A. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya. Menurut Margon menyatakan bahwa belajar merupakan salah satu yang relative tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan menurut Hilgard menyatakan bahwa belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya. Jadi belajar adalah perubahan yang mengandung suatu usaha sadar untuk mencapai tujuan tertentu. B. Teori- Teori Belajar 1. Teori Belajat Behaviorisme Teori behavioristik adalah suah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut teori conditioning belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi kerena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response) untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Hal terpenting dalam belajar teori classical conditioning adalah adanya Latihan-latihan yang terus-menerus, agar mengahasilkan perilaku yang terjadi secara otomatis. Berdasarkan teori Thorndike (Schunk, 2012) merumuskan peran yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu : a) Membentuk kebiasaan peserta didik. Jangan berharap kebiasaan itu akan terbentuk dengan sendirinya. b) Berhati-hati jangan samapi membentuk kebiasaan yang nantinya harus diubah, kanera mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang sangat sulit. c) Jangan membentuk kebiasaan dnegan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu akan digunakan. d) Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu akan digunakan. Salah satu contoh aplikasi teori behavioristik yang berkembang yaitu pembelajaran dengan menggunakan powerpoint dan multimedia. Pembelajaran dengan prowerpoint senderung terjadi satu arah. Sementara pembelajaran multimedia, peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan pengembang, materi disusun dengan perencanaan yang rinci dan ketat dengan urutan yang jelas, Latihan yang diberikan pun cenderung memiliki satu jawaban benar. Feedback pada pembelajaran dengan multimedia cenderung diberikan sebagai penguatan dalam setiap soal. 2. Teori kognitivisme Teori belajar kognitif memandang bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Penerapan teori kognitif social dalam pembelajaran yaitu seorang guru perlu fokus pada proses berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi kognitig mareka. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan waktu bagi mareka untuk bertanya, kesempatan untuk membuat kesalahan dan memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan, serta merefleksikan diri agar dapat membantu mareka dalam memahami proses mental. 3. Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme yaitu teori pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan kebebesan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam pengamalan baru. Penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran: a. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. b. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespons. Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. c. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal–hal yang berada di balik respons faktual yang sederhana. d. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya. Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. e. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi. Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, sering kali siswa menghasilkan hipotesis tentang informasi maupun kejadian yang sedang dialaminya. f. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif. Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu