Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kearifan lokal mengacu pada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah
masyarakat yang dikenal, dipercayai, dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu
mempertebal kohesi sosial di tengah masyarakat. Pokok pikiran yang terkandung dalam definisi
tersebut adalah (1) karakter budaya, (2) kelompok pemilik budaya, serta (3) pengalaman hidup yang
lahir dari karakter budaya. Kearifan lokal bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan dan menciptakan
kedamaian. Kearifan lokal digali dari produk kultural yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas
pemiliknya, misalnya sistem nilai, kepercayaan dan agama, etos kerja, bahkan bagaimana dinamika itu
berlangsung (Banda, 2016).

Dalam pengertian kamus, kearifan lakal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lakal
(loca!). Dalam Karnus Inggris Indonesia local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sarna
dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdonl (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai
gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam
dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian
budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing
sesuai watak dan kemampuan sendir (Sartini, 2004).

Kearifan lokal akan menjadi media komunikasi yang efektif untuk membangun masyarakat ketika
dikemas dengan baik, karena bisa terjadi anomali budaya sewaktu-waktu. Kebudayaan dapat menjadi
tidak fungsional jika simbol dan normanya tidak lagi didukung oleh lembaga-lembaga sosialnya, atau
oleh modus organisasi sosial dari budaya itu. Kontradiksi-kontradiksi budaya dapat terjadi sehingga
dapat melumpuhkan dasar-dasar sosialnya. Hal yang sama juga melihat gejala tidak adanya integrasi
kultural dalam masyarakat kapitalis, karena metode produksi kapitalis tidak timbul oleh pilihan yang
merdeka, melainkan oleh keharusan ekonomis (Kurnianto, 2017).

Kearifan lokal merupakan akumulasi pengetahuan dan kebijakan yang tumbuh dan berkembang dalam
sebuah komunitas yang merangkum perspektif teologis, kosmologis dan sosiologis. Kearifan lokal
bersandar pada filosofi, nilai-nilai, etika, dan perilaku yang melembaga secara tradisional untuk
mengelola sumber daya alam dan manusia, dirumuskan sebagai formulasi pandangan hidup (world-view)
sebuah komunitas mengenai fenomena alam dan sosial yang mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih dalam konteks Indonesia yang
memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara lintas budaya yang pada akhirnya menilai budaya
nasional. Kearifan lokal dapat bersumber dari kebudayaan masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu
(Afiqoh dkk., 2018).

Budaya lokal sebagai identitas bagi masyarakat dan warga. Identitas ini memfasilitasi suatu pemahaman,
tradisi, dan nilai-nilai dalam meningkatkan kesejahteraan dan memberikan kontribusi untuk membangun
rasa kebersamaan dan solidaritas. Terlepas dari masalah ekonomi atau kondisi politik, maka budaya lokal
dapat berfungsi sebagai alat yang berharga dalam membentuk efektivitas yang potensial sebagai upaya
pengembangan nilai-nilai sosial masyarakat. Ini sesungguhnya memberikan isyarat bahwa nilai-nilai
budaya lokal merupakan simpul-simpul dinamis yang efektif dalam menumbuhkan relasi-relasi sosial,
moral dan etika antar sesama dalam kehidupan masyarakat (Ufie, 2016).

Kearifan lokal memiliki signifikasi serta fungsi sebagai berikut. 1) penanda identitas sebuah komunikas; 2)
elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama, dan kepercayaan; 3) unsur kultural yang ada
dan hidup dalam masyarakat (bottom up); 4) warna kebersamaan sebuah komunitas; 5) akan mengubah
pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common
ground/kebudayaan yang dimiliki; 6) mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai
sebuah mekanisme bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir bahkan merusak
solidaritas komunal yang dipercaya dan disadari tumbuh di atas kesadaran bersama dari sebuah
komunitas terintegrasi. Fungsi-fungsi tersebut menyadarkan akan pentingnya local genius atau kearifan
lokal dalam menghadapi berbagai bentuk konflik yang terjadi sebagai akibat dari perubahan kebudayaan
(Banda, 2016).

Desa Pangkalan Indarung adalah satu–satu desa yang berada di Kecamatan Singingi Kabupaten Kuantan
Singingi yang mempunyai potensi alam yang masih terjaga kelestariannya sampai saat ini yaitu
dinamakan Lubuk Larangan. Di Desa Pangkalan Indarung memiliki kearifan lokal yaitu terdapat sebuah
Lubuk, Lubuk ini disebut oleh masyarakat setempat sebagai Lubuk Larangan yang dimanfaatkan
masyarakat Desa Pangkalan Indarung untuk menangkap ikan baik itu untuk dijual dan untuk dijadikan
konsumsi sendiri, pada dasar nya penangkapan ikan di Lubuk Larangan ini hanya dapat ditangkap pada
hari atau pada waktu yang telah ditentukan atau telah disepakati oleh kepala adat bersama masyarakat
setempat. Sungai Larangan adalah salah satu bagian sungai yang dilindungi melalui ritual atau pun sesuai
dengan adat istiadat didaerah yang mempunyai sungai larangan tersebut (Putri, 2016).

Sistem pengelolaan lubuk larangan yang telah diterapkan oleh masyarakat Desa Pangkalan Indarung
merupakan sebuah kearifan masyarakat yang partisipatif, adaptif dan berkelanjutan dalam pelestarian
sumberdaya perikanan sungai khususnya ikan lokal. Pengelolaan seperti ini sangat efektive dan efisien
karena masyarakat secara otonomi menjaga dan mengelolanya sehingga masyarakat tersebut lebih
memiliki dan rasa tanggung jawab atas sumberdaya yang ada disekitarnya. Keanekaragaman ikan akhir-
akhir ini cenderung menurun, bahkan beberapa jenis ikan yang ada dikhawatirkan punah. Penurunan
populasi ikan di sungai antara lain disebabkan oleh penangkapan berlebih (over fishing) dan kerusakan
habitat. Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka perlu dilakukan pengelolaan sumberdaya perairan.
Keberhasilan Desa Pangkalan Indarung dalam menyelamatkan sumberdaya perairannya menjadi hal yang
sangat menarik bagi penulis karena diharapkan menjadi model pengelolaan sumberdaya perairan
ususnya pelestarian ikan-ikan lokal dalam menyelamatkan sumberdaya perairan yang efektive dan efisien
melalui kearifan lokal yang dimilikinya (Veraliza dkk., 2014).

Anda mungkin juga menyukai