Beranikan diri untuk bermimpi, walau terkadang tampak konyol bagi orang
lain. Lagipula kebahagiaan yang hakiki tidak serta merta dinilai dari
limpahan materi atau seberapa tinggi jabatan seseorang, melainkan
bersumber dari bathin yang alami. Kamulah yang persis tahu seberapa
dalam kemampuanmu.
Jika kamu bahkan merasa terpaksa atau terbebani dalam melakoni suatu
profesi atau mengemban status sebagai mahasiswa di jurusan yang
sesungguhnya tidak kamu kuasai, tentu yang akan menanggung
konsekuensinya adalah dirimu. Gunakan keduanya baik hati maupun
logika, ya.
Oleh sebab itu, bertanyalah pada hati kecilmu terlebih dahulu, berusahalah
menggali potensi terbesarmu. Jangan saling mendiskritkan program studi.
Pada dasarnya, setiap rumpun ilmu berfungsi untuk saling melengkapi satu
sama lain. Semua orang itu hebat dengan potensinya masing-masing,
termasuk kamu.
Jangan hanya terpaku pada satu hal saja, cobalah lebih memajemukkan
pikiranmu. Kenali peluang lain yang pas dengan capaianmu selama ini.
Selain itu, tak ada salahnya pula jika sesekali kamu mengikuti seminar
seputar menyambut perkuliahan atau mengorek info dari alumni sekolahmu
tentang hal-hal trivial dari universitas atau program studi yang ingin kamu
tuju. Termasuk jika kamu juga nyatanya memfokuskan pada jumlah
penerima Bidikmisi di kampus tersebut.
Oleh sebab itu, cobalah tentukan kriteria utamamu terlebih dahulu untuk
program studi yang sudah kamu canangkan itu. Misalnya, kamu tidak
keberatan jauh dari orangtua asalkan universitas dan program studi
berakreditasi A. Maka urutkan pilihanmu berdasarkan akreditasi atau
reputasi kampus tersebut. Atau justru sebaliknya, atas alasan tertentu
kamu tidak diperkenankan mengambil lokasi di luar pulau tempatmu
berdomisili saat ini. Maka susun urutan berdasarkan lokasi terdekat
dengan domisilimu.
Nah, jangan abaikan pula tentang kuota yang diterima dan peminatnya
pada tahun lalu, ya. Sebab hal ini juga menjadi bahan pertimbangan yang
tak kalah penting. Selain itu, agaknya berkaca pada rekam rerataan nilai
yang diterima di kampus bersangkutan juga dapat dijadikan pedoman.
Apalagi jika disokong pula dengan jejak rekam sekolahmu yang gemilang
di kampus tersebut melalui prestasi alumni sekolahmu disana, akreditasi
sekolahmu sudah A, rasio antara kuota dan peminat tahun lalu dalam jalur
ini untuk program studi bersangkutan pun tampaknya cukup berdaya saing
bagimu, dan ditambah lagi dengan kualitas universitas dan program studi
yang memang terakui secara nasional. Dengan kata lain, peluangmu untuk
diterima pada pilihan SNMPTN tersebut terbilang cukup bagus.
Lihat dirimu dan lihat juga targetmu, apakah terbuka jalan untuk
mencapainya? Menjadi optimis itu bagus, akan tetapi bersikap realistis juga
tak boleh dilewatkan. Singkatnya, kamu harus jeli membaca peluang untuk
mengisi tiga program studi di dua universitas berbeda tersebut.
Misalnya saja, jika kamu lulus SNMPTN maka kamu 'diharuskan' untuk
mengambil kesempatan tersebut sebab ada konsekuensi
berupa blacklist bagi adik-adik kelasmu kelak jika mengambil program studi
bersangkutan. Padahal program studi atau universitas tersebut bukanlah
mimpi terbesarmu.
Sekiranya kamu belum diberi rezeki untuk lulus SNMPTN, siapa tahu kamu
justru lulus di program studi lain yang benar-benar pas dengan minat dan
bakatmu. Atau bahkan memperoleh kesempatan untuk berkecimpung di
jalur lain seperti sekolah kedinasan atau bahkan bergabung dengan
angkatan militer.