Anda di halaman 1dari 5

Daerah Penyebaran dan Musim Ikan Terbang

Penyebaran ikan ini bersifat vertikal yang didapatkan dengan


menggunakan jaring berbentuk segi empat di samudera pasifik lebih banyak
terdapat pada lapisan permukaan dengan kedalaman 0-2 m, kepadatan ini akan
berkurang hingga lapisan kedalaman 4 m. Penangkapan ikan terbang Cypselurus
hiraii di jepang ditemukan distribusi vertikal antara 0- 2,5 m selama 24 jam, dan
data distribusi vertical menunjukkan bahwa 90% ikan terbang tertangkap pada
malam hari dengan bantuan cahaya lampu. Ikan terbang akan berada pada daerah
perairan yang lebih rendah pada saat musim penangkapan dan akan lebih banyak
pada perairan yang lebih dalam diakhir musim penangkapan. Ikan terbang
umumnya hidup di perairan subtropis dan tropis, dan merupakan komponen
penting pada rantai makanan di perairan epipelagis (Murniati, 2011).
Di Indonesia, distribusi ikan terbang antara lain tersebar di Selat Makassar,
Laut Flores, Laut Banda, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Arafura, Laut Utara
Papua, Laut Halmahera, Laut Sawu, perairan selatan Bali dan Jawa Timur, pantai
barat Sumatera, dan perairan Sabang sampai Banda Aceh. Ada 18 spesies ikan
terbang yang ditemukan di perairan Indonesia. Di perairan Selat Makassar sampai
Laut Flores ditemukan 10 spesies, di Laut Sulawesi sampai dengan Halmahera
2 spesies, dan di Maluku Tengah. Diperoleh jenis ikan terbang yang dieksploitasi
telur di perairan barat Papua antara lain Hirundichthys oxycepalus
famili Exocoetidae. Spesies ini juga dikatakan merupakan jenis dominan di Selat
Makassar sampai Laut Flores dan Maluku Tengah. Di Philipina jenis
Hirundichthys oxycepalus termasuk paling dominan (Suwarso et al., 2008).
Di Selat Makssar, nelayan yang melakukan penangkapan ikan dan telur
ikan terbang di bagian selatan, merupakan wilayah perairan yang cukup jauh dari
pantai, yaitu di sekitar perairan Taka Malaka dan Pulau Karangan serta Pulau
Jangang-jangang. Wilayah perairan ini diperkirakan merupakan daerah perlintasan
kawanan ikan terbang dalam proses migrasi, sehingga diketahui merupakan
wilayah perairan yang cukup potensil dalam kegiatan penangkapan ikan terbang
setiap tahunnya. Daerah penangkapan telur ikan terbang yang menempati persisi
berada di bagian ujung selatan Selat Makassar, yakni di sekitar perairan Pulau
KaluKalukuang, Pulau Kapoposang, Pulau Papandangang, Pulau Kondangbali,
Pulau Jangang-jangang, dan perairan sekitar Massalembo Kabupaten Pangkep
pada koordinat antara 05o20’- 05o80’ LS dan 118o50’-119o00’ BT (Yahya et al.,
2013).
Pada Provinsi Sulawesi Barat terdapat 2 lokasi penangkapan baik untuk
telur maupun ikan terbangnya. Berbeda dengan nelayan-nelayan Majene dan
Mamuju, nelayan-nelayan di Kabupaten Polewali Mandar (POLMAN)
memfokuskan tangkapannya pada telur dan ikan terbangnya, namun lebih besar
titik beratnya pada penangkapan telur ikan terbang. Ikan terbangnya sebagai
sampingan saja. Secara geografis nelayan-nelayan dari Kabupaten Pare-Pare dan
Barru melakukan penangkapannya di wilayah perairan Selat Makassar, sedangkan
nelayan dari kabupaten Takalar lebih banyak beroperasi di wilayah Laut Flores
(Fathanah, 2018).
Di beberapa daerah penangkapan ikan terbang seperti Majene dan Barru
periode musim penangkapan ikan terbang bahkan berlangsung lebih lama diatas
tujuh bulan. Perubahan musim yang berlangsung lebih cepat dengan periode yang
relatif panjang merupakan indikasi perubahan karakteristik biologi reproduksi
ikan terbang. Perubahan musim ini diperkirakan sebagai mekanisme adaptasi ikan
terbang terhadap tekanan perubahan lingkungan termasuk tekanan penangkapan
yang berlebihan untuk mempertahankan populasinya dengan cara mempercepat
kematangan biologis dan memperpanjang masa reproduksinya. Ikan yang
mengalami tekanan lingkungan termasuk tekanan penangkapan yang berlebihan
kemungkinan akan menunjukkan perubahan karakteristik reproduksi yang
berhubungan dengan kematangan, pemijahan, fekunditas, ukuran dan
pertumbuhan sebagai mekanisme adaptasi terhadap tekanan lingkungan (Ali et
al., 2004).
METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2011,
sedangkan penentuan lokasi dilakukan berdasarkan pertimbangan lokasi geografis
wilayah utama penangkapan ikan untuk jenis ikan terbang di Kabupaten Majene.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Perairan Majene, Sulawesi Barat


Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Majene)

Metode Pengambilan Data


Penelitian yang digunakan adalah metode survey dan observasi langsung
dilapangan. Dimana data yang diperoleh meliputi Data Primer dan Data Sekunder
adalah sebagai berikut :
(1) .Data Primer, merupakan data daerah penangkapan yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan beberapa nelayan langsung dilapangan.
(2) .Data Sekunder , merupakan data berkala (Time Series ) hasil tangkapan dan
upaya penangkapan dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2010 di perairan
Majene. Selain itu pengumpulan data sekunder juga akan dilakukan
penelusuran pustaka dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan pada
berbagai instansi pemerintah.

Analisis Data
Untuk menduga besarnya MSY sumberdaya perikanan dan upaya
penangkapan optimal, digunakan model Schaefer (1954 dalam Ali, 2005) dengan
persamaan linier sebagai berikut :
Apabila persamaan tersebut dikalikan dengan f (i) maka akan diperoleh
persamaan kurva parabola:

Dari persamaan tersebut diperoleh model untuk menghitung hasil


maksimum lestari (MSY) dan upaya optimal (fmsy) masing-masing sebagai
berikut:

Dimana Y(i) = hasil tangkapan, f(i) = Upaya penangkapan, a = intersept


garis, b = kemiringan, MSY = hasil tangkapan maksimum lestari, dan fmsy =
jumlah upaya penangkapan optimal untuk mencapai MSY.
Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mengestimasi dan membuat
grafik upaya penangkapan (Effort), serta tingkat CPUE terhadap sumberdaya ikan
terbang di Perairan Majene.

Suwarso, A. Zamroni dan Wijopriyono. Eksploitasi Sumber Daya Ikan Terbang


(Hirundichthys oxycephalus,Famili exocoetidae) di Perairan Papua
Barat: Pendekatan Riset dan Pengelolaan. Bawal. 2 (2): 83 – 91.
Yahya, M. A., R. Hamal dan M. Aras. 2013. Zonasi Penangkapan Ikan Terbang di
Selat Makassar Sebagai Solusi Mengatasi Ancaman Kepunahan. Jurnal
Amanisal. 2 (2): 1-9. ISSN: 2085-5109.
Ali, S. A., M. N. Nessa., I. Djawad dan S. B. A. Omar. 2004. Musim dan Ikan
Terbang (Exocoetidae) di Sekitar Kabupaten Takalar (Laut Flores)
Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Torani. 3 (14):
165-172.
Fathanah, A. 2018. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Terbang
(Exocoetidae) Menggunakan Sistem Informasi Geografis yang Berbasis
di Kabupaten Majene. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Murniati. 2011. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Terbang (Exocoetidae) di
Perairan Majene, Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. [Skripsi].
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai