Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM EPIDEMIOLOGI DAN EKONOMI

VETERINER (KHU 2071)


ACARA 7
SIMULASI SURVEILANS AKTIF DAN PENYIDIKAN PENYAKIT

Disusun oleh :

Kelompok : 3
Nama / NIM : 1. Jevon Benedicto Umbu P. (20/455276/KH/10438)
2. Ken Wening En R. (20/455277/KH/10439)
3. Kirana Ardiansyah (20/455278/KH/10440)
4. Muhammad Adi Wibisono (20/455279/KH/10441)
5. Marcellina Kusuma W. (20/455280/KH/10442)
6. Muhammad Raihan A. (20/455281/KH/10443)
7. Mutiara Safira Firdaus (20/455282/KH/10444)
8. Nabila Azzahra Q. (20/455283/KH/10445)
9. Nabila Jasmine Fakhriana (20/455284/KH/10446)
Asisten : Hafizhah Nurrahmah

DEPARTEMEN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
LAPORAN PRAKTIKUM EPIDEMIOLOGI DAN EKONOMI
VETERINER

I. JUDUL PRAKTIKUM : Simulasi Surveilans Aktif dan Penyidikan Penyakit


II. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui dan memahami perbedaan surveilans dan monitoring


2. Mengetahui dan memahami pendekatan surveilans berdasarkan status penyakit
3. Mengetahui dan memahami tahapan pelaksanaan surveilans

III. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

1. Tujuan Surveilans
a. Mengukur dan menganalisis prevalensi Septicaemia epizootica (SE)
b. Mengetahui faktor risiko kejadian Septicaemia epizootica (SE)
2. Jenis Kajian
Jenis Kajian : kajian lintas seksional
Alasan : karena digunakan untuk menyidik prevalensi, mencari penyebab penyakit,
distribusi, serta hubungan antara penyakit dan pendedah dengan mengamati status
pendedahannya, penyidikan dan kajian dilakukan satu kali.

3. Besaran Sampel
a) Besaran sampel
Diketahui :
1). Prevalensi (P) = 4%
2). Galat (L) = 5%
3). Tingkat kepercayaan (Cl) = 95%
4). Q = 1-P = 96%
Ditanya :
Besaran sampel (n) =?

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

1
Rumus :
4𝑃𝑄
n= 𝐿²

Keterangan :
n = besaran sampel
P = prevalensi
Q = 1-P
L = galat
Jawab :
4𝑃𝑄
n= 𝐿²

4.0,04.0,96
n= 0,05²

0,1536
n= 0,0025

n = 62

b) Besaran sampel yang diperoleh, dikali 5 untuk mengurangi bias


n = 62 x 5
= 310

c) Konversi jumlah sampel hewan menjadi jumlah sampel peternak


Diketahui :
1. Jumlah ternak = 1200
2. Jumlah peternak = 590 peternak
Ditanya :
Berapa jumlah sampel peternak yang dibutuhkan ?
Rumus :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘
1. Rerata kepemilikan ternak =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘

𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2. Sampel peternak yang dibutuhkan =
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

2
Jawab :
1200
1. Rerata kepemilikan ternak =
590
= 2,03 = 2 ekor
310
2. Sampel peternak yang dibutuhkan =
2
= 155 peternak
d) Interpretasi:
Jadi, besaran sampel peternak dalam 6 kecamatan yang dibutuhkan adalah sebanyak
155 peternak.

4. Teknik Sampling
- Teknik Sampling :
a) Teknik Sampling Random Sederhana
b) Teknik Sampling Tahapan Ganda
c) Teknik Sampling Kluster
- Alasan :
a) Teknik Sampling Sederhana digunakan ketika dilakukan pengambilan data
dengan menggunakan randomizer.
b) Teknik Sampling Tahapan Ganda digunakan ketika dilakukan pengambilan
sampel dalam beberapa tahapan.
c) Teknik Sampling Kluster digunakan ketika dilakukan pengambilan data
berdasarkan kelompok, daerah, atau kelompok subjek yang secara alami
berkumpul bersama tanpa adanya tingkatan tertentu.

1) Buat kerangka sampling tiap kecamatan, kemudian cari 3 angka random pada tiap
kecamatan, untuk memilih dusun yang akan dijadikan sampel.
● Tabel 4.1
No. Kecamatan Dusun Jumlah Peternak Kerangka Sampling
1. Cangkringan Cangkringan 6 0-5
Jaranan 9 6-14
Banjarsari 10 15-24

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

3
Ngancar 13 25-37
Glagahmalang 16 38-53
Palemsari 9 54-62
Pangukrejo 11 63-73
Gondang 8 74-81

2. Ngemplak Kentingan 13 0-12


Morangan 9 11-21
Tambakan 20 22-41
Kejambon Lor 13 42-54
Kejambon Kidul 17 55-71
Krebet 23 72-94
Rogobangsan 26 95-120
Kalibulus 33 121-153
Macanan 14 154-167
Cokrogaten 9 168-176

3 Kalasan Pucung 13 0-12


Caturharjo 10 13-22
Cageran 12 23-34
Daleman 3 35-37
Demangan 15 38-52
Ngrangsan 8 53-60
Salakan 2 61-62

4 Prambanan Lemahbang 18 0-17


Nawung 21 18-38
Kalinongko Lor 13 39-51
Kalinongko Kidul 10 52-61

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

4
Sumberwatu 38 62-99
Dawangsari 18 100-117
Kikis 4 118-121
Gedang 11 122-132
Mlakan 4 133-136

5 Tempel Ngentak 11 0-10


Plotengan 9 11-19
Jlopo 9 20-28
Karanglo 9 29-37
Blumbang 11 38-48
Trumpon 14 49-62
Dermo 9 63-71
Kembang 5 72-76

6 Turi Wonosari 5 0-4


Gadung 9 5-13
Ganggung 8 14-21
Bangunsari 4 22-25
Tunggularum 8 26-33
Gendoarum 10 34-43
Sempu 10 44-53
Total 590

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

5
2) Setelah 3 dusun dari masing-masing kecamatan terpilih, masukkan ke dalam tabel
berikut
● Tabel 4.2
No. Kecamatan Dusun Jumlah Peternak
1. Cangkringan Banjarsari (21) 10
Glagahmalang (47) 16
Pangukrejo (68) 11
Total 37
2. Ngemplak Morangan (16) 9
Krebet (84) 23
Macanan (159) 14
Total 46
3. Kalasan Cageran (24) 12
Demangan (39) 15
Ngrangsan (55) 8
Total 35
4. Prambanan Lemahbang (8) 18
Sumberwatu (94) 38
Gedang (123) 11
Total 67
5. Tempel Plotengan (12) 9
Blumbang (41) 11
Kembang (75) 5
Total 25
6. Turi Wonosari (2) 5
Bangunsari (23) 4
Sempu (51) 10
Total 19
Total 229

3) Cari besaran sampel peternak tiap kecamatan


Besaran sampel peternakan di tiap kecamatan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑢𝑠𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ
× Besaran sampel peternak

37
1. Cangkringan = 229
× 155 = 25,04 = 26 peternak
46
2. Ngemplak = 229
× 155 = 31,14 = 32 peternak
35
3. Kalasan = 229
× 155 = 23,69 = 24 peternak

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

6
67
4. Prambanan = 229
× 155 = 45,35 = 46 peternak
25
5. Tempel = 229
× 155 = 16,92 = 17 peternak
19
6. Turi = 229
× 155 = 12,86 = 13 peternak

4) Cari besaran sampel peternak tiap dusun kemudian random peternak terpilih
sebanyak besaran sampel peternak tiap dusun yang sudah dihitung
Besaran sampel peternak di tiap dusun
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑑𝑢𝑠𝑢𝑛
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑢𝑠𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ
x Besaran sampel peternak tiap kecamatan

A. Cangkringan
10
1. Banjarsari = 37
× 26 = 7,03 = 8 peternak

Hasil random = 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
16
2. Glagahmalang = 37
× 26 = 11,24 = 12 peternak

Hasil random = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15


11
3. Pangukrejo = 37
× 26 = 7,73 = 8 peternak

Hasil random = 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10

B. Ngemplak
9
1. Morangan = 46
× 32 = 6,26 = 7 peternak

Hasil random = 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9
23
2. Krebet = 46
× 32 = 16 peternak

Hasil random = 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22
14
3. Macanan = 46
× 32 = 9,74 = 10 peternak

Hasil random = 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13

C. Kalasan
12
1. Cageran = 35
× 24 = 8,23 = 9 peternak

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

7
Hasil random = 1, 2, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12
15
2. Demangan = 35
× 24 = 10,28 = 11 peternak

Hasil random = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15


8
3. Ngrangsan = 35
× 24 = 5,48 = 6 peternak

Hasil random = 3, 4, 5, 6, 7, 8

D. Prambanan
18
1. Lemahbang = 67
× 46 = 12,36 = 13 peternak

Hasil random = 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 15, 16, 17, 18


38
2. Sumberwatu = 67
× 46 = 26,09 = 27 peternak

Hasil random = 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 24,
25, 26, 28, 29, 31, 33, 35, 37
11
3. Gedang = 67
× 46 = 7,55 = 8 peternak

Hasil random = 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 11

E. Tempel
9
1. Plotengan = 25
× 17 = 6,12 = 7 peternak

Hasil random = 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9
11
2. Blumbang = 25
× 17 = 7,48 = 8 peternak

Hasil random = 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10
5
3. Kembang = 25
× 17 = 3,40 = 4 peternak

Hasil random = 1, 2, 4, 5

F. Turi
5
1. Wonosari = 19
× 13 = 3,42 = 4 peternak

Hasil random = 1, 3, 4, 5
4
2. Bangunsari = 19
× 13 = 2,74 = 3 peternak

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

8
Hasil random = 1, 2, 4
10
3. Sempu = 19
× 13 = 6,84 = 7 peternak

Hasil random = 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9

5) Sehingga distribusi sampel yang diambil dari wilayah kajian adalah sebagai berikut:
● Tabel 4.3 
No. Kecamatan Dusun  (kode) Kode Peternak  Populasi (ekor)
(kode)
1. Cangkringan (1) Banjarsari (103) 10301 2
10304 2
10305 2
10306 3
10307 1
10308 3
10309 1
10310 1
Glagahmalang (105) 10501 3
10502 4
10503 2
10504 2
10505 1
10506 2
10508 3
10509 3
10511 2
10512 1
10514 2
10515 2
Pangukrejo (107) 10701 3
10702 3
10703 2
10705 1
10706 4
10707 2
10709 1
10710 2
2. Ngemplak (2) Morangan (202) 20202 2
20203 3
20204 2
20205 3
20206 2
Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

9
20208 1
20209 2
Krebet (206) 20601 2
20602 3
20604 2
20605 2
20606 1
20608 2
20609 2
20610 2
20612 2
20614 1
20615 1
20616 2
20617 2
20619 2
20620 2
20622 4
Macanan (209) 20901 4
20903 3
20904 1
20905 1
20907 3
20908 3
20909 2
20910 2
20912 1
20913 2
3. Kalasan (3) Cageran (303) 30301 2
30302 1
30304 2
30305 2
30307 2
30309 1
30310 2
30311 1
30312 3
Demangan (305) 30501 2
30502 2
30503 2
30504 2
30506 1
30508 3

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

10
30509 1
30511 1
30512 3
30514 1
30515 1
Ngrangsan (306) 30603 1
30604 2
30605 1
30606 2
30607 1
30608 1
4. Prambanan (4) Lemahbang (401) 40102 2
40104 3
40105 2
40106 1
40107 1
40108 1
40109 1
40111 2
40113 1
40115 1
40116 1
40117 1
40118 2
Sumberwatu (405) 40501 2
40502 2
40503 3
40504 2
40505 2
40507 1
40508 1
40509 1
40510 5
40512 1
40513 3
40514 3
40515 2
40516 3
40517 2
40518 2
40520 2
40522 1
40524 4

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

11
40525 2
40526 2
40528 3
40529 1
40531 2
40533 1
40535 2
40537 2
Gedang (408) 40801 1
40802 1
40803 4
40804 2
40807 3
40808 2
40809 4
40811 1
5. Tempel (5) Plotengan (502) 50202 3
50203 2
50204 2
50205 2
50206 1
50207 3
50209 3
Blumbang (505) 50501 1
50503 1
50504 2
50506 2
50507 1
50508 3
50509 2
50510 2
Kembang (508) 50801 2
50802 3
50804 1
50805 2
6. Turi (6) Wonosari (601) 60101 4
60103 3
60104 5
60105 1
Bangunsari (604) 60401 5
60402 3
60404 5
Sempu (607) 60702 3

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

12
60703 2
60704 1
60705 1
60706 2
60708 2
60709 3

6) Selanjutnya, ambil data


Ambil data sampel ke aplikasi simulasi: 
https://kesmavetugm.com 

5. Menyusun Kuisioner
 Koding untuk jawaban daftar pertanyaan kuesioner
Faktor  Jawaban  kode
Jenis sapi Sapi PO (warna badan putih) 1
Sapi SIMPO (warna badan merah) 2
Sapi LIMPO (warna badan hijau) 3
Status kesehatan  Sakit  1
Sehat/tidak sakit 0
Umur  Pedet 1
Dara  2
Dewasa 3
Status Vaksin Sudah divaksinasi 0
Belum divaksinasi 1
Kondisi kandang Becek  1
Kering  0

Daftar Pertanyaan/Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor


penyebab/risiko:
a. Jenis sapi apa yang dimiliki oleh peternak?
1 = Sapi PO (warna badan putih)
2 = Sapi SIMPO (warna badan merah)
3 = Sapi LIMPO (warna badan hijau)
b. Bagaimana status kesehatan sapi yang dimiliki?
0 = Sehat/tidak sakit
1 = Sakit
c. Tergolong apa umur sapi yang dimiliki?
1 = Pedet
2 = Dara
3 = Dewasa

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

13
d. Bagaimana status vaksinasi sapi yang dimiliki?
0 = sudah divaksinasi
1 = belum divaksinasi
e. Bagaimana kondisi kandang sapi?
0 = kering
1 = becek

6. Melaksanakan Kajian
Lokasi penelitian : Kabupaten Sleman
Waktu penelitian : Februari-April 2022
Data primer : Kuesioner yang ditanyakan pada para peternak
Data sekunder : Prevalensi SE pada kabupaten lain sebesar 4%

7. Menyusun Database
Database terlampir.

8. Analisis Data
a. Deskripsi
1) Tabel statistik seluruh factor

Status
Kesehata Status Kondisi
Jenis Sapi n Vaksin Kandang Umur

N Valid 344 344 344 344 344

Missing 0 0 0 0 0

Mean 2,21 0,26 0,61 0,78 2,33

Median 2,00 0,00 1,00 1,00 3,00

Modus 3 0 1 1 3

Std. Deviation 0,836 0,442 0,488 0,414 0,801

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

14
Variance 0,698 0,195 0,238 0,171 0,641

Skewness -0,416 1,072 -0,468 -1,372 -0,662

Std. Error of Skewness 0,131 0,131 0,131 0,131 0,131

Kurtosis -1,445 -0,855 -1,792 -0,119 -1,128

Std. Error of Kurtosis 0,262 0,262 0,262 0,262 0,262

Minimum 1 0 0 0 1
Maksimum 3 1 1 1 3

2) Bar chart jenis sapi

3) Bar chart status kesehatan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

15
4) Bar chart status vaksin

5) Bar chart kondisi kandang

6) Bar chart umur

7) Prevalensi penyakit
Diketahui:
- PAR = 344 ekor
- D+ = 91

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

16
Ditanya:
Prevalensi penyakit SE di Kabupaten Sleman pada tahun 2022?
Jawab:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑝𝑖 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡
Prevalensi SE (%) = 𝑃𝐴𝑅
× 100%
91
Prevalensi SE (%) = 344
× 100%

Prevalensi SE (%) = 26,45%


Interpretasi:
Jadi, prevalensi penyakit SE di Kabupaten Sleman pada tahun 2022 adalah sebesar
26,45 %.

b. Asosiasi Faktor Penyebab terhadap Kejadian Penyakit


1) Tabel 2x2 Jenis Sapi PO terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan Kekuatan
Asosiasinya

Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-

F+ 19 72 91
PO
F- 72 181 253

Jumlah 91 253 344

Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 1,976 yang
berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak
terdapat asosiasi antara status kesehatan dengan jenis sapi PO

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

17
2) Tabel 2x2 Jenis Sapi LIMPO terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan
Kekuatan Asosiasinya

Status Kesehatan
Jumlah

D+ D-

F+ 48 116 164
(LIMPO)
LIMPO
F- 43 137 180
(Non LIMPO)

Jumlah 91 253 344

Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 1,276 atau 1,28
yang berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
tidak terdapat asosiasi antara status kesehatan dengan jenis sapi LIMPO
3) Tabel 2x2 Jenis Sapi SIMPO terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan
Kekuatan Asosiasinya

Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-

F+ 24 65 89
(SIMPO)
SIMPO
F- 67 188 255
(Non SIMPO)

Jumlah 91 253 344

Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 0,016 atau 0,02 yang
berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak
terdapat asosiasi antara status kesehatan dengan jenis sapi SIMPO

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

18
4) Tabel 2x2 Status Vaksin terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan Kekuatan
Asosiasinya

Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-

F+ 91 120 211
(Belum)
Status Vaksin
F- 0 133 133
(Sudah)

Jumlah 91 253 344

Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 77,992 atau
77,99 yang berarti nilai X² > 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap status vaksin yang akan
berlanjut untuk mencari kekuatan asosiasi.
Kekuatan asosiasi dapat dengan menghitung OR dan RR. Untuk nilai OR, dilihat
dari rumus, maka tidak perlu dicari karena C = 0. Dan nilai RR, sesuai pada tabel
hasil, yaitu 1,758 atau 1,76 yang berarti RR > 1 (asosiasi positif). Jadi, Tingkat
risiko kejadian penyakit x pada kelompok terdedah 1,76 kali lebih besar daripada
kelompok tidak terdedah.
5) Tabel 2x2 Kondisi Kandang terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan
Kekuatan Asosiasinya

Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-

F+ 85 184 269
Kondisi (Becek)
Kandang F- 6 69 75
(Kering)

Jumlah 91 253 344

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

19
Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 16,787 atau
16,79 yang berarti nilai X² > 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap status vaksin yang akan
berlanjut untuk mencari kekuatan asosiasi.
Kekuatan asosiasi dapat dengan menghitung OR dan RR. Untuk nilai OR, dilihat
dari tabel hasil adalah 5,313 atau 5,31. Sehingga Tingkat risiko kejadian
kejadian penyakit x pada kelompok terdedah 5,31 kali lebih besar daripada
kelompok tidak terdedah. Dan nilai RR, sesuai pada tabel hasil, yaitu 1,345 atau
1,34 yang berarti RR > 1 (asosiasi positif). Jadi, Tingkat risiko kejadian kejadian
kejadian penyakit penyakit x pada kelompok terdedah 1,34 kali lebih besar
daripada kelompok tidak terdedah.
6) Tabel 2x2 Pedet terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan Kekuatan
Asosiasinya

Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-

F+ 18 54 72
(Pedet)
Pedet
F- 73 199 272
(Non Pedet)

Jumlah 91 253 344

Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 0,099 atau 0,10
yang berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
tidak terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap umur sapi pedet.

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

20
7) Tabel 2x2 Dara terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan Kekuatan
Asosiasinya

Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-

F+ 23 64 87
(Dara)
Dara
F- 68 169 257
(Non Dara)

Jumlah 91 253 344

Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 0,00 yang
berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak
terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap umur sapi dara.
8) Tabel 2x2 Dewasa terhadap Status Kesehatan, Nilai Asosiasi dan Kekuatan
Asosiasinya

Status Kesehatan
Jumlah
D+ D-

F+ 50 135 185
(Dewasa)
Dewasa
F- 41 118 159
(Non Dewasa)

Jumlah 91 253 344

Pada tabel 2x2, diperoleh nilai dari Pearson Chi-Square sebesar 0,068 atau 0,07
yang berarti nilai X² < 3,84 sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
tidak terdapat asosiasi antara status kesehatan terhadap umur sapi dewasa.

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

21
9. Kesimpulan

Surveilans adalah kegiatan mengumpulkan informasi, menganalisis, dan


melakukan tindakan penanganan penyakit berdasarkan rekomendasi hasil analisis untuk
mengendalikan penyakit, dilakukan secara sistematis dan terus menerus, serta dapat
menentukan tindakan yang diambil setelah menghitung prevalensi dan insidensi.
Sedangkan monitoring adalah usaha yang terus menerus untuk mendapatkan taksiran
kesehatan dan penyakit pada populasi, serta bisa digunakan untuk menghitung prevalensi
dan insidensi.
Pendekatan surveilans berdasarkan status penyakit terbagi menjadi ada dan
tidaknya suatu penyakit. Jika tidak ada penyakit, maka pendekatan yang digunakan
adalah deteksi dini dan status bebas, jika ada penyakit, maka pendekatan yang digunakan
adalah penemuan kasus dan pengukuran penyakit.
Tahapan pelaksanaan surveilans dimulai dari menetapkan tujuan kajian,
menentukan jenis kajian yang akan digunakan, menghitung besaran sampel, menetapkan
teknik sampling yang digunakan, menyusun kuesioner, melaksanakan kajian, menyusun
database dalam perangkat lunak, melakukan analisis terhadap prevalensi dan asosiasi
faktor terhadap kejadian penyakit, membuat kesimpulan dan rekomendasi, serta
membuat laporan.
Berdasarkan hasil penelitian "Analisis Prevalensi dan Faktor Risiko terhadap
Kejadian Septicaemia epizootica (SE)" di Kabupaten Sleman dengan menggunakan
metode surveilans menunjukkan bahwa tingkat kekebalan protektif ternak sapi sebesar
26.45%. Berdasarkan ketentuan dalam hasil perhitungan nilai Chi-square, apabila X2 >
3.84 maka terdapat asosiasi antara 2 variabel yang kemudian dapat dilanjutkan dengan
perhitungan OR dan RR untuk kajian lintas seksional. Sedangkan nilai OR < 1 asosiasi
efek negatif, OR = 1 tidak ada efek, dan OR > 1 asosiasi positif faktor dan penyakit.
Berdasarkan perhitungan tingkat signifikansi antara kekebalan ternak terhadap SE
dengan faktor risiko, didapatkan nilai kekebalan SE dengan faktor status kesehatan sapi
PO sebesar 1.9, nilai kekebalan SE dengan faktor status kesehatan sapi LIMPO sebesar
1.28, nilai kekebalan SE dengan faktor status kesehatan sapi SIMPO sebesar 0.02, nilai
kekebalan SE dengan faktor status vaksin sebesar 77.99, nilai kekebalan SE dengan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

22
faktor kondisi kandang sebesanilai kekebalan SE dengan faktor kondisi kandang sebesar
16.79, nilai kekebalan SE dengan faktor kondisi kandang pada umur sapi pedet sebesar
0.10, nilai kekebalan SE dengan faktor kondisi kandang pada umur sapi dara sebesar
0.00, nilai kekebalan SE dengan faktor kondisi kandang pada umur sapi dewasa 0.07.
Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempunyai asosiasi
signifikan (> 3,84) yaitu dengan kekebalan ternak terhadap status vaksin yang memiliki
nilai RR = 1.76 yang berarti asosiasi positif, kondisi kandang yang memiliki nilai OR =
5.31 dan RR = 1.34 yang berarti asosiasi positif. Sedangkan faktor yang tidak berasosiasi
dengan kekebalan ternak terhadap SE adalah status kesehatan dengan jenis sapi PO,
LIMPO, dan SIMPO, dan status kesehatan pada umur sapi pedet, dara, dan dewasa.

10.Rekomendasi

Prevalensi penyakit SE di Kabupaten Sleman pada tahun 2022 adalah sebesar


26,45 %. Menurut Berek dkk (2015), tingkat kekebalan kelompok sekitar 60% atau lebih
mampu menekan terjadinya wabah SE di lapangan. Untuk meningkatkan kekebalan SE
dapat dilakukan vaksinasi karena sapi yang divaksinasi memiliki titer kekebalan protektif
SE 3,2 kali lebih besar daripada yang tidak divaksinasi (Berek dkk, 2015).
Berdasarkan analisis faktor risiko, dapat diketahui adanya asosiasi antara status
vaksin terhadap status kesehatan hewan ternak. Dapat dilihat bahwa hewan ternak yang
belum divaksin memiliki tingkat risiko terserang penyakit SE lebih tinggi dibanding
hewan yang sudah divaksin. Hal ini sudah sesuai dengan literatur, Cantona dkk. (2020),
yang menyatakan bahwa salah satu cara pengendalian dan penanggulangan penyakit
Septicaemia epizootica adalah melalui vaksinasi. Vaksin yang beredar berbentuk
adjuvant minyak dan aluminum precipitate yang diberikan setahun sekali (Berek dkk,
2015).
Menurut Berek dkk (2015), kejadian SE dapat meningkat apabila sapi dan ternak
lain dipelihara secara bersama dalam satu pekarangan atau satu kandang (peternakan
campur). Berdasarkan analisis faktor risiko, didapatkan bahwa kondisi kandang juga
memiliki asosiasi terhadap status kesehatan hewan. Dari hal-hal tersebut, akan lebih baik
jika sistem peternakan campur dihindari oleh peternak dan kondisi kandang dijaga agar

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

23
tetap bersih karena menurut Syibli dkk. (2014), cara penularan penyakit SE adalah
dengan melalui kontak atau melalui makanan, minuman, dan alat (kandang) yang
tercemar. Selain itu vaksinasi dilakukan agar penularan penyakit SE pada peternakan
dapat diminimalisir serta tetap dilakukan kegiatan monitoring karena menurut Cantona
dkk. (2020) salah satu kelemahan program vaksinasi yang umum dijalankan adalah tidak
adanya tindak lanjut monitoring terhadap hasil vaksinasi sehingga hasil vaksinasi tidak
dapat dievaluasi dengan baik.

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

24
Daftar Pustaka

Berek, H.S.D., Nugroho, Widagdo S., dan Wahyuni, A.E.T.H. (2015). Protektivitas Sapi di
Kabupaten Kupang terhadap Penyakit Ngorok (Septicaemia epizootica). Jurnal
Veteriner. 16(2): 167-173

Cantona, M. H., Sanam, M. U., Utami, T., Tophianong, T., dan Widi, A. (2020). Evaluasi
Titer Antibodi Pasca Vaksinasi Septicaemia epizootica Pada Sapi Bali di Kota
Kupang. Jurnal Kajian Veteriner. 8(1): 69-80

Syibli, M. dan Tim Penyusun. (2014). Manual Penyakit Hewan Mamalia. Subdit
Pengamatan Penyakit Hewan, Kementrian Pertanian: Jakarta

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

25
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1cLb3HiB5-qnQ0Xt7OjtwAvLwGDTV1VxE/edit?u
sp=sharing&ouid=106790201102975148327&rtpof=true&sd=true

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

26
Tabel 2x2 Asosiasi Faktor Penyebab terhadap Kejadian Penyakit

1. Sapi PO terhadap Status Kesehatan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

27
1. Jenis Sapi LIMPO terhadap Status Kesehatan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

28
2. Jenis Sapi SIMPO terhadap Status Kesehatan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

29
3. Status Vaksin terhadap Status Kesehatan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

30
4. Kondisi Kandang terhadap Status Kesehatan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

31
5. Sapi Umur Pedet terhadap Status Kesehatan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

32
6. Sapi umur Dara terhadap Status Kesehatan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

33
7. Sapi Umur Dewasa terhadap Status Kesehatan

Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH UGM

34

Anda mungkin juga menyukai