35
kandungan bahan organik, kondisi drainase, aerase serta menggunakan warna tanah
dalam mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon dalam
tanah ( Hakim, 2006 ).
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah.
Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang
dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan
spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin
luas permukaan spesifik menyebabkan maikn dominan menetukan warna tanah,
sehiungga warna butir koloid tanah ( koloid organik dan koloid anorganik ) yang
memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi
warna tanah ( Hanafiah, 2007 ).
Menurut Wirjodiharjo dalam Sutejo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas
warna tanah dipengaruhi oleh tiga factor berikut, yaitu: (1) Jenis mineral dan jumlahnya,
(2) Kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingakt hidratasi. Tanah
yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna
putih pada tanah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai
merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap
(kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna
tanah akan tampak lebih terang (Wirjodiharjo,2002).
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan
pH dengan ketersediaan unsur hara, juga terdapat beberapa hubungan antara pH dengan
semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh
pencampuran satu bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air sampai mendekati
keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspense tanah (Poerwowidodo, 2000).
Hasil pengukuran pH H2O tanah menunjukkan terdapat beda nyata antar
pelakuan. Tanah yang tidak diperlakukan dengan budidaya organik menunjukkan
kecendrungan pH lebih rendah. Lebih rendahnya pH pada pertanian non organic
disebabkan pemakaian pupuk pabrik terutama urea yang makin lama akan memasamkan
tanah. Bahan organik mempunyai daya sanggah (buffer capacity) yang besar sehingga
apabila tanah cukup mengandung komponen ini, maka pH tanah relative stabil.

36
Sedangkan pH KCl menunjukkan jumlah hydrogen yang mendominasi kompleks
pertukaran dan larutan tanah. Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa 2 perlakuan
pertanian non organik yang menunjukkan beda nyata, sementara 4 lainnya (2 pertanian
organik dan 2 pertanian non organik) menunjukkan tidak beda nyata. Hal ini sesuai
dengan pernyataan bahwa waktu 5 tahun belum cukup mempengaruhi sifat dakhil tanah
(Utami dan Handayani,2003).

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini dilaksanakan pada hari Selasa, 07 Juni
2016, pukul 13.15 WITA. diLaboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Mataram.

37
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Alalt-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Munsell Soil Color
Chart (MSCC), botol semprot, botol kocok, timbangan analitik, dan pH
meter.sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah contoh
tanah kering angin entisol dan inceptisol, aquades, KCl 0,1 N, dan pH stick.

3.3 Prosedur Kerja


A. Penentuan Warna Tanah
1) Diambil bongkah tanah dengan permukaan yang asli.
2) Warna tanah dibandingkan dengan warna-warna pada buku Munsell Soil Color
Chart.
3) Dicatat Hue, Value, dan Kroma. Jika ada bercak dan konkresi ditentukan juga
warnanya.
4) Dilakukan pengamatan serupa (bongkah-bongkah) untuk tanah T1, T2, dan T3.

B. Pengukuran pH Tanah
1) Ditimbang contoh tanah 5 gr, kemudian dimasukkan ke dalam botol kocok.
2) Ditambahkan aquades 25 ml untuk menentukan pH actual (H2O) dan 20 ml KCl
0,1 N untuk menentukan pH potensial (KCl).
3) Dikocok tanah tersebut sehingga tanah betul-betul larut selama 5 menit,
kemudian didiamkan selama 15 menit.
4) Diukur pH tanah dengan pH meter dan pH stick (indicator universal).

38
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Tabel 1. Menentukan warna tanah

39
Jenis Tanah Hue Value Chroma Warna Tanah

Inceptisol kering 7,5 YR 7 1 7,5 YR 7/1

Inceptisol lembab 7,5 YR 3 3 7,5 YR 3/3

Entisol kering 5 YR 4 1 5 YR 4/1

Entisol lembab 10 YR 4 1 10 YR 4/1

Tabel 2. Mengukur pH tanah menggunakan pH meter

Jenis Tanah Nilai pH Keteranagan pH

Inceptisol 7,4 Netral

Entisol 7,9 Agak basa

4.2 Pembahasan
Tanah merupakan suatu system mekanik yang kompleks terdiri dari mekanik
tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair dan gas. Fase padatan hampir 50 % volume
tanah, sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan bahan organik. Sisa 50 % volume
merupakan ruang pori yang ditempati oleh fase cair dan gas yang perbandingannya
dapat berpariasi menurut musim dan pengolahan tanah.
Pada percobaan ini digunakan dua jenis tanah yang berbeda yaitu inceptisol dan
vertisol. Tanah inceptisol merupakan tanah muda karena pembentukannya agak cepat,
sebagian hasil pelapukan bahan induk. Warna tanah ini hitam atau kelabu sampai
cokelat tua karena memiliki bahan organic yang timggi hasil dan hasil yang didapat
pada praktikum tanah inceptisol kering mempunyai Hue sebesar 7,5 YR, Value 7 dan
Chroma 1 dinotasikan 7,5 YR 7/1 menurut buku “Munsell Soil Colour Chart”

40
sedangkan pada saat lembab kandungan Hue tetap 7,5 YR, namun Value dan Chroma
berubah menjadi 3 dinotasikan 7,5 YR 3/3, perubahan warna ini disebabkan oleh
perubahan kondisi tanah yang awalnya kering menjadi lembab. Tanah vertisol
merupakan tanah yang berwarna abu-abu gelap hingga kehitaman terdiri dari banyak
mineral lempung yang dapat mengembang dan mengkerut. Kandungan bahan organic
lapisan ini pada umumnya rendah, yaitu 1-3,5 persen, pada perbandingan warna tanah
menggunakan buku “Munsell Soil Colour Chart” didapatkan hasil tanah vertisol kering
Hue 5 YR, Value 4 dan Chroma 1 dinotasikan 5 YR 4/1. Sedangkan pada tanah vertisol
lembab Hue 10 YR, Value 4 dan Chroma 1 dinotasikan 10 YR 4/1.
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan
kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah
semakin gelap. Selain itu warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya
senyawa besi (Fe) yang didapat. Di daerah yang berdrainase buruk, dalam arti tanah
sering terendam air, sel tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam
reduksi (Fe++). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tidak pernah terendam air, Fe
terdapat dalam kondisi oksidasi (Fe+++).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap pH tanah. Pada pengukuran pH
tanah digunakan dua jenis tanah berdiameter sama, tetapi berasal dari lapisan yang
berbeda yaitu inceptisol dan vertisol. Untuk mengukur tingkat kemasaman dua jenis
tanah tersebut, dibagi menjadi 2 botol kocok. Satu botol kocok inceptisol dan vertisol
diberi 25 ml aquades.

Diukur menggunkan pH meter dan hasil yang didapatkan yaitu 7,4 dan bersifat
netral untuk tanah inceptisol. Namun walpoun pada praktikum kali ini didaptakan hasil
netral yaitu 7,4 tetap saja tanah inceptisol kurang cocok untuk digunakan sebagai lahan
pertanian dan lebih cocok untuk dijadikan lahan perkebunan. Sedangkan pada tanah
vertisol didapatkan hasil pengukuran pH 7,9 yang bersifat agak basa.

41
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum yang telah

42
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pada penentuan warna tanah, tanah inceptisol kering diperoleh hasil 7,5 YR 7/1
sedangkan pada tanah inceptisol lembab diperoleh hasil 7,5 YR 3/3.
2. Pada penentuan warna tanah, tanah vertisol kering diperoleh hasil 5 YR 4/1
sedangkan pada tanah vertisol lembab diperoleh hasil 10 YR 4/1.
3. Pada pengukuran pH tanah menggunakn pH meter, tanah inceptisol ditambahkan
H2O pHnya 7,4 dan bersifat netral. Sedangkan tanah vertisol ditambahkan H2O
pHnya 7,9 bersifat agak basa.

5.2 Saran

Warna dan pH tanah dapat dijadikan salah satu patokan dalam menentukan
lahan yang akan digunakan sebagai lahan pertanian.

\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

43
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperliahtkan berbagai
lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah
secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah.
Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan
bersamaan dan meruupakan bagian pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat-
sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci dilaboratorium dengan
menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan cara
pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk mempelajari
perkembangan profil untuk menetapkan jenis tanah maka disebut contoh tanah satelit.
Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat
kesuburan tanah disebut contoh tanah komposit. Pengambilan contoh tanah secara
komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan dengan pengambilan
secaara individu ( Peterson dan Calvin, 1984). Adalagi contoh tanah yang diambil
dengan pengambilan sampel (core) dan disebut dengan contoh tanah utuh yang biasanya
digunakan untuk menetapkan sifat tanah. Disebut contoh tanah utuh karena struktur
aslinya seperti apa adanya dilapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau
seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah terganggu. Oleh Karena itu
dilakukan praktek lapanga untuk membandingka hasil percobaan dilaboratorium dangan
apa yang ada dilapangan.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati profil tanah secara kuantitatif (
lapangan ).

44
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah sumber daya alam yang sangat penting dibidang pertanian dan
dibidang-bidang lain, karena tanah merupakan salah satu sumber daya alam penyusun
lahan. Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman sekaligus penyedia unsure hara bagi
tanaman sehingga perlu dipelajari keberadaannya ( Rohardjo, 2005).
Tekstur tanah menunjukan komposisis partikel penyusun tanah (separate) yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antar fraksi pasir, fraksi debu
dan fraksi liat. Tekstur tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran dari yang
sangat halus sampai kasar (Hanafiah, 2008).
Struktur tanah merupaka sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
keruangna partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lainnya membentuk
agregat. Agregat-agregat ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan ( ketahanan )
yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya ( Handayani dan Sudarminto, 2002 ).
Bahan organik tanah terdiri dari semua sisa mahluk hidup, baik yang berasal dari
manusia, hewan maupun tumbuhan dan termasuk mikroorganisme didalam tanah baik
yang sedang melapuk. Bahan organik sangat besar perabaikan struktur tanah,
menanmbah kemampuan tanah untuk menahan unsure-unsur hara dalam arti kapasitas
kation tanah menjadi tinggi dan sebagai sumber energy bagi kehidupan organism.
Bahan organik tanah sangat menetukan jenis tanaman apa yang akan ditanam (
Darmawijaya, 2005 ).
Sifat tanah berbeda-beda, misalnya ada yang berwarna merah, kelabu dan ada
bertekstur pasir, debu dan liat.membedakan tanah menjadi tanah merah, tanah hitam,
tanah kelabu, atau tanah pasir, tanah debu, tanah liat dan sebagainya. Berarti kita telah
melakukan klasifikasi tanah meskipun dengan cara yang sederhana. Jadi klasifikasi
tanah adalah usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat-sifat yang
dimilikinya. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukkan

45
kedalam satu kelas yang sama (Hardjowigeno, 2003).

46
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu, 29 Mei 2016 pukul 07.00 sampai
12.00 WITA. Dikebun percobaan Universitas Mataram di Narmada Lombok Barat,
NTB.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain, buku “Munsell Soil Colour
Chart”, pisau, pH stik, pipet tetes, piring arloji dan meteran. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah profil tanah, KCl, H2O dan H2O2.

3.3 Prosedur Kerja


1. Diamati “profil tanah” diukur setiap horizon-horizon yang ada.
2. Ditentukan bentuk-bentuk setiap horizon.
3. Diamatai dan diambil tanah untuk melihat apakah ada busa, kemudian tentukan
jumlah busa, bentuk, kejelasan dan warnannya.
4. Dipilih dengan mengambil tanah disetiap horizon dirasakan dan ditentukan
teksturnya.
5. Diambil tanah disetiap horizon dan ditentukan strukturnya, kekuatan, tipe dan ukuran.
6. Ditentukan warna dari setiap horizon.
7. Ditentukan pH, kandungan bahan organiknya dan kandungan zat kapur.
8. Dicatat hasilnya.

47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Tabel 1. Hasil pengamatan kedalaman sampel
Kedalaman Kedalaman lapisan (cm) Bebatuan (cm)
Sampel 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
91,5 17 21 16 16,5 21 0 1 2 2 3

Table 2. Hasil pengamatan tekstur tanah


Tekstur Kelas
Lapisan % Liat % Debu % Pasir Tekstur Struktur
1-5 34 21 39 Lempung liat bederbu Lempung

Tabel 3. Hasil pengamatan pH dan warna tanah


pH Warna Bahan
Laisan KCl H2O Tanah Organik
1-5 6 6 Cokelat 3%

4.3 Pembahasan
Tanah adalah sumber daya alam yang sangat penting dibidang pertanian dan
dibidang-bidang lain, karena tanah merupakan salah satu sumber daya alam penyusun
lahan. Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman sekaligus penyedia unsure hara bagi
tanaman sehingga perlu dipelajari keberadaannya.
Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperliahtkan berbagai
lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah
secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah.
Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan
bersamaan dan meruupakan bagian pengamatan profil tanah.

48
Pada praktikum lapangan atau survei tanaha dilapangan merupakan suatu
kegiatan untuk memperoleh informasi tentang keadaan tanah pada masing-masing
lapisan atau horizon. Pada saat pengamatan didapat tanah memiliki 5 horizon yang
memilikinkarakteristik dari ketebalan, batas, bentuk, warna, pH, kandungan bahan
organic dan kandungan zat kapur yang berbeda-beda.
Profil tanah memiliki kedalaman 91,5 cm dari seluruh lapisanyang terdiri dari 5
lapisan dan tiap lapisan memiliki kedalaman yang berbeda-beda pada lapisan pertama
hingga lapisan kelima berturut-turut yaitu 17, 21, 16, 16,5 21. Nilai dari bebatuan yang
terdapat pada tiap lapisan juga berbeda yaitu secara berturut-turut 0, 1, 2, 2, 3. Pada
kelas tekstur dapat ditentukan kelasnya yaitu lempung liat berdebu dan memiliki
struktur yang lempung.
Dalam penentuan pH tanah dilakukan dengan 2 cara, yaitu actual dan potensial.
Cara potensial dilakukan dengan menambahkan KCl dan cara aktual dengan
menambahkan aquades kedalam tanah dari kelima lapisan yang sudah dihomogenkan.
pH yang didapatkan setelah penambahan KCl dan aquades ini adalah 6 yang
menandakan pH tanah tersebut sudah agak masam. Kandungan bahan organik (BO)
ditentukan dengan melihat gelembung pada tanah setelah ditanbahkan H2O2. Dalam
penambahan H2O2 ini didapatkan hasil bahan organic sebesar 3 % dan ini menandakan
bahwa tanah tersebut lumayan dalam pemenuhan bahan organic bagi tanaman. Warna
tanah cokelat disebabkan karena merupakan lapisan hasil pencucian.
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa tanah ini sudah lumayan bagus untuk
dijadikan lahan pertanian namun masih perlu dilakukan pengolahan seperti penambahan
pupuk kompos agar pH tanah menjadi netral, dan tanah benar-benar dalam kondisi yang
baik untuk ditanami agar hasil yang didapatkan maksimal dan sesuai dengan yang
diharapkan.

49
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ini didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Setiap lapisan mempunyai kedalaman yang berbeda-beda dan mempunyai kandungan
yang berbeda pula.
2. Semakin keatas lapisan tanah, maka semakin sedikit ditemui bebatuan.
3. Kelas tekstur pada masing-masing lapisan berbeda-beda.
4. Masing-masing struktur la[isan tanah adalah lempung.
5. pH tanah yang didapatkan dengan cara aktual dan potensial adalah 6.
6. Warna tanah cokelat disebabkan proses pencucian.
7. Persentase kandungan bahan organic sebesar 3 %.

5.2 Saran
Profil tanah sangat menentukan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, profil tanah
yang baik sangat cocok untuk bercocok tanam atau dijadikan lahan pertanian.

5.3 Kesan dan Pesan


5.3.1 Kesan
Kesan saya selama mengikuti praktikum ini baik namun sedikit terganggu
dengan format laporan yang di masing-masing asisten praktikum berbeda-beda.
5.3.2 Pesan
Sebaiknya untuk format laporan di masing-masing asisten praktikum itu sama
karena kadang disebabkan format laporan itu praktikan menjadi bingung untuk
mengikuti yang mana dan pada saat acara praktikum lapangan sebaiknya disiplin waktu
perlu diperhatikan dan ditingkatkan.

50

Anda mungkin juga menyukai