Anda di halaman 1dari 22

1

Eksperimen 03/EXP/2018

MULLER LYER ILLUSION

Nama Eksperimenter : A. Nabilah Muntzahanah M

Nomor Mahasiswa : 4515091006

Nama Subjek : Besse harabiah

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 20 Tahun

Pendidikan : SMA

No. Eksperimen : 03

Tanggal Eksperimen : 18 Mei 2018

Waktu Eksperimen : 10:35 – 11.10 WITA

Tempat Eksperimen : Ruangan 1204, Lantai 2 Gedung I, Universitas

Bosowa

I. PROBLEM

Sampai sejauh mana subjek dapat mengadakan ketepatan dalam

pengamatan?

II. DASAR TEORI

A. Ilusi

Ilusi merupakan kesalahan penafsiran rangsangan dari visual

seseorang yang menyebabkan persepsi tidak sesuai dengan apa yang

sebenarnya, sehingga stimulus salah memaknai bagi seseorang yang

melihatnya, ilusi sesuatu yang wajar terjadi dalam persepsi. Suatu ilusi

1
2

terjadi ketika otak merasakan perbedaaan kualitas yang nyata dari suatu

objek atau sebuah stimulus, Ilusi sering terjadi pada manusia khususnya

pada ilusi visual (Goldstein, 2013).

Persepsi yang menyimpang terhadap ilusi karena disertai dengan

kondisi yang abnormal, seperti delirium dan skizofrenia, atau yang

terjadi pada mereka yang menggunakan obat pengubah pikiran (obat

terlarang) atau lebih tepat disebut halusinasi (Vandenbos, 2015).

Pendapat yang lebih kuat lagi juga menyatakan bahwa ilusi visual

muncul akibat dari proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang

(Gribay, Garcia & Victor 2015).

Ilusi dapat menggagalkan seseorang untuk menerima informasi

melalui persepsi, karena disertai dengan kondisi yang abnormal, seperti

delirium dan skizofrenia, atau yang terjadi pada mereka yang

menggunakan obat pengubah pikiran lebih tepat disebut halusinasi.

Manusia pada umumnya memiliki otak yang aktif dalam mengolah

rangsangan indera baik dari semua indera termasuk visual, bukan

hanya pasif-reseptif yang menerima apa adanya yang datang sebagai

stimulus (Sarwono, 2012).

Faktor kebiasaan ilusi akan mudah terjadi apabila stimulus yang

disajikan sesuai dengan kebiasaan individu dalam mengenali suatu

stimulus. Otak yang terbiasa dengan pengindetaan visual akan lebih

mengandalkan perspektif. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya

kesalahan persepsi pada individu, dimana dua gambar yang sama

panjang akan terlihat berbeda dari penglihatan individu tersebut,

sebelum dan setelah diberikan stimulus (Sarwono, 2012).


3

Kesiapan mental atau harapan tertentu dimana Individu yang

kehilangan sesuatu atau harapan dan berharap untuk menemukannya

kembali, maka individu tersebut cenderung untuk melihat sesuatu yang

mirip dengan barang yang hilang tersebut. Kondisi stimulis selalu

kompleks dimana stimulus yang terlalu kompleks dapat menutupi atau

menyamarkan fakta-fakta objektif yang dilihat oleh individu atau gejala

tertentu (Sarwono, 2012).

Ilusi memiliki kaitan yang erat dengan jumlah usia, dimana ilusi yang

paling sering dijumpai didalam jumlah usia seperti illusion of knowing

(Ormrod, 2009). Ilusi dapat terjadi ketika individu gagal dalam

mempersepsikan sesuatu. Individu akan mudah berpaling dari kondisi

ilusi ketika individu dapat menjaga kestabilan kemampuan persepsi

sehingga individu dapat menguasai kondisi yang sedang dirasakan dan

mampu berpikir dengan baik tentang apa yang sedang dirasakan

(Reber, Arthur & Emily, 2016).

Illusion of knowing adalah sebuah bentuk ilusi yang menjelaskan

mengenai bagaimana seseorang itu yang pada awalnya tidak

mengetahui mengenai sesuatu hal akan terlihat seolah-olah mengetahui

dan paham mengenai hal tersebut. Pemikiran individu dalam hal

mengelompokkan sesuatu merupakan sebuah aktivitas didalam yang

dilakukan untuk mengenali sebuah stimulus atau informasi (Reisberg,

2013).

Ganz, Köhler & Wallach (dalam Valerjev & Tanja, 2013) menyatakan

dalam penelitiannya, satu kelompok memiliki sebuah teori yang tujuan

utamanya adalah memberikan penjelasan tentang efek figural setelah


4

diterapkan muncul pada ilusi. Dalam teori ini gangguan antara garis

terjadi karena proses satiasi pada korteks atau lateral terhambat.

Pendapat yang lebih kuat lagi juga menyatakan bahwa ilusi visual

muncul dari proses yang terjadi pada faktor internal individu (Garibay &

Victor, 2015).

B. Visual

Mata tertanam pada orbit, kantong-kantong tulang bagian depan

tengkorak pada seseorang. Mata ditahan dan digerakkan oleh enam otot

yang melekat pada lapisan diluar mata yang disebut dengan sklera,

dalam proses melihat, ada tiga tipe gerakan mata yang pertama adalah

gerak vergensi yaitu gerak sama (kooperatif) yang menjaga kedua mata

tetap terpaku pada sasarn yang sama atau lebih tepatnya yang menjaga

citra objek sasaran pada bagian-bagian tertentu. (Carlson, 2015).

Kedua adalah gerak sakadik yaitu jika seseorang secara cepat

memindahkan pandangannya dari objek satu ke objek lainnya maka

gerak ini biasa dikenal dengan gerak serentak. Lalu yang ketiga adalah

gerak mengejak (pursuit movement) yaitu gerakan yang dilakukan mata

untuk mempertahankan citra benda yang dilihatnya atau melihat suatu

objek yang bergerak. Orientasi pada pergerakan dengan kata lain suatu

garis atau tepian berada dalam medan reseptif sel (Carlson, 2015).

Sesuatu yang dapat dilihat, seperti orientasi, pergerakan, frekuensi

atau warna merupakan bentuk kemampuan mata dalam membedakan

setiap subjek yang dilihat (Kamp, Wit & Masters, 2012). Sensasi

penglihatan terjadi ketika cahaya lampu mengadakan kontak dengan

mata, kemudian di fokuskan ke retina, dan ditransmisikan oleh saraf


5

optik ke pusat visual di otak, didalam otak nantinya yang memberikan

informasi mengenai objek yang berada didepan (Valerjev & Tanja,

2013).

C. Atensi

Atensi merupakan sebuah proses mengisi atau menempatkan objek

ke dalam sebuah ruang yang menjadi penempatan objek tersebut

adalah atensi (Reber, Arthur & Emily, 2016). Kesadaran dapat

diasumsikan sebagai suatu kotak yang hanya dapat diisi oleh objek

tertentu. Kita dapat mengisi kotak tersebut dengan berbagai objek yang

kita anggap menarik perhatian kita dalam kurun waktu tertentu karena

ukuran kotak itu berubah setiap waktu sesuai dengan ukuran apa yang

kita ingin perhatikan (Rakhmat, 2012).

Atensi adalah salah satu konsep kognitif untuk senantiasa mengalami

suatu perkembangan yang bersumber dari daya mental, untuk

menseleksi informasi dan akan meningkatkan pemrosesan kognitif

terhadap berbagai tugas. Atensi di tahun pertama kehidupan seseorang

di dominasi oleh proses orientasi dan investigative. Dimana proses ini

mengarahkan atensi ke lokasi yang berpotensi penting di lingkungannya

serta dapat mengenali objek dan karakteristiknya Santrock (2012).

Atensi adalah salah satu konsep kognitif untuk senantiasa mengalami

suatu perkembanganyang bersumber dari daya mental, untuk

menseleksi informasi dan akan meningkatkan pemrosesan kognitif

terhadap berbagai tugas. Atensi di tahun pertama kehidupan seseorang

di dominasi oleh proses orientasi dan investigatif. Dimana proses ini


6

mengarahkan atensi ke lokasi yang berpotensi penting dilingkungan

serta dapat mengenali objek dan karakteristik (Santrock 2012).

Atensi berhubungan dengan dua proses, yaitu habituasi dan

dishabituasi. Habituasi yaitu penurunan responsivitas terhadap sebuah

stimulus secara berulang-ulang baik dalam kondisi atau suasana yang

telah disajikan kepada stimulus. Sedangkan dishabituasi merupakan

meningkatnya responsivitas setelah stimulus yang telah diubah di dalam

kondisi atau suasana yang telah di sajikan kepada stimulus tersebut

(Santrock, 2012).

D. Persepsi dan sensasi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan infrormasi dan

menafsirkan pesan (Rakhmat, 2013). Faktor yang relevan yang dapat

mempengaruih persepsi adalah pengalaman pribadi seseorang (Slovic,

& Weinstein dalam Marengo, Grazia & Miceli, 2017). Persepsi

memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Hubungan

sensasi dengan persepsi sangat jelas, sensasi adalah bagian dari

persepsi.

Ada beberapa faktor fungsional dan faktor struktural yang

mempengaruih persepsi seseorang seperti perhatian (Rakhmat, 2013).

Perhatian (attention) adalah proses mental ketika stimulus atau

rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran seseorang pada

saat stimulus lainnya melemah, perhatian terjadi apabila kita

mengonsentrasikan masukan-masukan melalui alat indera yang lain

Kenneth E. Andersen (dalam Rahkmat, 2013).


7

Tahap awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi, sensasi

adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan

penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali

berhubungan dengan kegunaan alat indera (dalam Rakhmat, 2013).

Hans Eysenk & Zuckman telah mengembangkan teori psikobiologis

untuk mencari tahu sensasi yang dugunakan dalam studi eksperimental

(Zuckerman 2016).

Sensasi adalah aktivitas dari organ indera oleh sumber energi fisik

(Feldman, 2012). Sensasi mendeteksi energi fisik yang di hasilkan atau

dipantulkan oleh objek fisik, seperti saat terjadi energy ketika dalam

lingkungan eksternal atau dalam tubuh merangsang reseptor dalam

organ-organ indera seseorang (Tavris & Wade, 2007). Sensasi adalah

proses mendeteksi keberadaan stimulus. Individu akan mampu

merasakan sensasi ketika individu dapat mengetahui dari mana asal

sensasi tersebut (Pinel, 2015).

Melalui alat indera, seseorang dapat memahami kualitas fisik

lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat inderalah seseorang

memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi

dengan dunianya (Rakhmat, 2013). Tanpa alat indera manusia

semuanya akan sama, bahkan mungkin lebih dari rumput-rumputan,

karena rumput juga menginderakan cahaya dan humiditas (Lefrancoi

Rakhmat, 2013).

Seseorang dapat mengelompokkannya panca indera sesuai dengan

sumber informasi yang diterima. Sumber informasi boleh berasal dari

dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri seseorang itu sendiri (internal).
8

Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau

mata). Infromasi dari dalam diinderai oleh interoseptor (misalnya, sistem

peredaran darah). Selain itu, gerakan tubuh kita sendiri diinderai oleh

proprioseptor (misalnya, organ vestibular) (Rakhmat, 2013).

Persepsi adalah proses pengaturan dan penerjemahan informasi

sensorik oleh otak (Wade & Tavris, 2007). Persepsi adalah pengalaman

tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat,

2015). Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi

(sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sangat jelas,

sensasi adalah bagian dari persepsi (Rahkmat, 2015).

E. Muller Lyer Illusion

Muller Lyer Illusion atau Ilusi Muller Lyer merupakan salah satu

bentuk ilusi penglihatan yang paling dikenal karena merupakan salah

satu bentuk eksperimen yang paling sering digunakan pada praktikum

mahasiswa psikologi di berbagai universitas (Deregowski, 2013). Bentuk

dari alat ini seperti plastik yang berbentuk persegi panjang yang pada

bagian sisi depannya terdapat gambar garis berbentuk panah. Garis

yang terlihat akan disamakan panjang dari setiap sisi yang berlawanan

(Reber, Arthur & Emily, 2016).

Visual ilusi memiliki potensi untuk memberikan wawasan ke dalam

persepsi visual seseorang. Ilusi yang telah dipelajari secara ekstensif

oleh para psikolog, sebagai metode menyimpulkan asumsi bahwa otak

membuat dan bagaimana seseorang memproses informasi yang visual.

Salah satu ilusi klasik yang dikenal untuk menginduksi salah pikiran
9

pada seseorang, adalah Muller Lyer Illusion (MLI). Mekanisme ilusi

geometris klasik dalam Muller Lyer telah terbukti, bahwa setiap ilusi

mungkin menggabungkan beberapa ilusi yang lebih kecil. (Morgan M.J,

2014).

Dalam alat ukur Muller Lyer, garis vertikal terlihat lebih panjang dari

garis lainnya baik itu garis diagonal ataupun horizontal, meskipun

keduanya memiliki panjang yang sama. Karena representasi alosentrik

memperhitungkan konteks, persepsi dan tindakan yang dipandu oleh

memori dan keduanya dimediasi oleh aliran ventral dan dipengaruih

bagaimana masing-masing persepsi dari seseorang. Hal ini dapat

diasumsikan sangat sensitif terhadap ilusi kontekstual visual (Goldstein,

2013).

Munn & Fernald (1972) (dalam Goldstein, 2013) menyatakan bahwa

ilusi Muller Lyer adalah ilusi yang melibatkan dua garis uang memiliki

panjang yang sama. Kedua garis tersebut memiliki mata panah yang

berbeda pada masing-masing ujungnya. Satu garis memiliki mata panah

yang mengarah keluar sedangkan garis lainnya memiliki mata panah

yang mengarah ke dalam. Feldman (2012) menyatakan bahwa ketika

pada ilusi muller lyer, cenderung individu menggerakkan garis dengan

ujung panah ke dalam individu itu cenderung untuk mempresepsi bahwa

garis tersebut lebih panjang dari pada ujung panah yang digerakkan ke

luar.

Ilusi Muller Lyer adalah bentuk ilusi visual yang dimana dalam

pengerjaanya memiliki isyarat kontekstualnya (yaitu, orientasi garis

panah) yang mengubah persepsi panjang terhadap sebuah garis lurus


10

(Deregowski, 2013). Sensitivitas yang berubah terhadap Muller Lyer

Ilusion saat ini telah diusulkan sebagai bentuk pertanda bahwa adanya

perkembangan defisit perseptual, salah satunya ada pada penderita

skizofrenia yang didalam penggunaannya selalu berasal dari

pengawasan oleh orang yang ahli (Jacobsena, Barrosb & Masters,

2016).

III. HIPOTESIS

A. Individu

Ada perbedaan ketepatan pengamatan saat mata terasa lelah

pada individu.

B. Kelompok

Ada perbedaan ketepatan pengamatan saat mata terasa lelah

pada kelompok.

IV. METODE PENELITIAN


A. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Method of

Average Error yaitu merupakan salah satu jenis metode yang

digunakan dalam sebuah kegiatan eksperimen. Eksperimenter atau

tester bertugas memperhatikan dan mencatat kesalahan atau error

yang dilakukan oleh testee ketika melakukan tes, kemudian setelah

tes berakhir testeer akan menentukan jumlah rata-rata kesalahan

yang dilakukan dari testee (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015).


11

B. Desain

Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah One Group

Pre test-Post test Design dikenal dengan nama before after design.

Pada awal penelitian menggunakan desain ini, pengukuran dilakukan

terhadap variabel terikat (independen) yang telah dimiliki oleh subjek.

Setelah manipulasi diberikan, pengukuran akan kembali dilakukan

terhadap variabel terikat tersebut dengan menggunakan alat ukur

yang sama. Christensen (dalam Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015).

V. PROSEDUR

A. Material

1. Muller Lyer Illusion Apparatus

2. Blangko jawaban

B. Prosedur Pelaksanaan

1. Subjek duduk pada kursi yang telah disediakan menghadap papan

ilusi dengan jarak 2 meter.

2. Subjek diberi indstruksi menebak kira-kira seberapa tepatnya

terhadap standar stimulus.

3. Setiap subjek kemudian mengalami dua kali percobaan, yaitu

sekali in-ward dan sekali out-ward.

4. Subjek kemudian diberi perlakuan membaca suatu cerita dengan

suara yang dapat didengar oleh tester.

5. Kemudian subjek kembali mengalami dua kali percobaan, yaitu

sekali in-ward dan sekali out-ward.


12

VI. PENCATATAN HASIL

A. Individu

Trial In-ward Out-ward Rata-rata Standar


A 3,5 cm -11,3 cm -3,9 30
B 3,8 cm -11 cm -3,6 30
Keterangan : Jarak dalam satuan cm

B. Kelompok

Subjek A A2 ̅A
X B B2 ̅B
X S
Lisdayanti 1,3 1,69 -3,5 -15,4 237,16 -3,225 30
Yusfia 2 4 3,5 -15 225 -3 30
Ainun -6,7 44,89 -3,35 -5,5 30,25 -2,75 30
Besse 7,3 53,29 -3,9 -22,3 497,29 -3,6 30
Mutiara 4 16 6 -6,4 40,96 1,8 30
Total 7,9 119,87 -1,4 64,6 1,030,66 -10,775 150
Keterangan : Jarak dalam satuan cm

VII. PENGOLAHAN HASIL

A. Individu

Trial In-ward Out-ward Rata-rata Kesimpulan


A. 3,5 cm -11,3 cm -3,9
A>B
B. -3,8 cm -11 cm -3,6
Keterangan : Jarak dalam satuan cm

B. Kelompok

Statistik A B Standar
N 5 5 30
̅
X 1,58 12,92 30
SD 4,348 -12,912 30
SDM 2,174 -6,456 30
13

Penyelesaian:

̅A
X = ΣXA
N

7,9
=
5

1,58
= -3,385

ΣXB
̅B
X = N

64,6
= 5

= 12,92

̅
SDA = √XA 2 -(X
̅ A )2
N

119,87
= √ -(2,25)2
5

= √119,87
- (5,062)
5

= √23,974 – 5,062

= √18,912

= 4,348

2
SDB = √∑ XB -(X
̅ B )2
N

1,030.66
= √ -(12,92)2
5
14

= √0,206 – 166,926

= √-166,72
=

= -12,912

SDA
SDMA =
√N-1

4,349
=
√5-1

4,349
= √4

4,349
= 2

= 2,174

SDB
SDMB =
√N-1

-12,92
=
√5-1

-12,92
= =
√4

-12,92
=
2

= -6,456

SDBM = √(SDMA )2 +(SDMB )2

= √(2,174)2 +(-6,456)2
15

= √4,726+41,679

= √-36,953

= -6,078

̅ A- X
X ̅B
th =
SDBM

(1,58)-(12,92)
=
-6,078

-11,34
=
-6,078

= 1,865

db = (n - 1)

= (5-1)

= 4

tt 5% = 2.228

hasil th = 1,865

th < tt 5 % = 1,865 < 2.228

th < tt 5 % = tidak signifikan

VIII. KESIMPULAN

A. Individu

Ada perbedaan ketepatan pengamatan saat mata terasa lelah

pada individu dimana variabel stimulus digerakkan secara in-ward dan

out ward yang ditujukkan oleh hasil pengelohana data, dimana A pada
16

bagian in ward mendapatkan hasil sebesar -3,5 cm dan out ward

sebesar -11,3 cm dengan memiliki rata-rata -3,9 cm, sedangkan pada

B bagian in ward mendapatkan nilai sebesar -3,8 cm, out ward -11 cm

dan memiliki nilai rata-rat yaitu -3,6. Pada hasil yang ditujukkan

adalah -3,9 cm > -3,6 dengan demikian hipotesis di terima.

B. Kelompok

Dari hasil pengolahan data kelompok yang dilakukan, ditemukan

bahwa tidak adanya perbedaan antara hasi pretest dan posttest atau

dengan kata lain hasil yang diperoleh tidak signifikan. Hal ini dilihat

dari besarnya nilai th = 1,865 dan tt 5% = 2,228, dimana

menunjukkan bahwa th < tt 5%. Sehingga hipotesis yang menyatakan

bahwa ada perbedaan ketepatan pengamatan saat mata terasa lelah

pada kelompok, ditolak.

IX. PEMBAHASAN

A. Individu

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Munn &

Fernald (1972) menyatakan bahwa ilusi Muller Lyer adalah ilusi yang

melibatkan dua garis uang memiliki panjang yang sama. Kedua garis

tersebut memiliki mata panah yang berbeda pada masing-masing

ujungnya. Satu garis memiliki mata panah yang mengarah keluar

sedangkan garis lainnya memiliki mata panah yang mengarah ke

dalam. Individu yang melihat garis tersebut cenderung untuk menilai

garis yang lebih panjang adalah garis yang mengarah keluar.


17

B. Kelompok

Diketahui bahwa tidak ada perbedaan pengamatan ketika mata

terasa lelah pada kelompok. Hal ini dilihat dari hasil yang

menunjukkan bahwa besarnya nilai th = 1,865 pada taraf signifikansi

5% = 2,447. Sehingga menunjukkan bahwa th < tt 5%, data yang

diperoleh tidak signifikan. Dalam hal ini, saat eksperimen

berlangsung, individu mempersepsikan suatu garis panah di sebelah

kanan yang memiliki panjang bebeda dengan garis di sebelah kiri.

Ilusi Muller Lyer adalah bentuk ilusi visual yang dimana dalam

pengerjaanya memiliki isyarat kontekstualnya (yaitu, orientasi garis

panah) yang mengubah persepsi panjang terhadap sebuah garis

lurus (Deregowski, 2013). Dalam praktikum ini individu yang melihat

garis pada alat aparatus muller lyer akan mengalami kemudahan

atau mampu dalam mempersepsikan garis karena individu tersebut

telah mampu mengenali garis panah yang terdapat pada alat

aparatus (Deregowski, 2013).

X. KESAN-KESAN SELAMA EKSPERIMEN

A. Kondisi Fisik

1. Terdapat satu orang asisten, satu orang testee dan satu orang

tester didalam ruangan saat eksperimen berlangsung.

2. Sirkulasi udara dalam ruangan eksperimen cukup baik karena

dilengkapi dengan pendingin ruangan.


18

3. Pencayahaan dalam ruangan eskperimen sangat baik karena

dilengkapi dengan alat penerangan (lampu) dan cahaya dari

jendela.

4. Bangku di ruangan tertata dengan rapi

5. Selama proses praktikum ruangan sunyi, karena tidak ada suara

yang terdengar selain suara dari tester.

B. Kondisi Psikologis

1. Saat tester memberikan instrusksi tester terlihat paham dengan

ternyum dan menganggukan kepala.

2. Teste terlihat sehat secara jasmani saat bersalaman dengan

testeer terasa cukup erat.

3. Saat teste ingin melihat apparatus muller layer, teste memajukan

badannya sambil menyipitkan matanya

4. Tester terlihat sangan memperhatikan tanda panah dengan baik,

karena teste kurang dalam penglihatan (minus).

5. Saat diberikan instruksi membacakan cerita tester langsung berdiri

dari bangku dan mengambil kertas cerita yang diberikan oleh

tester.

XI. KEGUNAAN SEHARI-HARI

a. Ilusi digunakan oleh pesulap dalam permainan sulat kartu

b. Membantuk arsitek dalam menentukan efek iluminasi pada gambar

c. Membantu penjahit dalam membuat pola pakaian

d. Membantu memahami dalam mengamati benda-benda abstrak, seperti

lukisan

e. Membantu photografer untuk mengambil gambar yang jelas dan fokus.


19

Makassar, 18 Mei 2018

Asisten I Asisen II Eksperimenter

Jane Thely M Feren Arisandy A. Nabilah M


451291028 451391046 4515091006
20

DAFTAR PUSTAKA

Carlson, N. (2015). Fisiologi Perilaku, Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Deregowski, J. B. (2013). Short And Sweet On The Müller-Lyer Illusion In The


Carpentered World. Aberdeen: Journal On the Müller-Lyer illusion in the
Carpentered World. 42, 790 – 792. doi:10.1068/p7424.

Feldman, R. (2012). Pengantar Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.

Goldstein, B. E. (2013). Sensation and Perception. Canada: Cengage Learning.

Garibay B., García & Lafuente, V. (2015). Seen by Anartificial Neural Network.
Italy: Maurizio Mattia, Istituto Superiore di Sanità, Journal The Muller-
Lyer Illusion, 9. 211-7.

Jacobsena, M, E., Barrosb, M., & Maiora, R.S. (2016). Short communication MK-
801 reduces sensitivity to Müller-Lyer’s illusion in capuchin monkeys.
Journal Behavioural Brain Research, 316, 54–58.

Kamp, J.v., Wit, M. M., & Masters, R. S. (2012).Left, right, left, right, eyes to the
front! Müller-Lyer bias in grasping is not a function of hand used, hand
preferred or visual hemifield, but foveation does matter. Experimental
Brain Research, 218, 91-98. doi: 10.12133/2576.

Morgan M. J. (2014). Vision Res. Bias in the estimation of the orientation of


virtual lines by second-stage filters. Journal of the Poggendorff
illusion.14. 2361–2380.

Marengo, D., Grazia, M.M., Miceli, R. (2017). Psychology Winter recreationists'


self-reported likelihood of skiing backcountry slopes: Investigating the
role of situational factors, personal experiences with avalanches and
sensation-seeking. Journal of Environmental, 49, 78-doi.org/ 10.1016/
j.jenvp.2016.12.005.

Pinel, J. P.J. (2015). Biopsikologi Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rakhmat, J. (2013). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Reber, Arthur, A., & Emily, S. R. (2016). The Penguin Dictionary of Psychology.
New York: Penguin Books.

Reisberg, D. (2013). Cognition: Exploring The Science of The Mind Fifth Edition.
USA: W. W. Norton & Company.

Santrock, J.W. (2012). Life Span Development Perkembangan Masa Hidup


Edisi Ketigabelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S. W. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persad.
21

Seniati, L., Yulianto A., & Setiadi B.B. (2015). Psikologi Eksperimen. Jakarta:
PT.Indeks.

Tavris, C & Wade, C. (2007). Psikologi. Edisi Kesembilan, Jilid Pertama. Jakarta:
Erlangga.

Vandenbos, G. R. (2015). APA Dictionary of Psychology. Assosiation


Psychology American: Washington DC.

Valerjev, P., & Tanja, G. (2013). The role of context in Müller-Lyer illusion: The
case of negative Müller-Lyer illusion. Croatia: Journal Department of
Psychology, 20, 29-36

Zuckerman,M.,Joseph,G.(2016). Hans Eysenck's personality model and the


constructs of sensation seeking and impulsivity. Journal Personality and
Individual Differences, 103, 48–52. http://dx.doi. org/10.1016/j. paid.
2016.04.003.
22

Fakultas Psikologi

Universitas Bosowa Makassar

MULLER LYER ILLUSION

03/EXP/2018

Nama Subjek : Besse harabiah

Umur : 20 Tahun

Pendidikan : SMA

Seks : Perempuan

Tanggal/Jam : 18 Mei 2018 / 10:35 WITA

Trial In-ward Out-ward Rata-rata Kesimpulan


A. 3,5 cm -11,3 cm -3,9
A<B
B. 3,8 cm -11 cm -3,6

Penggambaran hasil:

Ilusi individu dibandingkan dengan standar, hitung seberapa besar

penyimpangan dari standar.

Makassar, 18 Mei 2018

Eksperimenter,

A. Nabilah M
4515091006

Anda mungkin juga menyukai