Laporan Pendahuluan Post Op SC
Laporan Pendahuluan Post Op SC
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESARIA
PREEKLAMSI BERAT
DISUSUN
OLEH :
DAMAR DARMAWAN
P1337420617061
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disporporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/ panggul), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
placenta previa terutama pada primigravida, solutsio placenta tingkat I - II,
komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-eklampsia, atas permitaan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
b. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forseps ekstraksi.
B. Etiologi Preeklampsia Berat
Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara
pasti. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab
preeklampsia tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan.Tetapi, ada beberapa faktor yang berperan, yaitu:
Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Peran Faktor Imunologis
Peran factor genetic
Disfungsi endotel
3. Manifestasi Klinis
Section Caesarea
Keluhan utama atau keluhan satu-satunya adalah perdarahan pervaginam
tanpa rasa nyeri. Pada kebanyakan kasus, perdarahan tidak diketahui sebabnya
namun mungkin didahului oleh trauma atau coitus. Perdarahan pertama hampir
tidak pernah membawa kematian. Perdarahan ini dapat berhenti dan kemudian
mulai lagi. Kadang- kadang darah menetes terus-menerus sehingga pasien menjadi
anemis. Keistimewaan pada placenta previa adalah bahwa derajat anemia atau
syok setara dengan jumlah darah yang hilang (Oxorn & William, 2010)
Preeklampsia Berat
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari oleh
wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan, dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan proteinuria yang
terjadi biasanya sudah berat.
Tekanan darah. Kelainan dasar pada preeklampsia adalah vasospasme
arteriol sehingga tanda peringatan awal muncul adalah peningkatan tekanan
darah. Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih baik
dibandingkan tekanan sistolik dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih
menetap menunjukan keadaan abnormal.
Kenaikan berat badan. Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba
dan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama
preeklampsia. Peningkatan berat badan sekitar 0,45 kg per minggu adalah
normal, tetapi bila lebih dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka
kemungkinan terjadinya preeklampsia harus dicurigai.
Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama
disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala
edema nondependen yang terlihat jelas, seperti edema kelopak mata, kedua
lengan, atau tungkai yang membesar.
Nyeri epigastrium. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas
merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat
menjadi presiktor serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin
disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
Nyeri kepala. Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi
semakin sering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa
pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian
analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami serangan eklampsia, nyeri
kepala hebat hampir selalu mendahului serangan kejang pertama
Preeklampsia Berat
Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah adanya
spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Bila spasme
arteriolar juga ditemukan di seluruh tubuh, maka dapat dipahami bahwa tekanan
darah yang meningkat merupakan kompensasi mengatasi kenaikan tahanan perifer
agar oksigenasi jaringan tetap tercukupi. Sedangkan peningkatan berat badan dan
edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang
interstitial belum diketahui penyebabnya. Beberapa literatur menyebutkan bahwa
pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan kadar prolaktin yang
tinggi dibandingkan pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air serta natrium. Pada
preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal ialah karena vasodilatasi
perifer yang diakibatkan turunnya tonus otot polos arteriol. Hal ini kemungkinan
akibat meningkatnya kadar progesteron di sirkulasi, dan atau menurunnya kadar
vasokonstriktor seperti angiotensin II, adrenalin, dan noradrenalin, dan atau
menurunnya respon terhadap zat-zat vasokonstriktor. Semua hal tersebut akan
meningkatkan produksi vasodilator atau prostanoid seperti PGE2 atau PGI2. Pada
trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal seperti
tekanan darah sebelum hamil.
SECTIO CAESAREA
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)
b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
d. Ultrasonografi melokalisasi lasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi
janin
6. Penatalaksanaan
Teknik SC transperitaneal profunda
a. Persiapan pasien
Pasien dalam posisi trandenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal / peridural pada
oprasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat operasi, obat dan darah
dipersiapkan
b. Pelaksanaan
1) Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan oprasi
dipersempit dengan kain suci hama.
2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis ampai
dibawah umbilikus lapis demi lais sehingga kavum peritonium terbuka.
3) dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
4) Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung kencing di
depn segmen bawah rahim secara melintang pada vesikouterma ini disisihkan
secara tumpul ke arah bawah dan samping dilindungi dengan spekulum
kandung kencing
5) Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan plikavesikouretra
tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm. Kemudian diperlebar sc melintang
secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen
bawah rahim dapat melintang (transversal)
6) Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan.
Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat dijepit dan
diotong plasenta dilahirkan secara manual ke dalam otot rahim intramuscular
disuntik oksitosin. Laisan dinding rahim dijahit :
Lapisan I : Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja
Lapisan III : Dijahit jelujur pada plika vesikoureterina
7) Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi
8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit
7. Komplikasi
Sectio Caesarea
Komplikasi jangka pendek, infeksi, sepsis, perdarahan, gangguan traktus
urinary, gangguan traktus gastrointestinal, tromboemboli, disrupsi luka,
komplikasi anestesi.
Komplikasi jangka panjang, komplikasi luka, adhesi, rupture uteri, plasentasi
abnormal.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut,
perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
c. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi berat
badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain.
d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan,
dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas
yang lal, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan
rencana KB.
e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2) Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan),
nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan
mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass,
apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut
BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya
terjadi diantara hari kedua dan kelima.
4) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah
mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum). Insomnia mungkin teramati.
6) Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
7) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5
pasca partum.
8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3
hari setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-
37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya
selama fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat
fresh dan relaks.
14) Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan
bayi selama masa nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila
tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post
partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan
adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC
pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya
infeksi atau sepsis nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada
waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi
utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya
bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi khususnya bila disertai peningkatan
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi
cepat pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-
tanda syok.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah
konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid,
pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi kolostrums /
48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran pembuluh
limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasa ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi,
posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal dan
eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus
normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of
approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya
nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri
saat kaki dorsofleksi pasif).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses
pembedahan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
3. Intervensi
No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pain Management
berhubungan keperawatan selama …..x24 a. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan diskonjuitas jam diharapkan nteri komprehensif termasuk lokasi,
jaringan berkurang dengan indikator: karakteristik, durasi, frekuensi,
a. Mampu mengontrol kualitas dan faktor presipitasi
nyeri (tahu penyebab b. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik c. Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mencari bantuan) d. Kaji kultur yang mempengaruhi
b. Melaporkan bahwa nyeri respon nyeri
berkurang dengan e. Evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan lampau
manajemen nyeri f. Evaluasi bersama pasien dan tim
c. Mampu mengenali nyeri kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, ketidakefektifan kontrol nyeri masa
frekuensi dan tanda lampau
nyeri) g. Bantu pasien dan keluarga untuk
d. Menyatakan rasa mencari dan menemukan dukungan
nyaman setelah nyeri h. Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu
e. Tanda vital dalam ruangan, pencahayaan dan
rentang normal kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
m. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
q. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti
rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,
membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien,
mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan
kesehatan berkelanjutan dari pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/46835/3/SARAH_DYAANGGARI_AKIP_220101
11140188_LAP.KTI_BAB_II.pdf diakses pada 18 agustus 2019 pukul 0.39
WIB