Anda di halaman 1dari 29

Guidline dengan tema “Tobacco Free Living”

DISUSUN OLEH KELOMPOK I:

1. NIKMAWATI 70300117001

2. NUR AINAH ABNI ABDULLAH 70300117007

3. HESTI WULANDARI 70300117014

4. NAHDAH PURNA NUGRAHA 70300117020

5. ABDUL MALIK R.Hi TASAKA 70300117027

6. FITRI RAMDAYANI 70300117034

7. M.FADLI RAJAB 70300117078

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa

memberikan ilmu serta limpahan nikmat,rahmat, dan hidayahnya sehinggaGuidline dengan

tema “Tobacco Free Living”ini bisa terselesaikan. Sholawat dalam salam semoga

senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi besar MUHAMMAD SAW, keluarga, para

sahabat dan penegak risalahnya, semoga kita tetap menjadi umatnya sampai akhir masa.

Dalam penulisan ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana,

singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini

jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah

ini. maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang

akan mendatang.

Akhir kata, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan

dengan layak sebagaimana mestinya.

Gowa, 6 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................

BAB III METODE................................................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................

BAB V KESIMPULAN.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

World Health Organization (WHO) menunjukan 1 kematian karena tembakau di

seluruh dunia terjadi tiap 6 detik. Kematian karena tembakau pada tahun 2005 tercatat

sebanyak 5,4 juta jiwa dan selama abad ke 20 terjadi sebanyak 100 juta kematian akibat

tembakau. Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi 8 juta kematian pada tahun 2030 dan

diperkirakan akan terjadi kematian sebanyak 1 milyar jiwa akibat tembakau selama abad ke

21 (Febriani, 2014).

Hidup sehat di lingkungan yang sehat merupakan idaman semua kaum, namun untuk

mewujudkannya bukan lah perkara mudah. Sebaiknya diupayakan oleh setiap orang, tidak

akan optimal jika dilaksanakan sebagian kecil dari masyarakat. Kebiasaan merokok bukan

hanya menjadi masalah kesehatan diri sendiri tetapi juga mengganggu kesehatan sembarang

tempat seperti di tempat-tempat umum atau di tempat bermain anak-anak.

Merokok sudah menjadi budaya dikalangan masyarakat. Rokok merupakan salah satu faktor

risiko dari berbagai penyakit tidak menular. Data World Health Organization (WHO)

menunjukkan lebih dari satu milyar orang di dunia menggunakan rokok dan menyebabkan

kematian lebih dari lima juta orang setiap tahunnya, dan diprediksikan akan membunuh 10

juta sampai tahun 2020. Korban dari jumlah itu diperkirakan 70% pada masyarakat yang

tinggal di negara dengan berpenghasilan rendah dan menengah.Indonesia menduduki

peringkat ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO,

2017). Merokok adalah hal yang biasa karena ada sekitar 57 juta perokok di Indonesia. Di

Indonesia 63 persen pria dan 5 persen wanita dilaporkan menjadi perokok, total 34 persen

dari populasi. Sebanyak 88 persen perokok Indonesia menggunakan rokok kretek. Selain itu,

Indonesia menduduki penjualan terbesar ke tiga puluh dunia.


Peraturan tentang kawasan bebas asap rokok merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk

mengontrol konsumsi rokok di masyarakat. Kontrol yang dimaksud adalah bahwa dengan

peraturan ini maka seorang konsumen rokok tidak bisa lagi mengkonsumsi rokok di

sembarang tempat. Peredaran rokok di masyarakat saat ini masih terbilang sangat bebas,

seseorang masih melakukan aktifitas merokok dimanapun ia berada. Hal ini tentu

mengakibatkan tercemarnya udara di sekitar, yang tentunya akan merugikan orang-orang

yang berada di sekitar kawasan tersebut. Mereka yang tidak mengkonsumsi rokok, mau tidak

mau akan ikut menghirup udara yang telah tercampur dengan asap rokok tersebut. Saat ini

rokok bukanlah hal yang baru lagi dalam kehidupan manusia. Mulai dari anak kecil sampai

dewasa, semua sudah mengenal dan mengerti apa itu rokok. Rokok adalah silinder dari kertas

berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter

sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung

lainnya.

Data dari Tobacco Control Support Center (TCSC) menunjukkan sebanyak 4.8% dari

1.3 miliar perokok dunia ada di Indonesia. Sehingga Indonesia menduduki urutan ketiga

jumlah perokok terbesar dunia setelah India dan Cina. Sebanyak 46% perokok ASEAN

berada di Indonesia. Fenomena yang terjadi adalah ratarata masyarakat Indonesia mulai

mengkonsumsi rokok sekitar umur10 sampai 14 tahun. Telah banyak penelitian yang

membuktikan bahwaasap rokok banyak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi tubuh

seperti nikotin, tar, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), arsenic, timbal, cadmium,

dan lain sebagainya. Dalam satu batang rokok mengandung 4000 bahan kimia termasuk 43

senyawa yang menyebabkan kanker (karsinogen)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEMBAKAU

Tembakau merupakan tanaman perkebunan unggul yang mempunyai nilai

ekonomis yang tinggi dan sudah lama diusahakan oleh petani tembakau diajwa tengah.

Tanaman tembakau berperan penting bagi perekonomian indonesia, terutama dalam

penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani dan sumber devisa bagi

negara disamping mendiring berkembangnya agribisnis tembakau dan argoindustri

(Cahyono, 2005). Tembakau merupakan tanaman yang mengakibatkan kecanduan

yangmengandung nikotin, zat karsinogen dan zat toksik. Ketika diubah menjadi suatu

produk yang di desain untuk melepaskan nikotin secara efisien maka zat toksik

bertanggung jawab dalam menyebabkan berbagai macam penyakit (WHO, 2006).

Menurut PP No. 109 tahun 2012, definisi rokok adalah salah satu produktembakau yang

dimaksudkan untuk dibakar atau dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok

kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dih asilkan dari tanaman Nicotiana

tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya

mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

Sudah beberapa dekade berlalu semenjak rokok ditemukan tetapi dampaknya

sering diabaikan. Seiring dengan perkembangannya, tidak hanya dampak positif yang

didapat oleh masyarakat tetapi juga dampak negatifnya terhadap kehidupan masyarakat.

Dampak positif dirasakan terutama oleh petani tembakau dan industr i rokok. Dampak

negatif yang sudah pasti terkait dengan masalah kesehatan. Banyak penyakit yang

diakibatkan oleh merokok dan


penyakit-penyakit tersebut membawa dampak tidak hanya pada perokok aktif saja

namun juga terhadap orang-orang disekitar walaupun tidak pernah mengkonsumsi rokok

secara langsung. Dampak ini juga akan terasa dalam hal biaya atau pengeluaran untuk

kesehatan karena penyakit yang disebabkan oleh rokok sebagian besar merupakan

penyakit kronis yang membutuhkan biaya yang cukup banyak dalam perawatannya. Efek

buruk rokok akan berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang dan masyarakat secara

keseluruhan. Saat ini tidak hanya kalangan dewasa yang sudah mapan yang

mengkonsumsi rokok tetapi jugakalangan dewasa muda yang berusia 18 – 25 tahun.

B. Epidemiologi Rokok di Indonesia

Menurut WHO (2012), Indonesia menempati posisi peringkat ke-4 dengan

jumlah terbesar perokok di dunia. Dari segi konsumsi rokok, Indonesiamenempati

urutan ke-5 setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang.Indonesia menduduki

peringkat kedua dalam populasi dewasa pria yang merokoksetiap hari (OECD, 2013).

Berdasarkan data Riskesdas (2010), 34,7% pendudukIndonesia yang berusia 10 tahun

ke atas adalah perokok. Prevalensi merokokuntuk semua kelompok umur mengalami

peningkatan, terutama peningkatantajam pada kelompok umur mulai merokok 10-14

tahun sebesar kurang lebih 80%selama kurun waktu 2001-2010 (Susenas, 2001;

Riskesdas, 2010). Pada tahun2013, jumlah penduduk Indonesia perokok yang berusia

10 tahun ke atasmengalami penurunan menjadi 29,3% (Riskesdas, 2013).

Secara nasional, 52,3% perokok menghisap rata-rata 1-10 batang rokok per hari dan

sekitar 20%perokok menghisap sebanyak 11-20 batang rokok perhari. Studi yang

telah dilakukan di 14 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwasejumlah 59,04% pria

mengkonsumsi rokok. Pada kelompok wanita persentaseperokok menunjukkan angka

4,83% dari total penduduk kelompok tersebut.Perokok pada pria rata-rata

mengkonsumsi 10 batang rokok per hari, sedangkanpada perokok wanita rata-rata


mengkonsumsi rokok 3 batang sehari. Baik pria(84,31%) maupun wanita (79,42%),

lebih memilih rokok jenis kretek dibandingjenis rokok lainnya (Aditama, 2002).

Terdapat berbagai jenis rokok yang dikonsumsi saat ini. Diantaranya rokok kretek,

rokok putih dan bidis. Rokok jenis bidis ini banyak dikonsumsi didaerah India bagian

pedesaan. Bidis berukuran lebih kecil dan mengadung 0,2-0,3g tembakau yang

dibungkus dalam tumbuan bernama temburni (Gajalakshmidkk., 2003). Di Indonesia

terdapat dua macam rokok yang paling populer yaiturokok kretek dan rokok putih.

Kedua jenis rokok ini di pasaran dapat beruparokok buatan pabrik maupun rokok

buatan tangan. Pada tahun 2010, totalpenjualan rokok buatan pabrik di Indonesia

adalah 180 juta batang. Jumlah inimeningkat 4,5% dari tahun 2009. (WHO, 2012)

Rokok putih banyak dikonsumsi oleh perokok di Amerika Serikat (AS). Pola ini

berbanding terbalik dengan Indonesia yang 90% merokok jenis kretek(Nitcher dkk.,

2009). Hal ini justru berbahaya karena rokok kretek cenderungdihisap lebih dalam

karena efek anestesi yang terkandung dalam kretek. Rokokkretek mengandung lebih

banyak nikotin dibandingkan dengan rokok putih yaitusebesar 46,8 mg untuk rokok

kretek dan 16,3 mg untuk rokok putih. Rokok kretekjuga mengandung lebih banyak

CO yaitu sebesar 28,3 mg dan 15,5 mg untukrokok putih. Nikotin yang dikeluarkan

oleh rokok kretek jumlahnya lebih banyakkarena tidak dilengkapi filter yang

berfungsi mengurangi asap yang keluar darirokok seperti yang terdapat pada jenis

filter (Sussana dkk. , 2003).

C. Dampak Rokok bagi Kesehatan

Menurut WHO (2011), kematian dan kesakitan terbesar di dunia disebabkan

karena merokok. Diperkirakan pada tahun 2005 jumlah kematian yang diakibatkan

karena merokok mencapai 5,4 juta, meningkat menjadi 6,4 juta di tahun 2015 dan

akan mencapai jumlah 8-10 juta di tahun 2030. Penelitian memperkirakan seseorang
yang memulai merokok pada usia remaja (70%perokok memulai pada usia ini) dan

terus menerus merokok sampai 2 dekade atau lebih, akan meninggal 20-25 tahun

lebih awal dari orang yang tidak pernah merokok (Promkes, 2012a). Berdasarkan

survey Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2010 prevalensi rokok terbesar adalah

di kelompok usia 45-54 tahun sebesar 38,2%. Angka ini mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2007 yaitu 38%. Rokok mengandung nikotin inhalasi yang pada

akhirnya berdampak pada kesehatan tubuh. Rata-rata nikotin dalam satu batang rokok

sebanyak 13,5mg (Connolly dkk., 2000). Setiap jenis rokok mengandung jumlah

nikotin yangberbeda-beda. Jenis rokok ultra light menghasilkan nikotin terinhalasi

paling sedikit karena hanya mengandung 0,4 mg nikotin. Jenis kretek menghasilkan

kadar nikotin terinhalasi paling tinggi yaitu sebesar 1,1 mg. Jenis rokok light

mengandung 0,8 mg kadar nikotin terinhalasi. Namun sebuah studi menyebutkan hasil

uji lab menunjukkan kadar nikotin pada rokok sebesar 1-2 mg. Diperkirakan terdapat

4.800 bahan kimia dalam sebatang rokok dan juga 69 bahan diantaranya adalah zat

yang dapat memicu kanker yaitu zat karsinogen serta terdapat pula zat beracun. Dari

zat karsinogen tersebut 11 bahan diantaranya bersifat karsinogen pada manusia, 7

bahan mungkin bersifat karinogen pada manusia, dan 49 bahan bersifat karsinogen

terhadap hewan dan mungkin juga bersifat karsinogen pada manusia. Bahan beracun

yang banyak terkandung dalam rokok diantaranya karbon monooksida, amonium,

nitrogen oksida, hidrogen cianida, hidrogen sulfida, akrolein, metanol, piridin,

nikotin, fenol, katekol, anilin dan maleat hidrazid. Selain zat-zat tersebut terdapat juga

partikel-partikel seperti nitrosamine, timah, cadmium dan polonium-210. (NCI, 2001;

Promkes, 2012b).

Menurut USDHHS (2004), tidak sedikit penyakit yang diakibatkan karena

kebiasaan merokok. Berbagai macam jenis kanker dapat disebabkan oleh rokok
diantaranya akut myeloid leukemia, kandung kemih dan ginjal, serviks, esophagus,

lambung, laryngeal, paru-paru, mulut dan faring dan pankreas. Merokok juga dapat

menimbulkan penyakit pada paru-paru seperti pneumonia dan COPD. Penyakit

kardiovaskular juga dapat ditimbulkan akibat kebiasaan merokok.Apabila seorang

wanita mengkonsumsi rokok maka dapat mengakibatkan penurunan kesuburan yang

menyebabkan menopause dini,kematian janin dan bayi lahir cacat. Bayi yang

dilahirkan dari seorang ibu perokok rata-rata memiliki berat badan 200 gram lebih

rendah dibandingkandengan bayi yang lahir dari seorang ibu yang nonperokok. Selain

itu resiko kanker serviks meningkat empat kali pada wanita perokok. Menurut sebuah

studi yang dilakukan di India bahwa setengah dari kematian akibat penyakit

tuberkulosis disebabkan karena kebiasaan merokok (Gajalakshmi dkk., 2003).

Penyakit Beurger yang juga dikenal dengan throaboanginosis obliterian yaitu

terjadinya inflamasi pada arteri vena dan syaraf utama kaki yang mengakibatkan

terhambatnya aliran darah dapat mengarah ke gangren sehingga perlu diamputasi

merupakan salah satu penyakit yang disebabkan karena dampak merokok (Promkes,

2012b). Resiko kanker paru-paru dapat berkurang apabila jumlah tar yang terkandung

sedikit atau terdapat filter (NCI, 2001).Menurut USDHHS (2006), dampak asap rokok

tidak hanya dirasakan olehperokok aktif saja tetapi juga dapat dirasakan oleh perokok

pasif. Diantaranya dapat mengakibatkan kematian dini dan menimbulkan berbagai

macam penyakit. Dikatakan bahwa setengah dari anak-anak di dunia merupakan

perokok pasif. Anak-anak dan orang dewasa mempunyai resiko yang berbeda -beda.

Pada anak, resiko sudden infant death syndrome meningkat. Anak-anak juga akan

lebih mudah terkena infeksi pernafasan akut, infeksi THT dan memperburuk

asma.Pada orang dewasa yang merupakan perokok pasif, asap rokok akan
meningkatkan resiko gangguan kardiovaskuler serta meningkatkan resiko penyakit

jantung koroner dan kanker paru.

3. Upaya pengendalian rokok di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir indrustri rokok mengalami pertumbuhan yang

pesat. Keberadaan industr i rokok memang kontroversial karena disatu sisi jumlah

dana yang diterima pemerintah cu kup berpengaruh pada anggaran negara serta

mampu memberikan banyak lapangan kerja (Sumarno, 2002). Mudahnya masyarakat

mendapatkan rokok membuat Indonesia menjadi negara dengan pengkonsumi rokok

terbesar ke-4 di dunia (WHO, 2012). Bahkan anak dibawah umurpun dapat dengan

mudah memperoleh rokok (Azizah, 2013; GYTS, 2009).

World Health Organzation Framework Convention on Tobacco Control

(WHO FCTC) merupakan salah satu program milik WHO yang mulai diberlakukan

semenjak 27 Februari 200 5. WHO FCTC dikembangkan dalam rangka merespon

masalah tembakau yang dihadapi dunia dan mengedepankankesehatan masyarakat

serta menyediakan kerjasama kesehatan dunia terkait dengan merokok. Program kerja

ini mempunyai tujuan untuk mengurangi penggunaan tembakau. Hal-hal yang diatur

untuk mendukung tujuan tersebut yaitu penetapan harga dan pajak, perlindungan

terhadap paparan asap rokok, regulasi isi produk tembakau, kemasan dan label produk

tembakau, pendidikan, pelatihan dan kesadaran publik, iklan rokok dan sponsor.

Selain itu WHO FCTC juga berupaya mengurangi pasokan tembakau dengan

mengatur perdagangan produk tembakau. Dengan maraknya penggunaan rokok bagi

anak-anak dibawah umur maka WHO FCTC juga mengatur kebijakannya. Saat ini

Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang tidak menandatangani WHO

FCTC.
Penggunaan Rokok dikalangan Mahasiswa

Pada tahun 2001— 2010, dilaporkan bahwa perokok pemula berusia 5-9 tahun

meningkat dari 0,4% menjadi 1,7%. Hanya dalam 2 tahun, prevalensi merokok di usia

remaja (13-15 tahun) juga mengalami peningkatan sebanyak 7,7% yaitu sejak tahun

2007 sampai dengan tahun 2009. Menurut data GlobalYouth Tobacco Survey (GTYS)

(2009) bahwa terdapat 20,3% anak-anak usia 13- 15 tahun yang merokok di

Indonesia. Prevalensi merokok kelompok usia 15 tahun ke atas pada tahun 2010

mencapai 35%; yang terdiri dari 65% pria dan 35% wanita (Promkes, 2013). GHPSS

melakukan penelitian di 10 fakultas kesehatan diIndonesia pada tahun 2006 dimana

sampel dari penelitian tersebut merupakan mahasiswa tahun studi ketiga. Dari hasil

penelitian tersebut didapatkan bahwa 8,6% mahasiswa klaster kesehatan yang

merokok dan 0,9% mengko nsumsiproduk tembakau lainnya. Diantara mahasiswa

yang merokok tersebut, sepertigamahasiswa berkeinginan untuk berhenti.

D. ASAP ROKOK

Asap yang dihembuskan oleh perokok dapat dibagi atas asap utama dan asap

samping. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsug oleh perokok.

Sedangkan asap samping merupakan asap yang disebarluaskan ke udara yang bebas.

Yang dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Telah ditemukan 4.000 jenis bahan

kimia dalam rokok.

Tobacco Atlas tahun 2012 melaporkan bahwa sekitar 35% perokok laki-laki

berasal dari negara maju dan 50% dari negara berkembang. Dalam satu dekade yang

lalu sedikitnya 50 juta orang meninggal akibat mengidap penyakit karena tembakau.

Sebagian besar kematian terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah dan

miskin yaitu sekitar 80% kematian, termasuk Indonesia (Asizah, 2015).


Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwaasap rokok banyak

mengandung bahan-bahan berbahaya bagi tubuh seperti nikotin, tar, karbon

monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), arsenic, timbal, cadmium, dan lain

sebagainya. Dalam satu batang rokok mengandung 4000 bahan kimia termasuk 43

senyawa yang menyebabkan kanker (karsinogen)


BAB III

METODE

Referensi paper ini merupakan sebuah hasil pencarian dari karya ilmiah tiga

tahun terakhir yaitu 2016-2019 dengan menggunakan Google Scholar. Pencarian

melalui google schoolar dilakukan dengan menggunakan kata kunci yaitu Bebas

Asap, terdapat 5850 hasil. Dari hasil tersebut, yang sesuai dengan tema terdapat 25.

Berikut merupakan deskripsi dari hasil pencarian artikel tersebut:

N Penulis Judul Artikel Negara Metode Instrumen Hasil


o
1. Gunawan Indonesi pendekatan observasi, Hasil dari
Efektifitas a deskriptif wawancar
penelitian
peraturan kualitatif. a dan
ini
kampung dokumenta
bebas asap si menunjukk
rokok di RW
an bahwa
11
peraturan
Mendungan,
Giwangan, kampung
Umbulharjo,
bebas asap
Yogyakarta.
rokok telah

mampu

memberika

rangsangan

atau

stimulus

bagi para
konsumen

rokok.

Dalam ilmu

psikologi,

rangsang

adalah

sebuah

peristiwa

yang terjadi

di dalam

atau luar

diri kita

yang

memungkin

kan adanya

tingkah

laku,

perubahan

tingkah

laku itu

sebagai

akibat dari

adanya

rangsang

tersebut
disebut

respon.

Bahkan jika

rangsang

dan

perilaku

balasan

(respon)

sudah

sangat kuat,

maka yang

kemudian

akan timbul

adalah

reflex.20

Masyarakat

yang

mengkonsu

msi rokok

di RW 11

Mendungan

, sudah

mulai

memperhati

kan lokasi
atau waktu

jika ingin

mengkonsu

msi rokok.

2. Azizah Analisis Indonesi deskriptif wawancar Implementa


si Perda
Nur implementasi a analitik a kepada
Kota
Fatih, peraturan dengan responden Semarang
No. 3
Kusyogo daerah kota metode mengguna
Tahun 2013
cahyo, semarang kuantitatif kan tentang
KTR di
Aditya nomor 3 dan panduan
Puskesmas
Kusuma tahun 2013 pendekatan kuesioner Induk Kota
Semarang
wati tentang cross dan studi
berjalan
kawasan sectional dokumen. baik yang
dinyatakan
tanpa asap
oleh 52,3%
rokok di responden.
Namun
puskesmas
kenyataan
induk kota di
lapangan
semarang
menunjukk
an struktur
implementa
si yang
kurang baik
disebabkan
komunikasi
yang
kurang baik
antar
pegawai
Puskesmas.

3. Herwinda Pengetahuan Indonesi penelitiandes wawancar Pengetahua


n
Kurniasih dan sikap a kriptif a kepada
mahasiswa
, Bagoes mahasiswa dengan responden tentang
upaya
Widjanar tentang upaya desain mengguna
penerapan
ko, Ratih penerapan penelitian kan KTR
sudah
Indraswa kawasan cross panduan
cukup baik
ri tanpa asap sectional kuesioner yaitu 60,9%
dan
rokok (KTR)
sikap
di Fakultas mahasiswa
tentang
Teknik
upaya
Universitas penerapan
KTR juga
Diponegoro
sudah
semarang cukup
baik yaitu

69,7%.

4. indonesi kuantitatif pendekata Hasil


Nofrianto Hubungan a survey n study
penelitian
Mantiri, antara analitik potong
di Sekolah
Adisti A. pengetahuan lintang.
Rumayar, dan sikap Menegah
Nancy S. tentang
Kejuruan
H kebijakan
Negeri 2
Malonda kawasan
tanpa asap Manado
rokok dengan
menunjukk
tindakan
an bahwa
merokok
siswa di para siswa
SMKN 2
cenderung

memiliki

pengetahua

n yang baik

tentang

kebijakan

KTR di

lingkungan
sekolah dan

diharapkan

para siswa

bisa saling

memberika

memotivasi

untuk tidak

merokok,

sehingga

mengurangi

tindakan

merokok di

lingkungan

KTR.

5. Israini Kepatuhan Indonesi penelitian kuesioner Pengetahua


n tentang
Susanti1 dan ketegasan a survei yang
KTR pada
& Yayi pegawai analitik terdiri dari pegawai
negeri sipil
Prabanda negeri pada dengan pengetahu
di di
ri1 peraturan pendekatan an, sikap, Kabupaten
Kulon
daerah bebas cross status
Progo dan
rokok: studi sectional merokok Kabupaten
Sleman
komparatif kepatuhan,
diperoleh
di kabupaten asertivitas, nilai p-
value
Sleman dan sosialisasi,
sebesar
Kulon Progo aksesibilit 0,00 (p<
0,05), dapat
as dan
disimpulka
lingkunga n bahwa
terdapat
n sosial. perbedaan
pengetahua
Uji
n
statistik tentang
KTR pada
Independe
pegawai
nt t test negeri sipil
di
(uji t tidak
Kabupaten
berpasang Kulon
an)
Progo dan
dilakukan
di
jika data
berdistribu Kabupaten
si normal
Sleman.
dan uji
Mann-
Whitney
dilakukan
jika data
tidak
berdistribu
si normal.
6. EVALUASI Indonesi penelitian wawancar Berdasarka
n hasil
Revi PELAKSAN a kualitatif a
wawancara
Abdullah AAN diatas dapat
dilihat
PERATURA
bahwa
N DAERAH semenjak
perda ini
NO. 8
dikeluarkan
TAHUN 2009 sudah
terlihat
TENTANG
perubahan
KAWASAN yang terjadi
yaitu sudah
TANPA
berkurangn
ASAP ya atau bisa
juga
ROKOK
dikatakan
DAN tidak ada
lagi yang
KAWASAN merokok
didalam 10
TERTIB
ruangan
ROKOK DI
justru ini
KOTA
PADANG membuat
PANJANG
pengunjung
(Studi Kasus
RSUD Kota
pada RSUD
Kota Padang Padang
Panjang)
Panjang

merasakan

kenyamana

n dan dapat

juga

merasakan

langsung

manfaat

dari

dikeluarkan

nya perda

ini.

Walaupun

demikian

diluar

ruangan

masih

adanya
yang

kedapatan

sedang

merokok.

7. Chrismy Pengaruh Indonesi Penelittian Pre test Sikap


maharani promosi a kuantitatif dan post
pelajar laki-
putri kesehatan dengan test yang
laki
pertiwi, terhadap metode disertai
sulaeman pengetahuan eksperimen intervensi meningkat
a dan sikap semu atau setelah
pada
engkeng, merokok pada Quasi pre-test
kategori
afnal pelajar laki- Eksperiment
asrifuddi laki di SMKN dengan kurang baik
n 2 Kota Bitung rancangan
8,2% dan
pre-test post
pada
test one
group design kategori
(Notoatmojo,
baik 91,8%
2012)
8. Rezeki Kebijakan indonesi
Amalia kawasan a
tanpa rokok
kota banda
aceh :
pemetaan
agenda
penelitian
9. Hubungan indonesi penelitian pengisian siswa SMP
Cindy E. Kristen Tateli
antara a survei analitik kuesioner
Z. Hutapea, sebagian
pengetahuan dengan dan analisis
Adisti A. besar sudah
Rumaya, dan sikap menggunakan data ada
Franckie R. rancangan penelitian pemahaman
dengan
menggunaka pengetahua
R. Marami study cross
tindakan n tentang
n SPSS yang
terhadap sectional kebijakan
dianalisis
KTR di
kebijakan dengan uji lingkungan
kawasan chi square. sekolah
tanpa rokok di sesuai
dengan
SMP Kristen
Peraturan
Tateli Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Nomor 64
Tahun 2015
tentang
Kawasan
Tanpa Rokok
di
lingkungan
sekolah

Oerancangan indonesi penelitian layanan sistem yang


Putri system eksperimen telah
a SMS alert
Mandarani, deteksi asap dirancang
dengan
rokok berbasis dapat
Reza merancang berjalan
menggunakan arduino
Ariani dengan
layanan short sistem deteksi
sukses
message asap rokok
service (SMS)
alert berbasis dengan sensor
arduino MQ 9
menggunakan
layanan SMS
alert berbasis
arduino
Pengaruh indonesi penelitian t- peningkatan
Said promosi aksi (action sikap positif
Usman a dependen
kesehatan research) responden
terhadap melalui Test adalah
perilaku pendekatan sebesar
merokok pemberdayaa 5,46
kariyawan n karyawan
(Studi Kasus
Di Rumah
Sakit Umum
Daerah dr.
Zainoel
Abidin Banda
Aceh)

Agus Heri Implementas indonesi Penelitian kuesioner Program


Setiawan, i program analitik RW rumah
Yayi Suryo a
rukun warga observasion bebas asap
Prabandar bebas rokok dengan rokok
i, Riris di rancangan belum
Andono Yogyakarta potong berdampak
Ahmad lintang signifikan
terhadap
perlindunga
n perokok
pasif
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang dtujukan dari beberapa penelitian menjelaskan bahwa pemahaman

masyarakat khususnya para remaja(lelaki) tentang bahaya dari asap rokok adalah

pemahaman yang sudah sangat bagus namun tidak diikuti dengan kesadaran diri.

Perlunya dilakukan penyuluhan atau promosi kesehatan oleh petugas kesehatan

khususnya bagi para perawat. Penyuluhan yang dilakukan dapat disertai Pre test dan

post test. Intervensi dengan metode promosi kesehatan atau penyuluhan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan pelajar tentang bahaya merokok.

Setelaha dilakukan intervensi terjadi penurunan jumlah tingkat remaja dengan

kategori kurang baik. Hal ini diperkuat dari penelitian yang dilakukan oleh Chrismy

maharani putri pertiwi, sulaemana engkeng, afnal asrifuddin tentang Pengaruh

promosi kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap merokok pada pelajar laki-laki di

SMKN 2 Kota Bitung.


BAB V

KESIMPULAN

Tembakau merupakan salah satu tanaman untuk bahan dasar rokok. Tembakau

merupakan tanaman yang mengakibatkan kecanduan yang mengandung nikotin, zat

karsinogen dan zat toksik. Ketika diubah menjadi suatu produk yang di desain untuk

melepaskan nikotin secara efisien maka zat toksik bertanggung jawab dalam menyebabkan

berbagai macam penyakit (WHO, 2006). Pada era milenial sekarang khususnya revolusi

industri 4.0, kebanyakan remaja menganggap bahwa merokok adalah hal yang lumrah dan

tidak jarang dari mereka menjadikannya sebagai lifestyle atau gaya hidup. Perlunya

dilakukan penangan pada kondisi tersebut, terutama oleh para petugas kesehatan.

Salah satu penanggulangan masalah rokokadalah melalui program anti tembakau.

Program anti tembakau merupakan bentuk perlawanan terhadap konsumsi tembakau, salah

satunya adalah konsumsi rokok dalam upaya menurunkan prevalensi perokok. Program ini

seperti sosialisasi/ penyuluhan bahaya rokok, kampanye-kampanye anti rokok, dan lain

sebagainya. Namun, dalam penelitian ini menunjukkan kurang dari setengah responden yaitu

hanya 47,4% dari perokok tetap yang akan ikut berperan dalam penanggulangan masalah

rokok seperti program anti tembakau. Hasil penelitian Supriyadi mengungkapkan bahwa

hanya 25,0% tenaga kesehatan dari perokok tetap yang pernah mengikuti atau terlibat dalam

program anti tembakau.21 Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang sudah jelas

lebih tahu tentang bahaya yang dapat ditimbulkan dari rokok mempunyai kepedulian yang

rendah terhadap penanggulangan masalah rokok, apalagi supir angkutan yang dilihat dari

tingkat pendidikannya yang rendah.


DAFTAR PUSTAKA

Fatmasari, I . PERILAKU SUPIR ANGKUTAN PASCA PENETAPAN PERDA


KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA MAKASSAR.

Fei Lie Shirley, kwe. . KEBIJAKAN TENTANG PEDOMAN KAWASAN TANPA


ROKOK DIKAITKAN DENGAN ASAS MANFAAT. 2016, 2.Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang

Gunawan. . EFEKTIFITAS PERATURAN KAMPUNG BEBAS ASAP ROKOK DI RW 11


MENDUNGAN, GIWANGAN, UMBULHARJO, YOGYAKARTA.2016, 2.

Nur Fatih, A. ANALISIS IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA


SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI
PUSKESMAS INDUK KOTA SEMARANG. 2016, 4.

Kurniasih, H. PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA TENTANG UPAYA


PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG. 2016, 4.

HeriSetiawan, A..Implementasi program rukunwargabebasrokok di Yogyakarta. 2017, 33.

Mantiri, N. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG


KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK SISWA
DI SMK NEGERI 2 MANADO. 2018, 7.

Susanti, I. Kepatuhandanketegasanpegawainegeripadaperaturandaerahbebasrokok:
studikomparatif di kabupatenSlemandanKulonProgo. 2017.

Abdullah, R. .EVALUASI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NO.8 TAHUN 2009


TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK DI
KOTA PADANG PANJANG (StudiKasuspada RSUD Kota Padang Panjang).

Pewara, A. N. .EFEKTIVITAS KEBIJAKAN KAWASAN BEBAS ASAP ROKOK DI


DISA BONE-BONE KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG.

Trisnowati, H. .PENGEMBANGAN RUMAH BEBAS ASAP ROKOK SEBAGAI UPAYA


PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF DI KUTU DUKUH KABUPATEN
SLEMAN YOGYAKARTA.

Usman, S. .PengaruhPromosiKesehatanterhadapperubahanperilakukaryawan.2018, 1.

Putra, A. .PerananPromosiKesehatanDalamPengendalianPerokokAktif. 2018, 3.


Maharani, crismy.
PengaruhPromosiKesehatanTerhadappengetahuandansikapmerokopadapelajarlaki-laki di
SMA Negeri 2 kotaBitung. 2018, 7.

khairatunnisa. . HubunganPersepsitentangkawasantanparokok (KTR)


dalamperilakumerokokpegawai di DinasKesehatan Kota TebingTinggi.2019, 4 No. 1.

Delfi Novella Sadono. . Proses Pemberdayaanwargakampungtanpaasaprokok di


kampungBuluksasi RT.7. 2018, 6.

Anda mungkin juga menyukai