1
1. Pola Hubungan
Tujuan utama bisnis adalah bersifat ekonomis, yaitu dalam menjalankan bisnis,
perusahaan menggunakan sumber daya yang sekecil-kecilnya untuk mendapat penghasilan yang
sebesar-besarnya. Tidak jarang perusahaan melakukan kecurangan-kecurangan dengan tujuan
meningkatkan keuntungan perusahaan. Disisi lain, tujuan utama masyarakat adalah tujuan sosial,
yaitu memperoleh kemakmuran bersama dari anggota masyarakat tersebut. Hal itu jelas sangat
kontradiktif dengan tujuan bisnis yang dijalankan perusahaan, dimana perusahaan tidak bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat.
Perusahaan dapat dengan mudahnya mengenali kelompok masyarakat, karena masyarakat
umumnya memiliki suatu pola perilaku tertentu. Masyarakat mudah dikenali karena perilaku
konsumsi akan kebutuhan tertentu, yang tergambar dengan permintaan masyarakat. Sedangkan
bagi masyarakat, agak sulit untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari suatu bisnis perusahaan,
karena masyarakat tidak sepenuhnya mengetahui praktek bisnis yang dijalankan perusahaan.
Untuk itu masyarakat mengandalkan pandangan atau pendapat yang dikeluarkan oleh Akuntan
Publik atas hasil pemeriksaan terhadap suatu perusahaan.
Tentunya Akuntan Publik dalam mengeluarkan pandangan atau pendapat dibatasi oleh
ketentutan-ketentuan tertentu , sehingga apa pendapat akuntan tersebut bersifat andal dan dapat
dapat dipertanggung jawabkan serta tidak bertentangan dengan Etika Akuntan Publik.
2
c. Prinsip tidak berbuat jahat dan berbuat baik
Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang
ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
d. Prinsip keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang adil kepada karyawan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama
kepada konsumen, dan lain-lain.
e. Prinsip hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat
jahat dan prinsip keadilan.
3
b. Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau akuntan manajemen. Jabatan
tersebut yang dapat diduduki mulai dari Staf biasa sampai dengan Kepala Bagian
Akuntansi atau Direktur Keuangan. tugas mereka adalah menyusun sistem akuntansi,
menyusun laporan keuangan kepada pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan
kepada pemimpin perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan
pemeriksaan intern.
c. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, melakukan
penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulum pendidikan
akuntansi di perguruan tinggi.
d. Akuntan Pemerintah (Government Accountants)
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah,
misalnya dikantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan
Pengawas Keuangan (BPK).
4
d. Agreed upon procedure yaitu pekerjaan yang lingkup kerjanya lebih sempit daripada audit
maupun examination
5
kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara
tertib. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
c. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional.Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya.Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak
menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
d. Obyektivitas
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan
atau dibawah pengaruh pihak lain. Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan
bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.Anggota
bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.Setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional
pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.Hal ini
mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada public.
6
f. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati
kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa
profesional yang diberikannya.Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan
antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
g. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
h. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan.Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.Standar teknis dan
standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan
pengaturan perundang-undangan yang relevan.
7
BELAJAR DARI MASA LALU PROFESI AKUNTANSI: KASUS ENRON DAN
WORLDCOM
B Bencana Enron
1 Latar Belakang
Sebagian pengamat setuju masalah emron disebabkan kegagalan dewan direksi untuk
menjalankan pengawasan yang memadai. Sepanjang akhir periode 1990-an saham enron naik
secara perlahan. Dalam beberapa bulan awal millenuim berulang saham emron melonjak. Selama
tahun 2000, saham emron aktif diperdagangkan dan mencapai puncak pada bulan agustus. pada
tahun 2001 tren tersebut menurun drastis hingga suatu titik, dimana saham emron yang
sebenarnya tidak berharga. Pada tanggal 7 maret 2002 perusahaan audit emron- arthur andersen
diduga melalukan pemusnahan dokumen yang diduga penting bagi penyelidikan. atas tuduhan
ini, SEC membatasi layanan AA kepada perusahaan yang telah terdaftar di SEC. Pada akhirnya
AA hancur dan sedikit demi sedikit diambil alih oleh para pesaing. tidak mengherankan,
8
keinginan untuk mengetahui mengapa bencana enron terjadi telah melahirkan bangak
penyelidikan, termasuk penyelidikan berikut ini yang tersedia untuk d unduh
1. the power of report
2. the role of the boards of directors in emron’s collaps
3. the accounting treatment bif prepay
selain itu, inisiatif tata kelola yang baru terus diterbitkan dan semakin relevan, termasuk :
1. the joint toronto stock exchange/ canadian institute of chartered accountants report on
governance
2. the new york stock exchange blue reborn task force reports and regulations
3. nasdaq governance regulations
4. toronto stock exchange regulations
5. u.s. securities and exchange commission guidance
6. ontario securities commisio guidance
9
2. risiko akuntansi tinggi
3. konflik kepentingan yang tidak pantas
4. pengungkapan kegiatan penghilang dokumen transaksi keuangan yang luas
5. kompensasi berlebihan
6. kurangnya kebebasan
10
Dewan direksi mengadakan 5 (lima) pertemuan secara rutin seitap tahun. Pertemuan yang
dilakukan antara dewan dan komite akan menghasilkan suatu hasil yang telah dicatat oleh
sekretaris perusahaan serta adapun pengembangan dan pengedarannya diserahkan kepada
manajemen Enron, anggota dewan, dan konsultan hukum.
11
Kemitraan LJM dibentuk untuk menciptakan pembeli asset Enron yang bias dikendalikan
oleh Enron, dengan mengkonversikan asset tetap menjadi uang tunai untuk pertumbuhan pada
harga yang meningkat, sehingga kas dan keuntungan menjadi lebih. SPE lain seperti LJM1 dan
LJM2, memberikan pengaturan lindung nilai maya untuk melindungi Enron terhadap kerugian di
portofolio investasi pedagangnya sehingga menutupi keuntungan Enron yang sebenarnya.
Adapun kekurangan di pengaturan LJM1 menjadi lebih jelas dalam pengaturan LJM2,
mencakup:
1. Enron melindungi nilai diri sendiri sehingga tidak ada lindung nilai ekonomi
eksternal yang diciptakan
2. Harga saham, Enron yang jatuh akhirnya mengikis ekuitas dasar dan kelaikan kredit
yang ada, serta Enron harus terlebih dahulu menerbitkan lebih banyak saham treasuri
atau opsi saham untuk membeli mereka dengan harga khusus atau menggunakannya
dalam pengaturan “costless collar”, semuanya lebih bersifat dilutive terhadap laba per
sahan Enron
3. Keuntungan yang tidak semestinya dicatat pada saham treasuri yang digunakan atau
dilindungi oleh lindung nilai yang tidak ada
4. Para pejabat Enron dan pembantunya mengambil manfaat bagi diri mereka sendiri.
12
untuk Arthur Andersen selama bertahun-tahun sebelum bergabung dengan Enron. Dia
mengeluhkan praktik akuntansi agresif yang dilakukan oleh Enron akan meledak, dan hal itu
benar terjadi. Ketika Lay nampaknya tidak mengubah keadaan setelah surat dan pertemuan
mereka, Sherron cukup siap untuk memberikan kesaksian di depan komite penyelidikan. Salah
satu teka-teki Enron yang tidak dijelaskan adalah mengapa orang-orang berikut yang menduduki
posisi senior di Enron, yang semuanya memiliki interaksi berkelanjutan dengan anggota dewan,
ternyata tidak maju mengungkapkan keprihatinan, seperti:
a. Richard Causey, Chief Accounting Officer
b. Richard Buy, Chief Risk Officer
c. Ben Glisan, Bendahara dan Akuntan Senior.
13
c. Pengungkapan publik tidak memuaskan dalam menyediakan informasi bagi investor.
d. Staf audit ingin meninggalkan AA dan bergabung dengan Enron.
Kekurangan AA mungkin karena sebagian disebabkan oleh:
a. Kurangnya kompetensi.
b. Kegagalan internal kebijakan AA mengenai kepedulian terhadap mitra Kendali Mutu atau
Standar Praktik.
c. Kurangnya informasi yang disebabkan oleh staff Enron yang tidak memberikan informasi
penting.
d. Kesalahpahaman tentang peran fidusia yang perlu dilakukan oleh auditor.
8 Bank Bersedia menjadi Kaki Tangan dalam SPE Enron dan “Prabayar”
Banyak skema yang digunakan oleh Fastow untuk menyesatkan investor dan mengambil
uang dari Enron dengan mengandalkan partisipasi lembaga keuangan besar, seperti Barclays
Bank dalam transaksi lindung nilai Rhythms. Banyak pegawai bank yang mengetahui bahwa
kesepakatan pendanaan yang disetujui bukanlah untuk melayani tujuan ekonomi yang sehat.
Mereka tahu bahwa dana bank yang dikucurkan untuk membiayai Enron melalui skema di luar
neraca akan menyesatkan investor. Senate Investigantions Committee melakukan kajian atas
beberapa pengaturan tersebut, yang dikenal sebagai “prabayar”. “Prabayar” Enron adalah
mekanisme bagi Enron untuk mencatat transaksi prabayar dalam pengiriman energi masa depan
sebagai laba operasi dan arus kas saat ini, bukan sebagai arus kas dari operasi pembiayaan.
Sebuah memo audit AA pada bulan Juni 1999 yang ditemukan oleh Roach jelas
menunjukkan bahwa AA mengakui adanya masalah dan bagaimana hal itu harus diperbaiki.
Roach Report tidak menyatakan apakah memo AA dituruti oleh Enron atau tidak. Selain itu,
salah satu bank yang mengasuransikan kembali pinjaman mereka kepada Enron menemukan
bahwa reinsuror menolak untuk membayar, dengan alasan bahwa bank mengetahui bahwa
transaksi yang terjadi adalah transaksi palsu. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa
14
pengaturan reasuransi tidak dilakukan dengan itikad baik, risikonya ada di luar norma, dan oleh
karena itu, reasuransi kerugian berikutnya dianggap tidak ada.
15
4. Memastikan bahwa para direktur memiliki kompetensi keuangan yang memadai dan
keahlian lainnya yang diperlukan;
5. Memastikan bahwa laporan keuangan akurat, lengkap, dan dipahami, dan transparan;
6. Memastikan bahwa standar akuntansi memadai untuk melindungi kepentingan para
investor;
7. Memastikan bahwa pengaturan dan pengawasan auditor perusahaan publik, seperti janji
dan operasi parameter, telah mencukupi dan tepat untuk melayani kepentingan publik;
16
1. Auditor harus melaporkan langsung kepada komite audit;
2. Penetapan PCAOB oleh SOX;
3. Auditor dilarang menawarkan jasa nonaudit yang tercantum dan diperbolehkan
menawarkan layanan nonaudit lainnya seperti layanan pajak untuk perusahaan yang telah
terdaftar di SEC hanya jika diizinkan oleh klien Subkomite Audit
17
1. PCAOB dan SEC mengeluarkan klarifikasi bahwa penilaian yang wajar dalam bentuk
pendekatan berbasis risiko dari atas ke bawah, dimana evaluasi pengendalian internal
harus dilaksanakan sampai sebatas kajian dan kepastian, daripada melakukan pemeriksaan
100 persen;
2. Biaya awal kajian dan kerja audit SOX relatif berlebihan terhadap apa yang sebenarnya
diharapkan
3. Remisi berkelanjutan terhadap perusahaan terbuka dan eksekutifnya
4. Pembentukan lembaga seperti PCAOB di AS atau Canadian Public Accounting Board
(CPAB) yang dimaksud untuk mengawasi atau mengaudit pada auditor;
18
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, LJ. 2014. Etika Bisnis & Profesi Untuk Direktur, Eksekutif, dan Akuntan, Edis 5, Buku 1.
Jakarta : Salemba Empat
19