Disusun Oleh :
Bunga Aisyah Putri 1901124159
Cahaya Yunita Putri 1901155413
Fajri Fahrezi 1901124454
Farhan Habib Hawari 1901124478
Karina 1901111964
Muhammad Fiqri Indra 1901155623
Sri Rusniawati 1901111334
Tri Harda Putra 1901124843
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITTAS RIAU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
Komunikasi Antar Budaya Dalam Masyarakat Multikultur ( Studi kasus pada
karyawan warga negara jepang dan indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia )
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah
ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..........................................................................................................................5
2.1 Kronologi kasus........................................................................................................5
2.2 Teori Yang Menjelaskan Kasus pada Karyawan Warga Negara Jepang dan
Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia................................................................................6
2.3 Metode Penelitian....................................................................................................9
2.4 Penyelesaian masalah kasus yang diangkat/solusi untuk menanggulangi konflik..12
BAB III.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Interaksi manusia dari berbagai belahan dunia saat ini lebih mudah dengan
adanya kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat termasuk kemajuan dan
meningkatnya transportasi. Setiap hari manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi
dengan manusia lain dari berbagai belahan dengan adanya pertemuan langsung (face
to face) atau melalui media, terutama media sosial. Pertemuan antarbudaya pun
semakin mudah dan semakin banyak orang yang bepergian ke daerah atau negara lain
untuk berbagai tujuan dan kepentingan, seperti liburan, belajar, bekerja, atau
melakukan transaksi bisnis.
1
Orang-orang Jepang yang berada di Indonesia di antaranya bekerja di PT.
Tokyu Land Indonesia. PT.Tokyu Land Indonesia merupakan salah satu dari
Perusahaan Modal Asing (PMA) Jepang yang beroperasi di Indonesia. Perusahaan
tersebut memiliki karyawan berkewarganegaraan Jepang dan Indonesia sehingga
komunikasi antarbudaya pun tidak terhindarkan. Orang Indonesia yang bekerja di PT.
Tokyu Land berasal dari etnik yang berbeda-beda pula, di antaranya etnik Sunda,
Jawa, Batak, dan Minangkabau. Dengan kata lain, para karyawan di perusahaan
tersebut adalah multikultur.
Setiap budaya yang berbeda memiliki sistem yang berbeda, oleh karena itu
memahami cara berkomunikasi yang baik sangat penting. Cara berkomunikasi tidak
terlepas dari bahasa, aturan dan norma yang dimiliki masing-masing individu.
PT.Tokyu Land memiliki karyawan warga negara Jepang 20 orang dan 133
orang Indonesia. Komunikasi yang terjadi antara karyawan warganegara Jepang dan
Indonesia menggunakan 3 bahasa, yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa
Jepang. Pada saat-saat tertentu dan suasana informal, orang-orang Indonesia dengan
etnik yang sama menggunakan bahasa daerah yang mereka pahami bersama.
Misalnya, sesama orang Sunda kadang-kadang berbicara dalam bahasa Sunda,
sesama orang Jawa berbicara bahasa Jawa, dan sebagainya.
Para karyawan yang bekerja di PT. Tokyu Land Indonesia mempunyai masa
kerja yang berbeda-beda. Bagi karyawan warga negara Indonesia maupun Jepang
terutama yang relatif baru, perlu memahami budaya masing-masing dan perlu
penyesuaian.
2
(Arifin, 2019) dalam penelitiannya tentang komunikasi antarbudaya antara
mahasiswa Indonesia dengan mahasiswa Vietnam, mengungkapkan bahwa perbedaan
bahasa dan kesalahpahaman non-verbal, menimbulkan konflik. Selain itu hambatan
karena prasangka dan stereotip pun cenderung menimbulkan konflik antarbudaya.
Pelabelan terhadap suatu budaya, sementara mengenai kegelisahan yang tinggi karena
kurangnya rasa percaya diri dan adanya kekhawatiran untuk tidak diterima oleh
budaya lain menyebabkan rasa gelisah bagi para pelaku komunikasi untuk
berinteraksi. (Turistiati, 2019b) dalam jurnal kajian antarbudaya mengenai
komunikasi antarbudaya antara mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Jepang,
berpendapat bahwa tantangan yang dihadapi mahasiswa Indonesia menempuh
pendidikan di Negara Jepang adalah karena faktor dari dalam (internal) dan dari luar
(eksternal) individu. Proses adaptasi dilakukan untuk mengatasi hambatan yang
dialami yaitu terutama karena faktor bahasa. Adaptasi dilakukan sebelum dan ketika
mahasiswa tiba di negara Jepang. Faktor kesamaan agama, etnik, dan penguasaan
bahasa yang sama merupakan 3 faktor utama yang mempermudah terjadinya proses
adaptasi.
Setiap orang berpikir dan berperilaku berdasarkan pengalaman budayanya.
Perubahan nilai budaya seiring dengan perkembangan zaman dan wawasan yang
makin berkembang ini biasanya terjadi pada orang-orang yang secara tiba-tiba
berpindah atau dipindahkan ke daerah yang baru. Hal tersebut dapat menimbulkan
gegar budaya. Gagar budaya atau culture shock biasanya terjadi pada seseorang yang
membandingkan kebiasaan setempat dengan lingkungan rumah, mulai dari
kebersihan warganya, perlakukan terhadap waktu, tata cara, kesopanan, dan lain lain.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menganalisis tentang komunikasi
antarbudaya dalam Masyarakat Multikultur pada Karyawan Warga Negara Jepang
dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia. Ruang lingkup penelitian ini berfokus
pada komunikasi antarbudaya dalam masyarakat multikultural, yaitu komunikasi
antara karyawan warga negara Jepang dan Indonesia di PT.Tokyu Land Indonesia,
Jakarta. Dalam penelitian ini penulis mengacu pada model komunikasi antarbudaya
3
dari William B. Gudykunst dan Young Yun Kim. Selain itu penulis menggunakan
konsep-konsep dalam komunikasi antarbudaya dari Edward T. Hall seperti proksemik
(konsep jarak), kronemik (konsep waktu), high context and low context
communication, individualisme dan kolektivisme, stereotip.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tokyu Land Indonesia adalah anggota dari Tokyu Fudosan Holdings, salah
satu pengembang real estate yang komprehensif dari Jepang. Hubungan antara Tokyu
Land Corporation dan Indonesia sudah ada sejak tahun 1975 dengan dimulainya
project di Bandung, kemudian dilanjutkan dengan project di Jakarta pada tahun 1981.
Hingga saat ini, kami sudah membangung 4,500 unit rumah tinggal. Kami sangat
bangga dapat masuk ke Indonesia sejak lama diantara perusahaan pengembang real
estate Jepang lainnya.
5
Perusahaan Modal Asing (PMA) Jepang yang beroperasi di Indonesia. Perusahaan
tersebut memiliki karyawan berkewarganegaraan Jepang dan Indonesia sehingga
komunikasi antarbudaya pun tidak terhindarkan. Orang Indonesia yang bekerja di PT.
Tokyu Land berasal dari etnik yang berbeda-beda pula, di antaranya etnik Sunda,
Jawa, Batak, dan Minangkabau. Dengan kata lain, para karyawan di perusahaan
tersebut adalah multikultur. Setiap budaya yang berbeda memiliki sistem yang
berbeda, oleh karena itu memahami cara berkomunikasi yang baik sangat penting.
Cara berkomunikasi tidak terlepas dari bahasa, aturan dan norma yang dimiliki
masing-masing individu.
PT.Tokyu Land memiliki karyawan warga negara Jepang 20 orang dan 133
orang Indonesia.Komunikasi yang terjadi antara karyawan warganegara Jepang dan
Indonesia menggunakan 3 bahasa, yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa
Jepang. Pada saat-saat tertentu dan suasana informal, orang-orang Indonesia dengan
etnik yang sama menggunakan bahasa daerah yang mereka pahami bersama.
Misalnya, sesama orang Sunda kadang-kadang berbicara dalam bahasa Sunda,
sesama orang Jawa berbicara bahasa Jawa, dan sebagainya. Para karyawan yang
bekerja di PT. Tokyu Land Indonesia mempunyai masa kerja yang berbeda-beda.
Bagi karyawan warga negara Indonesia maupun Jepang terutama yang relatif baru,
perlu memahami budaya masing-masing dan perlu penyesuaian. Perbedaan latar
belakang budaya termasuk di dalamnya perbedaan norma yang dianut, bahasa, gaya
bicara, adat istiadat, dan kebiasaan berpotensi menimbulkan masalah atau
kesalahpahaman. Penelitian-penelitian terdahulu yang dipublikasikan dalam jurnal
banyak membahas temuan bahwa perbedaan latar belakang budaya merupakan faktor
yang dapat menimbulkan kesalahpahaman.
2.2 Teori Yang Menjelaskan Kasus pada Karyawan Warga Negara Jepang
dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia
6
Dalam penelitian komunikasi antar budaya pada karyawan warga Negara
Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia, peneliti mengacu pada Teori
Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian yang dicetuskan oleh William
Gudykunts yang memfokuskan pada perbedaan budaya antar kelompok dan orang
asing. Ketidakpastian merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memprediksikan
atau menjelaskan perilaku, perasaan, sikap atau nilai-nilai yang diyakini orang lain.
Sedangkan kecemasan merupakan perasaan gelisah, tegang, khawatir atau cemas
tentang sesuatu yang akan terjadi. Ketidakpastian merupakan pikiran (thought) dan
kecemasan merupakan perasaan (feeling). Ketidakpastian dan kecemasan merupakan
faktor-faktor penyebab kegagalan komunikasi antar kultural. Ketidakpastian dan
kecemasan yang relatif tinggi dari masing-masing individu ketika berusaha
melakukan komunikasi antar budaya pada gilirannya menyebabkan munculnya
tindakan atau perilaku yang tidak fungsional. Ekspresi perilaku yang tidak fungsional
tersebut antara lain tidak memiliki kepedulian terhadap eksistensi orang lain,
ketidaktulusan dalam berkomunikasi dengan orang lain, melakukan penghindaran
komunikasi, dan cenderung menciptakan permusuhan dengan orang lain. Besarnya
kecemasan yang dialami saat berinteraksi dengan stranger merupakan fungsi dari
sejauh mana kita merasa memegang kendali. Semakin sedikit kekuatan yang
dirasakan dalam suatu keadaan, maka merasa lebih cemas. Orang asing cenderung
merasa mereka memiliki sedikit kekuatan dalam host culture dan oleh karena itu,
mereka cenderung mengalami kecemasan yang tinggi.
7
dengan orang asing dicirikan dengan adanya kecemasan dan ketidakpastian.
Mengelola kecemasan dan ketidakpastian merupakan proses utama yang
mempengaruhi komunikasi kita dengan orang asing. Menurut Gudykunst bahwa
sifat hubungan kita dengan orang asing tidak secara langsung mempengaruhi
kemampuan kita memprediksi perilaku mereka secara akurat. Kemampuan kita dalam
mengelola kecemasan dan ketidakpastian dan memprediksi perilaku orang asing
secara akurat bergantung pada kemampuan kita untuk bersikap sadar dalam interaksi
dengan orang asing. Kemampuan kita untuk menjadi sadar memoderasi pengaruh
mengelola kecemasan dan ketidakpastian dalam komunikasi yang efektif. Untuk
menghasilkan komunikasi yang efektif, kita harus melakukan pengelolaan kecemasan
dan ketidakpastian secara sadar dengan menerima halhal baru dan memberikan
perhatian penuh kepada proses komunikasi yang sedang berlangsung.
Dalam proses interaksi antara karyawan Negara Jepang dan Indonesia di PT.
Tokyu Land Indonesia timbul kecemasan dan ketidakpastian saat berkomunikasi.
Perbedaan bahasa merupakan faktor utama dari munculnya kecemasan dan
ketidakpastian komunikasi, kebiasaan menggunakan bahasa daerah masing-masing
saat berkomunikasi sehari-hari cukup membuat kedua budaya ini mengalami
kesulitan saat pertama kali berkomunikasi. Tidak hanya perbedaan bahasa, stereotip
dari masing-masing budaya yang melekat dalam benak juga menjadi factor
kecemasan dan ketidakpastian. Stereorip terjadi dari orang Jepang ke orang Indonesia
dan sebaliknya. Stereotip orang Jepang misalnya, orang Jepang itu pelit, kaku,
disiplin, menghargai kebersihan, hard worker atau pekerja keras. Orang Indonesia
sering distereotipkan sebagai orang yang tidak disiplin terhadap janji atau waktu dan
menganut “jam karet’, ramah, jorok, mudah diajak kompromi. Dalam penelitian
tersebut Nampak jelas pebedaan stereotip yaitu Perbedaan penghargaan terhadap
waktu (kronemik) kadang-kadang menimbulkan masalah dan komunikasi tidak
berlangsung efektif. Budaya Jepang yang cenderung disiplin dan menghormati
waktu. Orang Jepang jika berjanji akan bertemu, misalnya bertemu untuk melakukan
8
rapat jam 08:00 maka dia akan datang sebelum jam 08:00 atau paling lambat jam
08:00. Sedangkan karyawan Indonesia kadang-kadang datang lebih dari jam 08:00.
Orang Jepang tidak menegur secara langsung atas keterlambatan tersebut tetapi non-
verbal mereka melalui bahasa tubuh atau pandangan matanya menunjukkan kesan
kurang suka. Hal tersebut peneliti amati secara langsung dalam observasi sehari-hari
ketika melakukan penelitian.
Dalam melakukan penelitian kita perlu mengikuti aturan atau kaidah yang
berlaku, agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dikatakan valid. Metode
9
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Maksud dari cara ilmiah adalah bahwa kegiatan
penelitian bersandar pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, sistematis dan empiris.
Jenis-Jenis Metode Penelitian Secara umum ada tiga metode penelitian yang
umum digunakan terutama dalam penulisan skripsi, tesis, dan disertasi. Ketiga
metode penelitian itu terdiri dari, metode penelitian kuantitatif, metode penelitian
kualitatif, dan metode penelitian kombinasi (mixed methods).
10
maupun buatan (labratorium), dimana peneliti bisa sebagai instrumen dan
menggunakan instrumen untuk pengukuran, teknik pengumpulan data dapat
menggunakan tes, kuisioner dan gabungan (triangulasi), analisis data bersifat
deduktif (kuantitatif) dan induktif (kualitatif). Hasil penelitian kombinasi
dapat berguna untuk membuat generalisasi dan memahami makna.
Pendekatan kualitatif menurut West & Turner (2013: 77) dalam Turistiati
(2019) berkaitan dengan realitas sosial yang bersifat subjektif. Selaras dengan
pandangan tersebut, peneliti tidak melakukan analisis statistik. Namun, peneliti
merangkum dan menganalisis kumpulan cerita dan pendapat dari informan, hasil
observasi, dan kajian literatur, kemudian mengolahnya menjadi sebuah laporan.
Peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus dalam penelitian ini. Studi
kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang
menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam
terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan
menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan,
pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan
diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat
11
menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk
menghasilkan dan menguji hipotesis.
Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset,
penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata.
Strategi ini dapat menyertakan bukti kuatitatif yang bersandar pada berbagai sumber
dan perkembangan sebelumnya dari proposisi teoretis. Studi kasus dapat
menggunakan bukti baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian
dengan subjek tunggal memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi
dari data studi kasus kuantitatif.
Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu yang diangkat
sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu membongkar
realitas di balik fenomena. Sebab, yang kasat mata hakikatnya bukan sesuatu yang
riel (realitas). Itu hanya pantulan dari yang ada Sebagaimana lazimnya perolehan data
dalam penelitian kualitatif, data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang
bersangkutan dalam hal ini masing-masing 3 orang karyawan warganegara Indonesia
dan Jepang (total 6 orang). Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari berbagai cara itu hakikatnya
untuk saling melengkapiini merupakan contoh perolehan data kualitatif.
Namun contoh pengambilan data kuantitif ialah sensus penduduk, karena sensus
penduduk termasuk penelitian dengan menggunakan angka dengan kata lain adalah
penelitian kuantitatif ,Teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam metode
ini ialah dalam mengumpulkan informasi kuantitatif, yaitu kuesioner, wawancara
terencana, tes, observasi terencana inventarisasi, skala rating, ukuran biasa. Tujuan
12
utama dari metode kuantitatif ini ialah menerangkan sebuah masalah tetapi
menghasilkan generalisasi.
13
.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik simpulan
bahwa:
1. PT.Tokyu Land Indonesia merupakan salah satu dari Perusahaan Modal Asing
(PMA) Jepang yang beroperasi di Indonesia. PT.Tokyu Land memiliki karyawan
warga negara Jepang 20 orang dan 133 orang Indonesia. Komunikasi yang terjadi
antara karyawan warganegara Jepang dan Indonesia menggunakan 3 bahasa, yaitu
bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jepang.
2. Teori yang digunakan dalam penelitian ialah Teori Pengelolaan Kecemasan dan
Ketidakpastian yang dicetuskan oleh William Gudykunts yang memfokuskan pada
perbedaan budaya antar kelompok dan orang asing.
14
3. Penelitian menggunakan metode studi kasus, yakni metode atau strategi dalam
penelitian untuk mengungkap kasus tertentu atau hasil dari suatu penelitian sebuah
kasus tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi kasus adalah komunikasi
antarbudaya antara karyawan warganegara Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land
Indonesia.
4. Komunikasi antarbudaya antara karyawan Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land
Indonesia relatif berjalan baik.
5. Hambatan yang terjadi dalam komunikasi antarbudaya karena masalah perbedaan dan
pemahaman bahasa, kebiasaan, penghargaan terhadap waktu (Jepang monokronik
sementara Indonesia polikronik), dan adanya stereotype dari masing-masing bangsa.
Bahasa merupakan faktor utama yang sering menyebabkan hambatan komunikasi
antarbudaya. PT. Tokyu Land Indonesia mengunakan bahasa ke-tiga yaitu bahasa
Inggris sebagai bahasa komunikasi sehari hari. Karyawan Jepang yang menggunakan
aksen atau logat bahasa ibu yang dibawa ke dalam bahasa Inggris mengakibatkan
karyawan Indonesia terkadang sulit untuk memahami apa yang diucapkan atau
diutarakan oleh karyawan Jepang. Penjelasan yang kurang jelas menjadi faktor
terjadinya kesalapahaman. Karyawan Indonesia juga bila mendapat penjelasan yang
kurang jelas tidak menayakan kembali untuk memastikan agar tidak terjadi
kesalapahaman.
6. Cara mengatasi hambatan tersebut dengan lebih mempelajari budaya Jepang bagi
karyawan Indonesia, dan budaya Indonesia bagi karyawan Jepang, keterbukaan
untuk mengkonfirmasi pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, saling
menghormati, dan saling memaafkan jika terjadi kesalahpahaman.
3.2 Saran
1. Sebagai masukan kedepannya lebih ditujukan kepada individu yang akan bekerja atau
memiliki hubungan bersama dengan orang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda hendaknya lebih dapat mencari tahu terlebih dahulu budaya rekan kerja atau
partner kita, sehingga dapat meminimalisir kesalah pahaman.
15
2. Sebagai masukan ke depannya, baik karyawan warga negara Jepang maupun
Indonesia dapat lebih banyak belajar mengenai budaya orang lain, saling bertoleransi,
dan terbuka untuk saling mengingatkan untuk perbaikan hubungan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17