Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari
nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia dihadapkan
berbagai macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian. Dengan
perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan
manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat kita manusia
tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan hidup. Kita pasti lebih memilih
lari dari masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang menyimpang seperti
minuman-minuman keras, narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang
melakukan bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan.

Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar atau
solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika seseorang telah
bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa tersebut kedalam
kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan hidupnya. Jadi iman dan
taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya bagi kita pemeluk agama islam,
agar mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan menjadi hamba yang beriman dan
bertaqwa.

.1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat


dirumuskan permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan antara keduannya ?


2. Apa tanda dan wujud iman dan takwa tersebut ?
3. Bagaimana cara menerapkan konsep iman dan taqwa di kehidupan sehari-
hari ?
4. Apa peran iman dan taqwa dalam menjawab problema kehidupan modern ?
5. Bagaimana implementasi iman dan takwa dalam kehidupan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah


agama islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Manfaat
penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulisan dan
pembaca tentang konsep iman dan taqwa, cara mengimplementasikannya ke
kehidupan sehari-hari serta mengetahui bahwa imtaq dapat menjawab problema
kehidupan kita di masa yang modern ini

.2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Iman dan Taqwa

2.1.1 Pengertian Iman

Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu – amanan yang berarti
percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak
dalam hati. Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau
pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.

Secara sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai) Allah


dan segala apa yang datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui rasul-rasul-Nya
dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan dengan perbuatan.

Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah
orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena
itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena
itu beriman kepada Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah yaitu Al-Quran
dan sunnah rasul.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman


didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani wa'amalun bil arkaan).

.3
Istilah iman dalam al-qur'an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
memberikan corak dan warna tentang suatu yang diimani, seperti dalam surat an-
Nisa': 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut
(realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan
kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar
menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan kata
ajaran yang diturunkan oleh Allah.

Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau
ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan
selainnya dinamakan iman bathil.

Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok


dan cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita
jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan
sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap ramah
sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat
orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang -
cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.

2.1.2 Pengertian Takwa

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa
dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan
ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Seorang muslim yang
bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi
segala laranganNya dalam kehidupan ini.

.4
Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat
dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.

1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata
lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang –
orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang
meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan
untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa
yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia
yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
3. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara
ibadah formal.
4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan
diri.
5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan.

2.2 Wujud Iman dan Taqwa

Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman.Seseorang dinyatakan beriman


bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat


dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran
Islam.

.5
Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang
agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang bertaqwa. Karena
taqwa adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi
kehidupan dunia

2.3 Tanda-Tanda Orang yang Beriman dan Bertaqwa

2.3.1 Tanda-tanda Orang Beriman

Al-Qur'an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut :

1. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah.
(Ali imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya.
(al-anfal: 3, Al-mu'minun: 2, 7)
4. Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun:
2, 7)
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
(Al-mukminun: 3, 5)
6. Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
7. Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

.6
2.3.2 Ciri-Ciri Orang yang Bertaqwa Kepada Allah SWT :

1. Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya.


2. Tampak wibawanya karena seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran
dan kejujuran.
3. Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan
kemampuannya.
4. Senantiasa bersih dan berhias walaupun miskin.
5. Selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun
kaya.
6. Murah hati dan murah tangan.
7. Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat.
8. Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah.
9. Disiplin dalam tugasnya.
10. Tinggi dedikasinya.
11. Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada
terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan masyarakat).
12. Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang
lain.
13. Kalau ditegur orang segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar
maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf
kepada orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu.
14. Kalau dimaki orang dia tersenyum simpul sambil mengucapkan: "Kalau
makian anda benar saya bermohon semoga Allah swt. mengampuniku.
Kalau teguran anda ternyata salah, saya bermohon agar Allah
mengampunimu.

.7
2.4 Keterkaitan Iman dan Taqwa

Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan.


Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan
ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat bahwa
nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh
karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari puasa yaitu menuju
jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan.

Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk
dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain,
jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan
keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat
ketaqwaan.

Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang
telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas
menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang
yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa,
semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula
kedudukannya pada pandangan Allah.

Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis
karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya.
Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman
yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini
maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada
tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-
Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman
terkesan lebih energik.

.8
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya
upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu
sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika
masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang
beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju
kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga
perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu
'menjaga'.

Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga


aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci
sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan
melakukan perbuatan baik.

Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang


beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-
Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid
28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum
mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa.

Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari
mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah
memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling
efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.

2.5 Pengertian Rukun Iman

Menurut bahasa iman artinya percaya, sedangkan menurut bahasa di


yakini dengan sepenuh hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan
anggota badan . orang yang beriman disebut MU'MIN.

.9
Berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits rukun iman ada 6, yaitu :

1. Iman kepada Allah


Yaitu percaya sepenuh hati bahwa Allah adalah Rabb Tuhan
pencipta alam, Maha Kuasa, Maha Penyayang dan segala sifat Maha
lainnya. Untuk itu kita wajib beribadah dan meminta pertolongan hanya
kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur (cahaya).
Malaikat selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah dan tidak pernah
sedikitpun membantahnya. Malaikat merupakan makhluk ghaib, artinya
tidak dapat dilihat dengan panca indera manusia, namun kita wajib iman dan
percaya kepadanya. Jumlah malaikat sangatlah banyak, hingga tak ada yang
mengetahui jumlahnya, kecuali Allah.
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
Allah menurunkan kitab-kitabNya kepada para Nabi sebagai
pedoman umat manusia untuk hidup didunia agar selamat dunia dan akhirat.
Ada 4 kitab yang Allah turunkan kepada para Nabi, yaitu :
a) Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa A.S
b) Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS
c) Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS
d) Kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Iman kepada Nabi & Rasul-rasul Allah

Nabi adalah orang yang mendapat wahyu hanya untuk dirinya


sendiri, sementara Rasul artinya utusan, Rasul Allah adalah utusan Allah
yang mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.

. 10
Tugas utama para rasul adalah menyampaikan dan megajarkan
agama Allah kepada manusia, serta memberikan petunjuk agar tidak
tersesat. Nabi dan Rasul yang wajib kita ketahui ada 25 orang. Yaitu : Adam
AS, Idris AS, Nuh AS, Hud AS, Sholeh AS, Ibrahim AS, Luth AS, Ismail
AS, Ishak AS, Yakub AS, Yusuf AS, Ayub AS, Suaeb AS, Musa AS, Harun
AS, Zulkifli AS, Daud AS, Sulaiman AS, Ilyas AS, Ilyasa AS, Yunus AS,
Zakariya AS, Yahya AS, Isa AS, Muhammad SAW.

Di antara 25 nabi dan rasul tersebut 5 di antaranya mendapat gelar


'Ulul Azmi, yaitu para Nabi yang mendapat ujian sangat berat dari Allah,
namun mereka tetap tegar, tabah dan sabar menghadapinya. Mereka adalah
NUH, IBRAHIM, MUSA, ISA dan MUHAMMAD. Atau disingkat
NIMIM.

5. Iman kepada Hari akhir


Yaitu kita harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa hari kiamat
pasti terjadi. Namun kapan terjadinya adalah rahasia Allah, semua manusia
tak ada satupun yang mengathuinya bahkan Nabi Muhammad sekalipun tak
tahu kapan akan terjadinya kiamat.

Ketika beliau SAW. Ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari


kiamat, belaiau tak tahu kapan terjadinya, namun beliau memberikan tanda-
tanda kiamat yang mendahului terjadinya kimat.

Di antara tanda-tadanya adalah :

a) Banyak orang minum-minum keras


b) Banyak terjadi perzinahan
c) Banyak gedung-gedung tinggi
d) Matahari terbit dari barat dan terbenam di timur
e) Keluarnya Ya'juz dan Ma'juz
f) Keluarnya Dajjal

. 11
6. Iman kepada Qodho dan Qodhar
Beriman kepada Qodho dan qodhar adalah meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya
untuk manusia. Qodho & Qodar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya.
Ketetapan Allah kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang berupa hal-
hal yag buruk. Maka seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada
ketetapan Allah baik maupun buruknya.

Beriman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman
di mana kita wajib mengimaninya agar iman kita menjadi sah dan
sempurna. Ibnu Abbas pernah berkata, "Qadar adalah nidzam (aturan)
tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar,
maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan
mendustakan qadar, maka dustanya merusakkan tauhidnya" (Majmu'
Fataawa Syeikh Al-Islam).

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai iman kepada qada dan


qadar, terlebih dahulu akan dibahas mengenai qada dan qadar itu
sendiri. Qada menurut bahasa berarti hukum, perintah, memberikan,
menghendaki, dan menjadikan. Sedangkan qadar berarti batasan atau
menetapkan ukuran.

Secara etimologi, qada dapat diartikan sebagai pemutusan,


perintah, dan pemberitaan. Imam az-Zuhri berkata, "Qadha secara
etimologi memiliki arti yang banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan
dengan qadha kembali kepada makna kesempurnaan…." (An-Nihayat fii
Ghariib al-Hadits, Ibnu Al-Atsir). Sedangkan qadar berasal dari kata
qaddara, yuqaddiru, taqdiiran yang berarti penentuan.

. 12
Dari sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau,
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman azali. Adapun qadar
adalah terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan
(qadha). Sedangkan arti terminologis qada dan qadar menurut Ar-Ragib
ialah :

"Qadar ialah menentukan batas (ukuran) sebuah rancangan; seperti


besar dan umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan
fisiologi makhluk nabati dan hewani, dan lain-lain; sedang qada ialah
menetapkan rancangan tersebut."

Atau secara sederhana, qada dapat diartikan sebagai ketetapan Allah


yang telah ditetapkan tetapi tidak kita ketahui. Sedangkan qadar ialah
ketetapan Allah yang telah terbukti dan diketahui sudah terjadi. Dapat pula
dikatakan bahwa qada adalah ketentuan atau ketetapan, sedangkan qadar
adalah ukuran. Dengan demikian yang dimaksud dengan qada dan qadar
atau takdir adalah ketentuan atau ketetapan Allah menurut ukuran atau
norma tertentu.

Firman Allah mengenai qada dan qadar terdapat dalam surat Al


Ahzab ayat 36, yaitu :

Arti : Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

. 13
Beriman kepada qada dan qadar berarti mengimani rukun-
rukunnya. Iman kepada qada dan qadar memiliki empat rukun, antara lain
:

a. Ilmu Allah SWT

Beriman kepada qada dan qadar berarti harus beriman


kepada Ilmu Allah yang merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak
azali. Allah mengetahui segala sesuatu. Tidak ada makhluk sekecil
apa pun di langit dan di bumi ini yang tidak Dia ketahui. Dia
mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan. Dia
juga mengetahui kondisi dan hal-hal yang sudah terjadi maupun
yang akan terjadi di masa.

b. Penulisan Takdir

Sebagai mukmin, kita harus percaya bahwa segala sesuatu


yang terjadi, baik di masa lampau, masa kini, maupun masa yang
akan datang, semuanya telah dicatat dalam Lauh Mahfuzh dan tidak
ada sesuatu pun yang terlupakan oleh-Nya.

c. Masyi'atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah)

Seorang mukmin yang telah mengimani qada dan qadar


harus mengimani masyi`ah (kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya
yang menyeluruh. Apapun yang Dia kehendaki pasti terjadi
meskipun manusia tidak menginginkannya. Begitu pula sebaliknya,
apa pun yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi meskipun
manusia memohon dan menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan
Allah tidak mampu melainkan karena Allah tidak menghendakinya.

. 14
d. Pencipta Allah

Ketika beriman terhadap qada dan qadar, seorang mukmin


harus mengimani bahwa Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada
Khaliq selain-Nya dan tidak ada Rabb semesta alam ini selain Dia.

Inilah empat rukun beriman kepada qada dan qadar yang


harus diyakini setiap muslim. Maka, apabila salah satu di antara
empat rukun ini diabaikan atau didustakan, niscaya kita tidak akan
pernah sampai kepada gerbang keimanan yang sesungguhnya.
Sebab, mendustakan rukun-rukun tersebut berarti merusak
bangunan iman terhadap qada dan qadar dan ketika bangunan iman
itu rusak, maka hal tersebut juga akan menimbulkan kerusakan pada
bangunan tauhid itu sendiri.

Ada empat macam takdir, antara lain :

1) Takdir Umum (Takdir Azali)

Takdir mengenai segala sesuatu yang ditetapkan sebelum


penciptaan langit, bumi, dan seluruh isinya.

2) Takdir Umuri

Takdir yang diberlakukan atas manusia pada masa awal


penciptaannya dan bersifat umum. Meliputi rizki, ajal,
kebahagiaan, dan kesengsaraan.

3) Takdir Samawi

Takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap


tahun.

. 15
4) Takdir Yaumi

Takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan


terjadi dalam satu hari, mulai dari penciptaan, rizki,
menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa,
menghilangkan kesusahan, dan sebagainya.

Allah berfirman dalam surat Ar Rad ayat 11 :

Arti : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah


Islam yang terangkum dalam Rukun Iman merupakan landasan bagi
setiap umat Islam dalam mempelajari dan mengimplementasikan
agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

. 16
Selain itu, penerapan akidah yang baik dan benar dapat
mendatangkan manfaat bagi kita, misalnya memberikan
ketenteraman jiwa, mewujudkan kehidupan yang baik, melahirkan
sikap ikhlas dan konsekuen serta dapat meningkatkan ketaqwaan
kita terhadap Allah SWT.

2.6 Implementasi Konsep Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan

Iman sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah yang
dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai kepada Allah
SWT, sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang artinya

"Barang siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya tak akan
terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu untuknya"

Keimanan dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya


haruslah disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal, misalnya
disamping menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan
ibadah sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.

Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut :

A. Menjalankan keenam rukun iman.


B. Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah
C. Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
D. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.
E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist
yang menyatakan,bahwa Rosulullah SAW bersabda:
"Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan
bawah),niscaya aku akan menjadi surganya".
F. Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa
haruslah bisa menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan
berusahalah untuk selalu menepati janji selagi masih mampu.

. 17
G. Menjaga sholat wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan
persoalan yang mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa
menjaga waktunya, dia selalu sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda
sholatnya. Disamping sholat tepat waktu orang tersebut juga menjaga cara
dan bacaannya dengan benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Disamping itu juga harus bisa menjaga efek positif dari
sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati dan melaksanakan apa yang
telah dibaca dalam melaksanakan sholat.
H. Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.

Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah dilakukan
oleh sebagian anak muda. Namun,sebagian darinya masih juga kurang sepenuhnya
menerapkan iman dan taqwanya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah yang muncul
akibat kurang kokohnya iman dan taqwa yang tertanam dalam diri masing-masing individu.
Ada beberapa faktor penyebab munculnya masalah berkurangnya kekuatan iman
dan taqwa dalam diri, sebagai berikut:

a) Tidak mengenal siapa Allah SWT.


b) Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukumNya, baik yang
bersifat kauni maupun syar'i.Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu
semacam itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena
belitan syubhat dan jeratan syahwat yang merasuki hati dan sekujur tubuhnya.
c) Berbuat atau mengutarakan ucapan maksiat.
Oleh karena itulah iman akan turun,melemah dan surut sebanding
dengan tingkatan maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya
serta kekuatan faktor pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang
dan menjadi sangat lemah apabila seorang hamba terjerumus dalam
dosa besar, jauh lebih parah dan lebih mengenaskan daripada apabila dia
terjerembab dalam dosa kecil. Berkurangnya keimanan karena kejahatan
membunuh tentu lebih besar daripada akibat mengambil harta orang.

. 18
Sebagaimana iman akan lebih banyak berkurang dan lebih lemah
karena dua buah maksiat daripada akibat melakukan satu maksiat.
Demikianlah seterusnya. Oleh sebab itulah orang miskin yang sombong dan
orang tua bangka yang berzina dosanya lebih besar daripada dosa orang kaya yang
sombong dan perbuatan zina seorang yang masih muda. Hal itu
sebagaimana dikisahkan di dalam hadits,
Ada tiga golongan orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan
tidak akan diperhatikan oleh-Nya pada hari kiamat´.Dan di antara mereka itu
adalah orang tua beruban yang berzina dan orang miskin yang sombong.
d) Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik.
Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang
ditinggalkan juga semakin besar. Apabila nilai suatu ketaatan semakin
penting dan semakin prinsip maka meninggalkannya pun akan
mengakibatkan penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin besar dan
mengerikan. Bahkan terkadang dengan meninggalkannya bisa membuat
pelakunya kehilangan iman secara total, sebagaimana orang yang
meninggalkan shalat sama sekali
Perlu diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi
menjadi dua. Pertama, ada yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu
apabila yang ditinggalkan adalah berupa kewajiban dan tidak ada alasan
yang hak untuk meninggalkannya. Kedua, sesuatu yang tidak akan
mendatangkan hukuman dan siksa karena meninggalkannya, seperti :
meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i (berdasarkan ketentuan
agama) atau hissi (berdasarkan sebab yang terindera), atau tidak melakukan
amal yang hukumnya mustahab/sunnah.Contoh untuk orang yang
meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i atau hissi adalah perempuan
yang tidak shalat karena haidh. Sedangkan contoh orang yang
meninggalkan amal mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan
shalat Dhuha.

. 19
BAB III

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan

Di kehidupan yang sangat modern ini perkembangan iptek sangat pesat


tetapi walau perkembangan iptek ini sudah maju, permasalahan hidup manusia
bukan lebih sedikit atau lebih mudah tapi malah menjadi lebih kompleks dan ragam
permasalahannya pun bertambah banyak. Terdapat beberapa contoh problem dalam
kehidupan modern di antara :

 Perekonomian
 Putus asa
 Kegelisahan atau bimbang
 Kekecewaan

Permasalahan di kehidupan dapat dikategorikan menjadi 4 jenis factor, yaitu :

1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.


Faktor Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya
masalah sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi
di mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit
mencari pekerjaan. Inilah yang menimbulkan masalah keputusasaan

2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.


Faktor Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang
sampai saat ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-
hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba

. 20
3. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
Faktor Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia
dan meresahkan masyarakat itu semua karena kegelisahan dan
kebimbangannya di jiwa mereka.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan
Kehidupan Modern

Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan
problema dan tantangan kehidupan modern tersebut. Peran Iman dan Takwa dalam
Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini


dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia
:

1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda


Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan
Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu
kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak
menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup
menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat
mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan,
menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat,
mengikis kepercayaan pada khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya.
Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-
7

. 21
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut.
Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran,
karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya
bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal
hidup dan mati adalah firman Allah:

Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu


kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)

3. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan


Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan
melepaskan prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan
memperbudak diri karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman
dalam hal ini adalah firman Allah:

Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul
mahfud) (Hud, 11:6)

. 22
4. Iman memberikan kententraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh
keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai
keseimbangan , hatinya tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah),
seperti dijelaskan firman Allah:

…..(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram


dengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tentram (Ar-Ra'd,13:28)

5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)\


Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu
melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah :

Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan. (An Nahl, 16:97)

6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen


Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas,
tanpa pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa
konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya
maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:

Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'aam, 6:162)

. 23
7. Iman memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena
Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki.
Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam
hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)

8. Iman mencegah penyakit


Ahlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi
biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan
azas moral dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap
perbuatannya, tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini
hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan
persenyawaan kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh
yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas.
Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia.
Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan
psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia


bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan
yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat
terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman,
tentram, damai, dan sejahtera

. 24
BAB IV

KESIMPULAN

Agama islam bukanlah hambatan untuk perkembangan iptek tapi justru


agama islam bisa lebih mengembangkan dan memperbaiki iptek itu. Dan dengan
adanya agama islam permasalahan-permasalahan yang muncul seiring dengan
perkembangan iptek ini dapat diatasi atau diselesaikan. Dengan cara tetap
menerapkan konsep iman dan taqwa tersebut dalam kehidupan kita, dengan begiu
kemajuan iptek tidak membuat kemerosotan moral pada diri manusia.

Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas, maka
diperlukan upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan
modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap keimananan
dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan
demikian sesungguhnya yang diperlukan di era modern ini tidak lain adalah
penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek sekaligus.

Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan penguasaan


Iptek sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan
sebagai sebuah sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia
yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga
mampu memahami ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

. 25
BAB V

SARAN
Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa
terlepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat
mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala
sesuatu yang tidak baik. Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi
tersebut dianggap sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau
tidak, diperlukan atau sebaliknya perlu dihindari.

. 26
DAFTAR PUSTAKA

Tim dosen PAI UB. 2010. Pendidikan Agama islam. Percetakan Citra Mentari :
Malang

Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta

http://recyclearea.wordpress.com/2009/09/16/pengertian-akidah-serta-iman-
kepada-qada-dan-qadar/

http://anshorimujahid.wordpress.com/2011/02/21/pengertian-dan-rukun-iman/

http://gustiprabangasta.blogspot.com/2010/09/masalah-masalah-sosial-yang-
terjadi-di.html

. 27

Anda mungkin juga menyukai