Anda di halaman 1dari 2

History Pesantren

Eko Maman, seorang anak dari 3 bersaudara di keluarga yang sejahtera, setiap hari ketiga
bersaudara itu dibimbing dengan rasa kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Dididik dengan berbagai
ilmu pengetahuan, ilmu agama sehingga membuat ketiganya menjadi pemuda yang baik dan alim.
Ketika itu Eko Maman duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) di dekat rumahnya. Kala itu Eko berangkat
sekolah seperti biasa dan bertemu dua sahabatnya, Kesehariannya di sekolah sejak masuk sekolah
tersebut selalu bersama dua sahabatnya yang menemaninya kemana ia pergi dan belajar. Suatu ketika
Eko Maman dan dua sahabatnya sedang asyik menikmati makanan dan minuman di kantin sekolahnya,
lalu Eko sempat bertanya kepada dua sahabatnya tentang masa depan mereka bertiga setelah lulus
dari sekolahnya. Ketiganya memiliki keinginan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang berbeda-beda begitu pula dengan Eko, dirinya menginginkan masuk di salah satu
Sekolah Menengah Pertama (SMP) favorit di pusat kota daerahnya. Setelah pulang sekolah Eko pun
menyampaikan keinginannya kepada sang ayah tentang masa depannya melanjutkan pendidikan yang
lebih tinggi. Sang ayah mendengarkan penjelasan dari Eko tentang keinginannya bersekolah di salah
satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) favorit di daerahnya, seperti yang disampaikan pada kedua
sahabatnya saat di sekolah. Setelah itu sang ayah pun memberi tanggapan terkait pendidikan Eko
selanjutnya. Ayah Eko memberi pengarahan agar ia masuk di pendidikan yang berbau Pesantren agar
memiliki tambahan ilmu agama yang kuat, sontak penjelasan sang ayah membuat kaget dirinya dan
tekat bersekolahnya menjadi menurun karena melihat kakaknya yang bersekolah di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) umum sehingga membuatnya iri.

Esok harinya Eko bertemu kedua sahabatnya dan membicarakan permasalahan yang
dialaminya, melihat masalah yang dialami oleh Eko kedua sahabatnya hanya tersenyum melihat nasib
Eko akan yang akan melanjutkan pendidikannya di dunia pesantren. Melihat respon sahabatnya yang
seolah mengejeknya karena melihat nasib Eko yang akan melanjutkan dunia pendidikannya di
lingkungan pesantren, Eko pun mengalihkan pembicaraannya dengan topik yang lain. Suatu ketika
seminggu sebelum kelulusan Sekolah Dasar (SD) Eko dan dua sahabatnya, Eko menanyakan kembali
kepada ayahnya tentang keputusan untuk melanjutkan pendidikan sekolahnya ternyata ayah Eko
tetap menginginkan dirinya untuk melanjutkan pendidikannya di dunia pesantren dengan tujuan agar
memiliki tambahan ilmu agama disamping ilmu umum di sekolah-sekolah negeri. Hal itu membuatnya
malas untuk bersekolah namun ia harus mengikuti keinginan ayahnya untuk bersekolah di lingkungan
pesantren. Dua hari sebelum kelulusan sekolahnya Eko menyampaikan perasaannya kepada kedua
sahabatnya tentang ketidak inginannya bersekolah di lingkungan pesantren. Salah seorang
sahabatnya memberi nasehat kepadanya agar mengikuti keinginan orang tuanya karena maksud
orang tuanya agar dirinya tetap menjadi pemuda yang memiliki ilmu agama yang kuat. Eko pun
menerima nasehat dari sahabatnya tersebut namun tetap ia tidak ingin sama sekali melanjutkan
pendidikannya di lingkungan pesantren.

Hingga pada acara wisuda di Sekolah Dasar (SD) Eko tiba, ia masih memikirkan dirinya
bagaimana kehidupan di pesantren yang tidak pernah sama sekali ia menginjakkan kakinya di tanah
pesantren. Hingga suatu ketika pendaftaran sekolah di salah satu pondok pesantren dibuka, Eko dan
sang ayah berangkat menuju kantor pendaftaran dan mendaftar di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di salah satu pondok pesantren. Setelah itu mereka kembali lagi ke rumah dan menunggu hari
pelaksanaan seleksi masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di pondok pesantren itu. Setelah
menunggu beberapa hari akhirnya pelaksanaan seleksi masuk sekolah itu berlangsung, Eko dan
ayahnya berangkat menuju gedung peserta seleksi masuk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang
telah mereka daftar. Kehidupan pesantren selalu menghantui dirinya selama proses seleksi masuk
sekolah itu, saat akan menjawab beberapa soal yang disajikan kepadanya Eko hanya menatap soal
tersebut tanpa menggerakkan alat tulisnya karena keinginan Eko tidak ingin bersekolah di lingkungan
pesantren. Ia menatap dan memikirkan berkali-kali soal didepannya apakah ia akan mengerjakan soal
dengan serius dan masuk di sekolah itu atau hanya mengerjakan asal-asalan agar gagal dalam seleksi
masuk sekolah itu, setelah lama memikirkan nasib soal didepannya dan sekolah yang akan ia tempati
akhirnya ia memutuskan untuk mengerjakannya namun dengan sedikit asal-asalan.

Setelah proses pengerjaan soal tes masuk sekolah yang diinginkan ayahnya, Eko melihat-lihat
gedung sekolah yang akan ia tempati jika berhasil dalam tes seleksi itu Eko berkesimpulan bahwa
sekolah itu cukup bagus baginya namun tetap keinginannya tidak bersekolah di lingkungan pesantren,
ia sangat menginginkan melanjutkan pendidikannya seperti kakak, dan kedua sahabatnya yang
bersekolah di lingkungan umum. Setelah itu ia kembali pulang dan menunggu beberapa hari untuk
melihat informasi hasil tes seleksi masuk sekolah tersebut. Setelah beberapa hari menunggu Eko dan
ayahnya kembali menuju sekolah yang akan ditempati Eko dalam belajar untuk melihat hasil dari tes
yang telah ia ikuti beberapa hari sebelumnya. Pada saat itu Eko berharap agar dirinya gagal dalam tes
masuk sekolah di lingkungan pesantren itu. Namun hal mengejutkan dirinya karena nama Eko Maman
terpampang di kertas dengan ratusan nama yang ditrima di sekolah itu, berbeda dengan ayah Eko
yang merasa senang karena melihat putera kedua yang masuk di sekolah di lingkungan pesantren. Eko
hanya terdiam dan pasrah akan hasil yang di dapatnya. Setelah melihat hasil yang didapatnya tertulis
bahwa siswa baru harus masuk pesantren dua hari setelahnya, akhirnya Eko dan ayahnya kembali
pulang dan mempersiapkan untuk masuk di pondok pesantren.

Setelah semua persiapkan telah disiapkan, akhirnya Eko berangkat menuju pondok pesantren
yang akan ditinggalinya. Sesampainya disana Eko beradaptasi dengan kegiatan yang ada di lingkungan
pesantren itu, dirinya merasa sangat tidak cocok dengan kehidupan pesantren namun tidak
cocokannya tidak ada yang tahu kecuali dirinya. Hingga beberapa hari tinggal di lingkungan pesantren
dirinya mulai merasa nyaman dengan suasana di dalamnya, dirinya begitu bersemangat dengan
kegiatan yang ada di pesantren itu mulai dari kegiatan ibadah, diniyah, sampai kegiatan di sekolahnya.
Suatu hari Eko berangkat sekolah di lingkungan pondok pesantren yang ia tempati beberapa hari
sebelumnya, disana Eko menjadi siswa yang mengikuti kegiatan sekolahnya dengan baik hingga
dirinya menjadi siswa terbaik di seangkatannya. Disitulah Eko mulai lebih bersemangat dalam belajar
baik ilmu agama maupun ilmu umum. Ia yakin dirinya juga bisa bahkan lebih baik dibandingkan
temannya yang bersekolah di lingkungan sekolah umum. Begitu pula dengan kegiatan di pondok Eko
banyak mendalami ilmu agama yang dulu ia benci semasa duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Di
pondok pesantren itulah eko mulai menjadi pemuda yang lebih baik dan memiliki ilmu agama yang
lebih dibandingkan dengan teman-temannya di rumah. Dari situlah Eko bermimpi akan bisa menjadi
tokoh di masyarakat setelah tamat menimba ilmu di sekolah dan pondok pesantren, kini ia yakin
bahwa saran dari orang tuanya memiliki niat baik untuk dirinya agar menjadi pribadi yang unggul di
bandingkan teman dirumahnya. Dirinya sadar bahwa pendidikan di lingkungan pesantren memiliki
banyak dampak positif yang didapat hinga membuatnya merasa betah menimba ilmu di lingkungan
pesantren yang ia pijak.

..~Tamat~..

Anda mungkin juga menyukai