UNIVERSITAS MATARAM
2017/2018
I. Pendahuluan
a. Latar belakang
Pada dasarnya manusia tidak mampu hidup seorang diri tanpa bantuan yang
lain. Sejalan dengan bertambahnya umur manusia akan mengenal lingkungan
yang heterogen dan kompleks yang akan di bawa ke arah kehidupan bersama,
bermasyarakat atau kehidupan sosial. Dalam perkembangannya setiap oranng
akhirnya mengetahui bahwa manusia saling membantu dan di bantu, memberi dan
diberi.
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi: meleburkan diri menjadi
suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Menurut Cunningham, Kliwer dan Garner (2009); Saarni dkk (2006) dalam
Santrock (2012:364) menyatakan bahwa di masa kanak-kanak pertengahan dan
akhir, anak-anak mengemabangkan pemahaman dan regulasi diri terhadap emosi.
Berdasarkan teori perkembangan sosial dan emosi, maka guru seyogyanya
mempunyai kepedulian untuk menciptakan suasana proses belajar mengajar yang
menyenangkan atau kondusif demi terciptanya proses belajar siswa secara efektif.
b. Rumusan masalah
1) Bagaimana konsep perkembangan sosial emosional pada anak?
2) Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional pada
anak
3) Bagaimana hasil pengamatan perkembangan sosial emosional pada anak?
c. Tujuan penulisan
1) Untuk mengetahui bagaimana konsep perkembangan sosial emosional
pada anak.
2) Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan
sosial emosional pada anak.
3) Untuk mengetahui hasil pengamatan perkembangan peserta didik.
Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam
dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi untuk
mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi
pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu.
Pada saat anak masuk Kelompok Bermain atau juga PAUD, mereka mulai
keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia baru. Peristiwa ini
merupakan perubahan situasi dari suasana emosional yang aman, ke kehidupan
baru yang tidak dialami anak pada saat mereka berada di lingkungan keluarga.
Dalam dunia baru yang dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan diri diantara
teman sebaya, guru dan orang dewasa di sekitarnya.
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sering disebut dengan istilah nurture. Faktor ini bisa
diartikan sebagai kekuatan kompleks dunia fisik dan sosial yang memiliki
pengaruh dalam susunan biologis serta pengalaman psikologis, termasuk
pengalaman sosial dan emosi anak sejak sebelum ada dan sesudah dia lahir. Faktor
ini meliputi semua pengaruh lingkungan temasuk didalamnya pengaruh-pengaruh
berikut ini:
- Keluarga
Keluarga menjadi lingkungan yang pertama dan utama. Keluarga memiliki
peran yang utama dalam menentukan pengembangan sosial dan emosi anak. Di
lingkungan keluarga inilah anak pertama kali menerima pendidikan sedangkan
orang tua mereka merupakan pendidik bagi mereka.
- Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga.
Di sekolah anak berhubungan dengan guru dan teman-teman sebayanya.
Hubungan antara guru dan anak dengan teman sebaya dapat mempengaruhi
perkembangan emosi dan sosial anak. Guru merupakan wakil dari orang tua saat
berada di sekolah serta pola asuh dan perilaku yang ditampilkan oleh guru
dihadapan anak juga dapat mempengaruhi emosi dan sosial anak.
- Masyarakat
Secara sederhana, masyarakat disini diartikan sebagai kumpulan individu atau
kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama. Budaya,
kebiasaan, agama, dan keaadaan demografi pada suatu masyarakat diakui ataupun
tidak memiliki pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.
3) Faktor umum
Faktor umum maksudnya di sini merupakan unsur-unsur yang dapat
digolongkan ke dalam kedua faktor di atas ( faktor hereditas dan faktor
lingkungan ). Faktor umum adalah faktor campuran dari faktor hereditas dan
faktor lingkungan. Faktor umum juga dapat mempengaruhi perkembangan anak
usia dini. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak
- Kematangan
- Belajar: pembiasaan dan contoh
- Inteligensi
- Jenis kelamin
- Status ekonomi
- Kondisi fisik
- Posisi anak dalam keluarga
c. Memberikan contoh
Pendidik adalah contoh konkrit bagi anak. Segala tindakan dan tutur kata
pendidik anak diikuti oleh anak. Oleh karena itu pendidik seharusnya dapat
menjaga perilaku sesuai dengan norma sosial dan nilai agama, seperti menghargai
pendapat anak, bersedia menyimak keluh kesah anak, membangun sikap positif
anak, berempati terhadap masalah yang dihadapi anak, dan sebagainya.
d. Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan anak
Landasan teori
Teori Psikoanalisa (Sigmun Freud)
a) Id, atau biasa disebut struktur kepribadian primitif adalah sistem kepribadian
yang dimiliki individu sejak lahir, yang dihubungkan dengan faktor biologis dan
hereditas. Digerakkan oleh libido, yaitu energi psikis untuk dapat beradaptasi
secara fisiologis dan sosial untuk mempertahankan dan mengembangkan
spesiesnya. Prinsip kerjanya selalu mencari kesenangan dan menghindari rasa
sakit atau ketidaknyamanan. Tempatnya ada pada alam bawah sadar dan secara
langsung berpengaruh terhadap perilaku seseorang tanpa disadari. Menurut Freud
terdapat dua insting dasar dalam Id, yaitu Eros dan Thanatos. Eros merupakan
insting untuk bertahan hidup, dengan libido sebagai dorongan utama. Sedangkan
Thanatos merupakan insting yang mendorong individu untuk berperilaku agresif
dan destruktif.
b) Ego, adalah strukutur kepribadian yang tidak diperoleh saat lahir, tetapi
dipelajari sepanjang berinteraksi dengan lingkungannya. Ego memiliki kontak
dengan dunia eksternal dari kenyataan, merupakan eksekutif dari struktur
kepribadian yang bertugas memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego
mempunyai tugas sebagai “penengah” antara dorongan-dorongan biologis (Id) dan
tuntutan atau hati nurani yang terbentuk dari orang tua, budaya, dan tradisi
( superego). Ego bertindak realistis dan berfikir logis dalam merumuskan rencana-
rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan. Hubungan antara ego dengan id,
adalah bahwa ego adalah tempat bersemayamnya inteligensi dan rasionalitas yang
mengawasi dan mengendalikan impuls buta id, sementara id hanya mengenal
kenyataan yang subyektif.
2) Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat
manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
Teknik analisis
d. Kemampuan - Mengerti 4 3
mengetahui aturan main
aturan
dalam suatu
permainan
- Dapat
memecahkan 2
masalah
sederhana
- Dapat
mematuhi 3
peraturan
yang ada
Jumlah 34 11
Analisis data
Rumus NA = SA / SMi X 100
= 34/44 X 100
= 77, 27
Keterangan : NA : Nilai Akhir
SA : Skor Aktual
SMi : Standar Maksimal Ideal
3. Pedoman penilaian
≥ M + 2 SD
M + 1 SD s/d < M + 2 SD
M - 1 SD s/d < M + 1 SD
M - 2 SD s/d < M - 1 SD
< M - 2 SD
Pedoman konversi
84 - 100 sangat baik
67 - 83 baik
33 - 66 cukup baik
16 - 32 kurang baik
0 - 15 tidak baik
4. Pelaksanaan pengamatan
Dari hasil analisis data dengan menggunakan rumus NA diperoleh skor 77,27.
Jadi berdasarkan pedoman konversi anak tersebut mendapat skor diantara 67 -83
berarti anak tersebut mendapat nilai BAIK.
Dari analisis yang dilakukan pada anak tersebut berdasarkan instrumen yang
telah ditentukan, diperoleh skor 77,27 dan berarti berdasarkan pedoman konversi
anak tersebut mendapat skor diantara 67-83 berarti kemampuan sosial emosional
anak tersebut memperoleh nilai BAIK.
III. Penutup
A. Kesimpulan Umum
Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki kemampuan
yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada. Tuntutan sosial yang
dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tahap
perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anak yang mudah bergaul.
Emosi pada masa awal kanak-kanak sangat kuat. Perkembangan emosi ini
mencolok pada anak usia 2,5-3,5 tahun dan 5,5 - 6,5 tahun. Fase usia 0-2 fase
menyerap kasih dan perhatian dari lingkungan yang akan mendasari kepercayaan
diri, kepedulian dan kepercayaan terhadap lingkungan.
B. Saran tindakan
Adapun saran yang dapat penulis berikan berdasarkan penelitian adalah
untuk para orangtua atau guru prasekolah sudah seharusnya dapat memberikan
pembekalan yang memadai tentang pengelolaan emosi pada setiap anak agar dapat
memenuhi tuntutan penyesuaian diri dari lingkungannya, sekolah maupun teman
bermain. Jika kebutuhan untuk memenuhi tuntutan tersebut tidak segera
diupayakan maka dampak negatif tersebut di atas akan mempengaruhi
perkembangan emosi dan sosial anak lebih serius.
Kepustakaan
Kartono, Kartini. (1986). Psikologi Anak. Bandung : Alumni. hurlock,
Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition. New York : Mc.Graw
Hill, Inc.