Anda di halaman 1dari 3

Kelas : B PGSD

Kelompok :2

Anggota :

- Diana Diarti
- Rizky Fitri
- Yuraeda Mufidah
- Ernawati

BELAJAR DAN TEORI BELAJAR


A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya. Menurut Margon menyatakan
bahwa belajar merupakan salah satu yang relative tetap dari tingkah laku sebagai
akibat dari pengalaman. Sedangkan menurut Hilgard menyatakan bahwa belajar
merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian
menimbulkan perubahan yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan
oleh lainnya. Jadi belajar adalah perubahan yang mengandung suatu usaha sadar
untuk mencapai tujuan tertentu.
B. Teori- Teori Belajar
1. Teori Belajat Behaviorisme
Teori behavioristik adalah suah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut
teori conditioning belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi kerena
adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response)
untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Hal terpenting dalam belajar teori classical conditioning adalah adanya
Latihan-latihan yang terus-menerus, agar mengahasilkan perilaku yang terjadi
secara otomatis.
Berdasarkan teori Thorndike (Schunk, 2012) merumuskan peran yang
harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu :
a) Membentuk kebiasaan peserta didik. Jangan berharap kebiasaan itu akan
terbentuk dengan sendirinya.
b) Berhati-hati jangan samapi membentuk kebiasaan yang nantinya harus diubah,
kanera mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang sangat sulit.
c) Jangan membentuk kebiasaan dnegan cara yang sesuai dengan bagaimana
kebiasaan itu akan digunakan.
d) Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu
akan digunakan.
Salah satu contoh aplikasi teori behavioristik yang berkembang yaitu
pembelajaran dengan menggunakan powerpoint dan multimedia.
Pembelajaran dengan prowerpoint senderung terjadi satu arah. Sementara
pembelajaran multimedia, peserta didik diharapkan memiliki pemahaman
yang sama dengan pengembang, materi disusun dengan perencanaan yang
rinci dan ketat dengan urutan yang jelas, Latihan yang diberikan pun
cenderung memiliki satu jawaban benar. Feedback pada pembelajaran dengan
multimedia cenderung diberikan sebagai penguatan dalam setiap soal.
2. Teori kognitivisme
Teori belajar kognitif memandang bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,
yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah
susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak
melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara
kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Penerapan teori kognitif social dalam pembelajaran yaitu seorang guru
perlu fokus pada proses berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat
berdasarkan fungsi kognitig mareka. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan,
seperti memberikan waktu bagi mareka untuk bertanya, kesempatan untuk
membuat kesalahan dan memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan, serta
merefleksikan diri agar dapat membantu mareka dalam memahami proses mental.
3. Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme yaitu teori pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses dan kebebesan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat
apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengamalan baru.
Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran:
a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa
waktu kepada siswa untuk merespons. Berpikir reflektif memerlukan waktu
yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang
lain.
c. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru yang
menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa
untuk mampu menjangkau hal–hal yang berada di balik respons faktual yang
sederhana.
d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa
lainnya. Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang
bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau
menguatkan gagasan-gagasannya.
e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya
diskusi. Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi,
sering kali siswa menghasilkan hipotesis tentang informasi maupun kejadian
yang sedang dialaminya.
f. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi
interaktif. Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme
melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam
dalam dunia nyata.

Anda mungkin juga menyukai