Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Macam - macam Air : Materi Industri Kimia Anorganik”

Dosen Pengampu : Ir. R. TD. Wisnu Broto, MT

Disusun oleh :

Novia Dwi Nisrina (40040117640005)

Moch. Asror Muwaffaq (40040117640017)

Alfyan Pujiastuti (40040117640033)

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Macam - macam Air : Materi Industri Kimia Anorganik” ini .
Di samping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Semarang, 06 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………................................ 4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….. 4

1.2 Tujuan…………………………………………………………………………….. 4

1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………………… 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………… 5

2.1 Macam-macam Air………………………………………………………………. 5

2.2 Air Pendingin…………………………………………………………………….. 6

2.3 Kualitas Air Pendingin…………………………………………………………… 6

2.4 Masalah yang Sering Timbul Dalam Sistem Air Pendingin……………………… 7

2.5 Trouble Shooting Kualitas Air Pendingin………………………………………… 9

2.6 Pengolahan Air Pada PT. Semen Indonesia Pabrik Tuban……………………….. 12

2.7 Indeks Kejenuhan Terjadinya Kerak……………………………………………… 13

2.8 Latihan Soal ……………………………………………………………………… 16

BAB III

PENUTUP……………………………………………………………...................... 17

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………. 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti
pertanian dan indutri. Oleh karena itu keberadaan air dalam masyarakat perlu dipelihara dan
dilestarikan bagi kelangsungan kehidupan. Air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan,
tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan. Semua orang tahu betul akan pentingnya air
sebagai sumber kehidupan.
Menurut (zulkarnaen,2017) berdasarkan letak dan asalnya air dikelompokan menjadi 3,
yakni air permukaan, air angkasa dan air tanah. Sedangkan menurut (zulkarnaen, 2017) air
berdasarkan kegunaannya di bidang industri dibagi menjadi : air hydrant, air proses, air
umpan boiler, air pendingin(cooling water) dan air sanitasi. Yang mana semua jenis air
tersebut memerlukan tingkat pengolahan yang berbeda.
Dalam suatu industri pemenuhan kebutuhan air tersebut dilaksanakan oleh bagian utility,
penyediaan bahan penolong proses. Bagian inilah yang menyediakan air yang memenuhi
spesifikasi baik untuk kebutuhan manusia, kebutuhan alat proses, seperti : boiler, cooling
tower dan air untuk digunakan sebagai sarana proses produksi.
Industri kimia adalah suatu industri yang bergerak dalam memproduksi zat kimia,
Industri ini menggunakan proses kimia, termasuk reaksi kimia untuk membentuk zat baru,
pemisahan berdasarkan sifat seperti kelarutan atau muatan ion, distilasi, transformasi oleh
panas, serta metode-metode lain. Sedangkan industri kimia yang memproduksi bahan kimia
anorganik dapat disebut juga sebagai industri kimia anorganik. Adapun contohnya adalah :
ammonia, klorin, asam sulfat, natrium hidroksida dan asam nitrat.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu mengetahui setiap teknik pengolahan air industri khususnya
dalam industri kimia anorganik dan mampu memahami setiap perbedaan perlakuan terhadap
setiap jenis air yang ada dalam industri.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini mahasiswa diharapkan mampu mengetahui tentang :
Apasajakah macam-macam dari air ? Bagaimanakah proses perlakuan dari masing-masing
air industri ?

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-macam Air

Berdasarkan letak dan asalnya air secara umum dikelompokkan menjadi 3 yakni :

a. Air Permukaan
Jenis air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di atas permukaan bumi
dikarenakan tidak mampu terserap kedalam tanah dikarenakan lapisan tanahnya bersifat
rapat air sehingga sebagian besar air akan tergenang dan cenderung mengalir menuju
daerah yang lebih rendah, air permukaan seperti inilah yang sering disebut dengan
sungai. Pada umumnya, air permukaan mengalami pengotoran selama mengalir diatas
permukaan seperti bercampur dengan lumpur, sisa daun dan batang kayu serta kotoran
lainnya. Tingkat pengotoran air permukaan tergantung dari daerah yang dialirinya, jika di
daerah urban/ perkotaan, air permukaan berkualitas sangat buruk karena sudah tercampur
dengan bahan bahan kimia, sementara itu jika air permukaan pada hutan cenderung
mengandung bahan bahan anorganik alamiah seperti air yang sudah tercampur humus
dan sisa pelapukan organik seperti daun, batang pohon dan akar. Air permukaan terbagi
menjadi 2 yaitu :
 Air Sungai
 Air Danau/Telaga
 Air Laut
b. Air Atmosfer (Air Angkasa)
Yaitu air yang asalnya dari udara atau atmosfer yang jatuh ke permukaan bumi.
Perlu diketahui bahwa komposisi air yang yang terdapat di lapisan udara bumi berkisar
0.001 persen dari total air yang ada dibumi. Menurut bentuknya air angkasa terbagi lagi
menjadi:
 Air Hujan
 Air Salju
 Air Es
c. Air Tanah
Merupakan segala macam jenis air yang terletak dibawah lapisan tanah. Menyumbang
sekitar 0.6 persen dari total air di bumi. Hal ini menjadikan air tanah lebih banyak
daripada air sungai dan danau bila digabungkan maupun air yang terdapat di atmosfer.
Air tanah dapat dikelompokkan menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam.Umumnya
masyarakat lebih sering memanfaatkan air tanah dangkal untuk keperluan dengan
membuat sumur hingga kedalaman tertentu. Rata rata kedalaman air tanah dangkal
berkisar 9 hingga 15 meter dari bawah permukaan tanah. Meskipun volume-nya tidak
sebanyak air tanah dalam, namun sudah sangat mencukupi segala kebutuhan seperti
untuk air minum, mandi dan mencuci.

5
Berdasarkan fungsinya dalam industri, air dibedakan menjadi :

1. Air Hidrant (Pemadam kebakaran), Salah satu bagian dari utilitas pabrik ini adalah air
pemadam kebakaran. Kebutuhan air untuk seksi ini sangat diperlukan jika suatu saat
terjadi musibah kebakaran yang menimpa salah satu bagian dari pabrik. Dalam
praktiknya, kebutuhan air ini disalurkan melalui pipa hydran yang tersambung melalui
saluran yang melintasi seluruh lokasi pabrik.
2. Air bersih (sanitasi), Air untuk keperluan umum adalah air yang dibutuhkan untuk sarana
dalam pemenuhan kebutuhan pegawai seperti untuk mandi, cuci, kakus (MCK) dan untuk
kebutuhan kantor lainnya, serta kebutuhan rumah tangga. Air sanitasi diperlukan untuk
pencucian atau pembersihan peralatan pabrik, utilitas, laboratorium dan lainnya.
3. Air Proses, Air dari utilitas yang sudah di treatment bebas mineral pengotor dan pHnetral
sehingga bisa digunakan untuk melarutkan atau mengencerkan zat
dalam proses reaksi kimia. Pada umumnya air proses diperuntukan sebagai pelarut,
pencampur, pengencer, media pembawa pencuci dan lainnya.
4. Air Minum
5. Air Umpan Boiler, Air ini digunakan sebagai umpan boiler yang akan memproduksi
steam.
6. Air Pendingin, Air pendingin merupakan air yang diperlukan untuk proses-proses
pertukaran/perpindahan panas dalam heat exchanger dengan tujuan untuk memindahkan
panas suatu zat di dalam aliran ke dalam air.

2.2 Air Pendingin

Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas
dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Sistem yang dilalui oleh aliran air
pendingin disebut sebagai sistem air pendingin (cooling water system). Sistem air pendingin
dibagi dalam dua jenis, yaitu jenis resirkulasi dan jenis sekali lewat (once-through). Pada jenis
resirkulasi, air pendingin yang telah digunakan, digunakan kembali untuk kperluan yang sama.
Sedangkan pada system sekali lewat air yang telah digunakan langsung dibuang. Jenis resirkulasi
dibagi lagi dalam dua jenis, yaitu resirkulasi terbuka dan resirkulasi tertutup. Pada system
resirkulasi terbuka sebagian air yang telah digunakan diuapkan untuk mendinginkan bagian air
sisanya. Pada system resirkulasi tertutup, pendinginan kembali tidak dengan cara memanfaatkan
panas laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu jenis alat penukar panas.

2.3 Kualitas Air Pendingin

Parameter dalam analisa cooling water treatment yang harus dipantau secara periodik :

a. Turbindity : menunjukkan jumlah padatan tersuspensi di dalam air


b. pH : parameter yang menunjukkan kecenderungan terjadinya korosi dan pembentukan
kerak
c. Electrical conductivity : menunjukkan jumlah padatan terlarut dalam air

6
d. M-alkalinuty : Dianalisa untuk memprediksi pertumbuhan kerak kalsium karbonat. M-
alkalinity memiliki korelasi yang positif dengan pH.
e. Calcium hardness : merupakan parameter penting dalam memperkirakan pertumbukan
kerak dari kalsium dan biasa digunakan untuk menghitung cycle number dari cooling
water.
f. Magnesium hardness: dianalisa untuk memperkirakan pertumbuhan kerak yang timbul
dari ion magnesium yang membentuk magnesium silikat.
g. Chloride: parameter yang biasa digunakan sebagai indeks untuk mengendalikan cycle
number cooling water. Cooling water dengan konsentrasi chloride yang tinggi cenderung
lebih bersifat korosif
h. Sulfate: Cooling water dengan konsentrasi sulfate yang tinggi cenderung lebih bersifat
korosif.
i. Silica: merupakan salah satu komponen pembentuk kerak pada peralatan.
j. COD: atau chemical oxygen demand. Konsentrasi COD yang tinggi mempercepat
pembentukan slime.
k. Ammonium ion, nitrate ion dan nitrite ion: konsentrasi ammonium ion yang tinggi
mempercepat pembentukan slime. Ammonium ion mempercepat proses terjadinya korosi
pada tembaga dengan membentuk senyawa kompleks garam tembaga-ammonium. Ketika
amonia berubah menjadi asam nitrat oleh bakteri nitrifikasi, pH cooling water menjadi
rendah dan mengakibatkan bahan kimia penghambat korosi (corrosion inhibitor) menjadi
tidak berfungsi.
l. Total Iron: merupakan salah satu fouling material dalam cooling water.
Menempelnya senyawa besi (iron) pada permukaan tubing heat exchange dapat
menyebabkan korosi local (corrosion nder deposit) pada material jenis carbon steel.
m. Residual chlorine: konsentrasi minimu chlorine harus dipertahankan dalam cooling
water untuk menciptakan efek anti bakteri atau biocidal effect.
n. Corrosion inhibitor: konsentrasi tertentu corrosion inhibitor or bahan kimia
penghambat korosi harus dipertahankan dalam cooling water untuk menjaga efek anti
korosi. Salah satu contoh corrosion inhibitor adalah phosphate, yang biasanya diukur
sebagai total phosphate.

2.4 Masalah yang Sering Timbul dalam Sistem Air Pendingin

Secara umum masalah masalah Cooling Water System di antaranya adalah


terjadinya korosi, pembentukan kerak dan deposit, serta terjadinya fouling akibat aktivitas
mikroba.
2.4.1 Korosi

Korosi oleh air pendingin pada rentang temperatur air biasanya


disebabkan oleh gas-gas terlarut (CO2, O2, dsb) dan garam-garam terlarut (sulfat,

7
NaCl, bikarbonat, dll). Komponen paling berpengaruh pada korosivitas air adalah
ion chlorida. Ion chlorida meningkatkan korosi baja dalam air sampai konsentrasi
6000 ppm. Pada umumnya air pendingin mengandung banyak oksigen terlarut
karena kontak dengan udara bebas, namun kondisi anaerobik juga dapat terjadi,
misalnya pada saat shut down, atau pada permukaan yang tertutup. Bentuk korosi
lain yang mungkin terjadi pada sistem air pendingin adalah crevice corrosion,
baik pada celah mekanik (sambungan ulir, antar muka flange, sambungan yang
diroll) maupun di bawah endapan, film, atau kerak.

2.4.2 Kerak

Kerak disebabkan oleh garam mineral terlarut yang mempunyai


konsentrasi melebihi batas kelarutannya. Presipitasi terjadi di permukaan
perpindahan panas (heat transfer surface). Nilai kelarutan garam tergantung dari
suhu system. Semakin tinggi suhu, kelarutran Ca karbonat semakin rendah. Kerak
biasanya terdiri dari Ca karbonat, Ca Sulfat, Ca phosphate, Mg silicat, dan silica.
Pembentukan kerak di HE harus dibersihkan dengan metode pembersihan
tertentu seperti pengolahan dengan asam atau hydroblasting. Kerak selain di HE
juga terjadi di peralatan cooling system.

2.4.3 Fouling

Debris fouling disebabkan oleh akumulasi endapan amorphous lunak atau


padatan yang ditimbulkan oleh material biologi, dirt, padatan tersuspensi, dan
endapan produksi korosi.

Dampak fouling:

1) Mengurangi laju pindah panas

2) Penyumbatan saluran pipa atau tube

3) Mengurangi umur pakai alat

4) Menambah cost seperti maintenance

5) Pumping cost naik

6) Korosi meningkat

7) Menjadi tempat pembiakan mikroba

2.4.4 Mikroorganisma

8
Mikroorganisma yang terdeteksi di sistem air pendingin adalah alga, fungi/jamur,
dan bakteri.

1) Alga

Alga bisa berkembangbiak di lingkungan dengan syarat ada udara, sinar


matahari, dan air. Alga dapat menyumbat screen, menghalangi aliran, dan
mempercepat proses korosi jenis under deposit corrosion.

2) Jamur

Jamur dapat merusak peralatan cooling tower yang berasal dari kayu karena
digunakan sebagai sumber karbon oleh aktivitas jamur.

3) Bakteri

Bakteri yang banyak berkembangbiak di system cooling tower adalah SRB


(Sulfate Reducing Bacteria) yang hidup di lingkungan anaerobic, yang akan
menghasilkan by-product yang sangat korosif. SRB sering dijumpai di bawah
timbunan kerak (deposit) atau di bawah slime yang diproduksi oleh mikroba
aerobic.

2.5 Trouble Shooting Kualitas Air Pendingin

Dalam suatu proses, tentu saja tidak selalu berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, maka dari itu diperlukan pengendalian agar proses berjalan dengan baik.
Selain itu juga dalam proses, munculnya berbagai masalah terhadap kualitas air
pendingin tidak dapat dihindari, berikut beberapa contoh dan penanganannya sebagai
berikut;

1) pH
 Bila pH terlalu rendah maka cooling water bersifat korosif sehingga harus
dinaikkan dengan injeksi NaOH.
 Bila pH terlalu tinggi, maka kerja dispersant kurang efektif sehingga
pengendapan /scaling di dalam sistem akan mudah terjadi dan untuk
mengantisipasinya adalah dengan menginjeksikan acid.
2) Conductivity
Conductivity yang tinggi menunjukkan :

 Banyaknya garam yang terlarut dapat memicu terjadinya


scalling/pengendapan
 Daya hantar listrik yang tinggi akan memperbesar laju korosi
Untuk menurunkan conductivity dilakukan dengan menambah blowdown.

9
3) o-PO4 (unfilter-filter)
 selisih o-PO4 (UF-F) menunjukkan jumlah atau kinerja dari dispersant. Bila
selisih o-PO4 > batasan, artinya jumlah dispersant didalam sistem harus
kurang, dapat menimbulkan kecenderungan terjadinya pengendapan /scaling
didalam sistem yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja dari cooler/heat
exchanger.

 Untuk mengantisipasi terjadinya pengendapan tersebut, maka harus


ditambahan dispersant lagi sampai didapat o-PO4 (Uf-F) < batasan.
4) Total PO4
 Bila total o-PO4 < batasan, maka pelapisan passive film di permukaan logam
akan berkurang/menipis sehingga dapat menyebabkan terjadinya korosi untuk
menaikkan total PO4 dilakukan dengan menambah dosis corrosion inhibitor.
 Jika total PO4 > batasan, maka disamping merupakan pemborosan bahan kimia
juga dapat menyebabkan terjadinya pengendapan/scalling. Untuk menurunkan
total PO4 dilakukan dengan mengurangi dosis corrosion inhibitor.
5) Amoniak, NH3
 Dapat bersumber dari kebocoran fluida proses atau dari luar/lingkungan.
 Amoniak di dalam air pendingin merupakan nutrisi bagi bakteri (terjadi reaksi
nitrifikasi membentuk nitrat) dan juga bisa menimbulkan korosi pada material
cooper.
 Untuk mengurangi NH3 dengan mencari sumber pencemarnya serta
melakukan blow down untuk menurunkan jumlah NH3 didalam sistem
6) Nitrat (NO3)
 Dihasilkan dari reaksi nitrifikasi amoniak oleh nitrifying bacteria di dalam
cooling water.
 Tingginya kandungan nitrat didalam sistem disamping akan menjadi sumber
nutrisi bakteri juga bisa menurunkan pH cooling water (terbentuk asam nitrat).
 Untuk mengurangi nitrat dengan menambahkan blowdown.
7) Silika (SiO2)
 Berasal terutama dari make up water.
 Silika yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya scalling terutama bila
berikatan dengan magnesium membentuk magnesium silikat (scalling yang
sangan kuat dan kurang keras serta sangat sukar untuk dibersihkan).
 Untuk mengurangu silica yaitu dengan menambah blowdown.
8) Chloride
 Kandungan chloride yang tinggi didalam sistem dapat menyebabkan terjadinya
korosi di material carbon steel ( pada material SS dengan
temperatur skin > 100oC dan kandungan chloride > 100 ppm akan terjadi
stress corrosion cracking /scc.

10
 Untuk menanggulangi terjadinya korosi akibat tingginya chloride harus
dilakukan blowdown.
9) Suspended solid (SS)
Tingginya suspended solid disebabkan oleh terkontaminasinya fiber, sand,
pigment dan senyawa anorganik lainnya dalam bentuk terlarut dengan ukuran 10-
100 µm suspended solid yang tinggi disamping akan bisa menimbulkan scalling
juga akan menyebabkan sifat elektrolit air akan menjadi semakin besar sehingga
air akan cenderung bersifat korosif. Untuk mengurangi SS yaitu dengan
menambah blowdown.

10) Residual Chlorine


 Tingginya residual chlorine /free chlorine menyebabakan pemborosan bahan
kimia dan menurunkan pH aiar sehingga air akan bersifat korosif.
Penanggulannya yaitu dengan mengurangi dosis injeksi chlorine/bromine
 Rendahnya residual chlorine/free chlorine akan memicu pertumbuhan bakteri
yang tinggi dan pada akhirnya akan terjadi fouling dan terbentuk slime di
permukaan logam.Penangglangannya dengan mengontrol residual /free
chlorine yang benar.
11) Total count bacteria (TCB)
 Tingginya TCB didalam cooling water akan menyebabkan terbentunya slime
di permukaan logam sehingga akan menurunkan koefisien perpindahan panas.
 Untuk mengatasi hal tersebut dengan cara :
- Menaikkan konsumsi Cl2 + NaBr atau Cl2 + Ca(OCl)2
- Mengurangi nutrient yang ada di sistem (unsur C,H,O,N,P) dengan cara
blow down.

11
2.6 Pengolahan Air Pada PT. Semen Indonesia Pabrik Tuban.

Gambar 2.1 Pengolahan Air Pendingin


Untuk memenuhi kebutuhan air di PT. Semen Gresik Tuban digunakan sumber air dari
waduk Temandang sumur artesis dan Bozem yang di pompakan di dalam raw mix water 1 yang
berkapasitas 1500 m3 (tempat penampung air agar kualitas air yang akan diproses bisa stabil).
Pada bak raw mix water ini diberi atap untuk mencegah timbulnya ganggang. Dari bak raw mix
water, air dialirkan menuju tangki clarifier untuk dilakukan proses pengendapan dengan
melewati tangki aerasi terlebih dahulu.
Sebelum masuk ke tangki clarifier dan tangki aerasi, di dalam proses pengendapan
diinjeksikan bahan-bahan kimia ke raw mix water. Bahan-bahan kimia yang digunakan antara
lain :
 PAC (Poly Alumunium Cloride) Sebagai bahan koagulan yang kemudian gumpalan
koloid diperbesar dengan penambahan flokulant SC-500 sehingga mudah mengendap.
 Kaporit yang mengandung unsure Cl- sebagai desinfektan yang mampu membunuh
mikroorganisme dalam air.
Masing-masing dicampurkan ke air baku menggunakan dosing pump dan diinjeksikan sebelum
tangki aerasi. Maka akan terjadi pencampuran dari efek pengadukan turbulensi dalam pipa.
Selanjutnya masuk dalam tangki aerasi untuk memberikan udara ke air, sehingga oksigen
tertangkap oleh air akan bereaksi dengan FeO2 menjadi Fe2O3 dan mengendap. Kemudian air
dipompakan ke tangki clarifier untuk dilakukan pengendapan. PAC yang terhidrolisa membentuk
flok Al(OH)3 yang mengikat koloid mengendap. Endapan akan turun ke dasar sebagai sludge
yang kemudian digaruk menggunakan Scrapper dan dikeluarkan melalui pipa outlet.
Reaksinya :
Al2(SO4)318H2O + 3Ca(HCO3)2 → 3CaSO4 + 2Al(OH)3 + 6CO2 +18H2O
Air yang keluar dari clarifier dialirkan ke bagian inlet filter di atas media pasir (Sand
Filter). Air yang keluar akan dialirkan menuju Clear Ground Tank sebagai penampung produk

12
dari proses Pengendapan(Clear Water). Air produk dipompakan ke Elevated Tank (Menara Bak
Penampung air), untuk selanjutnya didistribusikan ke Plant sebagai air sanitasi dan sebagian
mengalami proses pelunakan air pendingin.
Di bagian proses pengolahan air pendingin, air dialirkan ke dalam clarifier melalui inlet
bersamaaan dengan dimasukannya larutan kapur Ca(OH)2 dan Soda Abu (Na2CO3). Penambahan
larutan kapur dan soda abu memiliki fungsi :
 Dengan penambahan larutan kapur (Ca(OH)2) untuk menurunkan kesadahan dari
karbonat dan bikarbonat, mengurangi kadar kapur dalam air dan mengurangi kandungan
CO2 yang dapat merusak pipa.
 Dengan menambahkan larutan soda abu (Na2CO3) yang berfungsi untuk menurunkan
kesadahan air non-bikarbonat.
Kesadahan adalah kemampuan air dalam membentuk busa bila dicampur dengan sabun.
Kesadahan dalam air disebabkan adanya kation Ca2+ dan Mg2+ dan anion CO32, HCO3-, SO42-,Cl-.
Didalam clarifier akan terjadi pengendapan dan lumpur dihasilkan melalui bottom clarifier.
Hasil penurunan kesadahan air dengan proses Lime-Soda ini cukup baik, dengan pH yang
berkisaar antara 9-10. Maka diperlukan penetralan menggunakan HCl sehingga pH netral
(pH=7), membuat air tidak korosif dan siap ditransfer ke system.
HCl diinjeksikan bersamaan dengan raw water yang keluar dari clarifier menuju ke sand
filter. Sand filter berfungsi sebagai penyaringan (fitration). Proses ini dipakai untuk memisahkan
suspende solid, koloid, lempung, mikroba, bakteri dan virus.
Dari sand filter, raw water masuk ke bak ground pelunakan. Air yang berasal dari ground
dipompa menuju elevated, merupakan menara bak penampung air untuk selanjutnya
didistribusikan ke cooling tower sebagai make up. Kenudian air disalurkan ke perlatan yang
membutuhkan.
2.7 Indeks Kejenuhan Terjadinya Kerak

Untuk mengetahui potensi terjadinya kerak atau korosi di sistem air pendingin biasanya
dilakukan analisis terhadap indeks kejenuhan air. Indeks kejenuhan yang sering digunakan
antaralain indeks kejenuhan langelier LSI (Langelier Saturation Index) dan RSI (Ryznar Stability
Indeks).

LSI merupakan ukuran kecenderungan pengendapan atau pelarutan CaCO3. Langelier


telah mengembangkan metode untuk memprediksi nilai pH jenuh (pHs) untuk berbagai kondisi
air. Jika pH nyata air lebih rendah dari nilai pH jenuhnya maka LSI bernilai negatif, yang berarti
ada kecenderungan akan melarutkan CaCO3.

LSI tidak berkolerasi langsung terhadap kecenderungan atau potensi pembentukan korosi.
Jika pH nyata air melebihi nilai pH jenuhnya, LSI bernilai positif, yang berarti air dalam kondisi
kelarutan CaCO3 lewat jenuh. Air tersebut cenderung akan membentuk kerak/scale. Jika nilai
LSI sama dengan nol berarti kondisi air stabil atau baik untuk digunakan sebagai air pendingin.

LSI = pH – pHs

13
Dimana: pH : terukur langsung

pHs : (9,3+A+B)-(C+D)

Nilai pHs bisa ditentukan melalui rumus,

A = (Log10 [TDS] – 1)/10

B = -13,2 x Log10 (C + 273) + 34,55

C = Log10 [Ca2+ as CaCO3]- 0,4

D = Log10 [alkalinity as CaCO3

14
15
Indeks kejenuhan Ryznard (RSI)

• RSI = 2.pHs – pH

Penentuan pHs dari kurva dengan menggunakan rumus:

• pHs = pCa + pAlk + C

Nilai RSI kurang dari 6 menunjukkan air tersebut mempunyai sifat scaling yang meningkat,
sedangkan jika nilai RSI meningkat lebih dari 0,75 akan cenderung terjadi masalah korosi.

16
2.8 Latihan Soal

Dalam suatu kondisi diperoleh :

Water Analysis:

• pH = 7,5

• TDS = 32- mg/L

• Calcium = 150 mg/L (or ppm) as CaCO3

• Alkalinity = 34 mg/L (or ppm) as CaCO3

Tentukanlah ukuran kecenderungan pengendapan atau pelarutan CaCO3

 LSI Formula:

• LSI = pH-pHs

• pHs = (9,3 + A + B) – (C + D) where:

A = (Log10[TDS]-1)/10 = 0,15

B = -13,12 x Log10(oC+273) + 34,55 = 2,09 at 25 ̊ C and 1,09 at 82 ̊ C

C = Log10[Ca2 + as CaCO3] – 0,4 = 1,78

D = log10[alkalinity as CaCO3] = 1,53

 Calculation at 25 ̊ C

• pHs = (9,3 + 0,15 + 2,09) – (1,78 + 1,53) = 8,2

• LSI = 7,5 - 8,2 = -0,7

• Menunjukkan tak ada kecendrungan pembentukan kerak

 Calculation at 28 ̊ C

• pHs = (9,3 + 0,15 + 1,09) – (1,78 + 1,53) = 7,2

• LSI = 7,5 – 7,2 = +0,3

Kesimpulan perhitungan

“Jika suatu air pendingin dinaikkan akan menunjukkan ada sedikit kecenderungan pembentukan
kerak”.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti
pertanian dan indutri. Salah satu penerapan dalam dunia industry adalah penggunaan air sebagai
air pendingin. Kualitas daria ir pendingin sangat mempengaruhi proses. Sehingga parameter-
parameter yang ada harus sesuai dengan syarat daripada air pendingin itu sendiri. Untuk
memenuhi kebutuhan air di PT. Semen Gresik Tuban digunakan sumber air dari waduk
Temandang sumur artesis dan Bozem. Air tersebut digunakan sebagai air sanitasi dan air
pendingin. Yang mana proses air pendingin adalah pengolahan pelunakan hasil dari water
pretreadment.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mimanm.2017. Pengolahan Air Pendingin. https://kupdf.net/download/pengolahan-air-


pendingin_59b123fcdc0d608a73568edc_pdf

Unit Operasi Utilitas PT. Semen Indonesia. 2016. Laporan KP PT. SEMEN INDONESIA
PABRIK TUBAN

Zulkarnaen,Iskandar. 2017.Jenis-jenis Air Industri. https://www.academia.edu/8216494/JENIS-


JENIS_AIR_INDUSTRI

19

Anda mungkin juga menyukai