Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MASYARAKAT


MULTIKULTUR
( Studi kasus pada karyawan warga negara jepang dan indonesia di PT. Tokyu Land
Indonesia )

Disusun Oleh :
Bunga Aisyah Putri 1901124159
Cahaya Yunita Putri 1901155413
Fajri Fahrezi 1901124454
Farhan Habib Hawari 1901124478
Karina 1901111964
Muhammad Fiqri Indra 1901155623
Sri Rusniawati 1901111334
Tri Harda Putra 1901124843

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITTAS RIAU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
Komunikasi Antar Budaya Dalam Masyarakat Multikultur ( Studi kasus pada
karyawan warga negara jepang dan indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia )

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah
ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik


dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pekanbaru, 15 April 2021

Penyusun

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..........................................................................................................................5
2.1 Kronologi kasus........................................................................................................5
2.2 Teori Yang Menjelaskan Kasus pada Karyawan Warga Negara Jepang dan
Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia................................................................................6
2.3 Metode Penelitian....................................................................................................9
2.4 Penyelesaian masalah kasus yang diangkat/solusi untuk menanggulangi konflik..12
BAB III.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................14
3.2 Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interaksi manusia dari berbagai belahan dunia saat ini lebih mudah dengan
adanya kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat termasuk kemajuan dan
meningkatnya transportasi. Setiap hari manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi
dengan manusia lain dari berbagai belahan dengan adanya pertemuan langsung (face
to face) atau melalui media, terutama media sosial. Pertemuan antarbudaya pun
semakin mudah dan semakin banyak orang yang bepergian ke daerah atau negara lain
untuk berbagai tujuan dan kepentingan, seperti liburan, belajar, bekerja, atau
melakukan transaksi bisnis.

Perusahaan multinasional di berbagai negara dan perusahaan-perusahaan lokal


yang mengembangkan bisnis ke negara-negara lain jumlahnya pun cenderung
meningkat. Konsekuensinya keberadaan pekerja dan profesional asing di suatu negara
atau orang bekerja di negara lain semakin banyak.

Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan


Kesempatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Maruli Apul Hasoloan
menjelaskan, jumlah TKA sampai akhir 2018 lalu mencapai 95.335 orang. Ini berarti
terjadi peningkatan sekitar 10,88% dibanding sepanjang tahun 2017 lalu yang
mencapai 85.974 orang. Jika dirinci, dari TKA berjumlah 95.335 orang tersebut
terdapat tenaga asing profesional sebanyak 30.626 orang, manajer berjumlah 21.237
orang dan adviser/konsultan/direksi 30.708 orang. Berdasarkan asal negaranya
sampai tahun 2018 TKA yang bekerja di Indonesia masih didominasi China sebanyak
32.000 orang dan Jepang di urutan kedua sebanyak 13.897 orang, disusul Korea
9.686 orang, India 6.895 orang dan Malaysia sebanyak 4.667 orang.(Arifin, 2019)

1
Orang-orang Jepang yang berada di Indonesia di antaranya bekerja di PT.
Tokyu Land Indonesia. PT.Tokyu Land Indonesia merupakan salah satu dari
Perusahaan Modal Asing (PMA) Jepang yang beroperasi di Indonesia. Perusahaan
tersebut memiliki karyawan berkewarganegaraan Jepang dan Indonesia sehingga
komunikasi antarbudaya pun tidak terhindarkan. Orang Indonesia yang bekerja di PT.
Tokyu Land berasal dari etnik yang berbeda-beda pula, di antaranya etnik Sunda,
Jawa, Batak, dan Minangkabau. Dengan kata lain, para karyawan di perusahaan
tersebut adalah multikultur.

Setiap budaya yang berbeda memiliki sistem yang berbeda, oleh karena itu
memahami cara berkomunikasi yang baik sangat penting. Cara berkomunikasi tidak
terlepas dari bahasa, aturan dan norma yang dimiliki masing-masing individu.

PT.Tokyu Land memiliki karyawan warga negara Jepang 20 orang dan 133
orang Indonesia. Komunikasi yang terjadi antara karyawan warganegara Jepang dan
Indonesia menggunakan 3 bahasa, yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa
Jepang. Pada saat-saat tertentu dan suasana informal, orang-orang Indonesia dengan
etnik yang sama menggunakan bahasa daerah yang mereka pahami bersama.
Misalnya, sesama orang Sunda kadang-kadang berbicara dalam bahasa Sunda,
sesama orang Jawa berbicara bahasa Jawa, dan sebagainya.

Para karyawan yang bekerja di PT. Tokyu Land Indonesia mempunyai masa
kerja yang berbeda-beda. Bagi karyawan warga negara Indonesia maupun Jepang
terutama yang relatif baru, perlu memahami budaya masing-masing dan perlu
penyesuaian.

Perbedaan latar belakang budaya termasuk di dalamnya perbedaan norma


yang dianut, bahasa, gaya bicara, adat istiadat, dan kebiasaan berpotensi
menimbulkan masalah atau kesalahpahaman. Penelitian-penelitian terdahulu yang
dipublikasikan dalam jurnal banyak membahas temuan bahwa perbedaan latar
belakang budaya merupakan faktor yang dapat menimbulkan kesalahpahaman.

2
(Arifin, 2019) dalam penelitiannya tentang komunikasi antarbudaya antara
mahasiswa Indonesia dengan mahasiswa Vietnam, mengungkapkan bahwa perbedaan
bahasa dan kesalahpahaman non-verbal, menimbulkan konflik. Selain itu hambatan
karena prasangka dan stereotip pun cenderung menimbulkan konflik antarbudaya.
Pelabelan terhadap suatu budaya, sementara mengenai kegelisahan yang tinggi karena
kurangnya rasa percaya diri dan adanya kekhawatiran untuk tidak diterima oleh
budaya lain menyebabkan rasa gelisah bagi para pelaku komunikasi untuk
berinteraksi. (Turistiati, 2019b) dalam jurnal kajian antarbudaya mengenai
komunikasi antarbudaya antara mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Jepang,
berpendapat bahwa tantangan yang dihadapi mahasiswa Indonesia menempuh
pendidikan di Negara Jepang adalah karena faktor dari dalam (internal) dan dari luar
(eksternal) individu. Proses adaptasi dilakukan untuk mengatasi hambatan yang
dialami yaitu terutama karena faktor bahasa. Adaptasi dilakukan sebelum dan ketika
mahasiswa tiba di negara Jepang. Faktor kesamaan agama, etnik, dan penguasaan
bahasa yang sama merupakan 3 faktor utama yang mempermudah terjadinya proses
adaptasi.
Setiap orang berpikir dan berperilaku berdasarkan pengalaman budayanya.
Perubahan nilai budaya seiring dengan perkembangan zaman dan wawasan yang
makin berkembang ini biasanya terjadi pada orang-orang yang secara tiba-tiba
berpindah atau dipindahkan ke daerah yang baru. Hal tersebut dapat menimbulkan
gegar budaya. Gagar budaya atau culture shock biasanya terjadi pada seseorang yang
membandingkan kebiasaan setempat dengan lingkungan rumah, mulai dari
kebersihan warganya, perlakukan terhadap waktu, tata cara, kesopanan, dan lain lain.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menganalisis tentang komunikasi
antarbudaya dalam Masyarakat Multikultur pada Karyawan Warga Negara Jepang
dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia. Ruang lingkup penelitian ini berfokus
pada komunikasi antarbudaya dalam masyarakat multikultural, yaitu komunikasi
antara karyawan warga negara Jepang dan Indonesia di PT.Tokyu Land Indonesia,
Jakarta. Dalam penelitian ini penulis mengacu pada model komunikasi antarbudaya

3
dari William B. Gudykunst dan Young Yun Kim. Selain itu penulis menggunakan
konsep-konsep dalam komunikasi antarbudaya dari Edward T. Hall seperti proksemik
(konsep jarak), kronemik (konsep waktu), high context and low context
communication, individualisme dan kolektivisme, stereotip.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kronologi kasus PT. Tokyu Land Indonesia. PT.Tokyu Land


Indonesia?
2. Apa saja Teori Yang Menjelaskan Kasus pada Karyawan Warga Negara Jepang
dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia?
3. Apa saja Metode Penelitian yang dilakukan oleh PT.Tokyu Land Indonesia?
4. Bagaimana Penyelesaian masalah kasus yang diangkat/solusi untuk
menanggulangi konflik?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari PT.Tokyo Land Indonesia


2. Untuk mengetahui bagaimana Kronologi kasus PT. Tokyu Land Indonesia.
PT.Tokyu Land Indonesia
3. Untuk mengetahui apa saja Teori Yang Menjelaskan Kasus pada Karyawan Warga
Negara Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia
4. Untuk mengetahui apa saja Metode Penelitian yang dilakukan oleh PT.Tokyu
Land Indonesia
5. Untuk mengetahui bagaimana Penyelesaian masalah kasus yang diangkat/solusi
untuk menanggulangi konflik

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kronologi kasus

Tokyu Land Indonesia adalah anggota dari Tokyu Fudosan Holdings, salah
satu pengembang real estate yang komprehensif dari Jepang. Hubungan antara Tokyu
Land Corporation dan Indonesia sudah ada sejak tahun 1975 dengan dimulainya
project di Bandung, kemudian dilanjutkan dengan project di Jakarta pada tahun 1981.
Hingga saat ini, kami sudah membangung 4,500 unit rumah tinggal. Kami sangat
bangga dapat masuk ke Indonesia sejak lama diantara perusahaan pengembang real
estate Jepang lainnya.

Tokyu Land Indonesia didirikan pada tahun 2012 dengan pengalaman


pengetahuan dan kepercayaan yang sudah dibangun lebih dari 40 tahun. Tokyu Land
Indonesia dibangun dengan kekuatan dari group Tokyu Fudosan Holdings
Corporation dan sebagai perusahaan pengembang real estate yang komprehensif di
Jepang, yang tentunya kami bertujuan untuk merintis dan mengembangkan usaha
baru di Indonesia. Sebagai pengembang real estate yang komprehensif, Tokyu Land
Indonesia akan mengembangkan bisnis kami ke bidang real estate leasing, real estate
finance, dan real estate operation and management. Kami akan berusaha menciptakan
nilai-nilai baru di Indonesia dengan menggabungkan kebutuhan masyarakat Indonesia
dengan kualitas tinggi Jepang. PT Tokyu Land Indonesia berdiri di Indonesia dengan
tujuan untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan Indonesia dan bercita-cita
tinggi untuk keberlangsungan bisnis di Indonesia.

Orang-orang Jepang yang berada di Indonesia di antaranya bekerja di PT.


Tokyu Land Indonesia. PT.Tokyu Land Indonesia merupakan salah satu dari

5
Perusahaan Modal Asing (PMA) Jepang yang beroperasi di Indonesia. Perusahaan
tersebut memiliki karyawan berkewarganegaraan Jepang dan Indonesia sehingga
komunikasi antarbudaya pun tidak terhindarkan. Orang Indonesia yang bekerja di PT.
Tokyu Land berasal dari etnik yang berbeda-beda pula, di antaranya etnik Sunda,
Jawa, Batak, dan Minangkabau. Dengan kata lain, para karyawan di perusahaan
tersebut adalah multikultur. Setiap budaya yang berbeda memiliki sistem yang
berbeda, oleh karena itu memahami cara berkomunikasi yang baik sangat penting.
Cara berkomunikasi tidak terlepas dari bahasa, aturan dan norma yang dimiliki
masing-masing individu.

PT.Tokyu Land memiliki karyawan warga negara Jepang 20 orang dan 133
orang Indonesia.Komunikasi yang terjadi antara karyawan warganegara Jepang dan
Indonesia menggunakan 3 bahasa, yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa
Jepang. Pada saat-saat tertentu dan suasana informal, orang-orang Indonesia dengan
etnik yang sama menggunakan bahasa daerah yang mereka pahami bersama.
Misalnya, sesama orang Sunda kadang-kadang berbicara dalam bahasa Sunda,
sesama orang Jawa berbicara bahasa Jawa, dan sebagainya. Para karyawan yang
bekerja di PT. Tokyu Land Indonesia mempunyai masa kerja yang berbeda-beda.
Bagi karyawan warga negara Indonesia maupun Jepang terutama yang relatif baru,
perlu memahami budaya masing-masing dan perlu penyesuaian. Perbedaan latar
belakang budaya termasuk di dalamnya perbedaan norma yang dianut, bahasa, gaya
bicara, adat istiadat, dan kebiasaan berpotensi menimbulkan masalah atau
kesalahpahaman. Penelitian-penelitian terdahulu yang dipublikasikan dalam jurnal
banyak membahas temuan bahwa perbedaan latar belakang budaya merupakan faktor
yang dapat menimbulkan kesalahpahaman.

2.2 Teori Yang Menjelaskan Kasus pada Karyawan Warga Negara Jepang
dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia

6
Dalam penelitian komunikasi antar budaya pada karyawan warga Negara
Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia, peneliti mengacu pada Teori
Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian yang dicetuskan oleh William
Gudykunts yang memfokuskan pada perbedaan budaya antar kelompok dan orang
asing. Ketidakpastian merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memprediksikan
atau menjelaskan perilaku, perasaan, sikap atau nilai-nilai yang diyakini orang lain.
Sedangkan kecemasan merupakan perasaan gelisah, tegang, khawatir atau cemas
tentang sesuatu yang akan terjadi. Ketidakpastian merupakan pikiran (thought) dan
kecemasan merupakan perasaan (feeling). Ketidakpastian dan kecemasan merupakan
faktor-faktor penyebab kegagalan komunikasi antar kultural. Ketidakpastian dan
kecemasan yang relatif tinggi dari masing-masing individu ketika berusaha
melakukan komunikasi antar budaya pada gilirannya menyebabkan munculnya
tindakan atau perilaku yang tidak fungsional. Ekspresi perilaku yang tidak fungsional
tersebut antara lain tidak memiliki kepedulian terhadap eksistensi orang lain,
ketidaktulusan dalam berkomunikasi dengan orang lain, melakukan penghindaran
komunikasi, dan cenderung menciptakan permusuhan dengan orang lain. Besarnya
kecemasan yang dialami saat berinteraksi dengan stranger merupakan fungsi dari
sejauh mana kita merasa memegang kendali. Semakin sedikit kekuatan yang
dirasakan dalam suatu keadaan, maka merasa lebih cemas. Orang asing cenderung
merasa mereka memiliki sedikit kekuatan dalam host culture dan oleh karena itu,
mereka cenderung mengalami kecemasan yang tinggi.

Teori Pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian sebagai pengembangan dari


Teori Pengurangan Ketidakpastian dari Berger dan Calabrese (1975). Gudykunst
mengembangkan Teori Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian untuk melihat
bagaimana aplikasi Teori pengurangan ketidakpastian di kalangan anggota kelompok
terhadap adaptasi budaya baru. Dalam teori pengelolaan kecemasan dan
ketidakpastian, Gudykunst menggunakan asumsi bahwa orang asing adalah mereka
yang tidak kita kenal dan yang berada di lingkungan yang tidak dikenalnya. Interaksi

7
dengan orang asing dicirikan dengan adanya kecemasan dan ketidakpastian.
Mengelola kecemasan dan ketidakpastian merupakan proses utama yang
mempengaruhi komunikasi kita dengan orang asing. Menurut Gudykunst bahwa
sifat hubungan kita dengan orang asing tidak secara langsung mempengaruhi
kemampuan kita memprediksi perilaku mereka secara akurat. Kemampuan kita dalam
mengelola kecemasan dan ketidakpastian dan memprediksi perilaku orang asing
secara akurat bergantung pada kemampuan kita untuk bersikap sadar dalam interaksi
dengan orang asing. Kemampuan kita untuk menjadi sadar memoderasi pengaruh
mengelola kecemasan dan ketidakpastian dalam komunikasi yang efektif. Untuk
menghasilkan komunikasi yang efektif, kita harus melakukan pengelolaan kecemasan
dan ketidakpastian secara sadar dengan menerima halhal baru dan memberikan
perhatian penuh kepada proses komunikasi yang sedang berlangsung.

Dalam proses interaksi antara karyawan Negara Jepang dan Indonesia di PT.
Tokyu Land Indonesia timbul kecemasan dan ketidakpastian saat berkomunikasi.
Perbedaan bahasa merupakan faktor utama dari munculnya kecemasan dan
ketidakpastian komunikasi, kebiasaan menggunakan bahasa daerah masing-masing
saat berkomunikasi sehari-hari cukup membuat kedua budaya ini mengalami
kesulitan saat pertama kali berkomunikasi. Tidak hanya perbedaan bahasa, stereotip
dari masing-masing budaya yang melekat dalam benak juga menjadi factor
kecemasan dan ketidakpastian. Stereorip terjadi dari orang Jepang ke orang Indonesia
dan sebaliknya. Stereotip orang Jepang misalnya, orang Jepang itu pelit, kaku,
disiplin, menghargai kebersihan, hard worker atau pekerja keras. Orang Indonesia
sering distereotipkan sebagai orang yang tidak disiplin terhadap janji atau waktu dan
menganut “jam karet’, ramah, jorok, mudah diajak kompromi. Dalam penelitian
tersebut Nampak jelas pebedaan stereotip yaitu Perbedaan penghargaan terhadap
waktu (kronemik) kadang-kadang menimbulkan masalah dan komunikasi tidak
berlangsung efektif. Budaya Jepang yang cenderung disiplin dan menghormati
waktu. Orang Jepang jika berjanji akan bertemu, misalnya bertemu untuk melakukan

8
rapat jam 08:00 maka dia akan datang sebelum jam 08:00 atau paling lambat jam
08:00. Sedangkan karyawan Indonesia kadang-kadang datang lebih dari jam 08:00.
Orang Jepang tidak menegur secara langsung atas keterlambatan tersebut tetapi non-
verbal mereka melalui bahasa tubuh atau pandangan matanya menunjukkan kesan
kurang suka. Hal tersebut peneliti amati secara langsung dalam observasi sehari-hari
ketika melakukan penelitian.

Namun dalam pelaksanaannya Jika dikaitkan dengan kecemasan dan


ketidakpastian yang dialami karyawan Negara jepang dan indonesia, teori
pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian cukup baik diterapkan Karena karyawan
Jepang dan Indonesia masing-masing telah memiliki sikap sadar dalam mengelola
kecemasan dan ketidakpastian walaupun sering terjadi kesalapahaman dalam bekerja
akan tetapi untuk komunikasi pribadi berjalan dengan baik . Hal ini dapat dilihat dari
sikap menghargai perbedaan latar belakang yang dimiliki oleh karyawan Jepang di
PT. Tokyu Land Indonesia yaitu Sikap toleran karyawan Jepang ditunjukkan dengan
membiarkan atau memberi izin pada kayawan muslim menjalankan ibadahnya di
kantor. Misalnya, pada saat karyawan muslim melakukan shalat dan puasa,
menyediakan tempat bagi karyawan muslim untuk melaksanakan shalat, dan
Karyawan Jepang juga memahami budaya orang Indonesia yang kurang bisa untuk
menepati dan menghargai waktu. Begitu pun sebaliknya karyawan Indonesia yang
beragama Islam bertenggang rasa ketika orang Jepang misalnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung daging babi atau minum - minuman yang mengandung
alcohol, dan Karyawan Indonesia juga memahami kendala yang dialami oleh
karyawan Jepang dalam segi berbahasa.

2.3 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian kita perlu mengikuti aturan atau kaidah yang
berlaku, agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dikatakan valid.  Metode

9
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Maksud dari cara ilmiah adalah bahwa kegiatan
penelitian bersandar pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, sistematis dan empiris.

Menurut Sugiyono Pengertian metode penelitian adalah cara ilmiah untuk


mendapatkan data dengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan
dan ditemukan pengetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia (Sugiyono: 2012).

Jenis-Jenis Metode Penelitian Secara umum ada tiga metode penelitian yang
umum digunakan terutama dalam penulisan skripsi, tesis, dan disertasi. Ketiga
metode penelitian itu terdiri dari, metode penelitian kuantitatif, metode penelitian
kualitatif, dan metode penelitian kombinasi (mixed methods).

 Metode penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme, dipakai


untuk meneliti pada populasi ataupun sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan alat ukur (instrumen) penelitian, analisa data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji dan membuktikan hipotesis
yang telah dibuat/ditetapkan.

 Metode Penelitian Kualitatif Landasan Metode penelitian adalah filsafat


postpositivisme. Digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
(lawan eksperimen), dimana peneliti sebagai instrument kunci. Teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan). Analisis data
bersifat induktif/kualitatif. Hasil penelitian kualitatif menekankan makna dari
pada generalisasi

 Metode penelitian kombinasi merupakan metode penelitian yang


berlandaskan pada fisafat pragmatisme (kombinasai positivisme dan
postpositivisme). Digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

10
maupun buatan (labratorium), dimana peneliti bisa sebagai instrumen dan
menggunakan instrumen untuk pengukuran, teknik pengumpulan data dapat
menggunakan tes, kuisioner dan gabungan (triangulasi), analisis data bersifat
deduktif (kuantitatif) dan induktif (kualitatif). Hasil penelitian kombinasi
dapat berguna untuk membuat generalisasi dan memahami makna.

Dan dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif


dengan jenis penelitian studi kasusnya. deskriptif kualitatif kerap digunakan sebagai
metode penelitian. Dalam sebuah tulisan imiah penelitian diperlukan untuk
mengangkat dan mengupas sebuah masalah. Penelitian kemudian dijabarkan dalam
sebuah analisi hingga meperoleh kesimpulan sesuai tujuan
awal. Jenis penelitian deskriptif kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang
memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan sejara deskriptif. Jenis penelitian
deskriptif kualitatif kerap digunakan untuk menganalisis kejadian, fenomena, atau
keadaan secara sosial. Jenis penelitian deskriptif kualitatif menampilkan hasil data
apa adanya tanpa proses manipulasi atau perlakuan lain.

Pendekatan kualitatif menurut West & Turner (2013: 77) dalam Turistiati
(2019) berkaitan dengan realitas sosial yang bersifat subjektif. Selaras dengan
pandangan tersebut, peneliti tidak melakukan analisis statistik. Namun, peneliti
merangkum dan menganalisis kumpulan cerita dan pendapat dari informan, hasil
observasi, dan kajian literatur, kemudian mengolahnya menjadi sebuah laporan.

Peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus dalam penelitian ini. Studi
kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang
menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam
terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan
menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan,
pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan
diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat

11
menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk
menghasilkan dan menguji hipotesis.

Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset,
penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata.
Strategi ini dapat menyertakan bukti kuatitatif yang bersandar pada berbagai sumber
dan perkembangan sebelumnya dari proposisi teoretis. Studi kasus dapat
menggunakan bukti baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian
dengan subjek tunggal memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi
dari data studi kasus kuantitatif.

Dalam penelitian ini yang menjadi kasus adalah komunikasi antarbudaya


antara karyawan warganegara Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia.
Kasus yang terjadi di PT. Tokyu Land Indonesia bisa jadi sama atau berbeda dengan
kasus yang terjadi di tempat lain.

Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu yang diangkat
sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu membongkar
realitas di balik fenomena. Sebab, yang kasat mata hakikatnya bukan sesuatu yang
riel (realitas). Itu hanya pantulan dari yang ada Sebagaimana lazimnya perolehan data
dalam penelitian kualitatif, data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang
bersangkutan dalam hal ini masing-masing 3 orang karyawan warganegara Indonesia
dan Jepang (total 6 orang). Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari berbagai cara itu hakikatnya
untuk saling melengkapiini merupakan contoh perolehan data kualitatif.

Namun contoh pengambilan data kuantitif ialah sensus penduduk, karena sensus
penduduk termasuk penelitian dengan menggunakan angka dengan kata lain adalah
penelitian kuantitatif ,Teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam metode
ini ialah dalam mengumpulkan informasi kuantitatif, yaitu kuesioner, wawancara
terencana, tes, observasi terencana inventarisasi, skala rating, ukuran biasa. Tujuan

12
utama dari metode kuantitatif ini ialah menerangkan sebuah masalah tetapi
menghasilkan generalisasi.

2.4 Penyelesaian masalah kasus yang diangkat/solusi untuk menanggulangi


konflik

Hambatan yang terjadi dalam komunikasi antarbudaya karena masalah


perbedaan dan pemahaman bahasa, kebiasaan, penghargaan terhadap waktu (Jepang
monokronik sementara Indonesia polikronik), dan adanya stereotype dari masing-
masing bangsa. Bahasa merupakan faktor utama yang sering menyebabkan hambatan
komunikasi antarbudaya. PT. Tokyu Land Indonesia mengunakan bahasa ke-tiga
yaitu bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi sehari hari. Karyawan Jepang yang
menggunakan aksen atau logat bahasa ibu yang dibawa ke dalam bahasa Inggris
mengakibatkan karyawan Indonesia terkadang sulit untuk memahami apa yang
diucapkan atau diutarakan oleh karyawan Jepang. Penjelasan yang kurang jelas
menjadi factor terjadinya kesalapahaman. Karyawan Indonesia juga bila mendapat
penjelasan yang kurang jelas tidak menayakan kembali untuk memastikan agar tidak
terjadi kesalapahaman. Jadi Cara mengatasi hambatan tersebut dengan lebih
mempelajari budaya Jepang bagi karyawan Indonesia, dan budaya Indonesia bagi
karyawan Jepang, keterbukaan untuk mengkonfirmasi pemahaman terhadap pesan
yang disampaikan, saling menghormati, dan saling memaafkan jika terjadi
kesalahpahaman dan konflik pun tidak terjadi karrena sudah saling memahami satu
sama lain.

13
.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik simpulan
bahwa:

1. PT.Tokyu Land Indonesia merupakan salah satu dari Perusahaan Modal Asing
(PMA) Jepang yang beroperasi di Indonesia. PT.Tokyu Land memiliki karyawan
warga negara Jepang 20 orang dan 133 orang Indonesia. Komunikasi yang terjadi
antara karyawan warganegara Jepang dan Indonesia menggunakan 3 bahasa, yaitu
bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jepang.
2. Teori yang digunakan dalam penelitian ialah Teori Pengelolaan Kecemasan dan
Ketidakpastian yang dicetuskan oleh William Gudykunts yang memfokuskan pada
perbedaan budaya antar kelompok dan orang asing.

14
3. Penelitian menggunakan metode studi kasus, yakni metode atau strategi dalam
penelitian untuk mengungkap kasus tertentu atau hasil dari suatu penelitian sebuah
kasus tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi kasus adalah komunikasi
antarbudaya antara karyawan warganegara Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land
Indonesia.
4. Komunikasi antarbudaya antara karyawan Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land
Indonesia relatif berjalan baik.
5. Hambatan yang terjadi dalam komunikasi antarbudaya karena masalah perbedaan dan
pemahaman bahasa, kebiasaan, penghargaan terhadap waktu (Jepang monokronik
sementara Indonesia polikronik), dan adanya stereotype dari masing-masing bangsa.
Bahasa merupakan faktor utama yang sering menyebabkan hambatan komunikasi
antarbudaya. PT. Tokyu Land Indonesia mengunakan bahasa ke-tiga yaitu bahasa
Inggris sebagai bahasa komunikasi sehari hari. Karyawan Jepang yang menggunakan
aksen atau logat bahasa ibu yang dibawa ke dalam bahasa Inggris mengakibatkan
karyawan Indonesia terkadang sulit untuk memahami apa yang diucapkan atau
diutarakan oleh karyawan Jepang. Penjelasan yang kurang jelas menjadi faktor
terjadinya kesalapahaman. Karyawan Indonesia juga bila mendapat penjelasan yang
kurang jelas tidak menayakan kembali untuk memastikan agar tidak terjadi
kesalapahaman.
6. Cara mengatasi hambatan tersebut dengan lebih mempelajari budaya Jepang bagi
karyawan Indonesia, dan budaya Indonesia bagi karyawan Jepang, keterbukaan
untuk mengkonfirmasi pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, saling
menghormati, dan saling memaafkan jika terjadi kesalahpahaman.

3.2 Saran

1. Sebagai masukan kedepannya lebih ditujukan kepada individu yang akan bekerja atau
memiliki hubungan bersama dengan orang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda hendaknya lebih dapat mencari tahu terlebih dahulu budaya rekan kerja atau
partner kita, sehingga dapat meminimalisir kesalah pahaman.

15
2. Sebagai masukan ke depannya, baik karyawan warga negara Jepang maupun
Indonesia dapat lebih banyak belajar mengenai budaya orang lain, saling bertoleransi,
dan terbuka untuk saling mengingatkan untuk perbaikan hubungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Febiyana, A., & Turistiati, A. T. (2019). KOMUNIKASI ANTARBUDAYA


DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR (Studi Kasus pada Karyawan
Warga Negara Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia). LUGAS
Jurnal Komunikasi, 3(1), 33–44. https://doi.org/10.31334/ljk.v3i1.414

Singarimbun, Masri, and Sofian Effendi. "Metode penelitian survai." (2019).

17

Anda mungkin juga menyukai