Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan manusia terus berkembang sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, untuk itu dibutuhkan penggalian ilmu secara terus menerus,
sehingga diperlukan daya cipta, daya khayal, keingin tahuan manusia dan
inisiatif.
Ilmu lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasi
berbagai ilmu yang mempelajari jasad hidup termasuk manusia dengan
lingkungnnya. Ilmu-ilmu tersebut antara lain dari aspek sosial, ekonomi,
kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu poros,
tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama
lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan
lingkungannya.
Lingkungan hidup dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Kelagsungan hidup
segala organisme dipengaruhi oleh faktor lingkungan salah satunya adalah
CO2. Organisme multiseluler yang sangat terpengaruh dengan adanya CO2
adalah tumbuhan.
CO2 yang dihasilkan organisme sebagai sisa hasil respirasi akan
diserap oleh tumbuhan. Tumbuhan memerlukan CO2 untuk berfotosintesis,
dalam meghasilkan makanan.
B. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembuatan makalah tentang CO2 adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian CO2
2. Mengetahui manfaat CO2
3. Mengetahui bahaya CO2
4. Mengetahui siklus CO2
5. Mengetahui proses CO2 dan peranannya dalam pertumbuhan pohon
C. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian CO2?
2. Apakah manfaat CO2?
3. Apakah bahaya CO2?
4. Bagaimana siklus CO2?

5. Bagaimana proses CO2 dan peranannya dalam pertumbuhan pohon?

BAB II
ISI
A. Pengertian CO2
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah
sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara

kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada


keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira
387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung
pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting
karena ia menyerap gelombang inframerahdengan kuat.
Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.
Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung
dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa
dan saliva, membentuk larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga
dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah meminum air
berkarbonat (misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000
ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm
dapat membahayakan kehidupan hewan.
Rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m, kira kira 1,5 kali
lebih berat dari udara pada keadaan STP. Molekul karbon dioksida (O=C=O)
mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol.
Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa
membantu pembakaran logam seperti magnesium.
Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan,
fungi, dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh
tumbuhan pada proses fotosintesis. Karbon dioksida merupakan komponen
penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil
samping pembakaran bahan bakar fosil. Karbon
dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan
prosesgeotermal lainnya seperti pada mata air panas.
Karbon dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah
5,1 atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 C.
Karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering dalam bentuk padat .

CO2 adalah oksida asam. Larutan CO2 mengubah warna litmus dari biru
menjadi merah muda.
Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:
1. Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk
mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen
ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan
dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang
mengalami pertumbuhan yang cepat.
2. Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2
akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa
oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang
lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat bagian solubility
pump).
3. Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang
tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon,
beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagianbagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran
karbon ke bawah (lihat bagian biological pump).
4. Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini
tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke
atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap
CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut
dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi
yang sebaliknya (reverse reaction).

Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:

1. Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini


merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian
glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.
2. Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan
bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati
dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau
menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.
3. Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang
terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti
asap). Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri
perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang
sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang
merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.
4. Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau
kalsium oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu
gamping yang akan menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah
yang banyak.
5. Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida
terlarut dilepas kembali ke atmosfer.
6. Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke
atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan
belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar
hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer
akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan
ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak
berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala
waktu yang kurang dari 100.000 tahun.
B. Manfaat CO2

Selain memilki efek yang berbahaya, CO2 juga mempunyai manfaat adapun
manfaat dari CO2 sediri adalah sebagai berikut:
a. Pada proses Fotosintesis
Tak dipungkiri lagi bahwa CO2 sangat berperan pada proses fotosintesis
yang dilakukan oleh tumbuhan dan yang sangat diperlukan oleh seluruh
makhluk hidup. Fotosintesis memerlukan CO2 dan air agar dapat
menghasilkan karbohidrat, yang dapat di lihat dari persamaan berikut:
6 CO2 + 6 H2O --> C6 H12 O6 + O2
b. Industri makanan dan minuman
Manfaat CO2 juga dapat kita jumpai pada proses pembuatan roti yang
berfungsi sebagai pengembang roti dengan bantuan ragi. Pada saat roti
yang dicampur soda kue atau ragi kita panaskan maka gas CO2 akan
dibebaskan dan akan tertangkap oleh kantung gluten yang terdapat pada
tepung yang akan menyebabkannnya dapt mengembang. Selain itu CO2
padat (es kering) juga digunakan untuk mendinginkan es krim. Pada
produk minuman khususnya yang bersoda, gas yang timbul pada minuman
tersebut adalah CO2 yang membebaskan diri.
c. Bahan pemadam kebakaran
Karbon dioksida yang disemburkan pada api melalui selang pemadam
kebakaran tersebut akan segera menyelimuti api, sehingga api tidak akan
terkena kontak dengan oksigen sehingga pembakaran akan terhenti, karena
pembakaran terhenti, maka api dapat segera padam.
C. Bahaya CO2
Zaman modern dan canggih sekarang ini banyak sekali terdapat industri yang
menghasilkan limbah yang dapat mencemari air dan juga udara ditambah lagi
dengan banyaknya kendaraan bermotor dan juga dari limbah rumah tangga.
Semuanya itu dapat mencemari lingkungan serta dapat merusak dan
mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada di sekitarnya.Dampak karbon
dioksida terhadap makhluk hidup baik didarat maupun di laut:
1. Pada manusia, karbon dioksida dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan, seperti:
- asma
- bronkitis
- radang paru-paru,dll
2. Pada hewan, karbon dioksida dapat menyebabkan plankton yang hidup di

dalam laut akan mati dan juga dapat merusak terumbu karang, hal tersebut
disebabkan karena pada saat air laut mengombak air akan menyerap
oksigen yang ada di udara jika kadar oksigaen yang ada di udara lebih
sedikit daripada karbon dioksida maka otomatis yang akan diserap oleh air
adalah karbon dioksida, karbon dioksida ini dapat menyebabkan kadar
keasaman laut meningkat hal itu menyebabkan plnkton yang ada di dlam
laut mati dan juga dapat merusak terumbu karang padahal plankton sendiri
merupakan produsen di dalam air laut jika plankton mati maka
keseimbangan ekosistem yang ada di dalam laut akan rusak dan daur rantai
makanan akan terhenti dn hasilnya akan membunuh semua makhluk hidup
yang ada di dalam laut.
3. Pada lingkungan, karbon dioksida dapat menyebabkan pemanasan global
dan juga dpat merusak lapisan ozon dan karbon dioksida juga dapat
menyebabkan kedua kutub lebih cepat meleleh sehingga hal tersebut dapat
menyebabkan pwemukaan air laut semakin naik dan lama-kelamaan dapat
menyapu daratan pada waktu terjadi pasang air laut.
Akhir-akhir ini kita sering mendengar kata Global Warming.
Tapi, apakah anda tahu penyebab Global Warming itu? Penyebab Global
Warming salah satunya adalah Karbon Dioksida yang tinggi. Karbon
Dioksida atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri
dari dua atom oksigen yang terkait secara kovalen dengan sebuah atom
karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperature dan tekanan standard
an hadir di atmosfer bumi.
Karbon Dioksida dihasilkan oleh semua mahluk hidup, yaitu
manusia, hewan, hasil pembakaran bahan bakar fosil (bensin), gunung
berapi, dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas. Namun
sebaliknya dilakukan oleh tumbuhan, yang memakai gas Karbon Dioksida
pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses
fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan mempunyai peranan penting dalam
menyelesaikan permasalahan Global Warming.

Dizaman serba maju ini semua Negara berbondong-bondong untuk


menjadi Negara industrial, hal ini menyebabkan bertambahnya gas Karbon
Dioksida tersebut. Berikut adalah Negara-negara yang mempunyai kadar
Karbon Dioksida tertinggi di dunia :
China (6.534 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
Amerika serikat (5.833 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
Russia (1.729 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
India (1.495 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
Jepang (1.214 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
Jerman (829 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
Kanada (574 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
Inggris (572 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
Kor-Sel (542 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
Iran (511 Juta Ton Metrik Karbon Dioksida)
Bayangkan itu hanya 10 negara saja, bagaimana bila seluruh
Negara berubah menuju negara industrial? Maka anda bernafas pun harus
membayar. Gas Karbon Dioksida ini sangat berbahaya bagi manusia karna
jika terlalu banyak dihirup maka akan menyebabkan asma, bronchitis, dan
radang paru-paru. Untuk dampak kepada hewan laut adalah matinya
plankton, dan menyebabkan rusaknya rantai makanan yang ada di laut.
Untuk meredakan peredaran gas tersebut kita sebagai warga dunia
harusnya melestarikan pohon dan tumbuhan lainnya, dan bukannya malah
menebang pepohonan yang dapat menyerapa gas Karbon Dioksida
tersebut. Untuk itu mari kita lestarikan bumi kita dari kehancuran dan
katakana Stop Global Warming.

D. Siklus Karbon dan Oksigen


Secara ringkas, daur karbon merupakan salah satu siklus biogeokimia
dimana terjadi pertukaran / perpindahan karbon antara bidang-bidang biosfer,

geosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Kenapa sering dibarengi dengan oksigen???


hal ini karena siklus karbon sangat terkait dengan oksigen, terutama dalam hal
fotosintesis dan respirasi. Sesuai dengan pengertian tadi, ada empat tempat
keberadaan untuk karbon, yaitu : Biosfer (di dalam makhluk hidup), Geosfer
(di dalam bumi), hidrosfer ( di air), dan atmosfer ( di udara). Siklus karbon
terjadi di daratan dan perairan. tidak ada perbedaan yang significant karena
tempat yang berbeda tersebut, yang berbeda hanyalah organismenya.
1. Proses dalam siklus karbon
Secara umum, karbon akan diambil dari udara oleh organisme
fotoautotrof (tumbuhan, ganggang, dll yang mampu melaksanakan
fotosintesis). organisme tersebut, sebut saja tumbuhan, akan memproses
karbon menjadi bahan makanan yang disebut karbohidrat, dengan proses
kimia sebagai berikut :
6 CO2 + 6 H2O (+Sinar Matahari yg diserap Klorofil) C6H12O6 + 6
O2
Karbondioksida + Air (+Sinar Matahari yg diserap Klorofil) Glukosa +
Oksigen
nah, hasil sintesa karbohidrat itu dimakan para makhluk hidup heterotrof
sebagai makanan plus oksigen untuk bernafas. Ngga peduli makhluk
herbivora, carnivora, atau omnivora, sumber pertama energi yang
tersimpan dalam karbohidrat adalah tumbuhan. Karbon di dalam sistem
respirasi akan dilepas kembali dalam bentuk CO2 yang nantinya
dilepaskan saat pernafasan. Selain pelepasan CO2 ke udara saat
pernafasan, para detrivor (pembusuk) juga melepaskan CO2 ke udara
dalam proses pembusukan. Manusia juga tidak kalah peran dalam proses
ini. Hasil segala pembakaran, mulai dari pembakaran sampah, pembakaran
bahan bakar minyak di dalam kendaraan bermotor, asap pabrik, dan lainlain juga melepaskan CO2 ke udara. CO2 di udara nantinya akan
ditangkap oleh tumbuhan lagi dan siklus mulai dari awal lagi.
Di daratan, proses pengubahan CO2 menjadi karbohidrat dan
melepaskan oksigen dilakukan oleh tumbuhan darat, sebaliknya, di daerah
perairan, peran ini dimainkan oleh organisme-organisme fotoautotrof
perairan seperti ganggang, fitoplankton, dan lain-lain. begitupula dengan

peran yang melepaskan CO2 ke udara. Hal itu dilaksanakan oleh para
detrovor dan organisme heterotrof. Di daratan ada manusia, kambing, sapi,
harimau, dll. di lautan ada berbagai jenis ikan dan makhluk-makhluk
perairan.
2. Permaalahan dalam siklus karbon
Konsentrasi karbondioksida sangat kecil bila dibandingkan dengan
oksigen dan nitrogen (kurang dari 0,04 %) bila di udara, akan tetapi gas ini
adalah gas rumah kaca yang berperan dalam efek rumah kaca.
Penambahan gas ini dapat meningkatkan suhu udara di bumi. Sekarang ini,
populasi tumbuhan semakin berkurang (banyak hutan rusak dan lain-lain )
sedangkan kedaraan bermotor bertambah banyak. Jadi kita bisa bayangkan
bahwa pelepasan CO2 ke udara tidak sebanding dengan pengubahannya
oleh tumbuhan menjadi Karbohidrat. ini akan mempengaruhi
keseimbangan atmosfer dan keseimbangan ekosistem di bumi.
Penjelasan lebih lanjut yang cukup lengkap, penulis ambil dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. bahan berikut ini bisa
digunakan sebagai tambahan.Siklus karbon adalah siklus biogeokimia
dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan
atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon
yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui).
Siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang
dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah
atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula freshwater system
dan material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan
(termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati),
dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahuan karbon,
pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia,
fisika, geologi, dan biologi yang bermacam-macam. Lautan mengadung
kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut
dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan
atmosfer.
Neraca karbon global adalah kesetimbangan pertukaran karbon
(antara yang masuk dan keluar) antar reservoir karbon atau antara satu

putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer - biosfer).


Analisis neraca karbon dari sebuah kolam atau reservoir dapat
memberikan informasi tentang apakah kolam atau reservoir berfungsi
sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon dioksida.
a. Karbon di atmosfer
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi
adalah gas karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini
merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di
atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedang
mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting dalam
menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di
atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini
merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas
rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam
dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.
Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:
- Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk
mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan
oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon
pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang
sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
- Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan
CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut
akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di
permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat
bagian solubility pump).
- Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas
yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon,
beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagianbagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran
karbon ke bawah (lihat bagian biological pump).
- Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya,
proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap

untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki


efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang
terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat
karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:
- Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini
merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya
penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon
dioksida dan air.
- Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan
bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang
mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia
oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.
- Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon
yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya
seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk
dari industri perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan
karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer.
Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon
dioksida di atmosfer.
- Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping
atau kalsium oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur
atau batu gamping yang akan menghasilkan juga karbon dioksida
dalam jumlah yang banyak.
- Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida
terlarut dilepas kembali ke atmosfer.
- Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke
atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan
belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara
kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari
atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini yang saling
berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama

dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di


atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.
b. Karbon di biosfer
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon
adalah bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki
peran yang penting dalam struktur, biokimia, dan nutrisi pada semua
sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki peranan yang penting
dalam siklus karbon:
- Autotrof adalah organisme yang menghasilkan senyawa organiknya
sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara
dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa
organik tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar.
Hampir sebagian besar autotrof menggunakan radiasi matahari untuk
memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan proses produksi ini disebut
sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph memanfaatkan sumber
energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang terpenting
dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan
fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2 + 6H2O
C6H12O6 + 6O2
- Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop
pada organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk
di dalamnya pemanfaatan material organik yang mati (detritus) oleh
jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.
Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui
pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi aerobik
terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara atau air di
sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O. Pada
keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang
melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah
ke atmosfer atau hidrosfer.
Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang
digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga
memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang banyak.

Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik


yang mati menyatu dengan geosfer (seperti gambut). Cangkang
binatang dari kalsium karbonat yang menjadi batu gamping melalui
proses sedimentasi.Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih
dipelajari. Sebagai contoh, penemuan terbaru bahwa rumah larvacean
mucus (biasa dikenal sebagai "sinkers") dibuat dalam jumlah besar
yang mana mampu membawa banyak karbon ke laut dalam seperti
yang terdeteksi oleh perangkap sedimen. Karena ukuran dan
kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap sedimen,
sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan
dengan mengabaikannya.
Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah
proses dalam skala waktu yang berbeda: sementara produktivitas
primer netto mengikuti siklus harian dan musiman, karbon dapat
disimpan hingga beberapa ratus tahun dalam pohon dan hingga ribuan
tahun dalam tanah. Perubahan jangka panjang pada kolam karbon
(misalnya melalui de- atau afforestation) atau melalui perubahan
temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan secara
langsung memengaruhi pemanasan global.
c. Karbon di laut
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana
sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu
senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen,
adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini
menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah
sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk
saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah
upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah
downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada
saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:
CO2 + H2O H2CO3
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan
kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan

adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol


perubahan yang besar pada pH:
H2CO3 H+ + HCO3
E. Peranan CO2 dan Proses CO2 dalam Pertumbuhan Pohon
Tumbuhan membutuhkan CO2 untuk pertumbuhannya. Tumbuhtumbuhan mengurangi kadar karbon dioksida di atomosfer dengan melakukan
fotosintesis, disebut juga sebagai asimilasi karbon, yang menggunakan energi
cahaya untuk memproduksi materi organik dengan mengkombinasi karbon
dioksida dengan air. Oksigen bebas dilepaskan sebagai gas dari penguraian
molekul air, sedangkan hidrogen dipisahkan menjadi proton dan elektron, dan
digunakan untuk menghasilkan energi kimia via fotofosforilasi. Energi ini
diperlukan untuk fiksasi karbon dioksida pada siklus Kalvin untuk membentuk
gula. Gula ini kemudian digunakan untuk pertumbuhan tumbuhan melalui
repirasi.
Tumbuh-tumbuhan juga mengeluarkan CO2 selama pernafasan,
sehingga tumbuhan yang berada pada tahap pertumbuhan sajalah yang
merupakan penyerap bersih CO2. Sebagai contoh, hutan tumbuh akan
menyerap berton-ton CO2 setiap tahunnya, namun hutan matang akan
menghasilkan CO2 dari pernafasan dan dekomposisi sel-sel mati sebanyak
yang dia gunakan untuk biosintesis tumbuhan. Walaupun demikian, hutan
matang jugalah penting sebagai buangan karbon, membantu menjaga
keseimbangan atmosfer bumi. Selain itu, fitoplankton juga menyerap CO2
yang larut di air laut, sehingga mempromosikan penyerapan CO2 dari
atmosfer.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa penghijauan mempunyai manfaat yang
cukup banyak. Penghijauan itupun berkaitan dengan usaha untuk mengurangi
CO2 yang ada di udara. Menurut PP RI no.63/2002, fungsi penghijauan di
perumahan adalah sebagai penyerap CO2, penghasil oksigen, penyerap
polutan (logam berat, debu, belerang), peredam kebisingan, penahan angin dan
peningkatan keindahan.
Gas CO2 merupakan sumber karbon utama bagi pertumbuhan pohon.
Konsentrasi CO2 di atmosfir saat ini belum optimal, sehingga penambahan
CO2 kepada pohon di dalam industri pertanian di dalam rumah kaca

merupakan kegiatan normal untuk meningkatkan pertumbuhan pohon.


Pengaruh fisiologis utama dari kenaikan CO2 adalah meningkatnya laju
asimilasi (laju pengikatan CO2 untuk membentuk karbohidrat,fotosintesis) di
dalam daun. Efisiensi penggunaan faktor-faktor pertumbuhan lainnya (seperti
cahaya, air dan unsur hara) juga akan ikut meningkat.
Hubungan antara CO2 (dapat diartikan sebagai kondisi normal CO2 di
atmosfir) dengan proses fotosintesis, baik di tingkat daun maupun di tingkat
kanopi pohon, dan kontribusinya terhadap akumulasi biomasa telah banyak
diteliti. Energi untuk terlaksananya proses fotosintesis datang dari cahaya pada
panjang gelombang tertentu (PAR, Photosynthetically Active Radiation, 400700 mikrometer). Baik PAR, maupun CO2, konsentrasinya masih sub-optimal,
sehingga fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya CO2, pada
kondisi PAR rendah maupun tinggi.
Tumbuhan terbagi atas dua grup utama, C3 dan C4, yang dibedakan
oleh cara mereka mengikat CO2 dari atmosfir dan produk awal yang
dihasilkan dari proses asimilasi. Pada pohon C3, enzim yang menyatukan CO2
dengan RuBP (RuBP merupakan substrat untuk pembentukan karbohidrat
dalam proses fotosintesis) dalam proses awal asimilasi, juga dapat mengikat
O2 pada saat yang bersamaan untuk proses fotorespirasi ( fotorespirasi adalah
respirasi,proses pembongkaran karbohidrat untuk menghasilkan energi dan
hasil samping, yang terjadi pada siang hari), sehingga ada kompetisi antara
CO2 dan O2 dalam menggunakan RuBP . Jika konsentrasi CO2 di atmosfir
ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2 dan O2 akan lebih
menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat dan asimilasi akan
bertambah besar.
Fotosintesis C3 berbeda dengan C4,pada C3 karbon dioxida masuk ke
siklus calvin secara langsung. Struktur kloroplas pada tanaman C3 homogen.
Tanaman C3 mempunyai suatu peran penting dalam metabolisme, tanaman C3
mempunyai kemampuan fotorespirasi yang rendah karena mereka tidak
memerlukan energi untuk fiksasi sebelumnya. Tanaman C3 dapat kehilangan
20 % carbon dalam siklus calvin karena radiasi, tanaman ini termasuk salah

satu group phylogenik. Konsep dasar reaksi gelap fotosintesis siklus Calvin
(C3) adalah sebagai berikut:
CO2 diikat oleh RUDP untuk selanjutnya dirubah menjadi senyawa
organik C6 yang tidak stabil yang pada akhirnya dirubah menjadi glukosa
dengan menggunakan 18ATP dan 12 NADPH.Siklus ini terjadi dalam
kloroplas pada bagian stroma.Untuk menghasilkan satu molekul glukosa
diperlukan 6 siklus C3.
Naungan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi intensitas
cahaya yang terlalu tinggi. Pemberian naungan dilakukan pada budidaya
tanaman yang umumnya termasuk kelompok C3 maupun dalam fase
pembibitan .Pada fase bibit, semua jenis tanaman tidak tahan IC penuh, butuh
30-40%, diatasi dengan naungan. Pada tanaman kelompok C3, naungan tidak
hanya diperlukan pada fase bibit saja, tetapi sepanjang siklus hidup tanaman.
Meskipun dengan semakin dewasa umur tanaman, intensitas naungan semakin
dikurangi. Naungan selain diperlukan untuk mengurangi intensitas cahaya
yang sampai ke tanaman pokok, juga dimanfaatkan sebagai salah satu metode
pengendalian gulma Di bawah penaung, bersih dari gulma terutama rumputan.
Semakin jauh dari penaung, gulma mulai tumbuh semakin cepat Titik
kompensasi gulma rumputan dapat ditentukan sama dengan IC pada batas
mulai ada pertumbuhan gulma. Tumbuhan tumbuh ditempat dg IC lebih
tinggi dari titik kompensasi (sebelum tercapai titik jenuh), hasil fotosintesis
cukup untuk respirasi dan sisanya untuk pertumbuhan.
Dampak pemberian naungan terhadap iklim mikro
_ Mengurangi IC di sekitar sebesar 30-40%
_ Mengurangi aliran udara disekitar tajuk
_ Kelembaban udara disekitar tajuk lebih stabil (60-70%)
_ Mengurangi laju evapotranspirasi
_Terjadi keseimbangan antara ketersediaan air dengan tingkat transpirasi
tanaman
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman
C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara
CO2 dan O2. Lokasi terjadinya assosiasi awal ini adalah di sel-sel mesofil
(sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah sel-sel

epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian ditransfer ke selsel "bundle sheath" (sekelompok sel-sel disekitar xylem dan phloem) dimana
kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena tingginya konsentasi CO2
pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak mendapat kesempatan untuk
bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi sangat kecil and G sangat
rendah, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga reaksi
fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m-2 s-1 sangat tinggi. , laju
assimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya CO2.
Sehingga, dengan meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan lebih
beruntung dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan CO2 yang berlebihan.
Tanaman C4 selain mengambil CO2 dari udara, juga mengambil CO2
dari malat atau oksaloasetat yang didapatkan dari siklus Calvin yang
dilakukannya di siang hari. Malat atau oksaloasetat dapat digunakan tanaman
sebagai sumber CO2 untuk proses pembentukan gula di malam hari karena
siklus Calvin tidak membutuhkan sinar matahari dalam prosesnya, jika
kandungan ion H+ di dalam tubuh tanaman tersebut mencukupi. Tanaman ini
umumnya merupakan tanaman yang mampu memproduksi polisakarida
(glukosa, amilum, dsb) dalam waktu.
Tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), dan tumbuhan
tertentu lain tidak mengikat karbon dioksida secara langsung. Pada tumbuhan
ini senyawa pertama yang terbentuk setelah jangka waktu pelaksanaan
fotosintesis yang sangat pendek, bukanlah senyawa 3-C asam fosfogliserat
(PGA), melainkan senyawa 4-C asam oksaloasetat (OAA).
Metode alternatif fiksasi karbon dioksida untuk fotosintesis ini disebut
jalur Hatch-Slack. Tumbuhan yang menggunakan jalur ini disebut tumbuhan
C4 atau tumbuhan 4 karbon. Menurut penelitian yang dilakukan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum,
tanaman penghijau rumah dapat dibagi berdasarkan kemampuan pohon
sebagai penyerap CO2 dan polutan udara serta kemampuan meredam
kebisingan dan juga tanaman produktif.
3. Tanaman Penyerap CO2

Beringin (Ficus Benyamina), Puring (codiaeum interuptum), Sri rejeki


(aglaonema costatum), Palem kuning (pandanus utiis), Pisang-pisangan
(Heliconia).
4. Tanaman penyerap logam berat
Kenikir yang sering digunakan sebagai sayuran ternyata dapat menyerap
logam berat. Teh-tehan yang sering dimafaatkan sebagai pagar hijau juga
bisa menyerap logam berat.
5. Tanaman peredam kebisingan
Bambu jepang yang sering digunakan untuk menghiasi dindinghalaman
rumah ternyata mampu meredam kebisingan.Seperti halnya tumbuhan
pohon pun juga dapat digunakan untuk mengurangi CO2. Ada banyak
manfaat pohon bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya di
muka bumi ini. Antara lain, mengurangi polutan gas CO2 yang lepas ke
udara dan terakumulasi di atmosfer. Pohon adalah pelahap CO2 yang
rakus.
Sebatang pohon membentuk masa batang, utamanya dari
karbondisoksida yang diserap untuk fotosintesis. Sebatang pohon mampu
menyerap 6 kg CO2/tahun, karena itu 1 acre ( 4.047 m2) hutan berisi
pepohonan muda menyerap 2,5 ton CO2/tahun.Pohon mencapai
kemampuan maksimalnya menyerap CO2 sekitar usia 10 tahun. Sebatang
pohon yang ditanam di perkotaan (yang notabene memiliki kadar polusi
CO2 lebih tinggi) setara nilainya dengan penyerapan CO2 oleh 15 pohon
di hutan Pepohonan membersihkan udara yang kita hirup. Partikel debu,
CO, SO2, dan polutan-polutan lain akan diserap oleh tanaman sehingga
kita bisa menghirup udara yang lebih baik kualitasnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah tentang CO2 adalah Karbon dioksida
(rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa
kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara
kovalen dengan sebuah atom karbon. CO2 memiliki manfaat dan bahaya
yang perlu diwaspadai. Siklus karbon dan oksigen memiliki hubungan erat
dalam proesnya. CO2 sanga berperan dalam proses fotosintesis.
B. Saran
Saran dari makalah tentang CO2 adalah perlu adanya penelitian lagi
seberapa besar kadungan yang diperlukan tumbuhan dalam
penggunaannya, agar terjadi pertumbuhan yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Kusminingrum, Nanny. Potensial Tanaman dalam Penyerapan CO2 dan CO untuk


Mengurangi Dampak Pemanasan Global. Jurnal Permukiman Vol. 3 No.
2. Juli 2008
Lailiyah, Qudsiyyatul.dkk. Pengaruh Temperatur dan Laju Aliran Gas CO2 pada
Sintesis Kalsium Karbonat Presipitat dengan Metode Bubbling. Jurnal
Sains dan Seni ITS Vol. 1 No. 1. 2012

Anda mungkin juga menyukai