Latar Belakang
Pengertian sungai menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor:
63/PRT/1993 adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran
air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan. Pengertian dari garis sempadan sungai adalah
garis batas laut pembatas sungai (Taryati et al., 2012).
Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat, sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan
pembangunan nasional dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan
pembangunan nasional dan sebagai sarana transportasi untuk menghubungkan
wilayah satu dengan lainnya (Putri, 2011).
Sungai merupakan aliran air yang bermuara ke laut, melintasi berbagai
batuan dengan topografi yang bervariasi dan memiliki kesuburan yang dibutuhkan
oleh biota (tumbuhan, hewan, dan manusia). Sungai mempunyai banyak potensi
untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata atau sarana rekreasi alam terbuka
(outdoor recreation). Wisata dibidang perairan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
Wisata Tirta (tawar) dan Wisata Bahari (laut). Wisata tirta adalah wisata yang
dilakukan di perairan tawar dengan aktivitas yang dilakukan seperti olahraga,
sight seeing, memancing dan lain-lain yang dilakukan disungai, danau, waduk dan
kawasan rawa-rawa serta muara (Romaito et al., 2019).
Di Indonesia, sungai dijumpai di setiap tempat dengan kelasnya masing-
masing. Sungai memiliki peranan penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup.
Dengan perannya, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi atau
komponen lainnya. Sungai mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah
karena aktivitas alami maupun antropogenik sehingga dibutuhkan pelestarian agar
sungai dapat berjalan dengan fungsinya (Agustira et al., 2013)
Masalah yang utama yang dihadapi berkaitan dengan sumber daya air
adalah kualitas air yang tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan penurunan kualitas perairan. Untuk membantu mengatasi hal tersebut,
dilakukan pemantauan kualitas sungai, agar dapat diketahui apakah kandungan
pada air sungai tersebut aman untuk dikonsumsi. Pemantauan umumnya
dilakukan menggunakan parameter fisika atau kimia. Pencemaran dapat
mengubah struktur ekosistem dan mengurangi jumlah spesies dalam suatu
komunitas, sehingga keragamannya berkurang. Dengan demikian indeks
diversitas ekosistem yang tercemar selalu lebih kecil dari pada ekosistem alami.
Diversitas di suatu perairan biasanya dinyatakan dalam jumlah spesies yang
terdapat di tempat tersebut. Semakin besar jumlah spesies akan semakin besar
pula diversitasnya. Hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah individu dapat
dinyatakan dalam bentuk indeks diversitas (Astirin et al., 2002).
Daya dukung adalah batasan untuk banyaknya organisme hidup dalam
jumlah atau massa yang dapat didukung oleh suatu badan air selama jangka waktu
panjang. Daya dukung merupakan populasi organisme akuatik yang akan
ditunjang oleh suatu kawasan/areal atau volume perairan yang ditentukan tanpa
mengalami penurunan mutu. Daya dukung sebagai suatu sistem yang dapat
mendukung beban yang dinyatakan sebagai pound ikan per kaki kubik air (lb/ft3).
Selanjutnya dikemukakan bahwa daya dukung dibatasi oleh laju konsumsi
oksigen dan akumulasi metabolit dan laju konsumsi oksigen tersebut sebanding
dengan jumlah pakan yang dimakan per hari. Daya dukung perairan adalah tingkat
produksi ikan maksimum yang dapat dihasilkan di perairan tersebut secara
berkelanjutan (Siagian, 2010).
Sungai yang terdapat di Kabupaten Langkat memiliki objek wisata yang
indah dan menarik, salah satunya adalah Sungai Bingai. Sungai Bingai merupakan
tempat wisata yang dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi arung jeram dan
pemandian alam yang sering di kunjungi oleh para wisatawan lokal. Air Sungai
Bingai berasal dari Gunung Sibayak, mengalir dengan deras karena disekitar air
terdapat batubatu besar dan air sungainya jernih, menyegarkan dan sejuk. Jumlah
pengunjung yang datang ke Sungai Bingai berpengaruh terhadap faktor fisika,
kimia, maupun biologi yang ada pada sungai tersebut. Berdasarkan hal tersebut,
untuk menjaga kelestarian lingkungan pada kawasan wisata Sungai Bingai maka
dilakukan penelitian tentang kajian kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan
sungai serta persepsi pengunjung (Romaito et al., 2019).
Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung pengembangan
ekowisata alam adalah dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan
(DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat
ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan
gangguan pada alam dan manusia (Maria, 2018).
Strategi penanganan sampah merupakan upaya untuk mencapai tujuan
pengelolaan sampah. Strategi penanganan sampah disesuaikan dengan wilayah
studi yang merupakan obyek wisata. Berdasarkan kondisi eksisting pengelolaan
sampah di wilayah studi, maka strategi penanganan sampah di Obyek Wisata
adalah sebagai berikut: Pemilahan merupakan upaya memisahkan sampah
berdasarkan jenis sampah. Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung
sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber
sampah. Pengumpulan adalah kegiatan mengumpulkan sampah dari satu sumber
ke sumber lainnya secara individu atau komunal dan TPS dimana merupakan
tempat pemindahan sampah dari sumber sebelum diangkut menuju TPA
(Wijaya dan Yulinah, 2015).
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui potensi dan daya dukung perairan Sungai Bingai Namu
Sira-Sira Langkat Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam mengelola perairan Sungai Bingai
Namu Sira-Sira Langkat Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui model pengelolaan perairan Sungai Bingai Namu Sira-Sira
Langkat Sumatera Utara.
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi mengenai
daya dukung terhadap perairan khususnya perairan Sungai Bingai Namu Sira-Sira
Langkat Sumatera Utara serta sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
praktikum Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Model Pengolaan
Pengelolalaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan
secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga
terjamin kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
kurang bijaksana, belum berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di
darat maupun di perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik,
polusi, dan penurunan potensi sumber daya alam hayati (pemanfaatan secara
lestari) (Gultom, 2016).
Program Pengelolaan Lingkungan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
(PBLPM) adalah salah satu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian
pemerintah daerah dan menumbuhkan penyadaran masyarakat dalam
menanggulangi permasalahan lingkungan yang terjadi. Program ini dapat
berperan sebagai pondasi bagi pengembangan ekonomi kawasan pesisir. Melalui
pelibatan pemerintah daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya,
program ini diharapkan dapat memberikan dampak lanjutan terutama dalam
pengembangan ekonomi di wilayah pesisir melalui sistem pembelajaran sederhana
dalam membuat perencanaan dan menata sendiri permukiman dan lingkungannya.
Proses pembelajaran ini dimulai dari proses perencanaan ruang kawasan
permukiman oleh masyarakat dengan didampingi oleh pemerintah daerah dan
tenaga pendamping. Masyarakat juga didorong untuk memilih dan menentukan
prioritas kebutuhan yang selanjutnya direalisasikan melalui pembangunan fasilitas
fisik dasar (Fitriansyah, 2012).
Usaha mengembangkan dunia pariwisata ini didukung dengan UU Nomor
19 Tahun 1990 dan UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang
menyebutkan keberadaan objek wisata pada suatu daerah akan sangat
menguntungkan, antara lain meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan memperluas kesempatan kerja
mengingat banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan meningkatkan rasa
cinta lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat
(Ramadhan et al., 2012).
STUDI KASUS
Sungai yang terdapat di Kabupaten Langkat memiliki objek wisata yang
indah dan menarik, salah satunya adalah Sungai Bingai. Sungai Bingai merupakan
tempat wisata yang dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi arung jeram dan
pemandian alam yang sering di kunjungi oleh para wisatawan lokal. Air Sungai
Bingai berasal dari Gunung Sibayak, mengalir dengan deras karena disekitar air
terdapat batubatu besar dan air sungainya jernih, menyegarkan dan sejuk.
Keterangan:
DDK : Daya Dukung Kawasan
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu
Aktivitas wisata di Sungai Bingai dibagi dalam 2 kategori yaitu: arung
jeram dan pemandian. Berdasarkan parameter dalam matriks kesesuaian wisata
yang telah diukur dilapangan dan data sekunder yang diperoleh maka Sungai
Bingai dalam kategori wisata arung jeram termasuk kategori S1 (sangat sesuai)
yang termasuk dalam tingkat kesulitan kelas III yang dilihat dari gradient sungai
dan dalam kategori wisata pemandian Sungai Bingai masuk dalam kategori S1
(sangat sesuai) maka Sungai Bingai sesuai untuk wisata pemandian.
Tabel 1. Daya Dukung Kawasan Sungai
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Daya dukung perairan Sungai Bingai Namu Sira-sira Langkat Sumatera Utara
di bagi dalam dua kegiatan yaitu berenang dan arung jeram. Dari hasil
perhitungan daya dukung perairan Sungai Bingai Namu Sira-sira Langkat
Sumatera Utara termasuk kedalam status nyaman berwisata atau termasuk
kedalam status rata-rata.
2. Kendala dalam mengelola perairan sungai Bingai Namu Sira-sira Langkat
Sumatera Utara ialah pernah terjadinya banjir bandang sehingga papan
penguman pembuangan sampah dan tempat penampungan sampah disetiap
pondok-pondok rusak dan kurangnya partisipasi dari pengujung.
3. Model pengelolaan perairan Sungai Bingai Namu Sira-sira Langkat Sumatera
Utara ialah membuat penanganan akan sampah dengan startegi seperti
pemilahan sampah, pewadahan sampah, pengumpulan sampai pembuatan TPS.
Saran
Saran dari penulis makalah ini adalah agar kedepannya pengelolaan daya
dukung perairan dikelola dengan sebaik-baiknya. Dan kendala yang dihadapi
dapat diberikan solusi dengan baik dan benar agar perairan tersebut tetap dalam
keadaan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustira, R., K. S. Lubis., Jamilah. 2013. Kajian Karakteristik Kimia Air, Fisika
Air dan Debit Sungai pada Kawasan DAS Padang Akibat Pembuangan
Limbah Tapioka. Jurnal Online Argoekoteknologi. 1 (3). ISSN: 2337 –
6597.
Maria, S. 2018. Dampak Kegiatan Wisata Terhadap Kualitas Air Sungai Namu
Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Maria, S. 2018. Dampak Kegiatan Wisata Terhadap Kualitas Air Sungai Namu
Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Romaito, R., Patana, P., dan Harahap, Z. A. 2019. Kajian Kesesuaian Wisata dan
Daya Dukung Kawasan Wisata Sungai Bingai Namu Sira-Sira Langkat
Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.
Siagian, M. 2010. Daya Dukung Waduk PLTA Koto Panjang Kampar Provinsi
Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan 15,1 (2010) : 25-38.
Tarihoran, F., dan Ginting, M. 2019. Evaluasi Penggunaan Air Irigasi di Daerah
Irigasi Namu Sira- Kabupaten Langkat. Universitas Sumatera Utara.
Ramadhan,S., Pindi Patana, Z.A. Harahap. 2012. Analisis Kesesuaian dan Daya
Dukung Kawasan Wisata Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.