Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KESUBURAN TANAH 2014 FP UNS

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersususn
dari bahan-bahan mineral hasil pelapukan batuan da bahan organik sebagai hasil pelapukan
sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat
tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup,
bentuk wilayah dan lainnya waktu pembentukan.
Sebidang tanah yang kita peroleh (baik dari hasil pembukaan hutan secara sah dan
tanah-tanah pemiliknya secara tradisional) untuk di manfaatkan sebagai lahan pertanaman
perlu mendapatkan penelitian yang saksama agar pertanaman itu berhasil dengan baik, untuk
pertanaman apa yang cocok untuk tanah itu, kandungan bahan-bahan pada tanah apakah
mencukupi ataukah masih terdapat kekurangan, atau ada di antara bahan-bahan yang
terkandung itu yang mengandung racun, sehingga tanaman akan mati kalau di tanaman pada
lahan itu. Selain itu, apakah anah itu terlalu masan atau mengandung kadar keasinan yang
tinggi. Tanah sebagai salah satu unsur habitat perlu diketahui kapasitas kemampuannya jika
kita hendak melakukan pertanian pada tanah itu.
Kesuburan tanah di tentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah. Keadaan
fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembapan dan tata udara tanah.
Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan organik,
banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman.
Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi analisa ketersediaan hara makro primer (N,P
dan K) di dalam tanah.
Sistempengelolaan tanah merupakan suatu proses mengelola tanah untuk menjaga dan
meningkatkan kesuburan tanah. Sistem pengelolaan tanah dapat di lakukan dengan
pemupukan organik dan anorganik.Kesuburan tanah adalah salah satu mata kuliah wajib
dalam semester 2 ini. Dalam mata kuliah ini dilakukan dengan pemberian materi di kelas dan
kegiatan praktikum di lapangan. Materi di kelas memberikan pemahaman dasar pada
mahasiswa dan kegiatan praktikum adalah membuktikan teori sehingga bersifat kognitif.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau pengelolaan terhadap
pertumbuhan atau hasil tanaman.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum lapang ini dilaksanakan mulai tanggal 8 Maret 2014 yang bertempat di
Jumantono, Karanganyar Dan praktikum laboratorium mulai tanggal 13 Mei 2014pukul
08.30-17.30 di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian UNS.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah Alfisol

Alfisol merupakan tanah yang relatif muda masih banyak mengandung mineral primer
yangmudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Tanah ini mempunyai
kejenuhanbasa tinggi, KTK dan cadangan unsur hara tinggi. Alfisol merupakan tanah-tanah
dimanaterdapat penimbunan liat di horison bawah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini
berasaldari horison diatasnya dan tercuci kebawah bersama gerakan air perkolasi(Foth, H.
D1994).

Lahan kering tanah Alfisol sangat potensial untuk pengembangan budidaya kacang
tanah. Tanah Alfisol mempunyai keunggulan sifat fisika yang relatif bagus, tetapi tanah
Alfisol umumnya miskin hara tanaman baik yang makro maupun mikro dan hanya kaya akan
hara Ca dan Mg. Produktivitas lahan umumnya relatif rendah sebagai akibat kandungan
humus yang sudah sangat rendah, terutama yang sudah cukup lama dimanfaatkan untuk
budidaya tanaman pangan. Tanah Alfisol di Indonesia sekitar 7 juta hektar tersebar di Pulau
Jawa dan Nusa Tenggara. Namun demikian berapa luas lahan kering Alfisol yang sudah
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan belum diperoleh data yang jelas (Ispandi
2004).

Stabilitas agregat tanah (SA03B) untuk alfisol tergolong mantap. Kondisi ini dapat
difahami bahwa dilihat dari selisih nilai yang begitu besar antara stabilitas agregat di atas 2
mm (SA20B) dengan stabilitas agregat di atas 0,3 mm (SA03B) yang mendekati 50%,
menunjukkan bahwa agregat yang terbentuk didominasi oleh agregat-agregat yang berukuran
kurang dari 2 mm, dan agregat ini bila terlepas mudah terangkut oleh aliran air permukaan
(Handayani 2002).
Penggunaan tanah alfisol tidak terus-menerus hanya untuk satu jenis, tetapi dilakukan
perputaran jenis tanaman pada lahan yang sama. Awalnya, para ahli beranggapan bahwa
perputaran tanaman pada tanah alfisol ini diperlukan agar zat-zat yang menjadi nutrisis untuk
tanaman tertentu tidak habis. Habis karena terus dikonsumsi oleh tanaman yang sama,
sementara zat lain yang tidak dikonsumsi tetap tidak berguna. Ternyata, hal ini tidak benar
justru sisa tanaman tersebut dapat menjadi racun bagi tanaman itu sendiri. Oleh karena itu,
diperlukan perputan jenis tanaman pada tanah alfisol mengingat pentingnya tanah alfisol
untuk memenuhi kebutuhan pangan kita (Ahira 2010).
Alfisols merupakan tanah yang telah berkembang dengan karakteristik profil tanah
membentuk sekuen horison A/E/B/C, yang terbentuk melalui proses kombinasi antara
podsolisasi dan laterisasi pada daerah iklim basah dan biasanya terbentuk dibawah tegakan
hutan berkayu keras (Tan 2000).

B. Pupuk KCL, Urea, ZA, SP36


Ammonium Sulfat (Za) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yangmengandung
unsur hara N. Unsur hara N yang berasal dari Urea dan Za merupakan hara makro utama bagi
tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam produksi tanaman.
Defisiensi N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan
penyusun klorofil dan asam amino, pembentuk protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat,
dan komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta
meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz 1982).

Penggunaan pupuk urea yang semakin tinggi dosisnya berpengaruh nyata


meningkatkan pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah rimpang
induk, bobot rimpang kering dan bobot kering batang + daun/rumpun). Warna daunnya
terlihat lebih hijau gelap dan pertumbuhannya pada tinggi tanaman lebih tinggi pada tanaman
yang dipupuk urea dosis 300 kg/ha.Rendahnya status hara N tanah, menyebabkan respon
tanaman terhadap komponen pertumbuhan meningkat dengan pemberian pupuk urea dosis
300 kg/ha (Rahardjo 2010).

Penggunaan pupuk kimia berkadar hara tinggi seperti Urea, Za, Tsp atau SP-36, dan Kcl
tidak selamanya menguntungkan karena dapat menyebabkan lingkungan menjadi tercemar
jika tidak menggunakan aturan yang semestinya.Pemupukan dengan pupuk kimia hanya
mampu menambah unsur hara tanah tanpa memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah, bahkan
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanah. Penggunaan pupuk sintetis yang tinggi
pada tanah akan mendorong hilangnya hara, polusi lingkungan, dan rusaknya kondisi alam (
Iwan 2004).

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa berbagai dosis Kcl hanya memperlihatkan
pengaruhnya pada komponen pengamatan tinggi tanaman umur 4, 6 dan 8 mst dan hasil
tanaman jagung. Secara umum, kalium sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan akar
tanaman. Perakaran yang optimal akan mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan
tanaman sehingga akan mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Selain itu un-sur K sangat
mempengaruhi laju peman-jangan batang terutama pada jaringan yang aktif membelah pada
bagian ujung tanaman (jaringan meristem).Bahwa secara alamiah K berdifusi lewat tanah ke
akar tanaman yang tumbuh pada daerah perakaran dan K memberikan efek yang nyata
terhadap pertumbuhan tanaman (Masdar 2003).

Penggunaan pupuk kimia berkadar hara tinggi seperti Urea, ZA, TSP atau SP-36, dan
KCl tidak selamanya menguntungkan karena dapat menyebabkan lingkungan menjadi
tercemar jika tidak menggunakan aturan yang semestinya.Pemupukan dengan pupuk kimia
hanya mampu menambah unsur hara tanah tanpa memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah,
bahkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanah. Penggunaan pupuk sintetis yang
tinggi pada tanah akan mendorong hilangnya hara, polusi lingkungan, dan rusaknya kondisi
alam (penelitian USU 2005).
C. Jagung Manis

Jagung manis (sweet corn) merupakan komoditas palawija dan termasuk dalam keluarga
(famili) rumput-rumputan (Gramineae) genus Zea dan spesies Zea mays saccharata. Jagung
manis memiliki ciri-ciri endosperm berwarna bening, kulit biji tipis, kandungan pati sedikit,
pada waktu masak biji berkerut. Produk utama jagung manis adalah buah/ tongkolnya, biji
jagung manis mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi
tergantung pada jenisnya, biji jagung manis terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed
coat), endosperm dan embrio. Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan
baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi.Salah satu sifat tanaman jagung
sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan
tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Koswara
2009).

Syarat pertumbuhan tanaman jagung adalah tumbuh dalam keadaan curah hujan ideal
sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujanatau menjelang musim
kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yangternaungi, pertumbuhannya akan
terhambat dan memberikan hasil biji yang tidakoptimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C.
Jagung tidak memerlukan persyaratantanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan
kaya humus akan berproduksioptimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air
baik, kemiringan tanahkurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %,
sebaiknya dilakukanpembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan
ketinggianoptimum antara 50-600 m dpl. Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik
dan fisiologi (benih hibryda). Syarat dalam pemilihan benih adalah biji yang mempunyai
daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih
ditanam,sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam) (Rukhana
1997).

Tanaman jagung yang mengasorpsi P dalam jumlah relatif sedikit daripada hara N dan
K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal,
pertumbuhan akumulasi P relatif lambat, namun setelah berumur 4 minggu meningkat dengan
cepat. Pada saat keluar bunga antan, akumulasi P pada tanaman jagung mencapai 35% dari
seluruh kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga menjelang tanaman dapat di
panen. Gejala kekurangan P biasanya tampak pada fase awal pertumbuhan. Tanaman yang
kekurangan P, daunnya berwarna keunguan. Kekurangan P juga menyebabkan perakaran
tanaman menjadi dangkal dan sempit penyebarannya serta batang menjadi lemah. Selain itu,
pembentukan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dengan ukuran kecil dan barisan biji
tidak beraturan dengan biji yang kurang berisi (Sutanto 2005).
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah
bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih
dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung
cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri) (Nuning 2012).

D. N,P, dan K jaringan tanaman

Jaringan merupakan kumpulan dari sel-sel yang mengandung protoplasma, dimana sel-
sel tersebut memerlukan unsure hara terutama hara esensial untuk tumbuh dan berkembang.
Bersama unsur fosfor (P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan unsure hara yang mutlak
dibutuhkan oleh tanaman. Bahan tanaman kering mengandung sekitar 2 sampai 4 % N, jauh
lebih rendah dari kandungan C yang berkisar 40%. Namun hara N merupakan komponen
protein (asam amino) dan khlorofil. Bentuk ion yang diserap oleh tanaman umumnya dalam
bentuk NO3- dan NH4+ bagi tanaman padi sawah (Kemas 2005).

Senyawa nitrogen organik dioksidasi dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis
campuran selen membentuk (NH4)2 SO4. Kadar amonium dalam ekstrak dapat ditetapkan
dengan cara destilasi atau spektrofotometri. Pada cara destilasi, ekstrak dibasakan dengan
penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat oleh asam borat dan
dititar dengan larutan baku H2SO4 menggunakan penunjuk Conway. Cara spektrofotometri
menggunakan metode pembangkit warna indofenol biru (Khama 2012).

Absorpsi N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhan. Pada awal


pertumbuhan, akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman berumur 4
minggu akumulasi N sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muuncul) tanaman
jagung telah mengabsorpsi N sebnayak 50% dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu,
untuk memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia
pada fase pertumbuhan tersebut. Tanaman jagung yang kekurangan unsur N akan
memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun tanaman berwarna hijau kekuning-
kuningan yang berbentuk huruf V dari ujung daun menuju tulang daun dan dimulai dar daun
bagian bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol jagung terbentuk menjadi kecil dan
kandungan protein dalam biji rendah (Novizan 2002).

Ketersediaan P ini berperan dalam pembelahan inti sel untukmembentuk sel-sel baru dan
memperbesar sel itusendiri. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan tanaman meningkat.
Bahwa pemberian pupuk P meningkatkansecara nyata serapan P dan N tanaman pada umur
28HST tanaman jagung. Sejalan dengan hal tersebut,bahwa P mampumeningkatkan proses
fotosintesis yang selanjutnyaakan berpengaruh pula pada peningkatan berat kering tanaman
(Noorjannah 2012).
Salah satu fungsi unsur K adalah sebagai transportasi hasil fotosintat menuju ketempat
penyimpanan seperti biji, buah, umbi, dan rimpang(sink). Tanaman penghasil rimpang
mengakumulasi hasilfotosintat cukup besar, maka peranan K sangat penting.Kalium terdapat
banyak dalam jaringan meristem, sedikit didalam biji dan buah. Kandungan K dalam
kloroplas diperkirakan tiga kali lipat daripada kandungan di dalam sitoplasma dan
vakuola.Sedangkan 40 - 45% dari K di daun merupakan unsur yangmobil di dalam tumbuhan
dan merupakan ion monovalenterbanyak yang terdapat di dalam jaringan tumbuhan.Fungsi K
di dalam metabolisme tumbuhan adalah sebagaikatalisator dan memegang peranan penting di
dalam sintesaprotein dari asam-asam amino dan hidrat arang. Perananlain dari K adalah
memacu translokasi hasil fotosintesisdari daun ke bagian lain tanaman (Rahardjo 2010).

E. N,P, dan K tersedia tanah

Pengaruh kelebihan hara N dapat dikurangi dengan pemberian unsur hara dan P yang
cukup. Pemberian pupuk K dan P yang cukup selain dapat meningkatkan pertumbuhan dan
hasil juga akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman lingkungan dan
organisme pengganggu tanaman terutama yang disebabkan oleh bakteri dan jamur (Ruhnayat
2011).

Pupuk NPK memiliki faktor-faktor positif dalam hal penghematan tenaga kerja. Karena
pupuk NPK termasuk dalam pupuk buatan yang harus di kerjakan biasanya lebih sedikit dan
menaburkan penghematan zat makanan tanaman dapat dilakukan dalam satu kali kerja saja.
Penghematan tenaga kerja dengan penggunaan pupuk NPK mencapai 50-60%. Hal ini berarti
bahwa dengan penggunaan waktu yang sama tetapi dengan pupuk NPK kita dapat
mengerjakan dua kali jumlah luas tanaman (Suryani 2004).

Untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik yang memberikan hasil yang tinggi, unsur-
unsur hara yang tersedia harus dalam keadaan yang cukup. Jumlah banyaknya pupuk NPK
yang harus di taburkan biasanya tergantung dari kebutuhan tanaman akan nitrogen.
Berhubung pupuk NPK lebih bersih daripada berbagai macam pupuk tunggal, maka jumlah
seluruhnya yang harus ditaburkan juga jauh lebih sedikit.Untuk tanaman jagung, ada yang
memakai pupuk NPK dengan menaburkannya mengikuti lajur.Namun, menaburkannya harus
hati-hati, karena dapat mengakibatkan terbakarnya bibit yang baru saja mekar untuk tumbuh
(Sipahutar 2002).

Penyemprotan pupuk paling baik dilakukan pada waktu sebelum pengolahan tanah,
sehingga pupuk dapat terus di olah terus ke dalam tanah.Lagi pula hal ini mencegah menjadi
rusaknya bibit yang baru saja mekar untuk tumbuh, karena konsentrasinya garam yang terlalu
tinggi.Penggunaan dilakukan dengan penyemprotan yang agak kasar, jadi tekanan rendah,
untuk mencegah tersebarnya larutan oleh hembusan angin. Maka dari itu akan menghemat
tenaga (40% dibandingkan dengan produk yang curah), mengurangi bekas-bekas roda dari
alat angkutan dan merupakan penyebaran pupuk yang lebih merata (Hasibuan 2006).
Pemberian pupuk NPK diharapkan mampu memberikan tambahan unsur hara seperti
nitrogen (NH4+, NO3-), fosfor (HPO42-) dan kalium (K+) pada tanah sehingga dapat
mencukupi kebutuhan hara bagi pertumbuhan. PemupukanP menjadikan kepekatan P per
satuan massa tanah semakin tinggi, karena pupuk NPK dapat larut maka akan lebih banyak
berperan menjaga kepekatan P larutan jika ada anion P dalam larutan yang diserap akar
tanaman (Saribun 2008).

F. Bahan Organik ,Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kadar Lengas Tanah

Kandungan bahan organik dalam tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk
organic, limbah kota maupun guano. Limbah hasil pertanian dapat berupa sisa tanaman, sisa
hasil panen, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Sisa hasil panen yang tersedia melimpah antara
lain adalah blotong, tandan buah kelapa sawit, sekam padi, dan kulit buah kopi. Selain bahan
tersebut, pupuk organic mencakup pula limbah industry pertanian, minuman, makanan, dan
kimia (Sudiarto 2004).

Bahan organik tanah walaupun kadarnya sangat rendah dalam tanah, namun
keberadaanya akan sangat berpengaruh terhadap sifat fisika dan biologi tanah. Tanah dengan
kadar bahan organik pada umumnya akan memberikan kenampakan warna yang lebih gelap
disbanding tanah dengan kadar bahan organic lebih rendah. Karakteristik warna tanah dengan
kadar bahan organic tersebut digunakan sebagai dasar untuk memprediksi kadar bahan
organic dalam tanah menggunakan pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan (Hermantoro
2011).

Kapasitas pertukaran kation (KPK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan


kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk kation hara
tanaman.Kapasitas pertukaran kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah
sebagaihasil proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan negatif
tanah,sehingga humus dianggap mempunyai susunan koloid seperti lempung, namun
humustidak semantap koloid lempung, dia bersifat dinamik, mudah dihancurkan dan
dibentuk.Sumber utama muatan negatif humus sebagian besar berasal dari gugus karboksil (-
COOH) dan fenolik (-OH)nya (Brady 1990).

Lingkup lengas tanah adalah petunjuk umum tentang keadaan lengas tanah. Secara kasar
menunjukan tanah berada dalam keadaan kering atau lembab berdasarkan keadaan dalam
penggal baku tanah (Soil ontrol ection), yaitu mintakat antara jeluk 10 dan 30 cm dalam tanah
lempungan atau antara 30 dan 90 cm dalam tanah pasiran. Penetapan kadar lengas tanah
dapat dilakuakn secara tidak langsung atau langsung. Metode langsung diartikan sebagai
metode dimana air dikeluarkan dari sampel misalnya melalui evaporasi selanjutnya jumlah
air yang dikeluarkan tersebut ditentukan. Cara yang paling umum digunakan dalam
menentukan jumlah air yang dikeluarkan adalah dengan mengukur kehilangan berat sample
(Gardner,1986).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas adalah pengaruh temperatur terhadap
sifat-sifattanah lebih kecil dibandingkan curah hujan (lengas), karena sebagian energi
digunakan untukevaporasi dan transpirasi. Jadi pengaruh temperatur berpengaruh terhadap
kegiatanperombakan bahan organik serta laju reaksi pelapukan kimia. Iklim merupakan
faktor yangmempengaruhi kadar lengas tanah. Curah hujan dan temperatur merupakan anasir
iklim yangberpengaruh pada kandungan kadar lengas tanah. Faktor topografi berpengaruh
padakandungan lengas tanah dalam mempercepat kehilangan lengas atau sebaliknya,
yaitumengawetkannya (Boyzeric 2010).

III.METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Praktikum Lapang

1. Alat

a. Cethok

b. Ember/gembor

c. Penggaris

d. Patok Kayu

e. Rafia

f. Cangkul

g. Plat Kayu

2. Bahan

a. Benih jagung

b. Pupuk KCL, SP36, Urea dan ZA.

3. Prosedur Kerja

Dalam kegiatan ini mahasiswa di kelompokkan kedalam beberapa kelompok. Setiap


kelompok akan melakukan penanaman tanaman jagung manis di lapangan, pemupukan,
pengamatan, pemeliharaan tanaman sampai panen. Dengan cara kerja sebagai berikut :

a. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah di lakukan mencangkul tanah pada kedalaman olah, kemudian


menggemburkan dan meratakannya serta di bersihkan dari sisa-sisa tanaman penganggu.

b. Pembuatan petak
Pembuatan petak dengan ukuran 2x2 meter.

c. Penanaman

Menanam biji jagung manis 2 biji perlubang dengan jarak tanam 50x50 meter.

d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai perlakuan untuk setiap kelompok sesuai kelompok
masing-masing. Dengan ini kelompok 6 mendapatkan perlakuan pemupukan pupuk
ZA,dengan rincian sebagai berikut : pemupukan saat bersama tanaman yaitu 20 kg ZA, 140
kg SP 36, 35 kg KCL, saat 15 hari setelah tanam dengan 20 kg ZA, 70 kg SP 36 dan 45 hari
setelah tanam dengan 40 kg ZA.
e. Pengamatan

Setiap praktikan ( kelompok praktikum) wajib membawa peralatan untuk pengukuran


setiap minggunya dan dilakukan juga pemeliharaan dengan melakukan penyiraman setiap
minggu. Hasil pengamatan harus di setujui oleh asisten.

Cara pengukuran/ pengamatan tanaman :

1) Tinggi Tanaman Jagung

Diukur dari pangkal tanaman ( batas antara akar dan batang) hingga ujung daun tertinggi
(helaian daun di tangkapkan), dilakukan seminggu sekali.

2) Berat Brangkasan segar

Brangkasan segar meliputi seluruh daun yang telah di panen untuk tanaman jagung.
Seluruh bagian tanaman di bersihkan dan melakukan penimbangan.

3) Berat Brangkasan Kering

Berat brangkasan yang sudah di oven pada ± 70ºC hingga bobot menjadi konstan (±48
jam).

4) Pemanenan Saat Pertumbuhan Vegetatif Maksimum

Setelah tanaman mencapai pertumbuhan maksimum yang ditandai dengan keluarnya


bunga ( kira-kira berumur 45 tahun hari) dilakukan pengambilan sampel daun ke 4/5 (daun
yang telah membuka sempurna), sebanyak 4 sampel per petak.

Pada saat yang sama juga dilakukan pengambilan sampel tanah untuk analisis beberapa
sifat kimia tanah di laboratorium.sampel tanah maupun tanaman selanjutnya di bawa ke
laboratorium dan di proses untuk analisis lebih lanjut.

5) Penangan sampel tanaman dan tanah


a) Membersihkan tanaman jagung dari tanah, lalu meangin-anginkan sampai layu. Selanjutnya
di potong agak kecil lalu memasukkan dalam oven dengan suhu 60ºC sampai kering. Setelah
kering menimbang sampel lalu menggrinding dan menyimpan dalam kantong plastik
memberi tabel dengan kode perlakuannya dan siap untuk menganalisis. Analisis jaringan
meliputi N,P,K jaringan tanaman dengan metode Kjeldahl untuk N jaringan, P dan K jaringan
dengan metode ekstraksi HNO3 pekat dan HCLO4 pekat.

b) Mengambil tanah dari lapang,membersihkannya dari perakaran lalu mengkeringkan.


Selanjutnya setelah kering angin, menumbuk dan menyaring dengan saringan berdiameter 0.5
mm, menyimpan hasil saringan dalam plastik dan memberi label dan selanjutnya
menganalisisnya.

6) Pemanenan Hasil

Melakukan pemanenan apabila jagung sudah siap di panen dengan cara memetik tongkol
jagung.

B. Praktikum Laboratorium

1. Kadar Lengas

a. Alat

1) pH meter

2) tissue

3) botol semprot

b. Bahan

1) CTKA

2) Botol/flakon

3) Alat penggojog

4) Aquades

5) Labu ukur

c. Cara kerja

1) Menimbang botol timbang kosong (a)

2) Menimbang contoh tanah 5 gram dan memasukkanya ke dalam botol timbang


3) Menimbang botol timbang dan contoh tanah (b)

4) Mengoven selama 4 jam pada suhu 105ºC.

5) Mendinginkan dalam eksikator lalu menimbang botol timbang (c)

6) Menghitung kadar lengas tanah

2. Kapasitas Tukar Kation

Prosedur analisis KTK

a. Alat

1) Erlenmeyer

2) Alat penggojog

3) Kertas saring

4) Corong

5) Pipet ukur labu destilasi

6) Destilator

7) Buret dan statif

8) Timbangan

b. Bahan

1) Ctka 0,5 mm

2) Amonium acetate 1 N

3) Alkohol 95%

4) NaCl 10 %

5) NaOH 45%

6) HCL 1 N

7) Asam Borat 2%

8) Indikator campuran (BCG dan MR)

9) Aquadest
10) Butir Zn

c. Cara kerja

1) Menimbang Ctka 0,5 mm 10 g, lalu memasukkan dalam erlenmeyer

2) Menambahkan amonium acetat dan menggojok selama 10 menit

3) Mencuci dengan amonium acetat 8 kali dan mencuci ctka lagi dengan alkohol 10 cc sebanyak
5 kali kemudian membuang filtrat

4) Mencuci dengan HCL 10% 10 cc sebanyak 8 kali dan memindahkan filtrat kedalam labu
destilasi

5) Mengencerkan dengan aquadest sampai volume 150 cc

6) Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc Asam Borat 2% dan menambahkan indikator


campuran sebanyak 2 tetes

7) Melakukan destilasi dengan penampung 10 cc Asam Borat 2% dan menambahkan indikator


campuran sebanyak 2 tetes

8) Menunggu hasil destilasi sampai volume 40 cc

9) Mentitrasi hasil destilasi dengan HCL 0,1 N sampai warna kehijauan

10) Mencatat jumlah HCL (ml/cc) yang di gunakan untuk titrasi.

Keterangan : hasil destilasi bisa hanya diambil 10 cc tetapi hasil titrasi dikalikan 4

3. Bahan Organik

a. Alat

1) Labu takar 50 ml

2) Gelas piala 50 ml

3) Gelas ukur 25 %

4) Pipet drop

5) Pipet ukur

b. Bahan

1) Ctka 0,5 mm

2) 1N
3) Asam sulfat pekat

4) Asam fosfat 85%

5) FeSO4 0,5%

6) Indikator DPA

7) Aquadest

c. Cara kerja

1) Menimbang CTKA 0,5 mm seberat 0,5 g dan memasukkan kedalam labu takar 50 ml

2) Menambahkan 1N sebanyak 10 ml

3) Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 cc asam sulfat pekat setetes demi setetes,
hingga menjadi berwarna jingga. Apa bila muncul warna kehijauan. Melakukan hal yang
sama untuk blanko (tanpa tanah)

4) Menggojog dengan memutar dan mendatar selama 1 menit, lalu mendiamkannya selama 30
menit

5) Menambahkan asam fosfat 85% dan mengencerannya dengan aquadest hingga tanda tera (vol
50 ml) dan menggojog sampai homogen

6) Mengambil 5 ml larutan bening dan menambah 15 ml aquadest serta indikator DPA sebanyak
2 tetes, kemudian menggojognya bolak-balik sampai homogen

7) Menitrasi dengan FeSO4 0,5 N hingga warna hijau cerah

4. N Total Tanah

a. Alat

1) Gelas arloji

2) Timbangan analitik

3) Tabung Kjeldahl

4) Erlenmeyer

5) Buret

6) Labu destilasi

b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm

2) pekat

3) Cu dan (perbandingan 20:1)

4) Aquadest

5) atau 10%

6) Indikator Methyl red

7) NaOH 0,1N atau NCL 0,1N

8) Butir Zn

c. Prosedur kerja

1) Destruksi

a) Menimbang dengan gelas arloji bersih/kertas contoh tanah kering angin diameter 0,5 mm 1
gram

b) Memasukkan ke tabung Kjedahl dan menambahkan 6 ml pekat

c) Menambahkan campuran serbuk k2so4 dan CuSO4 1 sendok kecil

d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang dan larutan menjadi putih
kehijauan atau tidak berwarna

2) Destilasi

a) Setelah larutan dalam tabung Kjedahl dingin, menambahkan aquades 30 ml dan menuangkan
dalam tabung destilasi (tanah tidak ikut), menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.

b) Mengambil larutan penampung 10 ml (merupakan campuran 0,1 N dan 2 tetes metyl red)
pada beker glass atau Erlenmeyer (larutan penampung sudah dibuatkan).

c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml.

3) Titrasi

a) Mengambil larutan penampung 10 ml dan melakukan titrasi pada larutan dalam beker glass
hasil destilasi, dengan 0,1 N sampai warna hamper hilang/kuning bening.

b) Melakukan prosedur diatas untuk blanko.

c) Menghitung nilai N total tanah.


5. P tersedia tanah

a. Alat
1) Gelas ukur
2) Timbangan analitik
3) Tabung reaksi
4) Corong
5) Kertas saring whatman
6) Erlenmeyer
7) Pipet ukur
8) Spektrofotometer
b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm
2) Larutan HCl 0,025 N
3) Larutan NH4F 0,03 N
4) Ammonium Molibdat
5) Larutan SnCl2
6) Larutan standar P
c. Cara Kerja
1) Mengencerkan larutan standar P
2) Menimbang 0,5 gram tanah kering angina kemudian memasukkannya ke dalam flakon
3) Menambahkan 7 ml larutan Bray (NH4F 0,03 NdanHCl 0,025 N)
4) Menyaring dengan kertas whatman sampai jernih
5) Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquadest
6) Menambah 2 ml ammonium holibdat hingga homogeny
7) Menambah 1 ml SnCl2 dan menggojognya (sebelum ditembak)
8) Mengukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm.

nah

a. Alat

1) Gelas ukur

2) Tabung reaksi

3) Timbangan analitik

4) Corong

5) Flame photometer

b. Bahan
1) Ctka 0,5 mm

2) Lithium khlorida (LiCl2) 0,05 N

3) Amonium acetate 1 N pH 7

c. Cara kerja

1) Menimbang contoh tanah 2,5 gram

2) Menambah amonium asetat 25 ml dan menggojog selama 30 menit

3) Menyaring ekstrak dan mengambil 5 ml

4) Menambah 5 ml LiCl2 dan menjadikan volume 50 ml dengan aquades

5) Menembak dengan flamefotometer

7. N Jaringan Tanaman

a. Alat

1) Neraca analitik tiga digital

2) Tabung digestion

3) Alat destilasi

4) Labu didih 250 ml

5) Erlenmeyer 100 ml

6) Tabung reaksi

b. Bahan

1) Asam sulfat pekat

2) Natrium hidroksida

3) Asam borat

4) Petunjuk conwey

5) Batu didih

c. Cara kerja

1) Destruksi
a) Menimbang sampel tanaman dengan kertas bersih dan kering sebanyak 0,1 gram

b) Memasukkan ke dalam tabung Kjedahl dan menambahkan 3 ml pekat

c) Menambahkan campuran serbuk Cu dan 1 sendok kecil

d) Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang dan larutan menjadi putih
kehijauan atau tidak berwarna.

2) Destilasi

a) Menambahkan aquadest 30 ml, setelah larutan dalam tabung Kjedahl dingin dan
menuangkan dalam tabung destilasi, menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat

b) Membuat larutan penampung 10ml campuran 4% + indikator campuran pada gelas piala
(sudah di buatkan).

c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml

3) Titrasi

a) Mengambil larutan hasil destilasi 10 ml dan melakukan titrasi dengan HCL 0,1N (sampai
warna menjadi kuning).

b) Melakukan prosedur di atas untuk blanko.

c) Menghitung nilai N jaringan

8. P Jaringan Tanaman
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Penggojog tabung
3) Spektrofotometer
4) Timbangan analitik
b. Bahan
1) Asam Nitrat pekat
2) HClO4 pekat 60 %
3) Pereaksi P
c. Cara Kerja
1) Membuat larutan standar P
2) Menimbang 0,2 gram sampel jaringan dan memasukkannya dalam tabung reaksi
3) Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml
4) Memanaskan di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai kering lalu
mendinginkannya
5) Menambahkan aquades sampai volume menjadi 10 ml
6) Menyaring larutan dengan kertas Whatman
7) Mengambil 1 ml filtrat dan mengencerkan larutan sampai 10 ml
8) Menambahkan 2 ml HNO3 2 N
9) Menambahkan 1 ml vanadium molibdat, gojog, dan diamkan selama 30 menit
10) Menembak dengan spektrofotometer dan menghitung kadar P
ppm P = y x pengenceran
ket : y = perhitungan dari hasil pembacaan setelah dimasukkan dalam persamaan regresi
9. K Jaringan Tanaman
a. Alat
1) Tabung Reaksi
2) Timbangan
3) Pemanas
4) Flamefotometer
b. Bahan
1) Sampel jaringan
2) HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml
3) Kertas Whatman
c. Cara Kerja
1) Membuat larutan standar K
2) Menimbang 0,2 gram sampel jaringan dan memasukkannya dalam tabung reaksi
3) Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml
4) Memanaskan di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai kering lalu
mendinginkannya
5) Menambahkan aquades sampai volume menjadi 10 ml
6) Menyaring larutan dengan kertas Whatman
7) Mengambil 2 ml filtrat dan mengencerkan larutan sampai 10 ml
8) Mengamati dengan Flamefotometerdan menghitung K jaringan tanaman

IV. ANALISIS HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN


A. Tinggi Tanaman
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Tinggi Tanaman Jagung pada Perlakuan kelompok 6A
Perlakuan Tinggi (cm)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu Minggu
5 6
Sampel 1 2 22 49 86 103 160

Sampel 2 7 31 55 89 127 180


Sampel 3 4 20 30 74 106 158

Sampel 4 7,5 30 37,5 82 124,5 160

Sumber : Logbook

Gambar 4.1 Grafik Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays)


2. Pembahasan
Melakukan pengukuran tinggi tanaman jagung (Zea Mays)pada setiap satu minggu sekali.
Yaitu melakukan pengamatan meliputi pengukuran tinggi tanaman dan perawatan
(menyiram, menggemburkan tanah dan pemupukan pada waktunya). Waktu untuk
pemupukan yaitu bersama tanaman, 15 HST dan 45 HST. Pupuk yang digunakan meliputi
pupuk ZA, SP-36 dan KCL. Dosis pemupukan bersama tanaman adalah 0,008 kg/petakan
pupuk ZA, 0,056 kg/petakan pupuk SP 36 dan 0,014 kg/petakan pupuk KCL. Pemupukan 15
HST diantaranya 0,008 kg/petakan pupuk ZA dan 0,028 kg/petakan pupuk SP-36.
Pemupukanterakhir pada 45 HST adalah 0,016 kg/petakan pupuk ZA.
Pemupukan sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman dan akan terlihat
ketika tanaman agung bertambah tinggi pada setiap minggunya. Seperti contohnya pada hasil
analisis statistik ini menunjukkan bahwa berbagai dosis Kcl hanya memperlihatkan
pengaruhnya pada komponen pengamatan tinggi tanaman umur 4, 6 dan 8 mst dan hasil
tanaman jagung. Secara umum, kalium sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan akar
tanaman. Perakaran yang optimal akan mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan
tanaman sehingga akan mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Selain itu un-sur K sangat
mempengaruhi laju peman-jangan batang terutama pada jaringan yang aktif membelah pada
bagian ujung tanaman (jaringan meristem) (Masdar 2003).
Praktikum ini mengamati tinggi tanaman jagung dari 1 MST sampai 6 MST. Dari hasil
pengukuran tinggi tanaman jagung pada perlakuan ini diperoleh hasil sebagai berikut yaitu
untuk sampel 1 dari minggu pertama sampai minggu ketujuh (2cm, 22cm, 49cm, 86cm,
103cm dan 160cm), sampel 2 (7cm, 31cm, 55cm, 89cm, 127cm dan 180cm), sampel 3 (4cm,
20cm, 30cm, 74cm, 106cm dan 158cm) dan sampel 4(7,5cm, 30cm, 37,5cm, 82cm, 124,5cm
dan 160cm ). Dari data tinggi tanaman tersebut telah terbukti akibat dari pemupukan
adalah bertambahnya tinggi tanaman jagung, daun yang semakin lebar dan besar.
B. Analisis Tanah Awal
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.2 Analisis Tanah Awal
KPK KL BO N Total Tanah P Tersedia Tanah K Tersedia Tanah
(cmol(+)/kg) (%) (%) (%) (ppm) (me/100g)
13.3 9.83 1.87 0.115 2.088 0.011

Sumber : Analisis Laboratorium


2. Pembahasan
Pada analisis tanah awal yang pertama adalah pelaksanaan pengolahan tanah yang
pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan
tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi
perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah sasaran yang ingin
dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar
tanaman. Tanah pada daerah Jumantono adalah tanah yang tergolong dalam kelompok tanah
alfisol yang memiliki kandungan liat yang banyak pada horison bawahnya, hal tersebut akibat
dari proses pencucian dari horison atasnya bersama dengan air sehingga menyebabkan
terjadinya penimbunan liat pada horison bagian bawahnya.Selain itu tanah alfisol juga
memiliki perbedaan yang cukup jelas pada setiap lapisan horisonya. Untuk tanah alfisol
seperti yang digunakan pengamatan saat ini tidak perlu dilakukan pengolahan awal dengan
pengolahan penuh, karena teksturnya sudah remah.
Pada perlakuan tersebut terdapat kandungan bahan organik (BO) 1,87% yang berarti
kandungan bahan organik tanah pada tanah di jumantono rendah. KPK tanah sebesar 13,3%
yang artinya rendah. N total 0,115% yang artinya N dalam tanah rendah. P tersedia 2,088
ppm yang artinya P tersedia tanah sangat rendah. K tersedia sebesar 0,011% yang artinya K
tersedia sangat rendah.

C. Analisis Tanah setelah Perlakuan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.3 BO, Lengas Tanah, KPK, N, P, K Tanah Alfisols Jumantono Blok Kelas (AT-2A)
Kelompok KPK KL BO N P K
(cmol(+)/kg) (%) (%) Total Tersedia Tersedia
Tanah Tanah Tanah
(%) (ppm) (ppm)
1A 8.8 7.74 9.39 0.42 64,59 57,73
2A 8.5 16.75 0.905 0,011 89,25 71,59
3A 9.6 6.012 10 0.24 - 63,53
4A 9 9.37 16.12 0.33 68 123,6
5A 9.4 4.297 0.84 0.35 15,7 -
6A 21.6 15.73 9.31 0.221 58,7 -
7A 6.05 8 8.64 0.218 86,6 161,86
8A 28.4 137.12 1.112 6.64 121 116
Sumber : Data Rekapan
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. KL
= 15,73%
b. KPK
= 21,6 cmol(+)/kg (sedang)

c. BO
Kadar C = 5,4 %
Kadar bahan organik = 9.31% (Sangat tinggi)

d. N Total Tanah

= 0,221% (Sedang)

e. P Tersedia Tanah
Tabel 4.3.1 PPM Larutan Standard P Tersedia Tanah
0 ppm 0
0,1 ppm 0,091
0,2 ppm 0,155
0,4 ppm 0,275
0,6 ppm 0,313
0,8 ppm 0,426
1 ppm 0,553
1,2 ppm 0,642
1,4 ppm 0,694
1,6 ppm 0,798
1,8 ppm 0,899
2 ppm 0.976

Sumber : Data Rekapan

Gambar 4.2 Grafik Regresi Larutan Standard P Tersedia Tanah


Ppm Larutan tanah = 0,722

KL = 16

Berat tanah = 500 mg

Ppm P = 0,058
f. K Tersedia Tanah = - (tidak memperoleh data untuk mencari K Tersedia Tanah)
3. Pembahasan
a. Kadar Lengas
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat
dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen
berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, Handayani (2009)
mengemukakan bahwa secara umum dikenal 3 jenis, yaitu:
1) Lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan
cairan.
2) Air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air.
3) Air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinyu yang berada ditanah
bagian dalam.
Di dalam pertumbuhan tanaman juga perlu diketahui keadaan air tanah atau lengas
tanah sehingga perlu ditetapkan kadar air tanah pada beberapa keadaan, antara lain
kadar air total, kapasitas lapang (KL), dan titik layu permanen.
Kadar lengas tanah merupakan kemampuan tanah untuk mengikat air dalam pori-
pori dan hal ini berkaitan dengan penghitungan KKST, KPK, H+ dan Aldd serta carbon
organik, atau dengan kata lain hampir semua pengamatan yang dilakukan
menggunakan penghitungan kadar lengas tanah. Kadar lengas bisa digunakan untuk
indikasi seberapa besar tingkat tanah mampu dalam menjerap hara dan air. Dengan
mengetahui kadar lengas kita dapat memberikan penyiraman dan pemupukan secara
benar.
Melakukan praktikum ini di laboratorium kimia tanah dengan menimbang terlebih
dahulu botol timbang(a). Menimbang 5 gram ctka Ǿ 0,5 mmkemudian menimbang botol
timbang dan tanah(b). Dioven selama 4 jam pada suhu 105º C dan mendinginkannya
dalam eksikator dan menimbang lagi botol timbang(c). Maka didapatkan kadar lengas
pada perlakuan kelompok 6A yaitu 16%. Hal ini berarti bahwa tanah menyediakan
lengas dalam keadaan lapang optimum(sedang). Kadar lengas tertinggi sebesar
137.12% yaitu pada perlakuan kelompok 8A yang pengharkatannya sangat tinggi.
Sedangkan untuk perlakuan kelompok 5A didapatkan hasil yang terendah sebesar
4.297%.
Besar kecilnya kadar lengas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat tanah,
faktor tumbuh dan iklim. besarnya kadar lengas pada suatu tanah juga dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti diatas. Ketersediaan air dalam tanah dipengarhi oleh: banyaknya
curah hujan atau irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi,
tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan
garam-garam, dan kedalaman solum tanah atu lapisan tanah. Penting bagi kita untuk
mengetahui kadar lengas tanah karena lengas tanah sangat penting dalam proses
genesa tanah.
b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
KTK (kapasitas tukar kation) yaitu adalah kemampuan tanah dalam mengikat dan
menukarkan kation. Majid (2009) menyatakan bahwa KTK merupakan jumlah total
kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang
bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam
100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah Berdasarkan hasil analisis dan
pengamatan diketahui bahwa KTK = 21,6 cmol (+)/kg menunjukkan bahwa
pengharkatan mempunyai KPK yang sedang. Dengan cc HCl sebesar 21,6 cc dan N
HCl sebesar 0,1 N, sedangkan berat ctka 10 gr. Dapat disimpulkan, pH pada tanah
alfisol merupakan tanah masam sehingga kapasitas tukar kation sedang. Faktor yang
mempengaruhi KPK tanah diantaranya adalah :
1) Tekstur tanah, semakin halus tekstur tanah, makin tinggi nilai KPKnya
2) Macam koloid, ketidakseragaman klei dan humus merupakan faktor penting dalam
kesuburan
3) Persentase kejenuhan basa
4) Reaksi tanah, pada prinsipnya semakin banyak pH suatu tanah, makin tinggi pula
kapasitas tukar kationnya
5) Kadar bahan organik, makin tinggi kadar bahan organuk tanah, maka makin tinggi pula
KPKnya.
Hasil yang diperoleh perlakuan kelompok lain berbeda-beda. Misalnya
pada perlakuan kelompok 8A yang mempunyai KPK tertinggi sebesar 28.4 cmol (+)/kg
yang pengharkatannya termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan sebaliknya pada
perlakuan kelompok 7A diperoleh KPK terendah sebesar 6.05% yang pengharkatannya
termasuk rendah. Dengan demikian, yang mempunyai KPK tinggi maka kadar bahan
organiknya tinggi. Kemungkinan pada praktikum ini terjadi kesalahan karna dari data
rekapan, bahwa KPK yang tinggi seperti pada perlakuan kelompok 8A mempunyai
kadar bahan organik yang rendah.

c. Bahan Organik (BO)


Bahan organik dalam tanah menurut Sutanto (2005) dapat didefinisikan sebagai
sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari
organisme yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Didalam tanah, bahan organik
bisa berfungsi dan memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga ada sebagian
ahli menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah memiliki fungsi yang tak
tergantikan. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas
penyangga yang rendah apabila basah. Kemampuan tanah untuk menyimpan air salah
satunya air hujan menentukan juga spesies apa yang tumbuh.
Pengujian kandungan bahan organik dilakukan dengan mengisi Ctka yang ditambah
dengan K2Cr2O7 1N untuk memutuskan ikatan CO pada Bahan Organik dan menambahkan
H2SO4 pekat untuk memberikan suasana asam menjadi jingga yang menunjukkan masih
terdapatnya sisa oksidator kemudian menambahkan H3PO4 85% untuk menghilangkan sisa
oksigen yang tersisa.langkah selanjutnya adalah mengencerkan aquadest. Setelah itu ditetesi
indikator DPA sebanyak 2 tetes untuk menambah suasana asam kemudian menitrasi dengan
FeSO4 1N hingga warna hijau cerah dimana warna hijau cerah disini disebabkan karena
adanya titrasi.
Berat tanah yang digunakan yaitu 500 mg. Kadar C yang dihasilkan yaitu5,4%. Bahan
organik yang didapat yaitu 9,31%. Jadi tanah di lo asi tanaman memiliki kandungan
BO sangat tinggi karena didapat 9,31%. Kesehatan tanah juga penting untuk menjamin
produktivitas pertanian agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Bahan organik tanah awal
adalah 1,87% yang termasuk rendah dan setelah dilakukan perlakuan pemupukan maka bahan
organik meningkat. Peningkatan juga terjadi pada perlakuan lain. Yaitu pada kelompok 1A,
3A, 4A dan 7A yaitu sebesar 9.39; 10; 16.12; 8.64; 1.112. Untuk kelompok 5A dan 8A
mengalami penurunan yaitu data yang diperoleh adalah 0.905 dan 0.84
d. N Total Tanah
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk
organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama
dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea
(CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam
tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi.Sebagian N
terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi,
hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan.Ada yang hilang atau
bertambah karena pengendapan.
N total tanah dilakukan dengan mendestruksi larutan terlebih dahulu kemudian di
destilasi dan yang terakhir adalah dititrasi.Larutan H2SO4 pekat digunakan untuk
mendestruksi untuk mengetahui N total tanah hal tersebut dilakukan dengan menambahkan
serbuk K2SO4 dan CuSO4 1 sendok kecil. Akhir mendestruksi larutan tersebut yaitu dengan
menunggu hingga asap hilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna.
Pengamatan ini diperoleh hasil analisa bahwa kadar Nitrogen di dalam tanah alfisol
sebesar 0,221 % yang artinya N total dalam tanah rendah tetapi masih lebih tinggi daripada
analisis tanah awal yaitu hanya 0,115%, hal ini karena tanah mendapatkan N dari pemupukan
sehingga kandungannya bertambah meskipun tidak terlalu signifikan karena mungkin N
terjerap, tercuci ataupun bebas ke udara. Berdasarkan analisis kelompok lain terdapat hasil
yang relative sama yaitu pada kelompok 3, 6 dan 7 sebesar 0,24;0,221;0,218 juga untuk
kelompok 4 dan 5 sebesar 0,33 dan 0,35. Perbedaan dimana kelompok 8 mempunyai nilai N
total lebih tinggi dengan kelompok lainnya sebesar 6,64%. Hal ini dapat terjadi karena
masing-masing berbeda dalam perlakuan pupuk, jadi sumber N juga berbeda dalam jumlah
kualitas dan kuantitasnya. Menurut Darmawijaya (2000) pada tiap horizon tanah terjadi
perubahan N total disebabkan oleh kehilagan N total oleh alih rupa, juga dipengaruhi tingkat
perombakan bahan organik. Sedangkan ke horizon bawah menunujukkan kenaikan N total ini
diduga karena perombakan bahan organik yang belum intensif.
e. P Tersedia Tanah
Fosfor (P) merupakan termasuk unsur hara makro, yakni unsur yang diperlukan dalam
jumlah yang besar oleh tanaman. P tersedia dalam tanah menurut Rosmarkan dan Yuwono
(2002) berada dalam bentuk - dan . P tanah dapat dibedakan menjadi tak tersedia , potensial
tersedia dan segera tesedia. P segera tersedia adalah bentuk P organik dan beberapa bentuk P
anorganik yang relatif tidak tersedia seperti bentuk P terendapkan (Al-P, Ca-P, dan Mn-P)
dan bentuk ini sering cenderung terakumulasi dalam keadaan stabil dan dalam keadaan
tertentu dapat menjadi tersedia seperti penggenangan pada tanah sawah.
Pada pengamatan ini kadar P dalam tanah alfisol sebesar 0,058 ppm yang artinya P
yang tersedia dalam tanah rendah, tetapi jika dibandingkan dengan kandungan P tersedia
pada analisis tanah awal lebih tinggi yaitu 2,088 ppm. Hal itu ada beberapa kemungkinan
berkurangnya unsur P dalam tanah yaitu karena pencucian ataupun terikat oleh unsur lain.
Hal ini mungkin dikarenakan pengaplikasian pupuk yangsalah sehingga kandungan hara
tercuci oleh air hujan. Nilai P di dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut antara lain suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat
unsur tersebut dari udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah
industri. Namun, keberadaan unsur tersebut juga dipengaruhi oleh banyak hal yang membuat
unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi tidak tersedia untuk tanaman, misalnya karna
pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur lain yang menyebabkan tanah masam tau
tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
f. K Tersedia Tanah
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah (feldspar, mika,
vermikulit, biotit) dan bahan organik sisa tanaman. Unsur K dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah yang besar, yakni terbesar kedua setelah hara N. Kalium (K) dalam tanah bersumber
pada pupuk buatan, pupuk kandang, sisa tanaman dan mineral K dalam tanah (Orthoclas,
Mika, Muskovit dan Biotite). K diserap tanaman lebih besar daripada P, Ca dan Mg, tetapi
lebih rendah jika dibandingkan dengan N. K di dalam tanah bersifat mobile sehingga mudah
hilang melalui proses pencucian tau terbawa arus pergerakan air.
Untuk hasil analisis unsur K tersedia tanah ini kelompok kami tidak mendapatkan data.
Sehingga tidak bisa menganalisis unsur K di dalam tanah tersebut. Nilai K di dalam tanah
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, kelembaban tanah,
kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur tersebut dari udara, pupuk kandang
maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah industri. Namun, keberadaan unsur tersebut
juga dipengaruhi oleh banyak hal yang membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi
tidak tersedia untuk tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur
lain yang menyebabkan tanah masam atau tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Tidak dapatnya data untuk menganalisis K tersedia dalam tanah juga dialami pada
perlakuan kelompok 5A. Tetapi, untuk kelompok lain yaitu kelompok 1A, 2A, 3A, 4A, 7A
dan 8A diperoleh data sebagai berikut: 57,73; 71,59; 63,53; 123,6; 161,86; 116. Data tersebut
termasuk dalam pengharkatan sangat tinggi dan lebih tinggi dari analisis tanah awal yaitu
0,011. Hal ini dikarenakan setelah pemupukan pada tanah. Dan terjadi mungkin K yang
hilang lebih kecil karena K tidak tercuci atau terjerap maka didapatkan K tersedia pada tanah
sangat tinggi.
D. Analisis Tanaman
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.4 N, P, K Jaringan Tanaman Jagung Manis
N Jaringan P Jaringan K Jaringan
Kelompok Tanaman Tanaman Tanaman
1 2 1 2 1 2
1A 0,562 - 9,779 -
2A 1,68 1,96 0,2816 0,5112 14,616 20,336
3A 0,84 0,56 0,317 - 15,747 -
4A 2,8 2,5 - 0,9152 10,646 8,235
5A 5.04 1.68 0.403 - 14.407 -
6A 9.52 2.8 0,5624 0,5541 14,7 14,88
7A 2.24 1.96 0,2155 0,5128 9,389 10,652
8A 5.208 3.528 0,8904 0,9483 10,942 12,376
Sumber : Data Rekapan
2. Analisis Hasil Pengamatan
a. N Jaringan Tanaman
1) Sampel 2 :

= 9,52% (SangatRendah)

2) Sampel 3 :

= 2,8% (Sangat Rendah)


Rata-rata N jaringan tanaman = 6,16%

b. P Jaringan Tanaman
Tabel 4.4.1 PPM Larutan Standard P Jaringan
0 PPM 0
1 PPM 0,129
2 PPM 0,252
3 PPM 0,383
4 PPM 0,5
5 PPM 0,621
6 PPM 0,73 Sumber : Data Rekapan
7 PPM 0,816

Gambar 4.3 Grafik Regresi Larutan Standard P Jaringan Tanaman


1) Sampel 2
X = 0,358
Pengenceran = 10
Y = 0,1183x+ 0,0147
= 0,1183(0,358) + 0,0147
= 0,042+ 0,0147
= 0,058
Ppm P = y x pengenceran
= 0,058 x 10
= 0,58 ppm
2) Sampel 3
X = 0,351
Pengenceran = 10
Y = 0,1183x+ 0,0147
= 0,1183(0,351) + 0,0147
= 0,041+ 0,0147
= 0,056
Ppm p = y x pengenceran
= 0,056 x 10
= 0,56 ppm
Rata-rata P jaringan tanaman = 0,57 ppm
c. K Jaringan Tanaman
1) Sampel 3
Hasil pembacaan : 1,47
Pengenceran : 10
K Jaringan Tanaman = hasil pembacaan x pengenceran
= 1,47 x 10
= 14,7 ppm
2) Sampel 4
Hasil pembacaan : 1,488
Pengenceran : 10
K Jaringan Tanaman = hasil pembacaan x pengenceran
= 1,488 x 10
= 14,88 ppm
Rata-rata K jaringan tanaman = 14,79 ppm
3. Pembahasan
a. N Jaringan Tanaman
Jaringan merupakan kumpulan dari sel-sel yang mengandung protoplasma, dimana sel-
sel tersebut memerlukan unsure hara terutama hara esensial untuk tumbuh dan berkembang.
Bersama unsur fosfor (P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan unsure hara yang mutlak
dibutuhkan oleh tanaman.Absorpsi N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhan.
Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman
berumur 4 minggu akumulasi N sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muuncul)
tanaman jagung telah mengabsorpsi N sebanyak 50% dari seluruh kebutuhannya (Nofizan
2002).
Untuk memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup
tersedia pada fase pertumbuhan tersebut.N berfungsi untuk pembentukan atau pertumbuhan
bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Selain itu, N juga berperan penting
dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis atau untuk
membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik serta meningkatkan mutu
tanaman penghasil daun-daunan. Menurut Darmawijaya (2000) defisiensi unsure hara
esensial khususnya N dapat menyebabkan khlorosis pada daun tua, karena unsure hara ini
bersifa mobile.Gejala defisiensi unsure hara N adalah daun tua berwarna kekuningan, selain
itu pertumbuhan tanaman yang kekurangan unsure N juga terhambat. Sebaliknya jika
kelebihan unsure hara N menurut Hakim (2002) tanaman akan mudah roboh karena tanaman
bersifat sukulen atau berair, jadi tanaman menjadi lunak.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di laboratorium hasil perhitungan dari N
jaringan tanaman rata-rata dari kedua sampel pada Kelompok 6A yaitu 6,16%. Dengan hasil
tersebut kelompok kami mempunyai rata-rata N jaringan tanaman tertinggi dibandingkan
kelompok 1A, 2A, 3A, 4A, 5A, 7A dan 8A. data yang dihasilkan untuk tujuh kelompok
tersebut sebagai berikut: 1,82; 0,7; 2,65; 3,36; 2,1; 3,27. Untuk kelompok 1A tidak
mendapatkan data sehingga tidak bisa menganalisis N jaringan tanaman. Rata-rata N jaringan
tanaman terendah yaitu pada kelompok 3A sebesar 0,3 %. Berdasarkan data diatas dapat
dikatakan bahwa kandungan N jaringan lebih banyak jika tanaman dipupuk. Meskipun unsur
N pada tanaman sangat rendah tetapi tanaman tumbuh maksimal dapat dilihat dari
penambahan tinggi yang terus bertambah setiap minggunya. Namun kemungkinan untuk laju
fotosintesis menurun karna unsur N berfungsi dalam pembentukan protein yang akan
mengakibatkan klorofil pada tanaman rendah maka laju fotosintesis menurun/rendah.
b. P Jaringan Tanaman
Setiap tanaman sedikitnya membutuhkan 16 unsur hara agar pertumbuhannya normal.
Hara tersebut dapat berasal dari tanah maupun udara.Phosphor mempunyai kegunaan yang
penting bagi pertumbuhan tanaman karrena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar
terutama pada awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan
buah.Fosfor merupakan unsur hara yang mobil pergerakannya di dalam jaringan tanaman.
Konsentrasi P dalam tanaman umumnya antara 0,1% sampai 0,4%. Dari hasil
pengamatan didapatkan kandungan P dalam jaringan sebesar 0,58 ppm untuk tanaman sampel
2 dan 0,56 ppm untuk sampel 3. Dengan rata-rata P jaringan tanaman sebesar 0,57 ppm.
Rata-rata P jaringan tanaman tertinggi didapatkan pada kelompok 8A dan 4A sebesar 0,91
ppm. Hal tersebut karena perlakuan kelompok 8A menggunakan pupuk ZA terbanyak ketika
pemupukan 45 HST. Dan terendah rata-ratanya adalah pada kelompok 3A sebesar 0,31 ppm.
Unsur P terdapat di seluruh sel hidup tanaman yang menyusun jaringan tanaman seperti asam
nukleat, fosfolipida dan fitin. Jaringan tanaman P berperan dalam hampir semua proses reaksi
biokimia.
Peran P yang istimewa adalah proses penangkapan energi cahaya matahari dan
kemudian mengubahnya menjadi energi biokimia. P merupakan komponen penyusun
membran sel tanaman, penyusun enzim-enzim, penyusun co-enzim, nukleotida (bahan
penyusun asam nukleat), P juga ambil bagian dalam sintesis protein, terutama yang terdapat
pada jaringan hijau, sintesis karbohidrat, memacu pembentukan bunga dan biji serta
menentukan kemampuan berkecambah biji yang dijadikan benih.
c. K Jaringan Tanaman
Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+.Kalium di dalam tanah ada dalam
berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya untuk setiap tanaman berbeda-beda. Ion-ion
K+ di dalam air tanah dan ion-ion K+ yang di adsorpsi, dapat langsung diserap. Di samping
itu tanah mengandung juga persediaan mineral tertentu dalm bentuk berbagai macam silikat,
dimana kalium membebaskan diri sebagai akibat dari pengaruh iklim.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh K jaringan tanaman sebesar 14,7 ppm untuk
sampel 2 dan sampel 3 sebesar 14,88 ppm pada perlakuan kelompok 6A diperoleh rata-
ratanya sebesar 14,79 ppm. Rat- rata tertinggi yaitu kelompok 3A sebesar 15,74 ppm dan
rata-rata terendah yaitu kelompok 4A sebesar 9,44 ppm. Kita mengerti bahwa unsur K sangat
banyak digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sangat wajar jika
kandungan K dalam jaringan cukup tinggi, sehingga mengakibatkan tanaman menjadi subur.
Hal ini di pengaruhi faktor-faktor tersebut antara lain suhu, kelembaban tanah,
kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur tersebut dari udara, pupuk kandang
maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah industri. Namun, keberadaan unsur tersebut
juga dipengaruhi oleh banyak hal yang membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi
tidak tersedia untuk tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur
lain yang menyebabkan tanah masam tau tidak dapat diserap oleh akar tanaman.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap beberapa sifat kimia tanah serta dengan
melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau pengolahan terhadap pertumbuhan atau hasil
tanaman maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Tanaman jagung di berikan beberapa pupuk yang berbeda-beda pada beberapa petakan.
Dosis pemupukan bersama tanaman adalah 0,008 kg/petakan pupuk ZA, 0,056 kg/petakan
pupuk SP 36 dan 0,014 kg/petakan pupuk KCL. Pemupukan 15 HST diantaranya 0,008
kg/petakan pupuk ZA dan 0,028 kg/petakan pupuk SP 36. Pemupukan terakhir pada 45 HST
adalah 0,016 kg/petakan pupuk ZA. Tinggi tanaman jagung mengalami kenaikan untuk setiap
minggunya.

b. Kadar lengas tanah diketahui bahwa ketersediaan air dalam tanah sedikit yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman,hal ini ditunjukkan dengan kadar lengas sebesar 16%.

c. Nilai KPK tinggi adalah pada tanah jenis mineral 2:1, sedangkan tanah alfisol yang dianalisis
mempunyai KPK sebesar 21,6%.sehingga daya jerap (ikat) kation sedang.

d. Faktor yang mempengaruhi KTK antara lain tipe klei,kandungan bahan organik,dan pH
tanah. Bahan organik sangat tinggi pada tanah ini yaitu sebesar 9,31%.
e. Pengamatan ini diperoleh hasil analisa bahwa kadar Nitrogen di dalam tanah alfisol sebesar
0,221 % yang berarti kadar N tanah sedang.

f. Pada pengamatan ini kadar P dalam tanah alfisol sebesar 0,058 ppm.

g. Pada pengamatan ini tidak diperoleh hasil kandungan K dalam tanah alfisol.

h. Hasil analisis Nitrogen jaringan tanaman untuk sampel 2 sebesar9,58 % dan untuk sampel 3
sebesar 2,8%.N berpengaruh pada pembentukan klorofil dan protein

i. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan nilai P pada jaringan tanaman untuk sampel 2
sebesar0,58 ppmdan untuk sampel 3 sebesar 0,56 ppm dengan pengenceran 10. Hal ini
menunjukkan kandungan P dalam jaringan tanaman cukup tinggi.

j. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh K jaringan tanaman untuk sampel 2 sebesar 14,7ppm
dan untuk sampel 3 sebesar 14,88.

2. Saran
Berdasarkan pada rangkaian acara praktikum kesuburan tanah, kami selaku peserta
mempunyai beberapa saran yang patut diajukan, diantaranya:
a. Perlunya pendampingan praktikan secara intensif baik didalam praktikum lapang ,
laboratorium dan penyusunan laporan sehingga para praktikan benar-benar mengetahui inti
dari kegiatan praktikum sehingga para praktikan mendapatkan suatu pengetahuan baru.
b. Secara keseluruhan praktikum kesuburan tanah tahun 2014 ini sudah baik, tetapi masih perlu
peningkatan menejemen waktu dan penjadwalannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne 2010. Tanah Alfisol. http://www.anneahira.com/tanah-alfisol.html.Diakses pada 12 April
2014.
Brady, N.C 1990.The Nature and Properties of Soil.Mac Millan Publishing Co.NewYork.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1988. Jagung.Balai Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan.Bogor
Boyzeric 2010. Manfaat Mengetahui Kandungan Lengas Tanah Dalam Bidang Pertanian Adalah
Lengas Berperan Sangat Penting Dalam Proses Genesa Tanah. http: //www.scribd.com/ doc/
80528518/ Manfaat-Mengetahui-Kandungan-Lengas-Tanah-Dalam-Bidang-Pertanian-
Adalah-Lengas-Berperan-Sangat-Penting-Dalam-Proses-Genesa-Tanah Diakses tanggal 1
Mei 2014.
Foth, H.D 1994.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.(diterjemahkan oleh Adisoemarto,S). Penerbit.Airlangga.
Jakarta.
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung.
Lampung
Handayani 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah : I. Agihan Ukuran dan Dispersitas Agregat.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 (1).
Hasibuan, B.E 2006.Pupuk dan Pemupukan.FakultasPertanianUniversitas Sumatera Utara, Medan.
Hermanto 2011. Prediksi Kadar BahanOrganik Tanah DenganPengelolaan Citra Dan Jaringan
Syaraf Tiruan Menggunakan Telepon Genggam Jurnal InformatikaPertanianVol 2 (1) Hal 1-
3.
Ispandi 2004. Efektivitas Pupuk Pk Dan Frekuensi Pemberian Pupuk K Dalam Meningkatkan Serapan
Hara Dan Produksi Kacangtanah
Di Lahan Kering Alfisol Jurnal Ilmu Pertanian Vol 11 No. 2 Hal 11-14.
Iwan 2004.PenggunanPupuk Kimia. http :// repository.usu.ac.id/b itstream/ 123456789/ 18404/4/
Chapter%20II.pdf Diakses tanggal 31 Maret 2014.
Kemas 2005.Dasar–Dasar Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Khama, Ariedha 2012.Analisis Jaringan tanaman .http://contekancontekan
.weebly.com/2012/02/analisis-jaringan tanaman. html. Diakses pada 29 April 2014.
Koswara. 2009. Teknologi Pengolahan Jagung (Teori dan Praktek). eBook Pangan.com
Krisnamurthi bayu 2010.Manfaat Jagung dan Peran Produk Bioteknologi Serealia dalam Menghadapi
Krisis Pangan, Pakan dan Energi di Indonesia Jurnal Prosiding Pekan Serealia NasionalVol
5 No.2 Hal 5-6.
Masdar 2003. Pengaruh Lama dan Beratnya Defisiensi Terhadap Pertumbuhan Ta-naman Durian.
Jurnal Akta Agrosia 6 (2) 60-66.
Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti 2012.Morfologi Tanaman dan Fase
Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Noorjannah 2012.Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Npk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeisguineensis Jack) Jurnal Media Sains Vol 4 No 1 Hal 49-55.
Novizan 2002.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.Agro Media Pustaka, Jakarta
Olson, R.A., and L.T. Kurtz 1982. Crop nitrogen requirement, utilization, and fertilization. p.576-604.
In: F.J. Stevenson (ed.). Nitrogen in Agriculturalsoils. ASA, CSSA, SSSA, Madison, WI.
Penelitian USU 2005. Penggunaan Pupuk Kimia. http: // repository .usu .ac. id/ bitstream /123456789
/29883 /5 /Chapter%20I.pdf Diakses tanggal 27 April 2014.
Rahardjo Mono 2010. Pengaruh Pupuk Urea, Sp36, Dan Kcl Terhadap Pertumbuhan DanProduksi
Temulawak (Curcuma Xanthorhiza Roxb)Jurnal Littri Vol 16 No. 3 Hal 98-105.
Rukmana Rahmat 1998. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta:Kanisius.
Ruhnayatagus 2011.Respon Tanaman Lada Perdu Terhadap Pemupukan Npk Pada Jenis Tanah
Inceptisols Dan Ultisols Jurnal Ilmu Pertanian Vol 22 No.1 Hal 23-32.
Saribun 2008.Pengaruh Pupuk Majemuk Npk Pada Berbagai Dosis Terhadap
Ph.http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content /uploads/ 2011/10/
pustaka_unpad_pengaruh_pupuk_ majemuk _npk_pada_
berbagai_dosis_terhadap_ph.pdf Diakses tanggal 2 Mei 2014.
Sipahutar 2002.Karakteristik Kimia Tanah Pada Pengelolaan Lahan Dan Pemupukan Yang Berbeda
Di Daerah Pertanaman Sayuran Jurnal Penelitian TanahVol 12 (2) Hal 137-151.
Sudiarto 2004. Pemanfaatan Bahan Organic Insitu Untuk Efisiensi Budi Daya Jahe Yang
Berkelanjutan Jurnal Litbang PertanianVol 23 (2) Hal 37-38.
Suryani 2004.Petunjuk Penggunaan
Pupuk. http://www.damandiri.or.id/file/anisuryaniipbbab2.pdf Diakses tanggal 1Mei 2014.
Sutantorachman 2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.kanisius.Yogyakarta.
Tan KH 2000. Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
Handayani, S. 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-dasar IlmuTanah. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Darmawijaya, M Isa.2000. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan
Pertanian di Indonesia. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hakim,.Supono,.dan Rusli. H.D.2002. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung Press.


Lampung.

Anda mungkin juga menyukai