Laprak SIMULASI SURVEILANS AKTIF DAN PENYIDIKAN PENYAKIT
Laprak SIMULASI SURVEILANS AKTIF DAN PENYIDIKAN PENYAKIT
Disusun oleh :
Kelompok : 3
Nama / NIM : 1. Jevon Benedicto Umbu P. (20/455276/KH/10438)
2. Ken Wening En R. (20/455277/KH/10439)
3. Kirana Ardiansyah (20/455278/KH/10440)
4. Muhammad Adi Wibisono (20/455279/KH/10441)
5. Marcellina Kusuma W. (20/455280/KH/10442)
6. Muhammad Raihan A. (20/455281/KH/10443)
7. Mutiara Safira Firdaus (20/455282/KH/10444)
8. Nabila Azzahra Q. (20/455283/KH/10445)
9. Nabila Jasmine Fakhriana (20/455284/KH/10446)
Asisten : Hafizhah Nurrahmah
1. Tujuan Surveilans
a. Mengukur dan menganalisis prevalensi Septicaemia epizootica (SE)
b. Mengetahui faktor risiko kejadian Septicaemia epizootica (SE)
2. Jenis Kajian
Jenis Kajian : kajian lintas seksional
Alasan : karena digunakan untuk menyidik prevalensi, mencari penyebab penyakit,
distribusi, serta hubungan antara penyakit dan pendedah dengan mengamati status
pendedahannya, penyidikan dan kajian dilakukan satu kali.
3. Besaran Sampel
a) Besaran sampel
Diketahui :
1). Prevalensi (P) = 4%
2). Galat (L) = 5%
3). Tingkat kepercayaan (Cl) = 95%
4). Q = 1-P = 96%
Ditanya :
Besaran sampel (n) =?
1
Rumus :
4𝑃𝑄
n= 𝐿²
Keterangan :
n = besaran sampel
P = prevalensi
Q = 1-P
L = galat
Jawab :
4𝑃𝑄
n= 𝐿²
4.0,04.0,96
n= 0,05²
0,1536
n= 0,0025
n = 62
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2. Sampel peternak yang dibutuhkan =
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘
2
Jawab :
1200
1. Rerata kepemilikan ternak =
590
= 2,03 = 2 ekor
310
2. Sampel peternak yang dibutuhkan =
2
= 155 peternak
d) Interpretasi:
Jadi, besaran sampel peternak dalam 6 kecamatan yang dibutuhkan adalah sebanyak
155 peternak.
4. Teknik Sampling
- Teknik Sampling :
a) Teknik Sampling Random Sederhana
b) Teknik Sampling Tahapan Ganda
c) Teknik Sampling Kluster
- Alasan :
a) Teknik Sampling Sederhana digunakan ketika dilakukan pengambilan data
dengan menggunakan randomizer.
b) Teknik Sampling Tahapan Ganda digunakan ketika dilakukan pengambilan
sampel dalam beberapa tahapan.
c) Teknik Sampling Kluster digunakan ketika dilakukan pengambilan data
berdasarkan kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara alami
berkumpul bersama tanpa adanya tingkatan tertentu.
1) Buat kerangka sampling tiap kecamatan, kemudian cari 3 angka random pada tiap
kecamatan, untuk memilih dusun yang akan dijadikan sampel.
● Tabel 4.1
No. Kecamatan Dusun Jumlah Peternak Kerangka Sampling
1. Cangkringan Cangkringan 6 0-5
Jaranan 9 6-14
Banjarsari 10 15-24
3
Ngancar 13 25-37
Glagahmalang 16 38-53
Palemsari 9 54-62
Pangukrejo 11 63-73
Gondang 8 74-81
4
Sumberwatu 38 62-99
Dawangsari 18 100-117
Kikis 4 118-121
Gedang 11 122-132
Mlakan 4 133-136
5
2) Setelah 3 dusun dari masing-masing kecamatan terpilih, masukkan ke dalam tabel
berikut
● Tabel 4.2
No. Kecamatan Dusun Jumlah Peternak
1. Cangkringan Banjarsari (21) 10
Glagahmalang (47) 16
Pangukrejo (68) 11
Total 37
2. Ngemplak Morangan (16) 9
Krebet (84) 23
Macanan (159) 14
Total 46
3. Kalasan Cageran (24) 12
Demangan (39) 15
Ngrangsan (55) 8
Total 35
4. Prambanan Lemahbang (8) 18
Sumberwatu (94) 38
Gedang (123) 11
Total 67
5. Tempel Plotengan (12) 9
Blumbang (41) 11
Kembang (75) 5
Total 25
6. Turi Wonosari (2) 5
Bangunsari (23) 4
Sempu (51) 10
Total 19
Total 229
37
1. Cangkringan = 229
× 155 = 25,04 = 26 peternak
46
2. Ngemplak = 229
× 155 = 31,14 = 32 peternak
35
3. Kalasan = 229
× 155 = 23,69 = 24 peternak
6
67
4. Prambanan = 229
× 155 = 45,35 = 46 peternak
25
5. Tempel = 229
× 155 = 16,92 = 17 peternak
19
6. Turi = 229
× 155 = 12,86 = 13 peternak
4) Cari besaran sampel peternak tiap dusun kemudian random peternak terpilih
sebanyak besaran sampel peternak tiap dusun yang sudah dihitung
Besaran sampel peternak di tiap dusun
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑑𝑢𝑠𝑢𝑛
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑢𝑠𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ
x Besaran sampel peternak tiap kecamatan
A. Cangkringan
10
1. Banjarsari = 37
× 26 = 7,03 = 8 peternak
Hasil random = 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
16
2. Glagahmalang = 37
× 26 = 11,24 = 12 peternak
Hasil random = 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10
B. Ngemplak
9
1. Morangan = 46
× 32 = 6,26 = 7 peternak
Hasil random = 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9
23
2. Krebet = 46
× 32 = 16 peternak
Hasil random = 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22
14
3. Macanan = 46
× 32 = 9,74 = 10 peternak
C. Kalasan
12
1. Cageran = 35
× 24 = 8,23 = 9 peternak
7
Hasil random = 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12
15
2. Demangan = 35
× 24 = 10,28 = 11 peternak
Hasil random = 3, 4, 5, 6, 7, 8
D. Prambanan
18
1. Lemahbang = 67
× 46 = 12,36 = 13 peternak
Hasil random = 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 24,
25, 26, 28, 29, 31, 33, 35, 37
11
3. Gedang = 67
× 46 = 7,55 = 8 peternak
Hasil random = 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 11
E. Tempel
9
1. Plotengan = 25
× 17 = 6,12 = 7 peternak
Hasil random = 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9
11
2. Blumbang = 25
× 17 = 7,48 = 8 peternak
Hasil random = 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10
5
3. Kembang = 25
× 17 = 3,40 = 4 peternak
Hasil random = 1, 2, 4, 5
F. Turi
5
1. Wonosari = 19
× 13 = 3,42 = 4 peternak
Hasil random = 1, 3, 4, 5
4
2. Bangunsari = 19
× 13 = 2,74 = 3 peternak
8
Hasil random = 1, 2, 4
10
3. Sempu = 19
× 13 = 6,84 = 7 peternak
Hasil random = 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9
5) Sehingga distribusi sampel yang diambil dari wilayah kajian adalah sebagai berikut:
● Tabel 4.3
No. Kecamatan Dusun (kode) Kode Peternak Populasi (ekor)
(kode)
1. Cangkringan (1) Banjarsari (103) 10301 2
10304 2
10305 2
10306 3
10307 1
10308 3
10309 1
10310 1
Glagahmalang (105) 10501 3
10502 4
10503 2
10504 2
10505 1
10506 2
10508 3
10509 3
10511 2
10512 1
10514 2
10515 2
Pangukrejo (107) 10701 3
10702 3
10703 2
10705 1
10706 4
10707 2
10709 1
10710 2
2. Ngemplak (2) Morangan (202) 20202 2
20203 3
20204 2
20205 3
20206 2
Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM
9
20208 1
20209 2
Krebet (206) 20601 2
20602 3
20604 2
20605 2
20606 1
20608 2
20609 2
20610 2
20612 2
20614 1
20615 1
20616 2
20617 2
20619 2
20620 2
20622 4
Macanan (209) 20901 4
20903 3
20904 1
20905 1
20907 3
20908 3
20909 2
20910 2
20912 1
20913 2
3. Kalasan (3) Cageran (303) 30301 2
30302 1
30304 2
30305 2
30307 2
30309 1
30310 2
30311 1
30312 3
Demangan (305) 30501 2
30502 2
30503 2
30504 2
30506 1
30508 3
10
30509 1
30511 1
30512 3
30514 1
30515 1
Ngrangsan (306) 30603 1
30604 2
30605 1
30606 2
30607 1
30608 1
4. Prambanan (4) Lemahbang (401) 40102 2
40104 3
40105 2
40106 1
40107 1
40108 1
40109 1
40111 2
40113 1
40115 1
40116 1
40117 1
40118 2
Sumberwatu (405) 40501 2
40502 2
40503 3
40504 2
40505 2
40507 1
40508 1
40509 1
40510 5
40512 1
40513 3
40514 3
40515 2
40516 3
40517 2
40518 2
40520 2
40522 1
40524 4
11
40525 2
40526 2
40528 3
40529 1
40531 2
40533 1
40535 2
40537 2
Gedang (408) 40801 1
40802 1
40803 4
40804 2
40807 3
40808 2
40809 4
40811 1
5. Tempel (5) Plotengan (502) 50202 3
50203 2
50204 2
50205 2
50206 1
50207 3
50209 3
Blumbang (505) 50501 1
50503 1
50504 2
50506 2
50507 1
50508 3
50509 2
50510 2
Kembang (508) 50801 2
50802 3
50804 1
50805 2
6. Turi (6) Wonosari (601) 60101 4
60103 3
60104 5
60105 1
Bangunsari (604) 60401 5
60402 3
60404 5
Sempu (607) 60702 3
12
60703 2
60704 1
60705 1
60706 2
60708 2
60709 3
5. Menyusun Kuisioner
Koding untuk jawaban daftar pertanyaan kuesioner
Faktor Jawaban kode
Jenis sapi Sapi PO (warna badan putih) 1
Sapi SIMPO (warna badan merah) 2
Sapi LIMPO (warna badan hijau) 3
Status kesehatan Sakit 1
Sehat/tidak sakit 0
Umur Pedet 1
Dara 2
Dewasa 3
Status Vaksin Sudah divaksinasi 0
Belum divaksinasi 1
Kondisi kandang Becek 1
Kering 0
13
d. Bagaimana status vaksinasi sapi yang dimiliki?
0 = sudah divaksinasi
1 = belum divaksinasi
e. Bagaimana kondisi kandang sapi?
0 = kering
1 = becek
6. Melaksanakan Kajian
Lokasi penelitian : Kabupaten Sleman
Waktu penelitian : Februari-April 2022
Data primer : Kuesioner yang ditanyakan pada para peternak
Data sekunder : Prevalensi SE pada kabupaten lain sebesar 4%
7. Menyusun Database
Database terlampir.
8. Analisis Data
a. Deskripsi
1) Tabel statistik seluruh factor
Status
Kesehata Status Kondisi
Jenis Sapi n Vaksin Kandang Umur
Missing 0 0 0 0 0
Modus 3 0 1 1 3
14
Variance 0,698 0,195 0,238 0,171 0,641
Minimum 1 0 0 0 1
Maksimum 3 1 1 1 3
15
4) Bar chart status vaksin
7) Prevalensi penyakit
Diketahui:
- PAR = 344 ekor
- D+ = 91
16
Ditanya:
Prevalensi penyakit SE di Kabupaten Sleman pada tahun 2022?
Jawab:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑝𝑖 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡
Prevalensi SE (%) = 𝑃𝐴𝑅
× 100%
91
Prevalensi SE (%) = 344
× 100%
Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-
F+ 19 72 91
PO
F- 72 181 253
Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 1,976 yang
berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak
terdapat asosiasi antara status kesehatan dengan jenis sapi PO
17
2) Tabel 2x2 Jenis Sapi LIMPO terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan
Kekuatan Asosiasinya
Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-
F+ 48 116 164
(LIMPO)
LIMPO
F- 43 137 180
(Non LIMPO)
Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 1,276 atau 1,28
yang berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
tidak terdapat asosiasi antara status kesehatan dengan jenis sapi LIMPO
3) Tabel 2x2 Jenis Sapi SIMPO terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan
Kekuatan Asosiasinya
Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-
F+ 24 65 89
(SIMPO)
SIMPO
F- 67 188 255
(Non SIMPO)
Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 0,016 atau 0,02 yang
berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak
terdapat asosiasi antara status kesehatan dengan jenis sapi SIMPO
18
4) Tabel 2x2 Status Vaksin terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan Kekuatan
Asosiasinya
Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-
F+ 91 120 211
(Belum)
Status Vaksin
F- 0 133 133
(Sudah)
Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 77,992 atau
77,99 yang berarti nilai X² > 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap status vaksin yang akan
berlanjut untuk mencari kekuatan asosiasi.
Kekuatan asosiasi dapat dengan menghitung OR dan RR. Untuk nilai OR, dilihat
dari rumus, maka tidak perlu dicari karena C = 0. Dan nilai RR, sesuai pada tabel
hasil, yaitu 1,758 atau 1,76 yang berarti RR > 1 (asosiasi positif). Jadi, Tingkat
risiko kejadian penyakit x pada kelompok terdedah 1,76 kali lebih besar daripada
kelompok tidak terdedah.
5) Tabel 2x2 Kondisi Kandang terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan
Kekuatan Asosiasinya
Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-
F+ 85 184 269
Kondisi (Becek)
Kandang F- 6 69 75
(Kering)
19
Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 16,787 atau
16,79 yang berarti nilai X² > 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap status vaksin yang akan
berlanjut untuk mencari kekuatan asosiasi.
Kekuatan asosiasi dapat dengan menghitung OR dan RR. Untuk nilai OR, dilihat
dari tabel hasil adalah 5,313 atau 5,31. Sehingga Tingkat risiko kejadian
kejadian penyakit x pada kelompok terdedah 5,31 kali lebih besar daripada
kelompok tidak terdedah. Dan nilai RR, sesuai pada tabel hasil, yaitu 1,345 atau
1,34 yang berarti RR > 1 (asosiasi positif). Jadi, Tingkat risiko kejadian kejadian
kejadian penyakit penyakit x pada kelompok terdedah 1,34 kali lebih besar
daripada kelompok tidak terdedah.
6) Tabel 2x2 Pedet terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan Kekuatan
Asosiasinya
Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-
F+ 18 54 72
(Pedet)
Pedet
F- 73 199 272
(Non Pedet)
Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 0,099 atau 0,10
yang berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
tidak terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap umur sapi pedet.
20
7) Tabel 2x2 Dara terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan Kekuatan
Asosiasinya
Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-
F+ 23 64 87
(Dara)
Dara
F- 68 169 257
(Non Dara)
Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 0,00 yang
berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak
terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap umur sapi dara.
8) Tabel 2x2 Dewasa terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan Kekuatan
Asosiasinya
Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-
F+ 50 135 185
(Dewasa)
Dewasa
F- 41 118 159
(Non Dewasa)
Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 0,068 atau 0,07
yang berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
tidak terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap umur sapi dewasa.
21
9. Kesimpulan
22
faktor kondisi kandang sebesanilai kekebalan SE dengan faktor kondisi kandang sebesar
16.79, nilai kekebalan SE dengan faktor kondisi kandang pada umur sapi pedet sebesar
0.10, nilai kekebalan SE dengan faktor kondisi kandang pada umur sapi dara sebesar
0.00, nilai kekebalan SE dengan faktor kondisi kandang pada umur sapi dewasa 0.07.
Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempunyai asosiasi
signifikan (> 3,84) yaitu dengan kekebalan ternak terhadap status vaksin yang memiliki
nilai RR = 1.76 yang berarti asosiasi positif, kondisi kandang yang memiliki nilai OR =
5.31 dan RR = 1.34 yang berarti asosiasi positif. Sedangkan faktor yang tidak berasosiasi
dengan kekebalan ternak terhadap SE adalah status kesehatan dengan jenis sapi PO,
LIMPO, dan SIMPO, dan status kesehatan pada umur sapi pedet, dara, dan dewasa.
10.Rekomendasi
23
tetap bersih karena menurut Syibli dkk. (2014), cara penularan penyakit SE adalah
dengan melalui kontak atau melalui makanan, minuman, dan alat (kandang) yang
tercemar. Selain itu vaksinasi dilakukan agar penularan penyakit SE pada peternakan
dapat diminimalisir serta tetap dilakukan kegiatan monitoring karena menurut Cantona
dkk. (2020) salah satu kelemahan program vaksinasi yang umum dijalankan adalah tidak
adanya tindak lanjut monitoring terhadap hasil vaksinasi sehingga hasil vaksinasi tidak
dapat dievaluasi dengan baik.
24
Daftar Pustaka
Berek, H.S.D., Nugroho, Widagdo S., dan Wahyuni, A.E.T.H. (2015). Protektivitas Sapi di
Kabupaten Kupang terhadap Penyakit Ngorok (Septicaemia epizootica). Jurnal
Veteriner. 16(2): 167-173
Cantona, M. H., Sanam, M. U., Utami, T., Tophianong, T., dan Widi, A. (2020). Evaluasi
Titer Antibodi Pasca Vaksinasi Septicaemia epizootica Pada Sapi Bali di Kota
Kupang. Jurnal Kajian Veteriner. 8(1): 69-80
Syibli, M. dan Tim Penyusun. (2014). Manual Penyakit Hewan Mamalia. Subdit
Pengamatan Penyakit Hewan, Kementrian Pertanian: Jakarta
25
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1cLb3HiB5-qnQ0Xt7OjtwAvLwGDTV1VxE/edit?u
sp=sharing&ouid=106790201102975148327&rtpof=true&sd=true
26
Tabel 2x2 Asosiasi Faktor Penyebab terhadap Kejadian Penyakit
27
1. Jenis Sapi LIMPO terhadap Status Kesehatan
28
2. Jenis Sapi SIMPO terhadap Status Kesehatan
29
3. Status Vaksin terhadap Status Kesehatan
30
4. Kondisi Kandang terhadap Status Kesehatan
31
5. Sapi Umur Pedet terhadap Status Kesehatan
32
6. Sapi umur Dara terhadap Status Kesehatan
33
7. Sapi Umur Dewasa terhadap Status Kesehatan
34