Anda di halaman 1dari 16

Preeklamsia dengan Hellp Sindrome pada Wanita Hamil

Ellon Julian Emus Akasian


102016194
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax :
(021) 563-1731

Abstrak
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria. Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat
pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja. preeklampsia dan
eklampsia kini berada pada angka 5-15%, dan merupakan salah satu penyebab mortalitas ibu
hamil tertinggi di Indonesia selain infeksi dan perdarahan. Sindrom Hemolysis Elevated Liver
Enzymes Low Platelet (HELLP) Parsial yaitu bila dijumpainya satu atau dua dari ketiga
parameter sindrom HELLP yaitu: Hemolysis (H), Low Trombosit counts (LP), Hemolysis + low
trombosit counts (H+LP), hemolysis + elevated liver enzymes (H+EL). Terdapat faktor-faktor
yang berhubungan erat dengan timbulnya penyakit preeklamsia, yaitu ketidak tahuan terhadap
penyakit dan obesitas pada pasien sehingga perlu tindakan yang tepat untuk meyelamatkan ibu
dan janin
Kata kunci ; Preeklamsia, HELLP syndrome, Tatalaksana

Abstrack

Preeclampsia is a pregnancy-specific syndrome in the form of reduced organ perfusion due to


vasospasm and endothelial activation, which is characterized by increased blood pressure and
proteinuria. Preeclampsia occurs at the age of pregnancy above 20 weeks, most seen at 37 weeks
gestation, but can also occur at any time. preeclampsia and eclampsia are now at the rate of 5-
15%, and is one of the causes of mortality in the highest pregnant women in Indonesia in
addition to infection and bleeding. Hemolysis Syndrome Elevated Liver Enzymes Low Platelet
(HELLP) Partial, if one or two of the three parameters of HELLP syndrome are found, namely:
Hemolysis (H), Low Thrombocyte counts (LP), Hemolysis + Low platelet counts (H + LP),
Hemolysis + elevated liver enzymes (H + EL). There are factors that are closely related to the
emergence of preeclampsia, namely ignorance of disease and obesity in patients so that it needs
appropriate action to save mother and fetus
Keywords ; Preeclampsia, HELLP syndrome, management
Pendahuluan
Hipertensi pada kehamilan adalah penyakit yang sudah umum dan merupakan salah satu dari tiga
rangkaian penyakit yang mematikan, selain perdarahan dan infeksi, dan juga banyak
memberikan kontribusi pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. Pada tahun 2001, menurut
(National Center for Health Statistics), hipertensi gestasional telah diidentifikasi pada 150.000
wanita, atau 3,7% kehamilan Selain itu

Preeklampsia sendiri merupakan sindrom spesifik kehamilan yang berupa berkurangnya


perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah dan proteinuria.Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 20 minggu, paling banyak
terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan
kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia
yang berat.1,2

Menurut data yang didapat dari WHO pada tahun 2010 terdapat 536.000 kematian maternal
di dunia yaitu 25% disebabkan oleh perdarahan, infeksi 15% dan eklamsia 12%.Pada tahun
2009-2012 preeklamsia menjadi penyebab utama kematian maternal yaitu 52.9% diikuti
perdarahan 26,5% dan infeksi 14,7%. Preeklamsia pun masih menjadi masalah dalam pelayanan
obstetri di Indonesia. Laporan kasus di Sumatera Utara menyebutkan, preeklamsia terjadi
sebanyak 3.560 kasus dari 251.449 kehamilan selama tahun 2010, sedangkan di RS dr. Pirngadi
Medan pada tahun 2009-1010 dilaporkan angka kematian ibu dengan preeklamsia sebanyak
4,65%.1,3

Penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui. Kenaikan tekanan darah dan tanda-
tanda maternal lainnya hanya gambaran sekunder yang merupakan akibat dari suatu masalah
intra uterin. Dengan demikian tanda-tanda preeklamsia harus dipandang sebagai konsekuensi
dari suatu proses patologis yang lebih fundamental pada sistem target maternal yang spesifik
yaitu sistem arteri, hepar, ginjal dan sistem koagulasi. Tiga kelainan sistem target maternal yang
sering terjadi bersamaan pada kasus preeklampsia dan eklampsia yaitu kelainan laboratorium
berupa hemolisis intravaskuler, peninggian kadar enzim-enzim hepar dan jumlah trombosit yang
rendah.4
Anamnesis
Pada anamnesis di dapatkan pasien perempuan berusia 18 tahun dengan usia kehamilan 37
minggu datang dengan keluhan pusing dan pandangan kabur. Keluhan terjadi selama kehamilan,
pasien tidak pernah datang ke bidan atau dokter untuk pemeriksaan dan juga tidak melakukan
(ANC), tidak ditemukan juga riwayat hipertensi dan anemia (-) pada pasien, riwayat haid pada
pasien juga normal

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan :

1. Pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran (compos mentis)


2. TD : 180/120 mmHg, N :90x/menit, RR: 20x/menit T: 36,6℃
3. Inspeksi : perut membuncit

Leopold I = - Untuk menentukan usia kehamilan yaitu dengan tinggi fundus

- Tinggi fundus = 1 jari di bawah processus xyphoideus

- Bulat, lunak, balotemen (-)

Leopold II = - menentukan letak punggung → datar,keras dan memenjang disebelah kiri teraba
bagian-bagian kecil.

Leopold III = - Menentukan bagian terbawah janin sebelum masik PAP

- Bulat, keras, melentang, dan masih mudah digerakan

Ekstremitas : edema pada kaki (+)

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :

- Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk


wanita hamil adalah 12-14 gr% )
- Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol%)
- Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

b. Urinalisis → lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif

2. Radiologi

a. Ultrasonografi → Untuk melihat apakah ada retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus yang lambat, aktivitas janin dan volume cairan ketuban

b. Kardiotografi → umtuk melihat dan menghitung datak jantung pada bayi

Working diagnosis

Preekelamsia berat dengan HELLP Syndrome

Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah
tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ, misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan
oleh tingginya kadar protein pada urine (proteinuria). Preeklamsia juga sering dikenal dengan
nama toksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan.5

Berdasarkan klasifikasinta preeklamsia dibagi menjadi 2 yaitu :6

1. Preeklampsia ringan
adalah sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat
terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel dan disertai keadaan seperti
berikut :
a) Tekanan darah 140/90 mmHg , atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih pada usia kehamilan diatas 20 minggu dengan
riwayat tekanan darah sebelumnya normal.
b) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr/liter, kualitatif positif 1 atau 2 pada urine kateter atau
midstream.
c) Edema lokal pada kaki, jari tangan dan muka, atau edema generalisata, serta kenaikan
berat badan > 1kg/minggu. Pada kondisi yang lebih berat pembengkakan terjadi di
seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh kapiler bocor, sehingga air
yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan
tertimbun di bagian tertentu.

2. Preeklamsia Berat :
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanana darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam dan disertai
keadaan seperti berikut :
a) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.
b) Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
c) Oligouria, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d) Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e) Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
f) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.
g) Edema paru-paru dan sianosis
h) Trombositopenia berat : 100.000 sel/mm3 (penurunan trombosit dengan cepat)
i) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler) : peningkatan kadar alanin
aspartate aminotransferase.
j) Pertumbuhan janin terhambat

HELLP syndrome

Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda -tanda hemolisis, peningkatan


enzim hati, dan trombositopenia yang diakibat kandisi difungsi endotel sistemik. &
keadaan ini merupakan salah satu komplikasi dari preeklamsia dengan faktor risiko
partus preterm dan hambatan bagi pertumbuhan janin.
HELLP : H → Hemolysis, EL → Elevated Liver Enzyme, LP → Low Platelet Count

Fakor resiko
Dalam laporan Sibai dkk (1986), pasien sindrom HELLP secara bermakna lebih tua (rata-rata
umur 25 tahun) dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi tanpa sindrom HELLP (rata-rata
umur 19 tahun). lnsiden sindrom ini jugalebih tinggi pada populasi kulit putih dan multipara.

Syndrome Hellp Preeklamsia


Multipara Nullipara
Usia ibu >25 tahun Usia ibu <20 tahun atau di atas 40 tahun
Ras kulit putih Riwayat keluarga eclampsia
Riwayat keluara kehamialan yang jelek ANC yang buruk
Diabetes militus
Hipertensi kronis
Kehamilam multiple

HELLP syndrome diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat keparahan jumlah
trombosit darah ibu. Klasifikasi ini disebut juga sebagai (klasifikasi Mississippi) :

1. Kelas I (trombositopenia berat) – Trombosit di bawah 50.000/ mm3


2. Kelas II (trombositopenia sedang) – Trombosit antara 50.000-100.000/ mm3
3. Kelas III (trombositopenia ringan) – Trombosit antara 100.000-150.000/ mm3

Hemolisis

 kelainan hapusan darah tepi


 Total bilirubin >1,2 m/dl
 Laktat dehydrogenase (LDH) > 600 U/L

Peningkatan fungsi hati


 serum aspartate aminotransferase (ASD) >70 U/L
 laktat dehidrogenase (LHD) > 600 U/L

Jumlah Trombosit yang rendah


 hitung trombosit <100.000 /mm

Table 2 : Kriteria diagnosis syndrome HELLP (university of Tennessee, Memphis)

Diagnosis Banding

Eklampsia

Eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “halilintar” karena datang dengan mendadak
dan merupakan keadaan gawat darurat dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebagai sebuah
komplikasi akut yang mengancam nyawa ketika dalam masa kehamilan.7 Eklampsia merupakan
suatu keadaan pre-eklampsia yang disertai dengan adanya kejang tonik – klonik bahkan dapat
terjadi koma. eklampsia merupakan kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan atau koma, dimana
sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre-eklampsia.8

Manifestasi klinis

Adapun gejala – gejala yang sama yang dapat ditemukan pada penderita pre-eklampsia dan
eklampisa adalah kenaikan tekanan darah, edema (pada kaki, tangan, sampai muka),
trombositopenia, oligouria, peningkatan enzim hati (SGOT/SGPT), terjadi hemolisis, pusing
ataupun gangguan visual, edema paru, sianosis, pembatasan pertumbuhan intrauterin, dan nyeri
kuadran kanan atas dan epigastrium.

Pada penderita eklampsia, sebelum mengalami kejang – kejang, biasanya akan ditandai
dengan berbagai gejala seperti nyeri kepala, nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, mual dan
muntah, dan pemeriksaan menunjukkan hiperrefleksia atau mudah terangsang.
Hipertensi gestasional

Hipertensi gestasional merupakan suatu kondisi dimana ibu yang sedang hamil yang tidak
memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, mengalami peningkatan tekanan darah tinggi baru
selama kehamilan. Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada hipertensi gestasional
berkembang pertama kalinya setelah usia kehamilan 20 minggu. Pada penderita hipertensi
gestasional hanya akan mengalami peningkatan tekanan darah namun tidak disertai dengan
proteinuria.9

Tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi gestasional akan kembali secara normal
setelah 12 minggu setelah melahirkan. Apabila tekanan darah tetap tinggi setelah 12 minggu
pasca partus, makan hal ini disebut hipertensi kronis. Apabila tekanan darah pada ibu hamil
mulai terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, namun diikuti dengan proteinuria maka
diagnosis yang ditegakan adalah pre-eklampsia.8,10

Etiologi dan Faktor Risiko

Preeklampsia merupakan salah satu penyulit kehamilan yang belum diketahui dengan pasti
penyebabnya. Tetapi beberapa penelitian menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya preeklampsia, antara lain : 11

1. Paritas
Pada primigravida atau ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam
persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi dalam kehamilan atau yang biasa disebut
dengan preeklamsia/eklamsia. Stress emosi menyebabkan peningkatan pelepasan
corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan
peningkatan kortisol.
Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap semua stressor
dengan meningkatkan respons simpatis, termasuk respons yang ditujukan untuk
meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah.
2. Kehamilan Ganda
Preeklamsia dan eklamsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada
kehamilan ganda penyebabnya adalah pembesaran uterus dan akan memperlihatkan
prognosis neonatus yang lebh buruk daripada ibu hamil dengan janin tunggal
3. Faktor usia
Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkWanita yang berusia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko terhadap kejadian
preeklamsia karena pada usia tersebut seorang wanita belum sepenuhnya berkembang.
Sedangkan wanita dengan usia >35 tahun rentan menderita preeklamsia karena
kehamilan (superimposed preeklamsia). Wanita yang lebih tua, yang dengan
bertambahnya usia akan mudah menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis,
menghadapi risiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan atau
superimposed preeklamsia
4. Riwayat hipertensi
Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi essensial berlangsung normal sampai cukup
bulan. Pada kira–kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darah tinggi
setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira- kira 20% menunjukkan
kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklamsia atau lebih,
seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus.
Didapatkan hasil ibu yang memiliki riwayat hipertensi mempunyai kecenderungan untuk
mengalami preeklamsia berat sebesar 16,0 % (Rozikhan, 2007).
5. Pekerjaan Ibu
Aktifitas seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran darah. Begitu juga bila
terjadi pada seorang ibu hamil, peredaran dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari pembesaran rah. Ibu
hamil yang bekerja memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk mengalami kehamilan dengan
preekalmsia dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak bekerja (Wulandari, Firnawati
2011)
Epidemiologi

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10%, sedangkan di
Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan
yaitu 23,6 kasus per 1.000 kelahiran. 5% kehamilan mengalami preeklampsia. Pada primigravida
frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama
primigravida muda.

Diabetes Mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35
tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeclampsia.Peningkatan
kejadian preeklampsia pada usia >35 tahun mungkin disebabkan oleh karena adanya hipertensi
kronik yang tidak terdiagnosa.3,12

Manifestasi Klinis

Terdapat sejumlah manifestasi neurologis sindrom preeklampsia. Masing-masing manifestasi


menunjukkan keterlibatan berat suatu organ dan memerlukan perhatian segera :

 Nyeri kepala dan skotomata diduga timbul akibat hiperfusis serebrovaskular yang
memiliki predileksi pada lobus okspitalis. Menurut Sibai dan Zwart, 50–75% perempuan
mengalamai nyeri kepala dan 20–30% diantaranya mengalami gangguan penglihatan
yang mendahului kejang eklamptik. Nyeri kepala dapat ringan hingga berat, dan dapat
intermitten atau konstan.
 Kejang bersifat diagnostic untuk eklampsia.
 Kebutaan jarang terjadi pada preeclampsia saja, tetai sering menjadi komplikasi pada
kejang eklamptik, yaitu pada 15% perempuan. Kebutaan timbul hingga seminggu atau
lebih setelah kelahiran
 Edema otak menyeluruh dapat timbul pada sindrom preeclampsia dan biasanya
bermanifestasi sebagai perubahan status mental yang bervariasi darikebingungan hingga
koma. Kondisi ini khususnya berbahaya karena dapat menyebabkan herniasi
supratentorial yang membahayakan jiwa
Patofisiologi

Patogenesis terjadinya Preeklamsia dapat dijelaskan sebagai berikut :15

a) Penurunan kadar angiotensin II dan peningkatan kepekaan vaskuler


Pada preeklamsia terjadi penurunan kadar angiotensin II yang menyebabkan pembuluh
darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan vasoaktif (vasopresor), sehingga
pemberian vasoaktif dalam jumlah sedikit saja sudah dapat menimbulkan vasokonstriksi
pembuluh darahyang menimbulkan hipertensi.
Pada kehamilan normal kadar angiotensin II cukup tinggi. Pada preeklamsia terjadi
penurunan kadar prostacyclin dengan akibat meningkatnya thromboksan yang
mengakibatkan menurunnya sintesis angiotensin II sehingga peka terhadap rangsangan
bahan vasoaktif dan akhirnya sehingga terjadi hipertensi.
b) Hipovolemia Intravaskuler
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan volume plasma hingga mencapai 45%,
sebaliknya pada preeklamsia terjadi penyusutan volume plasma hingga mencapai 30-40%
kehamilan normal.Menurunnya volume plasma menimbulkan hemokonsentrasi dan
peningkatan viskositas darah. Akibatnya perfusi pada jaringan atau organ penting
menjadi menurun (hipoperfusi) sehingga terjadi gangguan pada pertukaran bahan-bahan
metabolik dan oksigenasi jaringan.
Penurunan perfusi ke dalam jaringan utero-plasenta mengakibatkan oksigenasi janin
menurun sehingga sering terjadi pertumbuhan janin yang terhambat (Intrauterine growth
retardation), gawat janin, bahkan kematian janin intrauterine.
c) Vasokonstriksi pembuluh darah
Pada kehamilan normal tekanan darah dapat diatur tetap meskipun cardiac output
meningkat, karena terjadinya penurunan tahanan perifer. Pada kehamilan dengan
hipertensi terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasokonstriktor sehingga
keluarnya bahan- bahanvasoaktif dalam tubuh dengan cepat menimbulkan vasokonstriksi.
Adanya vasokonstriksimenyeluruh pada sistem pembuluh darah artiole dan pra kapiler
pada hakekatnya merupakansuatu sistem kompensasi terhadap terjadinya hipovolemik.
Sebab bila tidak terjadi vasokonstriksi,ibu hamil dengan hipertensi akan berada dalam
syok kronik.

Komplikasi

Bila preeklampsia tidak ditangani dengan baik, maka dapat berkembang menjadi eklampsia yang
mana tidak hanya dapat membahayakan ibunya tetapi juga janin dalam rahim ibu. Kemungkinan
yang terberat adalah terjadinya kematian ibu dan janin, solusio plasenta, hipofibrinogemia,
haemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, dan
kelainan hati, komplikasi pada janin meliputi prematuritas, insufisiensi utero-plasental, retardasi
pertumbuhan intrauterine, dan kematian janin intrauterine.11

Tatalaksana

Pada preeklapmsia ringan pengobatan bersifat simtomatis dan bisa dengan istirahat yang cukup,
Bila tekanan darah tidak turun dan ada tanda-tanda ke arah preeklamsi berat maka
dapatdiberikan obat antihipertensi serta dianjurkan untuk rawat inap.

Untuk preeklampsia yang berat, dapat ditangani secara aktif atau konservatif :

 Aktif berarti : kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan


terapimedikamentosa.
 Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersamaan dengan terapi medikmentosa

Penanganan aktif :
Ditangani aktif bila terdapat satu atau lebih kriteria berikut: ada tanda-tanda impending
eklampsia, HELLP syndrome, tanda-tanda gawat janin, usia janin 35 minggu atau lebih dan
kegagalan penanganan konservatif. Yang dimaksud dengan impending eklampsia adalah
preeklampsia berat dengan satu atau lebih gejala: nyerikepala hebat, gangguan visus, muntah-
muntah, nyeri epigastrium dan kenaikantekanan darah progresif.13

Terapi medikamentosa:
 Diberikan anti kejang MgSo4 dalam infus 500 cc dextrose 5% tiap 6 jam.
 Cara pemberian: dosis awal 2 gr iv dalam 10 menit, dilanjutkan dengandosis
pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus.
 Syarat pemberianMgSO4: frekuensi nafas > 16x/menit, tidak ada tanda-tanda gawat
nafas,diuresis >100 ml dalam 4 jam sebelumnya dan refleks patella positif
 Antihipertensi: nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun,
dapat diberikan 10 mg lagi.
 Siapkan juga oksigen dengan nasal kanul 4-6 L /menit.12,14

Terminasi kehamilan dapat dilakukan bila penderita belum inpartu, dilakukaninduksi persalinan
dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter foley atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan
bila syarat induksi tidak terpenuhi atau adakontraindikasi persalinan pervaginam

Penanganan konservatif

Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impendingeklampsia dengan
kondisi janin baik, dilakukan penanganan konservatif.13

Terapi Medikamentosa :

 Sama dengan penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila tidak ada tanda-tanda
preeklampsia berat, selambatnya dalam waktu 24 jam.
 Bila sesudah24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini harus dianggap sebagai
kegagalan pengobatan dan harus segera diterminasi. Jangan lupa diberikan oksigen
dengan nasalkanul 4-6 L/menit.12,14

Pencegahan
Menurut American Congress of Obstetricians and Gynecologist ( ACOG ) pada tahun 2013
mengenai pencegahan preeclampsia Manipulasi Diet :11,14
1. Diet rendah garam : Salah satu usaha penelitian pertama untuk mencegah preeklampsia
adalah retriksi garam, tapi retriksi garam tidak efektif dalam mencegah preeclampsia.
2. Suplementasi kalsium : Pemberian kalsium : 1.500–2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai
suplemen pada risiko tinggi terjadinya preeklampsia, tetapi secara keseluruhan penelitian-
penelitian menunjukkan bahwa suplemen
3. Tirah baring atau pembatasan aktifitas fisik lain namun tidak disarankan sebagai
pencegahan primer preeklampsia dan komplikasinya

Prognosis
Preeklampsia di lndonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban
besar dari ibu dan bayi. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh Perdarahan otak, dekompensasio
kordis dengan edema paru-paru, kegagalan ginjal, masuknya isi lambung ke dalam jalan
pemapasan sewaktu terjadi kejang, infeksi. Sedang sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia
intrauterin dan prematuritas.

Kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia adalah:


a) Koma yang lama (prolonged coma)
b) Nadi di atas 120 x menit
c) Suhu 103°F atau 39,4°C atau lebih
d) Tekanan darah di atas 200 mmHg
e) Proteinuria 10 gr atau lebih
f) Tidak ada edema (edema menghilang)

Bila tidak ada atau hanya satu kriteria di atas, preeklamsi masuk kelas ringan, dan bila dijumpai
2 atau lebih maka preeklampsi masuk kelas berat dan prognosis akan lebih jelek. Kematian ibu
antara 9.8%-25.5%, kematian bayi 42.2% -48.9%

Kesimpulan

Preeklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh
kehamilan itu sendiri. Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi, edema, disertai proteinuria
akibat kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat dijelaskan dengan pasti. Diagnosis
ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan lainnya yang menunjang. Berbagai komplikasi
preeklamsia dapat menyebabkan mortalitas pada ibu dan janin yang dapat terjadi. Tujuan utama
penanganan preeklamsia adalah mencegah terjadinya preeklamsia berat atau eklamsia
Daftar Pustaka
1. Cunningham GF, Kenneth JL, Steve Bloom, et all. Obstetri williams. Jilid 1. Edisi ke-23.
Jakarta: EGC; 2010.
2. Delahaije D, Sander MJ, Carmen DD, et all.Cost-effectiveness of recurrence risk guided
care versus careas usual in women who suffered from early-onset preeclampsia including
HELLP syndrome in their previous pregnancy (the PreCare study). BMC Pregnancy and
childbirth. 2010; 10 (10) :60-71.
3. Warden M. Preeclampsia (toxemia of pregnancy) [internet].Department of Emergency
Medicine. Metrowest Physicians; 2005 [disitasi tanggal 10 Juni 2019]. Tersedia dari:
http://www.emedicine.com.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Karakteristik preeklamsia dan eklamsia tahun.
Medan; 2011.
5. T. Cupta, Cupta N, et all. Maternal and perinatal Outome In p atients With
severe preeclampsia/ Eclampsia With and Without Hellp syndrome. Journal
of Universal College of medical Sciences. Vol.1 No. 04. 2013.
6. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2009.
7. Leveno JK, Cunningham FG, Gant NF, Alexander JM, Bloom SL, Casey BM, Dashe JS,
Sheffield JS, Yost NP. Williams Manual of Obstetrics. Ed 21. New York: The McGraw-
Hill Companies Inc; 2003. h. 393-418.
8. Komalasari R. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. h.
104-13.
9. Supriyadi T, Gunawan J. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;1994. h. 235-46.
10. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan&amp; Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC’1998. h. 239-51.
11. Perveen S, Altaf W, Vohra N, et al. Effect of gestational age on cord blood plasma
copper, zinc, magnesium and albumin. Ear hum dev. 2012;69(1):15-23.
12. Jeyabalan Arun. Epidemiology of preeclampsia: Impact of obesity. Nutr Rev. 2013;
71(1):10-11.
13. Turner JA. Diagnosis and management of pre-eclampsia: an update. Int J Women’s
Health. Dov Pres. 2011; 2(1):327-37.
14. Uzan J, Carbonnel M, Piconne O, Asmar R, Ayoubi JM. Pre-eclampsia: pathophysiology,
diagnosis, and management. Vascular Health and Risk Managemen. Dove pres.2011;
7(1):467−74.
15. Rasmussen KM, Catalano PM, Yaktine AL. New guidelines for weight gain during
pregnancy: what obstetrician/gynecologists should know. Curr Opin Obstet Gynecol.
2010; 21(6):521-6.

Anda mungkin juga menyukai