Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan. Ratna Sitorus & Yulia (2006).
Aspek struktur di tetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan
jumlah klien sesuai derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat
sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting .
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan
C. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai praktik perawatan profesional, pendekatan manajemen
tersebut terdiri dari
a. Perencanaan
Perencanaan Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis
perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi
rencana kegiatan harian, bulanan dan tahunan.
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat
juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus

4
dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1. rencana jangka panjang,yang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
2. rencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
3. perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun Hirarki
dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998). Kegiatan
perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi,
filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang
diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana
kegiatan harian, bulanan dan tahunan.
a. Visi Di Ruang MPKP
Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi
itu dibentuk serta tujuan organisas itersebut.Visi perlu dirumuskan
sebagai landasan perencanaan organisasi. Contoh visi di Ruang MPKP
RSMM Bogor adalah“Mengoptimalkan kemampuan hidup klien
gangguan jiwa sesuai dengan kemampuannya dengan melibatkan
keluarga.”
b. Misi Di Ruang MPKP
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam
mencapai visi yang telah ditetapkan.Contoh misi di Ruang MPKP di
RSMM Bogor adalah “Memberikan pelayanan prima secara holistik
meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dengan pendekatan keilmuan
keperawatan kesehatan jiwa yang professional.”
c. Filosofi Di Ruang MPKP
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai yang mengakar dan menjadi
rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan
arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi
dapat lebih dari satu. Beberapa contoh pernyataan filosofi :

5
Individu memiliki harkat dan martabat
1. Individu mempunyai t ujuan tumbuh dan berkembang
2. Setiap individu memiliki potensi berubah
3. Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi terhadap
lingkungan)
d. Kebijakan Di Ruang MPKP
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
pengambilan keputusan Contoh kebijakan di ruanggan misalnya:
“Kepala Ruangan MPKP dipilih melalui fit and proper test” “Staf
MPKP bertugas berdasarkan SK”
e. Rencana Jangka Pendek Di Ruang MPKP
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari
rencana harian, bulanan dan tahunan.
1. Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
perawat sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada
setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat.
Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada
saat operan dan pre conference.
a) Rencana harian kepala ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi:
1) Asuhan keperawatan,
2) Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
3) Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain
yang terkait.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
(a) Operan
(b) Pre conference dan post conference
(c) mengecek SDM dan sarana prasarana.
(d) Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus
(e) Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksan
(f) Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil

6
(g) Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang
belum teratasi
(h) Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan
keperawatan untuk sore, malam dan esok hari sesuai tingkat
ketergantungan pasien
b) Rencana Harian Ketua Tim
Isi rencana harian ketua tim adalah:
1) Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang
menjadi tanggung jawabnya
2) Melakukan supervisi perawat pelaksana
3) Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
4) Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas
Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
(a) Operan
(b) Pre conference dan post conference
(c) Merencanakan Asuhan Keperawatan
(d) Melakukan Supervisi perawat pelaksana
(e) Menulis dan dokumentasi
(f) Memeriksa kelengkapan dan dokumentasi askep
(g) Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
c) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan
untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana
harian perawat pelaksana shif sore dan malam agak berbeda jika
hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan
sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada
kegiatan pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
a) Operan
b) Pre conference dan post conference
c) Mendokumentasikan askep
d) Penilaian Rencana Harian Perawat

7
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan
melalui observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian
Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari.
Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian
masing-masing perawat

Presentasi RH = Jumlah RH yg dibuat x100%


Jumlah hari dinas pd bulan tersebut

f. Rencana Jangka Panjang


1. Rencana Bulanan
a) Rencana Bulanan Karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil
keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi
tersebut kepala ruangan akan membuat rrencana tindak lanjut dalan
rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup
rencana bulanan karu adalah:
1) Membuat jadwal dan memimpin case conference
2) Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan
kelompok keluarga.
3) Membuat jadwal dinas
4) Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
5) Melakukan jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan.
6) Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan
perawat pelaksana
7) Melakukan audit dokumentasi
8) Membuat laporan bulanan
b) Rencana Bulanan Ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang
keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-egiatan
yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
1) Mempresentasikan kasus dalam case conference
2) Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
3) Melakukan supervisi perawat pelaksana

8
c) Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evalusi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak
lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana
kegiatan tahunan mencakup:
1) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP
baik proses kegiatan (aktivitas yang sudah dilaksanakan dari 4
pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
2) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-
masing tim.
3) Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang
masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan
kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannnya di
masa mendatang
4) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan
jenjang karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi
karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal,
membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
b. Pengorganisasian
Dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi
pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai
tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi .
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP
menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-
Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.
Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari :

9
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan
adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur
organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan system penugasan Tim
Primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin Kepala Ruangan yang
membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat
primer membawahi beberapa perawat Pelaksana yang memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien. Mekanisme
Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP :

a. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim dan tiap Tim
diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih.
b. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas
(pagi, sore, malam)
c. Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.
d. Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena
kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana
dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan anggota.
e. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift
pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas.
Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat
yang ada. Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim,
sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota
Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.
f. Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
g. Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota
Timnya.

10
h. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila
Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung
jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di
dalam Tim.
i. Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.
j. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.

2. Daftar Dinas Ruangan


Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga
perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas.
Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari
terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya
bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas
pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang
telah berdinas pada malam hari.
3. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung
jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang
bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas.
Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar
kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga
terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi
informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang
perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh
ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi
sesuai kebutuhan.

11
c. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan
iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan
post conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan
pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang
digunakan pada akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang
telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis
& Houston, 1998)sebagai berikut:
1. Menciptakan iklim motivasi
2. Mengelola waktu secara efisien
3. Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5. Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6. Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1. Manajemen waktu: Rencana Harian
2. Komunikasi efektif melalui kegiatan:
a. Operan antar shift
1) Pre conference tim
2) Post conference tim
3) Manajemen konflik
4) Pendelegasian dan supervisi
3. Menciptakan budaya motivasi
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu
untuk memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi,
maka motivasi memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan

12
individu merupakan salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 1998).
Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui:
a) Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan
harapan tersebut secara efektif
b) Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
c) Membuat keputusan yang bijaksana
d) Mengembangkan konsep kerja kelompok
e) Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan
tujuan organisasi
f) Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa
pimpinan mengetahui keunikan dirinya
g) Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan yang telah
dikerjakan
h) Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan
diri
i) Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
j) Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua keputusan
dan tindakan
k) Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering
mungkin
l) Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong dengan staf
m) Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerjanya
n) Menjadi role model bagi staf
o) Memberikan reinforcement sesering mungkin
Penerapan Penciptaan Iklim Motivasi di MPKPDi ruang MPKP
penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai berikut:
a) Budaya pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang diberikan di MPKP adalah pemberian
pujian yang tulus. Masing-masing staf dibudayakan untuk memberikan
pujian yang tulus diantara mereka terhadap kinerja dan penampilan.
b) Doa bersama sebelum memulai kegiatan

13
c) Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil
secara mendalam dan membantu penyelesaiannya.
d) Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan pengembangan
jenjang karir dan kompetensi
e) Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja
4. Evaluasi Aktivitas Menciptakan Iklim Motivasi
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan
dan ketua tim setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan suatu
instrumen/kuisioner
a. Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang
dipunyai.Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu:
1. Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
2. Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan,
menyelesaikan tugas sebelum memulai tugas yang lain.
3. Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan
rencana kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual
kerja yang disusun secara berurutan yang disusun sebelum pekerjaan
tersebut dilaksanakan.
Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner
d. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam
organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan
melalui proses:
1. Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
2. Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas
3. Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
4. Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
5. Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas

14
6. Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi
masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi
nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
7. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
8. Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh
Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana.
Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.
Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi
menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis
terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP.
Bentuknya dapat berupa:
a) Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
b) Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab Shift
c) Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan
d) Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP
berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal
ini yang mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi Perawatan, Kepala
Ruangan, Ketua Tim atau Penanggung Jawab Shift, tergantung pada
personil yang berhalangan.
e. Supervisi
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk
memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang
mumpuni dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi
biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap

15
pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran
(produk) seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,
tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan
dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan
jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar meningkat. Dengan demikian
bawahan tidak merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk
melakukan pekerjaannya secara benar.
1. Penerapan Supervisi di MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk
menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu
professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang
memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan
serta menguasai pilar-pilar professional yang diterapkan di MPKP. Untuk
itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut:
a) Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan.
b) Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap Ketua
Tim dan Perawat Pelaksana.
c) Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas
dari masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan
materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam
asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan
pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan
perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuahan
keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok
bagi staf maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-
masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.
2. Evaluasi Aktivitas Supervisi

16
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang
melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner dengan
cara self evaluasi
3. Komunikasi efektif
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi.
Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi
dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar
menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang
atau lebih yang bekerjasama.
a. Penerapan Komunikasi di MPKP
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
1) Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore
dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas
pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung
jawab shift sore.
2) Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut
yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim atau PJ.
3) Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat
dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
dipimpin oleh katim atau PJ tim.
b. Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf
perawat MPKP. Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan
menggunakan instrumen/kuisioner.

17
f. Manajemen konflik
1. Pengertian
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang
dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari
sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik
mudah terjadi. Demikian juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi.
Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan
upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini
mungkin di ruang MPKP.
2. Cara-cara penanganan konflik ada beberapa macam, meliputi:
a. Bersaing
b. Berkolaborasi
c. Menghindar
d. Mengakomidasi
e. Berkompromi
Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik
dimana seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan
kepentingannya sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang
lain atau kelompok lain. Cara inbi kurang sehat bila diterapkan karena
bisa menimbulkan potensi konflik yang lebih besar terutama pada
pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya
menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.
Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan
kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu
bentuk kerjasama. Berbagai pihak yang terlibat konflik didorong
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan
menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi
yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah
lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solution.
Menghindar adalah cara menyelesaikan konflik dimana pihak
yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya
dengan orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut

18
(seakan-akan tidak ada konflik atau masalah). Cara ini tidak
dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena masalah
mendasar tidak diselesaikan, penyelasaian yang terjadi adalah
penyelesaian semu. Untuk itu tidak dianjurkan organisasi untuk
menggunakan metode ini.
Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara
salah satu pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain
yang berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang
berkonflik mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose –
win solution. Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi
sebaiknya juga tidak digunakan terlalu sering karena kepuasan tidak
terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa
mendatang.
Kompromi adalah cara penyelesaian konflik di mana semua
pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi
terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam
upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini
adalah lose-lose solution di mana masing-masing pihak akan
mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap
harmonis.
3. Penerapan Manajemen Konflik di MPKP
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya
yang win-win solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu
pembudayaan kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama dalam
menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.Pendekatan
penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan
penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi:
a. Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan
melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
b. Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
c. Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin
diterapkan.

19
d. Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
e. Menerapkan solusi pilihan
f. Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala
ruangan dapat berkonsultasi dengan kepala Seksi Perawatan atau
Konsultan.
4. Evaluasi Penerapan Aktivitas Penyelesaian Konflik
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf
keperawatan MPKP. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
instrumen/kuisioner.
g. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan.
Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan,
serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”.
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga
jika muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama.
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau
standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi
keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada
proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu
kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu
yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen
keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan
datang.Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang
semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator
mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat
sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi

20
untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi:
1. Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
2. Melakukan pengukuran prestasi kerja
3. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4. Mengambil tindakan korektif
5. Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit
merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan.
Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu:
1. Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan
perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan,
prosedur, standar, SOP dan rekam medik; pelanggan.
2. Audit Proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan tercapai.
Pemeriksaan dapat bersifat retropektif, concurrent, atau peer review.
Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan
keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan
sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim
terhadap pelaksanaan kegiatan.
3. Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi
pasien, kondisi SDM, dan indikator mutu.
Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu:
1. Audit dokumentasi asuhan keperawatan
2. Survey masalah baru
3. Kepuasan pasien dan keluarga
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu

21
1. Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter
2. Penilaian kinerja perawat
Indikator mutu umum yaitu:
1. Prosentasi pemakaian tempat tidur (BOR)
2. Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS)
3. Tempat tidur tidak terisi (TOI)
4. Angka infeksi nasokomial (NI)
5. Angka dekubitus dan sebagainya.

D. Indikator mutu umum:


1. Penghitungan Tempat Tidur Terpakai (BOR)
Bed occupancy rate adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satu
satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR
dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan standar nasional BOR adalah 70 –
80 %.
Rumus penghitungan BOR sbb:
Jumlah hari perawatan
BOR = Jumlah TT x Jumlah hari persatuan waktu x 100%

Catatan:
· Jumlah hari perawatan adalah hasil penjumlahan lama hari rawat pasien yang
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu
· Jumlah hari per satuan waktu adalah jumlah hari dalam satu periode waktu

2. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)


Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih lanjut).
Secara umum ALOS yang ideal adalah 6 – 9 hari.

22
MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat
setiap bulan dengan rumus sbb:
Jumlah hari perawatan pasien keluar
ALOS = Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Catatan:
Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawata pasien
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu. Jumlah pasien keluar
(hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam satu
periode waktu.

3. Penghitungan Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI)


Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat
memberikan gambaran tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari.
Di MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat
setiap bulan dengan rumus sbb:

(Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS


TOI = Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

4. Penghitungan Angka Infeksi Nasokomial


Angka infeksi nasokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau
muncul selama dalam perawatan di rumah sakit.
5. Penghitungan Angka Dekubitus
Angka dekubitus adalah jumlah pasien yang mengalami dekubitus
selama dalam perawatan di rumah sakit.

23
E. Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana. Di MPKP
kegiatan audit dilakukan oleh kepala ruangan, pada status setiap pasien yang
telah pulang atau meninggal dan hasil audit dibuat rekapan dalam satu bulan.

F. Survey Kepuasan
Menurut Philip Kotler, Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat
keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan
penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan
harapan seseorang
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan
pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain.
Di MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap pasien pulang,
diberikan saat selesai menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan
pulang dengan cara pasien dan keluarga mengisi angket yang disediakan.
Survey kepuasan dilakukan 6 bulan sekali.

24
G. Evaluasi Aktivitas Pengendalian
Di MPKP aktivitas pengendalian dievaluasi melalui self evaluasi
terhadap Kepala ruangan tiap satu semester dengan menggunakan
instrumen/kuisioner sbb:
Tabel 2,1 Evaluasi Aktivitas Pengendalian di MPKP
No Kriteria Sll Sr Kd Tp
1 BOR dihitung setiap satu bulan
2 ALOS diukur setiap bulan
3 TOI diukur setiap bulan
4 Angka Infeksi Nasokomial dicatat setiap
bulan
5 Survey kepuasan pasien dilakukan setiap ada
pasien pulang atau meninggal
6 Survey kepuasan keluarga dilakukan setiap
ada pasien pulang atau meninggal
7 Survey kepuasan tenaga kesehatan dilakukan
setiap ada pasien pulang atau meninggal
8 Survey masalah keperawatan dilakukan tiap
bulan
9 Audit dokumen dilakukan tiap bulan
Petunjuk:
Sll : selalu nilai 4
Sr : sering nilai 3
Kd : kadang-kadang nilai 2
Tp : tidak pernah nilai 1
Nilai : Total nilai x 100%

H. Compensatory reward
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan
manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM)
keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan

25
tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi
dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai
kesempatan paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien
yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut
sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur.
Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis,
rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga
keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen,
seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf
perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan
setiap ada penambahan perawat baru.
Proses Rekruitmen Tenaga Perawat di Ruang MPKP
Rekruitmen di ruang MPKP berfokus pada rekruitmen perawat yang ada
di rumah sakit. Dalam menentukan perawat yang diperlukan di ruang MPKP,
perlu diketahui kategori Ruang MPKP yang akan dikembangkan. Misalnya
Untuk level MPKP Profesional I diharapkan Karu dan Katim mempunyai
latar belakang pendidikan Ners, Sarjana Keperawatan dengan jenjang karir
minimal Perawat Klinik 3 (PK 3), serta seluruh perawat pelaksana minimal
mempunyai latar belakang pendidikan D III Keperawatan dengan jenjang
karir minimal Perawat Klinik 2 (PK 2).
a. Proses rekuitmen perawat di ruang MPKP:
1. Seluruh perawat di Rumah Sakit harus menyepakati level MPKP yang
akan dipilih, disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di
rumah sakit tersebut, diharapkan minimal memilih MPKP level pemula.
2. Setelah level disepakati maka kepala bidang perawatan melakukan
sosialisasi pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan dan para
pejabat struktural yang ada di rumah sakit untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan.

26
3. Kepala ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang ada
di ruangan tentang pembentukan ruang MPKP disertai kriteria perawat
yang dibutuhkan dengan tujuan merekrut perawat yang memenuhi
kriteria. Kepala ruangan memotivasi perawat di ruangannya yang
memenuhi kriteria untuk mendaftarkan diri dengan mengisi formulir
pendaftaran dan biodata.
Sebelum menetapkan proses rekruitmen perlu ditetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan. Jenis tenaga perawat terdiri dari kepala
ruangan (Karu), perawat primer (PP) sebagai ketua tim, dan perawat
pelaksana. Selain itu juga perlu ditetapkan kriteria perawat yang
dibutuhkan.
b. Proses seleksi tenaga perawat di ruang MPKP
Proses seleksi perawat di ruang MPKP:
1. Proses seleksi dimulai dari telaah dokumen untuk menetapkan perawat
yang memenuhi syarat menjadi kepala ruangan, perawat primer/ketua
tim, dan perawat pelaksana/asosiet.
2. Semua perawat yang memenuhi kriteria dipanggil untuk tes tulis. Hasil
tes tulis menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan
bakal calon ketua tim dan kepala ruangan.
3. Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.
4. Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat
yang memenuhi kriteria karu dan katim untuk memilih kepala ruangan.
Jika nama dan jumlah perawat telah ditetapkan sesuai dengan hasil
tes maka pimpinan rumah sakit membuat surat keputusan (SK) penempatan
perawat yang bekerja di ruang MPKP.
Sebelum perawat bekerja di ruang MPKP, mereka diminta untuk
membuat pernyataan akan kesediaannya bekerja dan mengembangkan ruang
MPKP dan menandatanganinya. Perawat diberikan penjelasan tentang
lingkup kerja dan pengembangan karir.

27
c. Proses orientasi tenaga perawat di ruang MPKP
Setiap perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa
orientasi yang sering disebut pelatihan awal sebelum seseorang bekerja pada
unit kerja tertentu. Orientasi berupa pelatihan tentang informasi budaya kerja
MPKP dan informasi umum tentang rumah sakit (visi, misi, program jangka
pendek dan jangka panjang, program mutu, kebijakan dan peraturan).
Kegitatan orientasi menggunakan metode klasikal, praktik lapangan dan
praktik kerja.

Kegiatan prientasi dilakukan pada perawat baru yang akan bekerja di ruang
MPKP . Karu dan Katim membuat rencana orientasi.
Kegiatan MPKP yang akan diorientasikan pada program orientasi
adalah:
Kepala Ruangan
1. Pendekatan Management:
a. Perencanaan
a) Mengembangkan visi dan misi
b) Mempunyai filosofi
c) Menetapkan Rencana Jangka Pendek
d) Pengorgansasian
b. Membuat struktur organisasi
a) Membuat jadual dinas bersama ketua tim
b) Membuat daftar pasien bersama ketua tim
c) Pengarahan
d) Mamimpin operan
e) Mengawasi dan mengarahkan kegiatan pre dan post
conference
f) Memberi motivasi pada tim perawat di ruangan
g) Mendelegasikan tugas pada bawahan dengan jelas
h) Memfasilitasi kolaborasi dengan anggota tim kesehatan
yang lain dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.

28
i) Mengawasi perawat primer dan perawat pelaksana dalam
mengelola pasien melalui komunikasi langsung.
j) Memperoleh informasi tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui supervisi dan mendengarkan
laporan langsung dari perawat primer.
c. Melakukan pengawasan tidak langsung:
a) Mengecek daftar hadir perawat primer, perawat
pelaksana, pekarya dan petugas TU.
b) Mengecek kedisiplinan.
c) Pengendalian
d) Menetapkan indikator mutu
e) Melakukan audit dokumentasi
f) Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga, perawat,
dan tenaga kesehatan lainnya
g) Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
2. Compensatory reward
d. Melakukan rekruitmen tenaga perawat
e. Melakukan seleksi tenaga perawat
f. Melakukan orientasi
g. Melakukan penilaian kinerja
h. .Melakukan pengembangan tenaga perawat
3. Hubungan Professional
Memimpin rapat keperawatan
a. Mengawasi pelaksanaan konfrensi kasus
b. Mengikuti rapat tim kesehatan
c. Mengawasi pelaksanaan visit dokter
4. Asuhan keperawatan
a. Menguasai asuhan keperawatan pada pasien sesuai masalah
keperawatan yang ada
5. Perawat Primer/Ketua Tim
1) Pendekatan Managemen:
Perencanaan

29
a) Membuat pengkajian lengkap, perencanaan, dan
menentukan kriteria evaluasi untuk pasien
b) Membuat rencana jangka pendek
2) Pengorgansasian
a) Menyusun jadual dinas bersama Kepala Ruangan
b) Membuat daftar pasien bersama Kepala Ruangan
c) Membagi tugas kepada perawat pelaksana sesuai
dengan kemampuan perawat pelaksana
d) Bekerjasama dengan tim kesehatan yang lain untuk
mengintegrasikan pelayanan keperawatan dengan
pelayanan kesehatan lain
3) Pengarahan
a) Memimpin kegiatan ronde keperawatan, konferensi
kasus, Pre dan Post Conference
b) Memberikan pengarahan pada perawat pelaksana
masing-masing secara individual
c) Memberikan motivasi kepada perawat pelaksana
d) Mendelegasikan tugas kepeda perawat pelaksana
secara jelas
4) Pengendalian
a. Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
yang dilakukan oleh Perawat Pelaksana
b. Memberikan umpan balik pada Perawat Pelaksana
5) Compensatory reward
1. Melakukan orientasi kepada perawat baru
2. Menilai kinerja Perawat Pelaksana
6) Hubungan Professional
a. Memimpin konfrensi kasus
b. Mengikuti visit dokter

30

Anda mungkin juga menyukai