Anda di halaman 1dari 9

Judul : The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions

Penulis : Paul M. Healy


Jurnal : Journal of Accounting and Economics 7 (1985) 85-107. North-Holland

1. Fenomena Penelitian.
Penelitian ini menguji mengenai pengaruh dan hubungan antara kebijakan manajer yang
menerapkan metode akuntansi berbasis akrual, serta prosedur akuntansi terhadap laporan
pendapatan insentif yang sudah direncanakan. Skema bonus berbasis penghasilan adalah cara yang
populer untuk memberi penghargaan kepada eksekutif perusahaan. Pada tahun 1980 Fox
melapokan bahwa sembilan puluh persen dari seribu perusahaan manufaktur AS terbesar
menggunakan rencana bonus berdasarkan pada laba akuntansi untuk manajer yang dibayar.
Hasil pada penelitian sebelumnya masih saling bertentangan. Dimana dalam Penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa eksekutif yang menggunakan skema bonus memilih prosedur
akuntansi peningkatan pendapatan untuk memaksimalkan kompensasi bonus mereka. Sedangkan
Peneliti menemukan beberapa hal yang mengakibatkan penelitan sebelumnya seringkali
bertentangan, antara lain:
a. Penghasilan sering tidak terdefinisikan sehingga keputusan akuntansi tertentu tidak
mempengaruhi bonus. Sebagai contoh, lebih dari separuh dari rencana sampel yang
dikumpulkan untuk studi saya mendefinisikan penghargaan bonus sebagai fungsi
penghasilan sebelum pajak.
b. Asumsi bahwa skema kompensasi selalu mendorong manajer untuk memilih prosedur
akuntansi peningkatan pendapatan. Padahal pada kenyataannya, pada kondisi dimana
target pendapatan tidak dapat dipenuhi, manajer memiliki insentif untuk mengurangi
pendapatan saat ini dengan menunda pendapatan atau mempercepat penghapusan, strategi
yang dikenal sebagai “taking a bath”.

2. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan teori agency dimana dalam teori ini membahas mengenai
hubungan asimetri antara pemilik dan pengelola. Asimetri informasi yang terjadi antara pemilik
dan pengelola dapat di hindari atau di minimalisir dengan konsep Good Corporate Governance

1
dimana tujuannya adalah agar seluruh elemen yang ada pada perusahaan atau organisasi memiliki
tujuan yang sama dan perusahaan menjadi lebih sehat.

a. Deskripsi skema bonus akuntansi


Fox (1980) menemukan bahwa pada tahun 1980 sembilan puluh persen dari seribu
perusahaan manufaktur AS terbesar menggunakan rencana bonus untuk membayar manajer,
sedangkan hanya dua puluh lima persen yang menggunakan rencana kinerja. Penghargaan bonus
juga cenderung merupakan proporsi tertinggi dari kompensasi eksekutif puncak daripada
pembayaran kinerja. Pada tahun 1978, misalnya, Fox melaporkan bahwa untuk sampelnya, rasio
median bonus akuntansi terhadap gaji pokok adalah lima puluh dua persen. Rasio rata-rata untuk
penghargaan kinerja adalah tiga puluh empat persen.
b. Rencana bonus dan keputusan keputusan akuntansi
Watts (1977) dan Watts dan Zimmerman (1978) menyatakan bahwa skema bonus
menciptakan insentif bagi manajer untuk memilih prosedur akuntansi dan akrual untuk
meningkatkan nilai sekarang dari penghargaan mereka.

3. Skema riset dan alat analisis


Riset dibuat dalam tiga kasus, yaitu:
a. manajer memiliki insentif untuk memilih akrual diskresioner yang mengurangi pendapatan,
yaitu untuk “taking a bath”. Manajer memilih akrual diskresioner minimum (DA1 = -K)
karena bahkan jika ia memilih maksimum, dilaporkan pendapatan tidak akan melebihi
batas bawah dan tidak ada bonus yang akan diberikan. Dengan menunda penghasilan untuk
periode dua, ia memaksimalkan penghargaan masa depannya yang diharapkan.
b. manajer memiliki insentif untuk memilih akrual diskresioner yang meningkatkan
pendapatan. Jika laba periode-pertama sebelum akrual diskresioner melebihi ambang batas
L ', nilai sekarang dan kepastian keuntungan dari pendapatan yang bertambah dan
menerima bonus dalam periode 1 lebih tinggi daripada penghargaan yang diharapkan
dalam periode 2. Manajer, oleh karena itu, memilih akrual diskresioner positif.
c. manajer memiliki insentif untuk memilih akrual diskresioner yang mengurangi pendapatan.
Ketika rencana bonus batas atas mengikat, laba sebelum akrual diskresioner melebihi batas
itu hilang untuk tujuan bonus. Dengan menghapus pendapatan yang melebihi batas atas,

2
manajer tidak mengurangi bonusnya saat ini dan meningkatkan penghargaan masa
depannya yang diharapkan.

4. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, dan populasi yang dipilih untuk penelitian
ini adalah perusahaan yang terdaftar di Direktori Fortune 1980 dari 250 perusahaan industri AS
terbesar. Kemudian dengan menggunakan tiga sumber data yaitu Peat Marwick, Perpustakaan
Citicorp dan Perpustakaan Baker di Harvard Business School dilakukan purposive sampling
menjadi 94 perusahaan yang dapat dianalisis. Dalam pengumpulan data keuangan, data diperoleh
dari COMPUSTAT untuk tahun 1964-80 dan dari Moody Industrial Manual untuk tahun-tahun
sebelumnya.

5. Hasil Uji Hipotesis


Tes kontingensi dibangun untuk menguji implikasi dari teori. Manajer memiliki insentif
untuk memilih akrual diskresioner yang mengurangi pendapatan ketika batas atas dan bawah
rencana bonus mereka mengikat. Ketika batasan ini tidak mengikat, manajer memiliki insentif
untuk memilih pendapatan yang meningkatkan akrual diskresioner. Pengujian dilakukan dengan
membagi perusahaan menjadi tiga portofolio yaitu UPP, MID dan LOW. Bukti menunjukkan
bahwa hasil uji tidak konsisten dengan hipotesis nol bahwa tidak ada hubungan antara akrual
diskresioner dan insentif pendapatan-pelaporan manajer di bawah rencana bonus. Ada insidensi
negatif yang lebih besar ketika batas atas dan bawah dalam kontrak bonus mengikat.

Tes hubungan antara perubahan rencana bonus dan perubahan dalam prosedur akuntansi
Watts dan Zimmerman (1983) mendalilkan bahwa perubahan dalam proses kontrak atau politik
dikaitkan dengan perubahan dalam metode akuntansi. Hasil tes melaporkan bahwa jumlah rata-
rata perubahan sukarela dalam prosedur akuntansi lebih besar untuk perusahaan dengan perubahan
rencana bonus daripada untuk perusahaan tanpa perubahan dalam sembilan dari dua belas tahun.
Tidak berarti dilaporkan untuk 1979 karena tidak ada perusahaan sampel yang memperkenalkan
atau memodifikasi rencana bonus pada tahun itu. Tes Sign and Wilcoxon Signed-Rank secara
statistik signifikan pada tingkat 0,0730 dan 0,0212 masing-masing, konsisten dengan hipotesis
bahwa perubahan skema bonus dikaitkan dengan perubahan dalam prosedur akuntansi.

3
6. Kesimpulan
Dari hasil peneliian ini dapat ditarik kesimpulan yakni:

a. Skema bonus menjadi cara yang efektif untuk mempengaruhi keputusan prosedur
akuntansi akrual dan akuntansi. Hal tersebut dikarenakan dapat menciptakan insentif bagi
manajer untuk memilih prosedur akuntansi dan akrual untuk memaksimalkan nilai
penghargaan bonus mereka.
b. Terdapat hubungan yang kuat antara akrual dan insentif pendapatan-pelaporan manajer di
bawah kontrak bonus mereka. Dimana, Manajer lebih cenderung memilih discretionary
accrual untuk menurunkan pendapatan akrual ketika rencana bonus mereka atas atau batas
bawah mengikat, dan akrual peningkatan pendapatan ketika batas-batas ini tidak mengikat.
c. Hasil tes membandingkan akrual untuk perusahaan yang rencana bonusnya termasuk dan
mengecualikan batas atas mendukung lebih lanjut teori: menahan arus kas konstan, akrual
lebih rendah untuk perusahaan-tahun yang mengikat batas atas rencana bonus daripada
untuk perusahaan-tahun tanpa batas atas. Perbedaan waktu atau laba yang dilaporkan ini
diimbangi ketika rencana bonus batas atas tidak mengikat. Tes teori juga menggunakan
perubahan sukarela dalam prosedur akuntansi sebagai proksi untuk keputusan akuntansi
diskresioner. Hasilnya menunjukkan bahwa ada insiden tinggi perubahan sukarela dalam
prosedur akuntansi selama bertahun-tahun mengikuti adopsi atau modifikasi dari rencana
bonus. Namun, manajer tidak mengubah prosedur akuntansi untuk menurunkan
penghasilan saat rencana bonus batas atas atau bawah mengikat.

4
PENGEMBANGAN RISET
SKEMA BONUS DAN AKTIVITAS MANAJEMEN LABA: STUDI PADA INDEKS
INFOBANK15

1. Latar Belakang
Sebagai salah satu strategi untuk membangkitkan memotivasi manajemen pada sebuah
perusahaan dengan adanya pemberian kompensasi berupa bonus kepada manajemen supaya para
manajer dapat termotivasi untuk dapat bekerja secara maksimal. penyesuaian kompensasi
manajemen perusahaan sesuai dengan kompensasi profesional yang berlaku di pasar.
Implikasi yang muncul akibat fenomena tersebut adalah skema bonus mendorong manajer
memanipulasi laba untuk memaksimalkan penerimaan bonusnya. Skema bonus menciptakan
insentif bagi manajemen untuk meningkatkan present value dari penerimaan bonus mereka.
Manajer lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa
kini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa
kini.
Pada kontrak bonus perusahaan terdapat dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah
untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey,
tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak
akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung
memperkecil laba, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada
di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan.
Tujuan penelitian adalah menguji pengaruh skema bonus terhadap manajemen laba.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Paul M. Healy (1984)
yang berjudul The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Dimana penelitian ini sama
– sama membahas fenomena skema bonus namun terdapat pengembangan yang dilakukan pada
penelitian ini seperti objek yang digunakan yaitu Indeks Infobank15 (Indonesia), metode yang
digunakan yaitu analisis regresi linear berganda yang didahului dengan uji asumsi klasik, serta
beberapa variabel yang digunakan.

5
2. Landasan Teori
a. Manajemen Laba
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih diantara beberapa cara alternatif dalam
mencatat transaksi sekaligus memilih opsi-opsi yang ada dalam perlakuan akuntansi yang sama.
Fleksibilitas ini dimaksudkan agar para manajer mampu beradaptasi terhadap berbagai situasi
ekonomi dan menggambarkan konsekuensi yang sebenarnya dari transaksi tersebut, dan dapat
juga digunakan untuk mempengaruhi tingkat pendapatan pada suatu waktu tertentu dengan tujuan
untuk memberikan keuntungan bagi manajemen dan para permangku kepentingan.
Esensi dari manajemen laba (earnings management) adalah kemampuan untuk
“memanipulasi” pilihan-pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat
mencapai tingkat laba yang diharapkan (Belkaoui, 2007). Ada tiga jenis strategi manajemen laba
yaitu: Meningkatkan laba (increasing income), Mandi besar (big bath), dan Perataan laba (income
smoothing).

b. Kompensasi bagi Manajemen


Kompensasi bagi manajer terdiri dari gaji, bonus, dan fasilitas yang diberikan kepada
manajer sebagai imbalan terhadap waktu, tenaga dan fikiran yang dicurahkannya kepada
perusahaan (Suadi, 2001). Kompensasi yang menarik berperan dalam usaha merekrut tenaga
yang cakap, karena tenaga yang cakap menginginkan kompensasi tinggi. Peranan kompensasi
yang lain adalah untuk mempertahankan tenaga yang cakap. Jika kompensasi menarik, maka
kemungkinan besar manajer akan pergi ke perusahaan lain yang kompensasinya menarik.
Disamping itu, manajer juga diberi bonus karena meningkatnya kinerja perusahaan, untuk
menjaga agar manajemen yang baik tidak pindah ke perusahaan lain, dan agar manajemen tidak
terpacu untuk menentukan kompensasi untuk dirinya sendiri. Bonus berupa uang atau saham
dapat memacu manajemen untuk mengambil resiko, karena kompensasi mereka, untuk sebagian
tergantung kepada laba perusahaan.

c. Skema Bonus bagi Direksi


Jasa Produksi (bonus) merupakan penghargaan yang diberikan oleh RUPS kepada
anggota direksi setiap tahun apabila perusahaan memperoleh laba. Besaran maksimum bonus
ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari laba dibagi. Dalam hal ini, laba dibagi adalah laba

6
bersih setelah pajak dikurangi l) akumulasi rugi tahun sebelumnya; 2) laba penjualan aktiva; 3)
laba penjualan saham anak perusahaan; dan 5) pendapatan lain-lain dari restitusi pajak tahun buku
sebelumnya. Pada penelitian ini komponen skema bonus yang diteliti meliputi: laba dibagi, trend
laba usaha, trend laba bersih, target laba usaha, dan target laba bersih. Jumlah bonus maksimum
yang bisa dibayarkan kepada manajer tergantung pada persentase pencapaian laba usaha sebelum
biaya bunga dan penyusutan, laba usaha sebelum biaya bunga dan laba bersih baik terhadap
realisasi tahun lalu maupun anggarannya serta tingkat kesehatan dikalikan dengan faktor
penyesuaian. Mengingat skema bonus berdasarkan laba merupakan cara paling populer dalam
memberikan penghargaan kepada manajer, maka logis bila manajer memanipulasi laba untuk
memaksimalkan penerimaannya.

3. Kerangka Berpikir

Laba dibagi
(PROFIT)

Trend laba usaha


(TrendLU)

Trend laba bersih Manajemen Laba


(TrendLB) (DAC)

Target laba usaha


(TargetLU)

Target laba bersih


(TargetLB)

4. Hipotesis Penelitian
Ha : Laba dibagi, Trend Laba Usaha, Trend Laba Bersih, Target Laba Usaha, dan Target Laba
Bersih, berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba

7
5. Metodelogi Penelitian
Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Pengujian kelayakan model
dilakukan dengan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari normalitas, multikolinieritas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi.

DACCit= α1+ α 2Profit + α 3TrendLUit + α 4TrendLBit + α 5TargetLUit + α 6TargetLBit + ε

Keterangan:
DACC : Akrual diskresioner
Profit : Laba dibagi
TrendLU : Pencapaian laba usaha sebelum biaya bunga t dibagi t-1
TrendLB : Pencapaian laba bersih tahun t terhadap tahun t-1
TargetLU : Persentase pencapaian anggaran laba usaha sebelum biaya bunga
TargetLB : Persentase pencapaian anggaran laba bersih

8
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Belkoui, Ahmed Riahi. 2007. Accounting Theory. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Healy, Paul M. 1985, The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of
Accounting and Economic 7 (1985) 85 – 107. North-Holland.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. PSAK No.24 Imbalan Kerja. Jakarta: Salemba Empat.

Suryatingsih, Neneng dan Sylvia Veronica Siregar. 2007. Pengaruh Skema Bonus Direksi
terhadap Aktivitas Manajemen Laba (Studi Empiris pada Badan Usaha Milik Negara)
Periode Tahun 2003 – 2006. SNA 11 Pontianak.

Suadi, Arief. 2001. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: BPFE.


John J, Wild, K.R. Subramanyam dan Robert F. Hasley. 2005. Financial Statement Analysis, 8,h
ed, Jakarta: Selemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai