MAKALAH Kelompok 4
MAKALAH Kelompok 4
Disusun oleh :
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Macam - macam Air : Materi Industri Kimia Anorganik” ini .
Di samping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………................................ 4
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………….. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………… 5
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………...................... 17
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan letak dan asalnya air secara umum dikelompokkan menjadi 3 yakni :
a. Air Permukaan
Jenis air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di atas permukaan bumi
dikarenakan tidak mampu terserap kedalam tanah dikarenakan lapisan tanahnya bersifat
rapat air sehingga sebagian besar air akan tergenang dan cenderung mengalir menuju
daerah yang lebih rendah, air permukaan seperti inilah yang sering disebut dengan
sungai. Pada umumnya, air permukaan mengalami pengotoran selama mengalir diatas
permukaan seperti bercampur dengan lumpur, sisa daun dan batang kayu serta kotoran
lainnya. Tingkat pengotoran air permukaan tergantung dari daerah yang dialirinya, jika di
daerah urban/ perkotaan, air permukaan berkualitas sangat buruk karena sudah tercampur
dengan bahan bahan kimia, sementara itu jika air permukaan pada hutan cenderung
mengandung bahan bahan anorganik alamiah seperti air yang sudah tercampur humus
dan sisa pelapukan organik seperti daun, batang pohon dan akar. Air permukaan terbagi
menjadi 2 yaitu :
Air Sungai
Air Danau/Telaga
Air Laut
b. Air Atmosfer (Air Angkasa)
Yaitu air yang asalnya dari udara atau atmosfer yang jatuh ke permukaan bumi.
Perlu diketahui bahwa komposisi air yang yang terdapat di lapisan udara bumi berkisar
0.001 persen dari total air yang ada dibumi. Menurut bentuknya air angkasa terbagi lagi
menjadi:
Air Hujan
Air Salju
Air Es
c. Air Tanah
Merupakan segala macam jenis air yang terletak dibawah lapisan tanah. Menyumbang
sekitar 0.6 persen dari total air di bumi. Hal ini menjadikan air tanah lebih banyak
daripada air sungai dan danau bila digabungkan maupun air yang terdapat di atmosfer.
Air tanah dapat dikelompokkan menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam.Umumnya
masyarakat lebih sering memanfaatkan air tanah dangkal untuk keperluan dengan
membuat sumur hingga kedalaman tertentu. Rata rata kedalaman air tanah dangkal
berkisar 9 hingga 15 meter dari bawah permukaan tanah. Meskipun volume-nya tidak
sebanyak air tanah dalam, namun sudah sangat mencukupi segala kebutuhan seperti
untuk air minum, mandi dan mencuci.
5
Berdasarkan fungsinya dalam industri, air dibedakan menjadi :
1. Air Hidrant (Pemadam kebakaran), Salah satu bagian dari utilitas pabrik ini adalah air
pemadam kebakaran. Kebutuhan air untuk seksi ini sangat diperlukan jika suatu saat
terjadi musibah kebakaran yang menimpa salah satu bagian dari pabrik. Dalam
praktiknya, kebutuhan air ini disalurkan melalui pipa hydran yang tersambung melalui
saluran yang melintasi seluruh lokasi pabrik.
2. Air bersih (sanitasi), Air untuk keperluan umum adalah air yang dibutuhkan untuk sarana
dalam pemenuhan kebutuhan pegawai seperti untuk mandi, cuci, kakus (MCK) dan untuk
kebutuhan kantor lainnya, serta kebutuhan rumah tangga. Air sanitasi diperlukan untuk
pencucian atau pembersihan peralatan pabrik, utilitas, laboratorium dan lainnya.
3. Air Proses, Air dari utilitas yang sudah di treatment bebas mineral pengotor dan pHnetral
sehingga bisa digunakan untuk melarutkan atau mengencerkan zat
dalam proses reaksi kimia. Pada umumnya air proses diperuntukan sebagai pelarut,
pencampur, pengencer, media pembawa pencuci dan lainnya.
4. Air Minum
5. Air Umpan Boiler, Air ini digunakan sebagai umpan boiler yang akan memproduksi
steam.
6. Air Pendingin, Air pendingin merupakan air yang diperlukan untuk proses-proses
pertukaran/perpindahan panas dalam heat exchanger dengan tujuan untuk memindahkan
panas suatu zat di dalam aliran ke dalam air.
Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas
dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Sistem yang dilalui oleh aliran air
pendingin disebut sebagai sistem air pendingin (cooling water system). Sistem air pendingin
dibagi dalam dua jenis, yaitu jenis resirkulasi dan jenis sekali lewat (once-through). Pada jenis
resirkulasi, air pendingin yang telah digunakan, digunakan kembali untuk kperluan yang sama.
Sedangkan pada system sekali lewat air yang telah digunakan langsung dibuang. Jenis resirkulasi
dibagi lagi dalam dua jenis, yaitu resirkulasi terbuka dan resirkulasi tertutup. Pada system
resirkulasi terbuka sebagian air yang telah digunakan diuapkan untuk mendinginkan bagian air
sisanya. Pada system resirkulasi tertutup, pendinginan kembali tidak dengan cara memanfaatkan
panas laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu jenis alat penukar panas.
Parameter dalam analisa cooling water treatment yang harus dipantau secara periodik :
6
d. M-alkalinuty : Dianalisa untuk memprediksi pertumbuhan kerak kalsium karbonat. M-
alkalinity memiliki korelasi yang positif dengan pH.
e. Calcium hardness : merupakan parameter penting dalam memperkirakan pertumbukan
kerak dari kalsium dan biasa digunakan untuk menghitung cycle number dari cooling
water.
f. Magnesium hardness: dianalisa untuk memperkirakan pertumbuhan kerak yang timbul
dari ion magnesium yang membentuk magnesium silikat.
g. Chloride: parameter yang biasa digunakan sebagai indeks untuk mengendalikan cycle
number cooling water. Cooling water dengan konsentrasi chloride yang tinggi cenderung
lebih bersifat korosif
h. Sulfate: Cooling water dengan konsentrasi sulfate yang tinggi cenderung lebih bersifat
korosif.
i. Silica: merupakan salah satu komponen pembentuk kerak pada peralatan.
j. COD: atau chemical oxygen demand. Konsentrasi COD yang tinggi mempercepat
pembentukan slime.
k. Ammonium ion, nitrate ion dan nitrite ion: konsentrasi ammonium ion yang tinggi
mempercepat pembentukan slime. Ammonium ion mempercepat proses terjadinya korosi
pada tembaga dengan membentuk senyawa kompleks garam tembaga-ammonium. Ketika
amonia berubah menjadi asam nitrat oleh bakteri nitrifikasi, pH cooling water menjadi
rendah dan mengakibatkan bahan kimia penghambat korosi (corrosion inhibitor) menjadi
tidak berfungsi.
l. Total Iron: merupakan salah satu fouling material dalam cooling water.
Menempelnya senyawa besi (iron) pada permukaan tubing heat exchange dapat
menyebabkan korosi local (corrosion nder deposit) pada material jenis carbon steel.
m. Residual chlorine: konsentrasi minimu chlorine harus dipertahankan dalam cooling
water untuk menciptakan efek anti bakteri atau biocidal effect.
n. Corrosion inhibitor: konsentrasi tertentu corrosion inhibitor or bahan kimia
penghambat korosi harus dipertahankan dalam cooling water untuk menjaga efek anti
korosi. Salah satu contoh corrosion inhibitor adalah phosphate, yang biasanya diukur
sebagai total phosphate.
7
NaCl, bikarbonat, dll). Komponen paling berpengaruh pada korosivitas air adalah
ion chlorida. Ion chlorida meningkatkan korosi baja dalam air sampai konsentrasi
6000 ppm. Pada umumnya air pendingin mengandung banyak oksigen terlarut
karena kontak dengan udara bebas, namun kondisi anaerobik juga dapat terjadi,
misalnya pada saat shut down, atau pada permukaan yang tertutup. Bentuk korosi
lain yang mungkin terjadi pada sistem air pendingin adalah crevice corrosion,
baik pada celah mekanik (sambungan ulir, antar muka flange, sambungan yang
diroll) maupun di bawah endapan, film, atau kerak.
2.4.2 Kerak
2.4.3 Fouling
Dampak fouling:
6) Korosi meningkat
2.4.4 Mikroorganisma
8
Mikroorganisma yang terdeteksi di sistem air pendingin adalah alga, fungi/jamur,
dan bakteri.
1) Alga
2) Jamur
Jamur dapat merusak peralatan cooling tower yang berasal dari kayu karena
digunakan sebagai sumber karbon oleh aktivitas jamur.
3) Bakteri
Dalam suatu proses, tentu saja tidak selalu berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, maka dari itu diperlukan pengendalian agar proses berjalan dengan baik.
Selain itu juga dalam proses, munculnya berbagai masalah terhadap kualitas air
pendingin tidak dapat dihindari, berikut beberapa contoh dan penanganannya sebagai
berikut;
1) pH
Bila pH terlalu rendah maka cooling water bersifat korosif sehingga harus
dinaikkan dengan injeksi NaOH.
Bila pH terlalu tinggi, maka kerja dispersant kurang efektif sehingga
pengendapan /scaling di dalam sistem akan mudah terjadi dan untuk
mengantisipasinya adalah dengan menginjeksikan acid.
2) Conductivity
Conductivity yang tinggi menunjukkan :
9
3) o-PO4 (unfilter-filter)
selisih o-PO4 (UF-F) menunjukkan jumlah atau kinerja dari dispersant. Bila
selisih o-PO4 > batasan, artinya jumlah dispersant didalam sistem harus
kurang, dapat menimbulkan kecenderungan terjadinya pengendapan /scaling
didalam sistem yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja dari cooler/heat
exchanger.
10
Untuk menanggulangi terjadinya korosi akibat tingginya chloride harus
dilakukan blowdown.
9) Suspended solid (SS)
Tingginya suspended solid disebabkan oleh terkontaminasinya fiber, sand,
pigment dan senyawa anorganik lainnya dalam bentuk terlarut dengan ukuran 10-
100 µm suspended solid yang tinggi disamping akan bisa menimbulkan scalling
juga akan menyebabkan sifat elektrolit air akan menjadi semakin besar sehingga
air akan cenderung bersifat korosif. Untuk mengurangi SS yaitu dengan
menambah blowdown.
11
2.6 Pengolahan Air Pada PT. Semen Indonesia Pabrik Tuban.
12
dari proses Pengendapan(Clear Water). Air produk dipompakan ke Elevated Tank (Menara Bak
Penampung air), untuk selanjutnya didistribusikan ke Plant sebagai air sanitasi dan sebagian
mengalami proses pelunakan air pendingin.
Di bagian proses pengolahan air pendingin, air dialirkan ke dalam clarifier melalui inlet
bersamaaan dengan dimasukannya larutan kapur Ca(OH)2 dan Soda Abu (Na2CO3). Penambahan
larutan kapur dan soda abu memiliki fungsi :
Dengan penambahan larutan kapur (Ca(OH)2) untuk menurunkan kesadahan dari
karbonat dan bikarbonat, mengurangi kadar kapur dalam air dan mengurangi kandungan
CO2 yang dapat merusak pipa.
Dengan menambahkan larutan soda abu (Na2CO3) yang berfungsi untuk menurunkan
kesadahan air non-bikarbonat.
Kesadahan adalah kemampuan air dalam membentuk busa bila dicampur dengan sabun.
Kesadahan dalam air disebabkan adanya kation Ca2+ dan Mg2+ dan anion CO32, HCO3-, SO42-,Cl-.
Didalam clarifier akan terjadi pengendapan dan lumpur dihasilkan melalui bottom clarifier.
Hasil penurunan kesadahan air dengan proses Lime-Soda ini cukup baik, dengan pH yang
berkisaar antara 9-10. Maka diperlukan penetralan menggunakan HCl sehingga pH netral
(pH=7), membuat air tidak korosif dan siap ditransfer ke system.
HCl diinjeksikan bersamaan dengan raw water yang keluar dari clarifier menuju ke sand
filter. Sand filter berfungsi sebagai penyaringan (fitration). Proses ini dipakai untuk memisahkan
suspende solid, koloid, lempung, mikroba, bakteri dan virus.
Dari sand filter, raw water masuk ke bak ground pelunakan. Air yang berasal dari ground
dipompa menuju elevated, merupakan menara bak penampung air untuk selanjutnya
didistribusikan ke cooling tower sebagai make up. Kenudian air disalurkan ke perlatan yang
membutuhkan.
2.7 Indeks Kejenuhan Terjadinya Kerak
Untuk mengetahui potensi terjadinya kerak atau korosi di sistem air pendingin biasanya
dilakukan analisis terhadap indeks kejenuhan air. Indeks kejenuhan yang sering digunakan
antaralain indeks kejenuhan langelier LSI (Langelier Saturation Index) dan RSI (Ryznar Stability
Indeks).
LSI tidak berkolerasi langsung terhadap kecenderungan atau potensi pembentukan korosi.
Jika pH nyata air melebihi nilai pH jenuhnya, LSI bernilai positif, yang berarti air dalam kondisi
kelarutan CaCO3 lewat jenuh. Air tersebut cenderung akan membentuk kerak/scale. Jika nilai
LSI sama dengan nol berarti kondisi air stabil atau baik untuk digunakan sebagai air pendingin.
LSI = pH – pHs
13
Dimana: pH : terukur langsung
pHs : (9,3+A+B)-(C+D)
14
15
Indeks kejenuhan Ryznard (RSI)
• RSI = 2.pHs – pH
Nilai RSI kurang dari 6 menunjukkan air tersebut mempunyai sifat scaling yang meningkat,
sedangkan jika nilai RSI meningkat lebih dari 0,75 akan cenderung terjadi masalah korosi.
16
2.8 Latihan Soal
Water Analysis:
• pH = 7,5
LSI Formula:
• LSI = pH-pHs
A = (Log10[TDS]-1)/10 = 0,15
Calculation at 25 ̊ C
Calculation at 28 ̊ C
Kesimpulan perhitungan
“Jika suatu air pendingin dinaikkan akan menunjukkan ada sedikit kecenderungan pembentukan
kerak”.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti
pertanian dan indutri. Salah satu penerapan dalam dunia industry adalah penggunaan air sebagai
air pendingin. Kualitas daria ir pendingin sangat mempengaruhi proses. Sehingga parameter-
parameter yang ada harus sesuai dengan syarat daripada air pendingin itu sendiri. Untuk
memenuhi kebutuhan air di PT. Semen Gresik Tuban digunakan sumber air dari waduk
Temandang sumur artesis dan Bozem. Air tersebut digunakan sebagai air sanitasi dan air
pendingin. Yang mana proses air pendingin adalah pengolahan pelunakan hasil dari water
pretreadment.
18
DAFTAR PUSTAKA
Unit Operasi Utilitas PT. Semen Indonesia. 2016. Laporan KP PT. SEMEN INDONESIA
PABRIK TUBAN
19