Anda di halaman 1dari 12

SASARAN KESELAMATAN PASIEN POIN IV-VI

Makalah disusun guna memenuhi tugas

mata kuliah Kesehatan Kerja dalam Keperawatan

Dosen pengampu : Desak Nyoman Sithi, SKp, MARS.

Disusun Oleh :

Nurul Aliyyah Rahmah 1810711003

Dini Sholihatunnisa 1810711030

Amalia Tiara Kusuma 1810711032

Jumiati Lestari 1810711039

Rifky Anugerah 1810711050

Dinar Aufia Fadilla Hakim 1810711051

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilaksanakan oleh
setiap rumah sakit, dan seharusnya menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal
tersebut terkait dengan mutu dan citra rumah sakit. Pelayanan kesehatan pada dasarnya
adalah menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400
tahun yang lalu, yaitu primum non nocere atau first, do no harm . Dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit,
sehingga membuat semakin kompleks prosedur pelayanan kesehatannya dan berpotensi
terjadinya KTD (kejadian tidak diharapkan) atau adverse event ( Depkes, 2008).
Mengingat pentingnya masalah keselamatan pasien yang harus ditangani segera di rumah
sakit di Indonesia maka diperlukan regulasi tentang keselamatan pasien. Dengan
diterbitkannya peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 1691 pada tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien di rumah sakit, mendorong upaya pelayanan kesehatan yang
aman bagi pasien. Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) juga mengembangkan
standar akreditasi rumah sakit yang mengadopsi badan akreditasi internasional JCI (Joint
Commission International) sehingga terbit standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
menggantikan standar akreditasi rumah sakit yang lama. Salah satu standar akreditasi
rumah sakit versi 2012 tersebut menyebutkan tentang Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
yang mengadopsi international patient safety goals (IPSG). Ada 6 sasaran keselamatan
pasien yaitu :
1. Sasaran keselamatan pasien ke-1 tentang ketepatan identifikasi pasien
2. Sasaran keselamatan pasien ke-2 tentang peningkatan komunikasi yang efektif
3. Sasaran keselamatan pasien ke-3 tentang peningkatan kewaspadaan terhadap
high alert drugs.
4. Sasaran keselamatan pasien ke-4 tentang kepastian tepat-lokasi, tepatprosedur,
dan tepat-pasien operasi.
5. Sasaran keselamatan pasien ke-5 tentang pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
6. Sasaran keselamatan pasien ke-6 tentang pengurangan risiko pasien jatuh.
Kejadian pasien jatuh di rumah sakit merupakan masalah yang serius karena dapat
menyebabkan cedera ringan sampai kematian, serta memperpanjang lama perawatan
(length of stay/LOS) di rumah sakit dan biaya perawatan menjadi lebih besar. Kejadian
pasien jatuh di rumah sakit Inggris sebanyak 250.000/tahun dan lebih dari 1000 kasus
menyebabkan patah tulang (HQIP, 2012). Jatuh di rumah sakit Swiss yang berakibat
cedera ringan sebanyak 30,1% dari insiden pasien jatuh dan 5,1% menyebabkan cedera
berat serta memperpanjang lama perawatan (Schwendimann et al, 2008). Organisasi
nasional keselamatan pasien di Inggris (National Patient Safety Agency/NPSA)
melaporkan bahwa lebih dari 200.000 kejadian jatuh pasien yang dirawat inap selama 12
bulan mulai September 2005 – Agustus 2006, yang dilaporkan oleh 98% rumah sakit
yang mempunyai pelayanan rawat inap. Dua puluh enam kejadian jatuh yang dilaporkan
ke NPSA sepanjang tahun tersebut berakibat pada kematian dan sebagian besar kematian
tersebut sebelumnya pasien mengalami cedera patah tulang panggul. NPSA
memperkirakan terdapat lebih dari 530 pasien tiap tahun mengalami patah tulang
panggul setelah mengalami kejadian jatuh selama dirawat di rumah sakit dan 440 pasien
mengalami cedera patah tulang lainnya. Rumah sakit yang merawat kasus akut dengan
jumlah tempat tidur pasien 800 buah terdapat kira-kira 24 kejadian jatuh setiap minggu
dan lebih dari 1.260 setiap tahun. Sehubungan dengan hal tersbut biaya perawatan
bertambah minimal £ 92.000 per tahun (NPSA , 2007). Mulai tahun 2008 penyedia
asuransi kesehatan di USA menghentikan pembayaran biaya kesehatan untuk perawatan
pasien usia 65 tahun ke atas akibat kesalahan yang dilakukan oleh rumah sakit (hospital
error) yang bisa dicegah, salah satunya adalah kejadian pasien jatuh. Walaupun
mayoritas kejadian jatuh yang dilaporkan tidak berbahaya (no harm), namun kejadian
jatuh pada pasien rawat inap di rumah sakit dapat mempengaruhi kepercayaan diri pasien
dan perpanjangan waktu rawat inap (length of stay). Di rumah sakit Taiwan kejadian
pasien jatuh lebih besar menunjukkan cedera fisik (47%) dari pada yang dilaporkan oleh
negara barat yang melaporkan sebesar 31C%. Cedera tersebut meliputi cedera kepala,
patah tulang, atau luka robek. Kejadian jatuh di ruang rawat inap mengakibatkan
perpanjangan LOS (length of stay). 6,4 hari dan 23,5% menaikkan medical expenditure
(Chen et al., 2002). Ada beberapa langkah untuk mencegah atau mengurangi risiko
pasien jatuh yaitu salah satunya dengan cara mengidentifikasi pasien yang mempunyai
risiko untuk jatuh dengan menggunakan skala jatuh Morse (Morse Fall Scale)

B. Perumusan Masalah
1. Apa saja bagian dari 6 sasaran keselamatan pasien?
2. Bagaimana mengimplementasikan 6 sasaran keselematan pasien di ruang rawat inap
Rumah Sakit?

C. Tujuan
Tujuannya adalah mengetahui pengembangan dan implementasi program sasaran
keselamatan di ruang rawat inap Rumah Sakit

D. Manfaat
1. Meningkatkan kinerja perawat dalam melakukan pengkajian setiap pasien di
ruang rawat inap terhadap resiko jatuh sehingga kejadian pasien jatuh bisa
dicegah dan dikurangi.
2. Bagi pasien yang dirawat dan keluarganya , akan merasa aman bila kejadian
pasien jatuh ini bisa dicegah.
3. Bagi masyarakat, akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan rumah sakit terutama keselamatan pasien di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

IV. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur dan Tepat Pasien Operasi

Salah lokasi, salah prosedur dan salah pasien operasi adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini merupakan akibat
dari komunikasi yang tidak efektif anatara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien
didalam penandaan lokasi (site marking) dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi
operasi.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi mengenai sasaran keselamatan


pasien yang keempat ini, untuk memastikan ketepatan lokasi, prosedur dan pasien operasi,
salah satu RSUD di Padang telah memiliki checklist dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan operasi. Namun proses penandaan tersebut tidak selalu dilaksanakan di ruangan
rawat inap Bedah. Operator sering melakukan penandaan operasi ketika pasien sudah sampai
di kamar operasi. Oleh karena itu kepatuhan petugas perlu ditingkatkan agar pelaksanaan
sasaran keselamatan pasien khususnya pasien operasi dapat berjalan optimal.
Dari hasil telaah dokumen, salah satu RSUD di Padang menggunakan standar
prosedur operasional yang dibuktikan dengan surgical checklist dan data pasien yang sudah
dilakukan operasi. Namun pelaksanaannya masih belum optimal, karena ada beberapa pasien
yang tidak terisi checklistnya.

Indikator Keselamatan Operasi :


1. Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
2. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang
tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang
dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
3. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum
prosedur operasi dimulai.

Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :


1. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.
2. Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
3. Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal)
4. Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap
Anjuran Penandaan Lokasi Operasi
1. Gunakan tanda yang telah disepakati
2. Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda
3. Tandai pada atau dekat daerah insisi
4. Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda “X” merupakan tanda yang ambigu)
5. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan
6. Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)

V. Pengurangan Risiko Infeksi Pelayanan Kesehatan


Pokok dari eliminasi infeksi adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman
hand hygiene yang berlaku secara internasional bisa diperoleh dari World Health
Organization (WHO), rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygiene
yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman itu di rumah sakit.
Berdasarkan telaah dokumen, di salah satu RSUD Padang telah mempunyai pedoman
hand hygiene sesuai dengan standar WHO. Hal ini merupakan upaya untuk menurunkan
angka infeksi terkait pelayanan kesehatan. Namun upaya tersebut belum sepenuhnya berjalan
optimal. Dari hasil observasi, masih ada petugas baik medis maupun paramedis yang belum
melaksanakan cuci tangan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (5 momen, 6
langkah), termasuk mengedukasi setiap pasien dan keluarga pasien yang di rawat di ruangan
rawat inap bedah dan non bedah.
Dalam hal sarana cuci tangan, terdapat kekurangan handrub dan tisu di rawat inap
Bedah dan non Bedah. Hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan
menyampaikan bahwa setelah penilaian akreditasi pada akhir tahun 2017, sering terjadi
kekosongan bahan habis pakai seperti handrub dan tisu.

Budayakan cuci tangan di RS pada saat :


1. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
2. Sebelum dan sesudah tindakan / aseptik
3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
4. Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasive
5. Setelah menyentuh area sekitar pasien / lingkungan
Adapun 6 langkah cuci tangan standar WHO adalah :
 Buka kran dan basahi kedua telapak tangan
 Tuangkan 5 ml handscrub/sabun cair dan gosokkan pada tangan dengan
urutan TEPUNG SELACI PUPUT :
1. Telapak tangan; gosok kedua telapak tangan
2. Punggung tangan; gosok punggung dan sela-sela jari sisi luar tangan kiri dan
sebaliknya.
3. Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam
4. KunCi; jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
5. Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
6. Putar; rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri
dengan cara memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari
tangan sebaliknya.
 Ambil kertas tissue atau kain lap disposable, keringkan kedua tangan
 Tutup kran dengan sikut atau bekas kertas tissue yang masih di tangan.

VI. Mengurangi Risiko Pasien Cedera Akibat Jatuh


Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat
mendadak berubah menjadi berisiko tinggi. Hal ini disebabkan oleh operasi dan/atau anestesi,
perubahan mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak pasien
memerlukan asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Rumah sakit harus menetapkan
kriteria untuk identifikasi pasien yang dianggap berisiko tinggi jatuh. Lokasi spesifik dapat
menyebabkan risiko jatuh bertambah karena layanan yang diberikan. Misalnya, terapi fisik
(rawat jalan dan rawat inap) memiliki banyak peralatan spesifik digunakan pasien yang dapat
menambah risiko pasien jatuh seperti parallel bars, freestanding staircases, dan peralatan
lain untuk latihan.
Berdasarkan hasil FGD dengan perawat pelaksana di rawat inap Bedah dan non
Bedah, setelah penilaian akreditasi di akhir tahun 2017, perawat tidak melaksanakan asesmen
awal, asesmen lanjutan maupun asesmen ulang pada pasien rawat inap yang berisiko jatuh.
Hal ini terbukti dalam berkas rekam medis dimana form asesmen risiko jatuh tidak pernah
diisi oleh perawat di rawat inap Bedah dan non Bedah. Pengisian form untuk pasien dewasa
dengan skala morse dan pasien anak-anak dengan skala humpty dumpty.
Sarana prasarana untuk mengurangi risiko pasien cedera akibat jatuh di ruang rawat
inap Bedah sudah sesuai dengan standar. Di bangsal pasien dan kamar mandi sudah terpasang
handrail. Seluruh tempat tidur pasien sudah memiliki besi pengaman dan tersedia segitiga
kuning yang digantung di tempat tidur pasien yang berisiko jatuh. Hal yang berbeda dengan
ruangan rawat inap non Bedah dimana belum ada satupun terpasang handrail, sehingga
kemungkinan kejadian risiko jatuh cukup tinggi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di RSUD Sam Ratulangi Tondano,
dimana pelaksanaan pengurangan risiko pasien jatuh belum sesuai dengan standar akreditasi
rumah sakit versi 2012. Hal ini disebabkan karena ketersediaan sarana terkait pengurangan
risiko cedera masih belum lengkap seperti pegangan besi di toilet dan tidak semua tempat
tidurpasien dilengkapi pengaman.
Cara mengurangi risiko pasien cedera akibat jatuh:
1. Amati dengan teliti di lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat, sarana dan
prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera karena jatuh
2. Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat menyebabkan pasien
cidera
3. Lakukan asesmen risiko jatuh pada setiap pasien dg menggunakan skala (Skala
Humpty Dumpty untuk pasien anak, Skala Risiko Jatuh Morse (MSF) untuk
pasien dewasa, dan skala geriatric/ sydney pada pasien geriatric.
Tabel skala jatuh Humpty Dumpty

Parameter Kriteria Nilai Skor


Usia < 3 Tahun 4
3 – 7 tahun 3
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Jenis Kelamin Laki – laki 2
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, 3
dihaidrasi, anemia, anoreksia, Sinkop,
Pusing, dll
Gangguan prilaku / psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan Kognitif Tidak menyadari keterbatasan lainnya 3
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor Lingkungan Riwayat jatuh / bayi diletakkan ditempat 4
tidur dewasa
Pasien menggunakan alat bantu / bayi 3
diletakkan dalam tempat tidur bayi / perabot
rumah.
Pasien diletakkan pada tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Pembedahan / Dalam 24 jam 3
sedasi/ anestesi Dalam 48 jam 2
>48 jam dan tidak menjalani pembedahan / 1
sedasi / anastesi.
Penggunaan medika Penggunaan multiple sedative, obat hypnosis, 3
mentosa barbiturate, fenotiazi, antidepresan, pencahar,
diuretic, narkose.
Penggunaan obat salah satu diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya / atau tidak ada 1
medikasi.
Jumlah Skor Humpty Dumpty

Berdasarkan nilai dari table diatas nanti kita akan dapat mengklasifikasikan atau
mendapatkan nilai sehingga kita dapat menentukan tingkat resiko Jatuh dari pasien yang kita
nilai :

Dengan ketentuan skala Humpty Dumpty dibawah ini :


Skor Penilaian Resiko jatuh (skor minimum 7, Skor maksimum 25)

· Skor 7 – 11 Resiko Rendah


· Skor ≥ 12 Resiko Tinggi
Tabel skala jatuh Morse

No Pengkajian Skala Nilai Ket


1 Riwayat jatuh : apakah Tidak 0
lansia pernah jatuh dalam 3
Ya 25
bulan terakhir.
2 Diagnosa sekunder : Tidak 0
Apakah Lansia memiliki
lebih dari satu penyakit. Ya 15
3 Alat Bantu jalan : 0
· Bedrest / dibantu perawat

· Kruk / tongkat / walker. 15


30
· Berpegangan pada benda –
benda sekitar.
(Kursi, lemari, meja).

4 Teraphy intravena : Apakah Tidak 0


saat ini lansia terpasang
Ya 20
infus.
5 Gaya Berjalan / cara 0
Berpindah:
· Normal / Besrest /
immobile (tidak dapat
bergerak sendiri)
· Lemah tidak bertenaga. 10
20
· Gangguan atau tidak
normal (pincang atau
diseret).
6 Status mental: 0
· Lansia menyadari kondisi
dirinya.
· Lansia mengalami 15
keterbatasan daya ingat.
Total nilai

Berdasarkan nilai dari table diatas kita akan mendapatkan nilai sehingga dapat menentukan
tingkat resiko Jatuh dari pasien yang kita nilai. Dengan ketentuan skala morse dibawah ini.

Tingkatan Resiko Nilai MPS Tindakan


Tidak Beresiko 0 - 24 Perawatan Dasar
Resiko Rendah 25 - 50 Pelaksanaan Intervensi
Pencegahan Jatuh Standar.
Resiko Tinggi ≥51 Pelaksanaan Intervensi
Pencegahan Jatuh resiko
tinggi
Tabel skala jatuh Sydney
No Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai
Apakah pasien datang ke RS Ya / Salah satu jawaban
1. Riwayat Jatuh
karena jatuh? tidak ya = 6
Jika tidak, apakah pasien
mengalami jatuh dalam 2 Ya /
bulan terakhir ini ? Tidak
Apakah pasien delirium ?
(Tidak dapat membuat
2. Status Mental keputusan, pola pikir tidak Ya /
terorganisir, ganguan daya Tidak Salah satu jawaban
ingat ) ya = 14
Apakah pasien disorientasi ?
(salah menyebutkan waktu,
Ya /
tempat atau orang )
Tidak
Apakah pasien mengalami
agitasi ? (ketakutan, gelisah, Ya /
dan cemas) Tidak
Apakah pasien memakai Ya / Salah satu jawaban
3. Penglihatan
kacamata ? Tidak ya = 1
Ya /
Apakah pasien mengeluh
Tidak
adanya penglihatan buram ?

Apakah pasien mempunyai Ya /


glaukoma? Katarak / Tidak
degenerasi makula ?
Apakah terdapat perubahan
perilaku berkemih? (
4. Kebiasaan Berkemih
frekuensi, urgensi, Ya / Salah satu jawaban
inkontinensia, nokturia) Tidak ya = 2
Mandiri ( boleh memakai alat
bantu jalan ) 0
Transfer ( dari Memerlukan sedikit bantuan ( Jumlah nilai transfer
tempat tidur ke kursi 1 orang ) / dalam pengawasan 1 dan mobilitas jika
5.
dan kembali lagi Memerlukan bantuan yang nilai total 0 – 3 maka
ketempat tidur ) nyata ( 2 orang ) 2 scor = 0
Tidak dapat duduk dengan Jika nilai total 4 – 6,
seimbang, perlu bantuan total 3 maka skor = 7
Mandiri ( boleh memakai alat
bantu jalan )
Berjalan dengan bantuan 1 0
6. Mobilitas
orang ( verbal / fisik ) 1
Menggunakan kursi roda 2
Imobilisasi 3
Keterangan skor :
 0-5 = resiko rendah
 6-16 = resiko sedang
 17-30 = resiko tinggi

Klasifikasi Tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat terhadap pasien sesuai dengan
Skor Penialian
a. Resiko Rendah
 Pastikan bel mudah dijangkau oleh pasien
 Roda tempat tidur dalam keadaan terkunci
 Posisikan tempat tidur pada posisi terendah
 Pagar pengaman tempat tidur dinaikkan

b. Resiko Tinggi
 Lakukan senua pedoman pencegahan untuk resiko rendah
 Pasangkan gelang khusus (warna kuning) sebagai tanda pasien resiko jatuh, untuk
membaca penjelasan tentang gelang warna identitas pasien.
 Tempatkan tanda resiko pasien jatuh pada datar nama pasien (warna kuning)
 Beri tanda resiko pasien jatuh pada pint kamar pasien
 Kunjungi dan monitor pasien setiap satu jam
 Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan nurse station (jika
memungkinkan
DAFTAR PUSTAKA
Neri, R.A., Lestari, Yuniar., Yetti, Husna. 2018. “Analisis Pelaksanaan Sasaran Keselamatan
Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman”. Diperoleh
tanggal 28 Agustus 2019. Di http://jurnal.fk.unand.ac.id.

https://www.academia.edu/23305290/SASARAN_KESELAMATAN_PASIEN_SKP

Anda mungkin juga menyukai