Anda di halaman 1dari 9

PLASMA NUTFAH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar didunia, Negara yang
memiliki begitu banyak keanekaragaman baik habitat, maupun flora dan
fauna yang dimilikinya.Indonesia merupakan salah satu negara di dunia
yang sangat kaya dengan sumber plasma nutfah, bila dibandingkan dengan
negara-negara lain di dunia.Karena terdiri lebih dari 17.000 pulau dan
terletak di antara dua benua dan dua samudera membentuk keanekaragaman
ekosistem sekurang-kurangnya 42 ekosistem daratan alami dan 5 ekosistem
lautan.Hal itu memungkinkan Indonesia memiliki plasma nutfah yang sangat
tinggi keanekaragamannya.Hal ini menyebabkan masing-masing spesies
tersebut memiliki berbagai macam plasma nutfah yang sangat
beranekaragam.
Dalam kehidupan sehari-hari sering menjumpai berbagai
bentuk tanaman dan hewan. Dimana pada setiap tumbuhan atau hewan
tersebutmemiliki keanekaragaman bentuk, warna, dan lain sebagainya. Di
Indonesia,tanaman atau hewan yang memiliki keanekaragaman sangat
tinggi dilindungidengan berbagai macam cara mulai dari membuat taman
nasional, cagar alam, suaka marga satwa, dan lain sebagainya.
Usaha-usaha yang digunakan untuk melindungi taman
tersebutmemiliki manfaat yang sangat berguna bagi masyarakat dengan
bagaimana masyarakat itu sendiri menggunakannya dengan baik atau
tidak. Sebagian besar manfaat usaha tersebut timbul karena adanya
kerjasama dengan baik antara pengurus usaha tersebut dengan masyarakat
disekitarnya. Tetapi, jika masyarakat melakukan ekspoitasi sumber hayati
terus-menerus tanpa melakukan pelestariannya, maka diperkirakan usaha-
usaha tersebut akan menimbulkan dampak negatif, serta punahnya
tanaman dan hewan itu sendiri.
Plasma nutfah merupakan koleksi sumber daya genetik yang
berupakeanekaragaman tumbuhan, hewan atau jasad renik untuk tujuan
yang luas.Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat pada suatu
kelompok makhluk hidup yang merupakan sumber sifat keturunan yang
dapat dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar yang baru.
Plasma nutfah merupakansalah satu sumber daya alam yang sangat penting
karena tanpa plasma nutfahkita tidak dapat memuliakan tanaman,
membentuk kultivar atau ras barukarena itu plasma nutfah harus dikelola
secara tepat sehingga dari plasmatersebut dilakukan pemulian agar dapat
mengembangkan kultivar-kultivar unggul, selain itu koleksi plasma nutfah
juga mempunyai tujuan lain misalnyauntuk pertukaran dengan negara-
negara lain.
Kekayaan plasma nutfah yang terdapat di alam memiliki potensi
untuk dimanfaatkan dalam industri pertanian. Oleh sebab itu saat ini
plasma nutfah harus banyak dikaji lebih dan dikoleksi dalam rangka
meningkatkan produksi pertanian. Hal ini dilakukan
karena plasma nutfah merupakan sumber genyang berguna bagi perbaikan
tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma,
dan juga gen untuk ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik yang
kurang menguntungkan seperti kekeringan. Selaindari itu plasma nutfah
juga merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkanuntuk peningkatan
kualitas hasil tanaman seperti kandungan nutrisi yang lebih baik

2. Tujuan Praktium
Tujuan dari praktikum Plasma Nutfah ini adalah :
a. Mengetahui macam keanekaragaman plasma nutfah di alam bebas
b. Mampu mengidentifikasi jenis-jenis plasma nutfah
c. Mengetahui dan mampu melestarikan tanaman obat secara in-situ
d. Terampil membudidayakan tanaman obat untuk pelestarian ex-situ
B. Tinjauan Pustaka
Keanekaragaman hayati merupakan konsep penting dan mendasar
karena menyangkut kelangsungan seluruh kehidupan di muka bumi, baik
masa kini, masa depan, maupun evaluasi terhadap masa lalu. Konsep ini
memang masih banyak yang bersifat teori dan berhadapan dengan hal-hal
yang sulit diukur secara tepat, terutama pada tingkat keanekaragaman genetik
serta nilai keanekaragaman serta belum adanya pembakuan (standarisasi).
Biodiversity adalah istilah untuk menyatakan tingkat keanekaragaman
sumberdaya alam hayati yang meliputi kelimpahan maupun penyebaran dari
ekosistem, jenis dan genetik. Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkat,
yaitu: keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis, dan
keanekaragaman genetik. Oleh karena itu, biodiversity meliputi jenis
tumbuhan dan hewan, baik yang makro maupun yang mikro termasuk sifat-
sifat genetik yang terkandung di dalam individu setiap jenis yang terdapat
pada suatu ekosistem tertentu (Onrizal, 2008).
Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat pada suatu kelompok
makhluk hidup yang merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit
untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar yang baru.Plasma nutfah
merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting karena tanpa
plasma nutfah kita tidak dapat memuliakan tanaman, membentuk kultivar
atau ras baru karena itu plasma nutfah harus dikelola secara tepat sehingga
dari plasma tersebut dilakukan pemulian agar dapat mengembangkan
kultivar-kultivar unggul. Kekayaan plasma nutfah adalah banyaknya kultivar,
strain, galur, kerabat liar, land races, mutan yang dimiliki oleh setiap spesies
tanaman. Pengelolaan plasma nutfah tanaman di Indonesia tersebar di
berbagai instansi tanpa ada koordinasi dan kebijakan pengelolaan secara
nasional . Pelestarian plasma nutfah sebagai sumber genetik akan menentukan
keberhasilan program pembangunan pangan. Kecukupan pangan yang
diidamkan akan tergantung kepada keragaman plasma nutfah yang dimiliki
karena pada kenyataannya varietas unggul yang sudah, sedang dan akan
dirakit merupakan kumpulan dari keragaman genetik spesifik yang
terekspresikan pada sifat-sifat unggul yang diinginkan.
Tanaman obat adalah Jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi dan
berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan ataupun
maupun mencegah berbagai penyakit, berkhasiat obat sendiri mempunyai arti
mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak
memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan /
sinergi dari berbagai zat yang mempunyai efek mengobati. Penggunaan
tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, dihirup
sehingga kegunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam
menerima senyawa kimia atau rangsangan. Tanaman obat yang dapat
digunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara
liar.Tumbuhan tersebut digunakan oleh masyarakat untuk diracik dan
disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit.(Hariana 2006).
Tumbuhan obat merupakan salah satu ramuan paling utama produk-
produk obat herbal.Tanaman obat adalah bahan yang berasal dari tanaman
yang masih sederhana, murni, belum diolah.tumbuhan obat adalah: Tanaman
atau bagian tumbuhan yang digunakan menjadi bahan obat tradisional atau
obat herbal, bagian tanaman yang dipakai untuk bahan pemula bahan baku
obat. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan
tersebut dipakai sebagai obat.Tanaman obat adalah obat tradisional yang
terdiri dari tanaman-tanaman yang mempunyai khasiat untuk obat atau
dipercaya mempunyai khasiat sebagai obat.Di mana khasiatnya diketahui dari
hasil penelitian dan pemakaian oleh masyarakat.
Permasalahan pelestarian Tumbuhan Obat Indonesia disebabkan
karena kerusakan habitat, punahnya budaya dan penge-tahuan tradisional
penduduk asli/lokal di dalam atau sekitar hutan, pemanenan tumbuhan obat
yang berle-bihan.Adanya eksploitasi terhadap kayu yang sekaligus pohon
tersebut yang juga merupakan spesies tumbuhan obat juga merupakan
ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obatnya.Beberapa spesies tumbuhan
obat dinyatakan langka serta terancam kepunahan.Penyebab kelangkaan
tumbuhan obat dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu kelangkaan
secara alami dan kelangkaan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yang
tidak sesuai dengan kaidah ekologi/lingkungan. Penyebab utama kepunahan
adalah perburuan dan perdagangan yang tidak terkendali dari spesies langka
serta kerusakan habitat yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Maka dari
itu perlu adanya pelestarian tanaman obat (Siswanto, 2004).
Pelestarian In situ, yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam
hayati di habitat atau tempat aslinya.Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
karakteristik tumbuhan atau hewan tertentu sangat membahayakan
kelestariannya apabila dipindahkan ke tempat lainnya. Memanfaatkan plasma
nutfah dengan in-situ memungkinkan karakterisasi dan evaluasi tanaman serta
memudahkan program persilangan melalui persendian bunga atau serbuk sari
secara cepat. Selain itu proses produksi secara klonal dapat mempertahankan
kemasan genetic materi. Namun demikian, metode koleksi ini rawan punah,
trutama di Negara-negara berkembang yang disebabkan oleh berbagai factor
seperti hama penyakit (baik dilapangan maupun penyimpanan), iklim yang
ektrim, kebakaran lahan, konflik social, serta perubahan pemanfaatan lahan
yang tadinya untuk koleksi plasma nutfah.
Pelestarian secara in situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar
alam atau daerah lindung.Pengawasan plasma nutfah di daerah lindung harus
dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Pelestarian secara in situ
dilaksanakan dalam hutan, semak, savana, stepa atau biota yang lain, jadi cara
pelestarian ini dalam bentuk koleksi tumbuhan hidup. Sehubungan dengan
tujuan pelestarian plasma nutfah yang ada, maka pengelolaan hutan
seharusnya yaitu keseimbangan ekosistem dijaga sestabil mungkin guna
melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan.
Memelihara di tempat dimana tanaman tumbuh merupakan tindakan
yang sudah berabad-abad dilakukan.dengan cara ini tanamna tidak akan strees
terhadap keadaan lingkungan yang baru. Namun demikian keadaan alami ini
akan nlebih membiarkan tanaman tersebut danakan berkembang secara
sendirib tanpa terlalu banyak, atau bahkan tidak ada jamahan tangan manusia
sebagai pengelola. Sudah tentu akan seperti komuniti alami. Keuntungan lain
adalah ekosistem akan lebih terjaga. ( Lukman, 2005)
Pelestarian secara in situ dilaksanakan dalam hutan, semak, savana,
stepa atau biota yang lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk koleksi
tumbuhan hidup. Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang
ada, maka pengelolaan hutan seharusnya keseimbangan ekosistem dijaga
sestabil mungkin guna melindungi plasma nutfah yang belum
diusahakan.Contohpelestarian Keanekaragaman Hayati secara In situ sebagai
berikut suaka margasatwa untuk komodo di Taman Nasional Komodo, Pulau
Komodo, suaka margasatwa untuk badak bercula satu di Taman Nasional
Ujung Kulon, Jawa Barat, pelestarian bunga Rafflesia di Taman Nasional
Bengkulu, pelestarian terumbu karang di Bunaken.
Pelestarian ex-situ adalah pelestarian dengan mengeluarkan plasma
nutfah dari wadahnya, ekosistemnya atau biotanya (ke tempat yang
baru).Kelebihan pelestarian ex-situ adalah ruang yang diperlukan relatif
sempit, pemeliharaan murah dan sederhana, tidak ada erodi genetika, potensi
perbanyakan tinggi, yang bebas dari pathogen dapat dipelihara dan
diperbanyak. Kekurangan pelestarian ex-situ adalah tidak semua jenis dapat
dilakukan dengan cara ini, regenerasi tumbuhan dari jaringan tidak selalu
berhasil, potensi perkembangan bentuk dapat hilang pada jangka
penyimpanan tertentu (Noerdjito dan Maryanto, 2005).
Pelestarian plasma nutfah secara ex situ merupakan cara pelestarian
yang aman dan efisien dan membuat sumber genetik selalu tersedia bagi para
pemulia dan pengguna lainnya. Pada saat ini, kebun koleksi merupakan cara
paling efektif di Indonesia untuk menyelamatkan dan mempertahankan
keanekaragaman plasma nutfah tana-man. Plasma nutfah tersebut perlu
dipelihara sesuai dengan cara budidaya untuk masing-masing tanaman.
Tanaman koleksi tersebut diamati pertumbuhannya, diukur semua organ
tanaman, dan dicatat sifat-sifat morfologinya berupa data deskripsi varietas.
Pelestarian ex situ merupakan proses melindungi spesies tumbuhan
dan hewan langka dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau
terancam dan menempatkannya di bawah perlindungan manusia. Tujuan
konservasi ex-situ untuk mendapatkan kondisi penyimpanan yang ideal
sehingga penyimpana plasma nutfah dapat diprtahankan dengan menekan
proses metabolism pada tingkat yang sangat mini
Pelestarian ex-situ, menghilangkan spesies dari konteks ekologi
lainnya, melindunginya dibawah kondisi semi terisolasi dimana evolusi alami
dan proses adaptasi dihentikan sementara atau diubah dengan mengintroduksi
specimen pada habitat yang tidak alami (buatan). Pelestarian tanaman dengan
cara memindah tempatkan dari tempat asal tumbuhnya, dengan sendirinya
tercermin ada unsur kesengajaan untuk memelihara lebih intensif dengan cara
mengurangi luas areal penanaman, menggunakan tenaga kerja yang cukup,
sarana yang memadai, atau bahkan menggunakan bahan-bahan, alat-alat yang
canggih seperti yang di peruntukkan pada kultur teknik in vitro.
Usaha pelestarian dilakukan dengan konservasi secara ex-situ yaitu
penanaman di tempat koleksi baru/di luar habitat alaminya. Contohpelestarian
Keanekaragaman Hayati secara Ek situ misalnya Kebun Raya dan Kebun
Koleksi untuk menyeleksi berbagai tumbuhan langka dalam rangka
melestarikan plasma nuftah, penangkaran jalak bali di kebun binatang
Wonokromo.Kegiatan penelitian konservasi tumbuhan obat adalah kegiatan
penelitian di hulu yang amat sangat terbatas dan kurang mendapat perhatian.
Tiga lembaga yaitu Hostus Medicus Tawangmangu, Balai penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) serta Kebun Raya dapat menjadi
garda terdepan dalam kegiatan pe-nyediaan plasma nutfah secara ex situ
untuk menunjang pelestarian secara in situ yang dilakukan oleh Depar-temen
Kehutanan. Konservasi in situ pada sejumlah Taman Nasional, daerah yang
dilindungi telah dilakukan seperti di Meru Betiri (Jawa Timur), Gn. Leuser di
Aceh, Gn. Halimun dan Gn. Gede Pangrango di Jawa Barat, Kerinci-Seblat in
Jambi, Gn Palung (Kalimantan), Gn. Rinjani (Nusa Tenggara), Rawa Aopa,
Dumoga Bone (Sulawesi), Manusela (Maluku) dan Gn. Lorentz di Irian Jaya.
DAFTAR PUSTAKA

Ronny Yuniar Galingging. 2006. Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan


Teknologi Pertanian Vol. 10, No. 1
Primack, R. B. 1998. Biologi Kenservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
il, M., Prayoga,B., Sutarjadi, 1992, Pegagan, Herba Multimanfaat yang Hampir
Terlupakan, Warta Tumbuhan Obat Indonesia, Vol.I, no.2, 44-45.
wono, 1992, Pengaruh Hipotensif Akut Hernba Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban.)pada Anjing yang Dianestesi, Warta Tumbuhan Obat Indonesia, Vol.I,
no.2, 40-43.
Onrizal. 2008. Petunjuk Praktikum Ekologi Hutan. Universitas Sumatera Utara.
Medan
Hariana, H. Arief. (2006). Tumbuhan Obat & Khasiatnya 3. Jakarta:Swadaya.
Irwan, Z.D. 2003.Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta
Waluyo Srikandi. 2009. 100 Questions & Answer Diabetes. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Rahman, M. 1992. Jenis dan Kerapatan Pohon Dipterocarpacea di Bukit
Gajabuih Padang.Jurnal Matematika dan Pengetahuan Alam. Vol.2.
No.1.
Arifin, A. 2001.Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Agoes, Azwar. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan Tradisional.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Ja Posman Napitu.2008. Kajian Yuridis Plasma Nutfah Bagi Ketahanan Ekonomi


Negara.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai