• Uji menyangkut dua rataan merupakan suatu himpunan alat analisis yang amat
penting bagi ilmuan atau insyinyur. Dua Sampel acak yang bebas berukuran masing
masing n1 dan n2 diambil dari dua populasi dengan rataan 𝜇1 dan 𝜇2 dan variansi
𝜎12 dan 𝜎22 . Kita tahu bahawa peubah acak
𝑥ҧ 1 −𝑥ҧ 2 −𝑑0
• 𝑧=
𝜎2 2
1ൗ +𝜎2ൗ
𝑛1 𝑛2
• Dengan daerah kritis dwisisi dalam hal tandingannya dwipihak. Yaiyu tolak 𝐻0 dan
mendukung 𝐻1 ∶ 𝜇1 − 𝜇2 ≠ 𝑑0 bila 𝑧 > 𝑧𝛼Τ2 . Daerah kritis ekasisi digunakan dalam hal
tandingannya ekapihak.
VARIASI TIDAK DIKETAHUI
• Dalam uji menyangkut dua rataan keadaan yang lebih umum berlaku ialah keadaan dengan
variansi tidak diketahui. Bila si peneliti menganggap bahwa kedua distribusi normal dan
bahwa 𝜎1 = 𝜎2 = 𝜎,maka uji-t gabungan dapat digunakan. Uji statistic tersebut berbentuk
• Untuk
• Distribusi -t digunakan disini dan bila hipotesisnya dwipihak maka hipotesis tidak ditolak
bila
• −𝑡𝛼Τ2,𝑛1 +𝑛2 −2 < 𝑡 < 𝑡𝛼Τ2,𝑛1 +𝑛2 −2
• Telah diketahui pada Bab 7 bahwa derajat kebebasan untuk distribusi -t
adalah sebagai akibat dari penggabungan informasi dari kedua sampel
dalam menaksir 𝜎 2 . Seperti mungkin telah diduga, tandingan ekapihak
menimbulkan daerah kritis ekasisi. Sebagai contoh, untuk 𝐻1 ∶ 𝜇1 − 𝜇2 > 𝑑0 ,
tolak 𝐻0 ∶ 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 bila 𝑡 > 𝑡𝛼Τ2,𝑛1 +𝑛2 −2
CONTOH SOAL
• Suatu percobaan dilakukan untuk membandingkan keausan, karena gosokan,
dua bahan yang dilapisi. Duabelas potongan bahan 1 diuji dengan
memasukan tiap potong bahan ke dalam mesin pengukur aus. Sepuluh potong
bahan 2 diuji dengan cara yang sama. Dalam tiap hal, diamati dalam
keausan. Sampel bahan 1 memberikan keausan sebanyak 85 satuan dengan
simpangan 4 sedangkan sampel bahan 2 memberikan rata-rata keausan
sebanyak 81 dengan simpangan baku sampel 5. Dapatkah disimpulkan
bahwa pada taraf kepercayaan 0,05 keausan bahan 1 melampaui keausan
bahan 2 sebanyak lebih dari 2 satuan? Anggaplah kedua populasi hamper
normal dengan variansi yang sama.
• Misalkan 𝜇1 𝑑𝑎𝑛 𝜇2 masing masing menyatakan rataan populasi keausan bahan 1
dan bahan 2. Mengikuti keenam langkah terdahulu, diperoleh:
• 𝐻0 ∶ 𝜇1 − 𝜇2 = 2
• 𝐻1 ∶ 𝜇1 − 𝜇2 > 2
• 𝛼 = 0,05
• Daerah kritis 𝑡 > 1,725
𝑥ҧ1 −𝑥ҧ 2 −𝑑0
•𝑡=
𝑆𝑝 1ൗ𝑛1 +1ൗ𝑛2
PERHITUNGAN
• 𝑥1ҧ = 85, 𝑠1 = 4 𝑛1 = 12
• 𝑥ҧ2 = 81, 𝑠2 = 5 𝑛1 = 10
• Jadi
11 16 + 9 25
• 𝑠𝑝 = 12+10−2
= 4,478
85−81 −2
• 𝑡 = 4,478 1Τ12 +1Τ10
= 1,04
•
• Di contoh 8.6, waktu pengukuran merupakan hal yang paling wajar dikenakan secara acak terhadap satuan percobaan.
Ke 22 potong bahan seharusnya diukur dalam urutan yang acak. Kita perlu menjaga terhadap kemungkinan pengukuran
keausan yang dilakukan dalam waktu yang cenderung memberi hasil sama. Perbedaan berpola(tidak acak) dalam suatu
percobaan tidak diinginkan. Penentuan secara acak mencegah hal tersebut.
•
• Kaitan dengan rancangan percobaan, pengacakan, besarnya ukuran sampel, dan sebagainya, akan terus
mempengaruhi di bab bab berikutnya. Setiap ilmuan atau insinyur yang perhatiannya besar pada analisis data yang
sesungguhnya sebaiknya mempelajari bahan tersebut. Uji -t gabungan diperluas di bab 11 sehingga mencakup lebih dari
dua rataan.
• Pengujian dua rataan dapat dikerjakan bila datanya berpasangan seperti dibahas di bab 7.
Dalam setiap pasangan ini, persyaratan kedua populasi dikenakan secara acak dalam satuan
yang homogen. Perhitungan selang kepercayaan untuk 𝜇1 − 𝜇2 dalam hal ini didasarkan pada
peubah acak
ഥ 𝐷
𝐷−𝜇
• 𝑇=
𝑆𝑑 𝑛
•
• ഥ dan 𝑆𝑝 peubah acak yang menyatakan rataan sampel dan simpangan baku dari selisih
Bila 𝐷
pengamatan dalam satuan percobaan. Seperti pada uji -t gabungan, anggapannya ialah bahwa
pengamatan dari tiap populasi adalah normal. Permasaaha dua sampel pada dasarnya
disederhanakan menjadi permasalahan satu sampel dengan menggunakan selisih d1, d2, …,dn .
Jadi hipotesisnya berbentuk
• 𝐻0 ∶ 𝜇𝐷 = 𝑑0
• Uji Statistik hasil perhitungan menjadi :
ത 0
𝑑−𝑑
• 𝑡=
𝑠𝑑 𝑛
• Daerah kritis dibuat dengan menggunakan distribusi t dengan derajat kebebasan n-1
CONTOH 8.7
Androgen (ng/ml)
Rusa Waktu suntikan d1
30 menit setelah suntikan
•
• Dengan v = 14 derajat kebebasan
•
• Perhitungan : Rataan sampel dan simpangan baku untuk di adalah
• 𝑑ҧ = 9,848 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑑 = 18,474
• Jadi
9,848−0
• 𝑡 = 18,474 15
= 2,06
• Kendati statistik tidak berarti pada taraf 0,05 𝑃 = 𝑃 𝑇 > 2,06 ≅ 0,06.
Jadi, ada kenyataan tentang adanya perbedaan dalam rataan kadar
peredaran androgen
PEMILIHAN UKURAN SAMPEL UNTUK UJI RATAAN
• Di pasal 8.2 telah diperlihatkan bagaimana sipeneliti dapat menggunakan hubungan antara
ukuran sampel, taraf keberartian 𝛼, dan kuasa uji untuk mencapai suatu kualitas baku tertentu.
Dalam kebanyakan permasalahan praktek, jika mungkin percobaan seharusnya dirancang dengan
ukuran sampel ditentukan terlebih dahulu sebelum proses pengambilan data dikerjakan. Ukuran
sampel biasanya dipilih agar dikuasai cukup besar suatu 𝛼 tertentu dan tandingan tertentu.
Tandingan ini mungkin berbentuk 𝜇 − 𝜇0 dalam hal hipotesis menyangkut satu rataan atau 𝜇1 − 𝜇2
dalam hal menyangkut dua rataan. Ilustrasi akan diberikan untuk kasus tertentu.
• Misalkan kita ingin menguji hiotesis
• 𝐻0 ∶ 𝜇 = 𝜇0 ,
• 𝐻1 ∶ 𝜇 > 𝜇0
• Dengan taraf keberartian 𝛼 bila variansi 𝛿 2 diketahui. Untuk tandingan tertentu, misalnya 𝜇 =
𝜇0 + 𝛿, kuasa uji diperlihatkan pada gambar 8.11 yaitu
• 1 − 𝛽 = 𝑝(𝑋ത > a bila 𝜇 = 𝜇0 + 𝛿)
H0 Nilai uji Statistik H1 Curah Kritis
𝑧 < −𝑧𝛼
𝜇 < 𝜇0 𝑧 > 𝑧𝛼
ҧ 0
𝑥−𝜇
𝜇 = 𝜇0 𝑧= ; 𝛿 diketahui 𝜇 > 𝜇0 𝑧 < −𝑧𝛼Τ2 dan
𝜎Τ 𝑛
𝜇 ≠ 𝜇0 𝑧 > 𝑧𝛼Τ2
𝑡 < −𝑡𝛼
𝑥ҧ − 𝜇0
𝑡= ; 𝑣 = 𝑛 − 1, 𝜇 < 𝜇0 𝑡 > 𝑡𝛼
𝜇 = 𝜇0 𝑠Τ 𝑛 𝜇 > 𝜇0 𝑡 < −𝑡𝛼Τ2dan
𝜇 ≠ 𝜇0 𝑡 > 𝑡𝛼Τ2
𝜎 tidak diketahui
𝑧 < −𝑧𝛼
𝑥1ҧ − 𝑥ҧ2 −𝑑0
𝑧= ; 𝜇1 − 𝜇2 < 𝑑0 𝑧 > 𝑧𝛼
𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 𝜎12Τ𝑛 + 𝜎22Τ𝑛 𝜇1 − 𝜇2 > 𝑑0 𝑧 < −𝑧𝛼Τ2 dan
𝜇1 − 𝜇2 ≠ 𝑑0 𝑧 > 𝑧𝛼Τ2
𝜎1dan 𝜎2 diketahui
𝑥1ҧ − 𝑥ҧ2 − 𝑑0
𝑡=
𝑆𝑝 1ൗ𝑛1 + 1ൗ𝑛2
𝑡 < −𝑡𝛼
𝑣 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2, 𝜎1 = 𝜎2
𝜇1 − 𝜇2 < 𝑑0 𝑡 > 𝑡𝛼
𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 𝜇1 − 𝜇2 > 𝑑0 𝑡 < −𝑡𝛼Τ2dan
Tetapi tidak diketahui
𝜇1 − 𝜇2 ≠ 𝑑0 𝑡 > 𝑡𝛼Τ2
𝑠12 𝑛1 − 1 + 𝑠22(𝑛2 − 1)
𝑠𝑝2 =
𝑛1 + 𝑛2 − 1
𝑥ҧ1 − 𝑥ҧ2 − 𝑑0
𝑡′ =
𝑠12ൗ 𝑠22
𝑛1 + ൗ𝑛2
𝑡′ < −𝑡𝛼
𝜇1 − 𝜇2 < 𝑑0 𝑡′ > 𝑡𝛼
𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 (𝑠12Τ𝑛1 + 𝑠22Τ𝑛2 )2 𝜇1 − 𝜇2 > 𝑑0 𝑡′ < −𝑡𝛼Τ2dan
𝑉=
𝑠12Τ𝑛1 2 𝑠 2 Τ𝑛 2 𝜇1 − 𝜇2 ≠ 𝑑0 𝑡′ > 𝑡𝛼Τ2
+ 2 2
𝑛1 − 1 𝑛2 − 1
ത 0
𝑑−𝑑 𝑡′ < −𝑡𝛼
𝑡= ;𝑣 =𝑛−1
𝑆𝑝 𝑛 𝜇𝐷 < 𝑑0 𝑡′ > 𝑡𝛼
𝜇𝐷 = 𝑑0 𝜇𝐷 > 𝑑0 𝑡′ < −𝑡𝛼Τ2dan
Pengamatan berpasangan 𝜇𝐷 ≠ 𝑑0 𝑡′ > 𝑡𝛼Τ2
• Jadi
• 𝛽 = 𝑃(𝑋ത <a bila 𝜇 = 𝜇0 + 𝛿)
ത
𝑋−(𝜇0 +𝛿) 𝑎−(𝜇0 +𝛿)
• = 𝑃 ቈ( Τ
𝜎 𝑛
<
𝜎Τ 𝑛
bila 𝜇 = 𝜇0 + 𝛿, statistik
ത
𝑋−(𝜇0 +𝛿)
• 𝜎Τ 𝑛
𝛿
• = 𝑃 𝑍 < 𝑧𝛼 − 𝜎Τ 𝑛
• Jadi di perlukan 271 pengamatan bila uji tersebut akan menolak hipotesis nol 95%
dari semua sampel yang dapat dibuat dengan ukuran yang sama bila memang
sesungguhnya 𝜇 sebesar 69
• Cara serupa dapat dipakai untuk menentukan ukuran sampel 𝑛 = 𝑛1 = 𝑛2 yang diperlukan
agar dicapai kuasa uji yang diinginkan untuk membandingkan dua rataan populasi.
Sebagai contoh, misalkan hipotesis yang ingin diuji.
• 𝐻0 ∶ 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0
• 𝐻1 ∶ 𝜇1 − 𝜇2 ≠ 𝑑0
• Bila 𝜎1 dan 𝜎2 diketahui. Untuk tandingan tertentu, misalnya 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 + 𝛿, kuasa uji
tersebut diperlihatkan Digambar 8.12, yaitu
• 1 − 𝛽 = 𝑃( 𝑋ത1 − 𝑋ത2 > 𝑎 bila 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 + 𝛿).
• Jadi
• 𝛽 = 𝑃(−𝑎 < 𝑋ത1 − 𝑋ത2 < 𝑎 bila 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 + 𝛿).
−𝑎−(𝑑0 +𝛿) 𝑋ത1 −𝑋ത2 − 𝑑0 +𝛿 𝑎−(𝑑0 +𝛿)
• =𝑃 < < 𝐵𝑖𝑙𝑎 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 + 𝛿
𝜎12 +𝜎22 Τ𝑛 𝜎12 +𝜎22 Τ𝑛 𝜎12 +𝜎22 Τ𝑛
•
• Di bawah tandingan 𝜇1 − 𝜇2 = 𝑑0 + 𝛿, • Maka
Statistik 𝛿 𝛿
• 𝛽 = 𝑃 −𝑧𝛼Τ2 − < 𝑍 < 𝑧𝛼Τ2 −
𝜎12 +𝜎22 Τ𝑛 𝜎12 +𝜎22 Τ𝑛
𝑋ത1 −𝑋ത2 − 𝑑0 +𝛿
•
𝜎12 +𝜎22 Τ𝑛 • Dan dari sini dapat disimpulkan bahwa
𝛿
• Merupakan peubah normal baku Z, sekarang, • −𝑧𝛽 = 𝑧𝛼Τ2 −
𝜎12 +𝜎22 Τ𝑛
tulislah
• −𝑧𝛼Τ2 =
−𝑎−𝑑0
dan • Sehingga
𝜎12 +𝜎22 Τ𝑛 2
𝑧𝛼Τ2 +𝑧𝛽 𝜎12 +𝜎22
𝑎−𝑑0 • 𝑛= 𝛿2
• 𝑧𝛼Τ2 =
𝜎12 +𝜎22 Τ𝑛
•
• Bila variansi populasi (baik dalam hal satu atau dua sampel) tidak diketahui,
penentuan ukuran sampel tidak lagi semudah diatas. Dalam menguji 𝜇 = 𝜇0 bila
nilai sesungguhnya 𝜇 = 𝜇0 + 𝛿, statistik
ത 𝜇0 +𝛿
𝑋−
• 𝑆Τ 𝑛
• untuk uji ekasisi dan dwisisi. Dalam -t dua sampel yang variansinya tidak diketahui
tetapi dianggap sama, diperoleh ukuran sampel 𝑛 = 𝑛1 = 𝑛2 yang diperlukan untuk
mengendalikan nilai 𝛼 dan 𝛽 untuk berbagai nilai.
𝛿 𝜇−𝜇0 −𝑑0
• ∆=
𝜎
=
𝜎
Dari table L.9
CONTOH 8.9