1.
Penelitian untuk menduga prevalensi mastitis subklinis akan
dilakukan di kawasan usaha peternakan rakyat Cibungbulang,
Bogor. Penelitian tersebut akan dilakukan dengan menggunakan
sampling acak sederhana. Kerangka penarikan contoh (sampling
frame) penelitian ini adalah data ternak yang tercatat di KPS Bogor.
Rancanglah teknik sampling pada penelitian tersebut. Diketahui
bahwa prevalensi dugaan mastitis subklinis di wilayah tersebut
adalah 30% dan populasi sapi di wilayah tersebut adalah 2000 ekor.
Tingkat kepercayaan pendugaan yang diinginkan adalah 95% dan
tingkat kesalahan maksimum 6%.
2.
Penarikan sampel menggunakan sampling acak sistematik dilakukan
dengan selang tertentu yaitu:
K =(Ukuran Populasi)/(Ukuran Contoh) = 60/20 = 3
Lalu tentukan individu pertama secara acak, missal pedagang ayam di
pasar anyar yang memiliki nomor 2, maka pedagang kedua yaitu
pedagang ke 5 dst.
Sampel Pedagang nomor Sampel Pedagang nomor
1 2 11 32
2 5 12 35
3 8 13 38
4 11 14 41
5 14 15 44
6 17 16 47
7 20 17 50
8 23 18 53
9 26 19 56
10 29 20 59
4.
Penelitian untuk menduga prevalensi penyakit enzootic bovine leukosis
(EBL) akan dilakukan di Kabupaten Sukabumi. Prevalensi dugaan EBL
di wilayah tersebut adalah 30%. Jika diinginkan tingkat kepercayaan
pendugaan 95% dan tingkat kesalahan maksimum 6% maka berapa
sampel size yang diperlukan?
p= 30%=0.3 q= 1-p = 1-0.3 = 0.7 L= 6%= 0.06
5.
Penelitian untuk mendeteksi penyakit atropic rhinitis pada babi akan
dilakukan di suatu kawasan peternakan babi. Jika terdapat penyakit
atropic rhinitis di kawasan terebut maka setidaknya terdapat lebih dari
10 ekor babi yang terinfeksi penyakit di kawasan tersebut. Jika di
kawasan itu terdapat 1000 ekor babi dan tingkat kepercayaan yang
diharapkan 95%, berapa sample size yang diperlukan untuk mendeteksi
penyakit di wilayah tersebut?
a= 95%=0.95 N= 1000 D= 10
n= [1-(1-a)1/D] [N-(D-1)/2]
= [1-(1-0.95)1/10] [1000-(10-1)/2]
= [1-0.7411344491] [995.5]
= [0.2588655509] [995.5]
= 257.70 = 258 ekor
6.
10 dari total 1000 ekor ayam petelur di suatu peternakan diambil secara
acak dan setelah diuji diketahui semuanya bebas dari penyakit pullorum.
Berapa dugaan jumlah maksimum ayam yang terkena pullorum di
peternakan tersebut?
7.
Survey untuk menduga prevalensi kecacingan pada kambing dan
domba akan dilakukan di Kota Bogor. Diketahui bahwa Kota Bogor
memiliki 68 kelurahan dengan distribusi kambing dan domba
sebagai berikut:
No. Villages Total of Goat/Sheep
1 Balungbangjaya 150
2 Bubulak 50
3 Cilendek Barat 200
4 Cilendek Timur 250
5 Curug 300
6 Curugmekar 250
7 Gunungbatu 50
8 Loji 108
9 Margajaya 185
10 Menteng 75
11 Pasirjaya 150
12 Pasirkuda 300
13 Pasirmulya 350
14 Semplak 287
15 Sindangbarang 200
16 Situgede 150
17 Batutulis 1500
18 Bojongkerta 500
19 Bondongan 125
20 Cikaret 800
21 Cipaku 750
22 Empang 550
23 Genteng 200
24 Harjasari 320
25 Kertamaya 150
26 Lawanggintung 0
27 Muarasari 30
28 Mulyaharja 58
29 Pakuan 0
30 Pamoyanan 285
31 Rancamaya 350
32 Ranggamekar 0
33 Babakan 0
34 Babakanpasar 0
No. Villages Total of Goat/Sheep
35 Cibogor 75
36 Ciwaringin 0
37 Gudang 0
38 Kebonkelapa 0
39 Pabaton 0
40 Paledang 0
41 Panaragan 0
42 Sempur 0
43 Tegallega 0
44 Baranangsiang 0
45 Katulampa 150
46 Sindangrasa 75
47 Sindangsari 50
48 Sukasari 100
49 Tajur 50
50 Bantar Jati 0
51 Cibuluh 70
52 Ciluar 50
53 Cimahpar 150
54 Ciparigi 100
55 Kedunghalang 65
56 Tanahbaru 50
57 Tegalgundil 0
58 Cibadak 0
59 Kayumanis 180
60 Kebonpedes 50
61 Kedungbadak 70
62 Kedungjaya 80
63 Kedungwaringin 0
64 Kencana 0
65 Mekarwangi 120
66 Sukadamai 0
67 Sukaresmi 135
68 Tanahsareal 0