Anda di halaman 1dari 12

MASALAH SISWA DAN PENDEKATAN UMUM DALAM BIMBINGAN

KONSELING

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling

Dosen

Dr. Suherman, M.Pd.

disusun Oleh:

Iqbal Ibnu F (1608252)

Salsabila H. F. K. (1601468)

Aisyah Tiara (1606347)

Irawati Fauziah (1606357)

Ghina Yusriya (1606693)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2017
PEMBAHASAN

Masalah yang dialami manusia merupakan bagian dari kehidupan yang tidak bisa
dipisahkan. Setiap manusia memiliki masalah yang terjadi dalam hidupnya. Masalah
yang dialami manusia berbeda-beda. Masalah timbul karena sesuatu yang tidak sesuai
harapan yang dapat menimbulkan kegelisahan, kekhawatiran, dan bahkan dapat
mengganggu fisik dan psikis. Oleh sebab itu masalah harus segera dipecahkan dan
diselesaikan. berikut ini pengertian masalah menurut para ahli:

Menurut Abdul Cholil Masalah adalah bagian dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah
menghadapi masalah, bisa bersumber dari diri sendiri maupun bersumber dari orang lain.

Menurut Istijanto Masalah merupakan bagian yang paling penting dalam proses riset,
sebab masalah memberi pedoman jenis informasi yang nantinya akan dicari.

Menurut Richard Carlson Masalah adalah tempat terbaik untuk berlatih agar hati kita
tetap terbuka karena masalah adalah bagian dari kehidupan kita.

Masalah bisa dialami disetiap jenjang usia. Masalah yang dialami anak balita
mungkin berbeda-beda dengan masalah orang dewasa atau masalah anak sekolah berbeda
dengan pekerja kantoran. setiap jenjang usia memiliki tugas perkembangannya masing-
masing. Beberapa individu yang mengalami hambatan dalam menjalani tugas
perkembangan akan menimbulkan masalah. Masalah ini harus segera dipecahnya,
diselesaikan, dan dicari solusinya agar tidak menimbulkan kekacauan ataupun hal-hal
yang tidak diharapkan.

Dalam dunia pendidikan masalah-masalah mungkin terjadi terutama dikalangan


siswa. Siswa merupakan generasi penerus bangsa, maka siswa membutukan bimbingan
dan motivasi yang baik untuk menjadi generasi yang hebat masalah yang dihadapi siswa
sangat beragam dan muncul karena beberapa faktor, bisa dari dalam dirinya dan dari luar.
Masalah yang dialami siswa ini harus diselesaikan agar tidak mengganggu dirinya dan
lingkungan disekitarnya. Terkadang siswa tidak memahami masalah yang dialaminya dan
tidak tahu cara mengatasinya. Siswa butuh perhatian dan bimbingan dalam menghadapi
masalah yang dialaminya dari pihak-pihak yang dapat membantunya seperti orang tua
dan guru.

Suatu masalah dapat terjadi pada siapa saja, termasuk murid sekolah. Masalah itu
perlu diupayakan penanggulangannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan
dengan baik. Masalah yang timbul dalam kehidupan siswa di sekolah beraneka ragam,
diantaranya sebagai berikut:
1. Masalah Perkembangan Individu

Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Hal ini
berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang
tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik dan psikis atau sifat-sifat mental.

Hereditas merupakan aspek bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang.


Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas
perkembangannya, bergantung kepada kualitas hereditas dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Lingkungan merupakan factor penting disamping hereditas yang
menentukan perkembangan individu. Asuhan dalam perkambangan dengan melalui
proses belajar sering disebut pendidikan. Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan
dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang seyogianya dimiliki oleh individu,
sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. tugas-tugas perkembangan
merupakan sosial expectations (harapan-harapan sosial masyarakat).

Munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor berikut:

a. Kematangan Fisik, misalnya (1) belajar berjalan karena kematangan otot-otot


kaki, dan (2) belajar bergaul dengan lawan jenis kelamin yang berbeda pada
masa remaja, karena kematangan hormone seksual.
b. Tuntutan Masyarakat secara Kultural, misalnya (1) belajar membaca, (2)
belajar menulis, (3) belajar berhitung, dan (4) belajar berorganisasi.
c. Tuntutan dari Dorongan dan Cita-cita Individu itu sendiri, misalnya (1)
memilih pekerjaan, dan (2) memilih teman hidup.
d. Tuntutan Norma Agama, misalnya (1) taat beribadah kepada Allah, dan (2)
berbuat baik kepada sesama manusia.

Dalam mencapai tugas-tugas perkembangan ini, tidak sedikit yang mengalami


kegagalan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor: tidak atau kurang adanya
bimbingan untuk memahami dan menguasai tugas-tugas perkembangan, kurang
memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kedewasaan, mengalami kesehatan
yang buruk (sakit-sakitan), cacat tubuh, tingkat kecerdasan yang rendah, dan iklim
lingkungan yang kurang baik.

Kegagalan mencapai tugas-tugas perkembangan ini akan melahirkan perilaku


yang menyimpang (delinquency) atau situasi kehidupan yang tidak bahagia,
penyimpangan perilaku yang dialami individu, sebagai dampak dari tidak
tertuntaskannya tugas-tugas perkembangan akan bervariasi sesuai dengan fase
perkembangannya. Penyimpangan perilaku yang dialami anak berusia sekolah dasar
diantaranya adalah: suka membolos dari sekolah, malas belajar, dan keras kepala.
Pada usia remaja, penyimpangan perilaku yang dialaminya seperti, suka mengisolir
diri, meminum-minuman keras keras, mengkonsumsi obat-obat terlarang atau
narkoba, tawuran, malas belajar, kurang bersikap hormat kepada orangtua dan orang
dewasa lainnya.

Masa belajar disekolah atau perguruan tinggi merupakan masa transisi, sebagai
proses untuk mencapai kematangan, dan masa persiapan untuk mencapai kehidupan
dewasa yang berarti. Dalam hubungan ini sekolah atau perguruan tinggi mempunyai
peranan yang penting dalam membantu siswa (mahasiswa) untuk mencapai taraf
perkembangan, melalui penuntasan atau pencapaian tugas-tugas perkembangannya
secara optimal.

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan komponen pendidikan yang dapat


membantu para siswa atau mahasiswa dalam proses perkembangannya.
Demikianlah, pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan prinsip-
prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksana pelayanan
bimbingan dan konseling.

2. Masalah Perbedaan Individu

Timbulnya perbedaan individu ini dapat dikembalikan Kepada factor pembawaan


dan lingkungan sebagai komponen utamabagi terbentuknya keunikan individu.
Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu, meskipun dengan
lingkungan yang sama, sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan
timbulnya perbedaan individu, meskipun pembawaannya sama.

Di sekolah sering kali tampak masalah perbedaan individu ini.Ada yang menonjol
dalam kecerdasan tertentu tapi kurang cerdas pada bidang yang lain.Kenyataan ini
akan membawa konsekuensi bagi pelayanan pendidikan, khususnya yang
menyangkut bahan pelajaran, metode mengajar,alat alat pelajaran, pelayanan
lainnya. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan
dirinya dengan dengan tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini di sebabkan karena
pelayanan pada pada umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas
dasar ukuran pada umumnya atau rata-rata.

Dengan kata lain sekolah hendaknya memberikan pelayanan kepada para siswa
secara individual sesuai dengan keunikan masing-masing. Usaha melayani siswa
secara individual ini dapat diselenggarakan melalui program bimbingan dan
konseling.

Beberapa segi perbedaaan individual yang perlu mendapat perhatian diantaranya


ialah perbedaan dalam :

a. Kecerdasan
b. Prestasi belajar
c. Sikap dan kebiasaan belajar
d. Motivasi belajar
e. Temperamen
f. Karakter
g. Minat
h. Ciri- ciri fisik
i. Cita- cita
j. Kemampuan dalam komunikasi atau berhubungan interpersonal
k. Kemandirian
l. Kedisiplinan, dan
m. Tanggung jawab

3. Masalah Belajar

Dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu
sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar.
Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan
tingkah laku (baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh
respons yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.

Dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri
maupun bagi pengajar. Misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar
berhasil, memilih metode dan alat-alat sesuai dengan jenis dan situasi belajar,
membuat rencana belajar bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan
siswa, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya. Bagi siswa
sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu
belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar
berkelompok, mempersiapkan ujian, memilih mata pelajaran yang cocok, dan
sebagainya.

Menurut Prayitno dalam Badarudin (2011), masalah adalah sesuatu yang tidak
disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin
atau perlu dihilangkan.

Nurihsan (2006) mengatakan bahwa terdapat empat jenis masalah yang terdapat
pada individu, masalah – masalah tersebut antara lain:

a. Masalah sosial pribadi


Adapun yang tergolong dalam masalah – masalah sosial-pribadi adalah masalah
hubungan dengan sesama teman, dosen serta staff, pemahaman sifat dan
kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan
masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik.
b. Masalah karier
Adapun yang tergolong dalam permasalahan karier yaitu pemahaman terhadap
jabatan dan tugas – tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri,
pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karier,
penyesuaian pekerjaan, dan lain – lain.
c. Masalah akademik
Adapun yang termasuk masalah – masalah akademik, yaitu pemilihan
jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas – tugas dan latihan,
pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan,
kesulitan belajar, dan lain – lain.

Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan
masalahnya. Nurihsan (2006) merumuskan empat pendekatan sebagai pendekatan
dalam bimbingan dan konseling, empat pendekatan tersebut antara lain:

a. Pendekatan Krisis

Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan


yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah.
Bimbingan ini bertujuan mengatasi krisis atau masalah – masalah yang dialami
individu. Dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu individu yang
datang. Selanjutnya, mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang
dirasakan individu.

Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan
untuk strategi yang digunakan dalam pendekatan krisis. Strategi yang digunakan
dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi
krisis itu. Contoh: Seorang peserta didik datang mengadu kepada guru sambil
menangis karena didorong temannya sehingga tersungkur ke lantai. Guru yang
menggunakan pendekatan krisis akan meminta peserta didik tersebut untuk
membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang mendorongnya ke
lantai. Bahkan mungkin guru tersebut memanggil teman peserta didik tersebut
untuk datang ke ruang guru untuk membicarakan penyelesaian masalah tersebut
sampai tuntas.

b. Pendekatan Remedial

Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada


individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuan bimbingan ini
adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami
individu. Dalam pendekatan ini, pembimbing memfokuskan tujuannya pada
kelemahan – kelemahan individu dan selanjutnya berupaya untuk
memperbaikinya.

Pendekatan remedial banyak dipengaruhi aleh aliran psikologi behavioristic.


Psikologi behavioristic menekankan perilaku individu di sini dan saat ini. Saat
ini, perilaku dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh sebab
itu, untuk memperbaiki perilaku individu perlu ditata lingkungan yang
mendukung perbaikan perilaku tersebut.

Terkait dengan pendekatan krisis ini, Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan
untuk strategi yang digunakan dalam pendekatan remedial. Strategi yang
digunakan, seperti mengajarkan kepada peserta didik keterampilan tertentu
seperti keterampilan belajar (membaca, merangkum, menyimak, dll),
keterampilan sosial dan sejenisnya yang belum dimiliki peserta didik
sebelumnya. Dalam contoh kasus diatas, dengan menggunakan pendekatan
remedial, guru dapat mengambil tindakan mengajarkan keterampilan berdamai
sehingga peserta didik tadi memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah –
masalah hubungan antarpribadi (interpersonal). Keterampilan berdamai adalah
keterampilan yang selama ini belum dimiliki kedua peserta didik tersebut dan
merupakan kelemahan yang bisa memunculkan masalah itu.

c. Pendekatan preventif

Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi


masalah – masalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut
menimpa individu. Pembimbing memberikan beberapa upaya, seperti informasi
dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.

Suryana dan Suryadi (2012) mengatakan bahwa dalam pendekatan ini, guru
mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya
masalah itu. Masalah-masalah yang dimaksud seperti putus sekolah, berkelahi,
kenakalan, merokok, membolos, menyontek, mengutil, bermain game on
line/internet dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi pada
peserta didik secara umum. Model preventif ini, didasarkan pada pemikiran
bahwa jika guru dapat mendidik peserta didik untuk menyadaribahaya
dariberbagaikegiatan dan menguasai metode untuk menghindari terjadinya
masalah itu, maka guru akan dapat mencegah peserta didik dari perbuatan-
perbuatan yang membahayakan tersebut.

Suryana dan Suryadi (200) juga mengusulkan strategi dalam pendekatan ini.
Strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan ini yaitu termasuk mengajar
dan memberikan informasi. Dalam contoh kasus di atas, jika guru menggunakan
pendekatan preventif dia akan mengajari peserta didik nya secara klasikal untuk
bersikap toleran dan memahamiorang lain sehingga dapat mencegah munculnya
perilaku agresif, tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.

d. Pendekatan perkembangan

Pendekatan perkembangan menekankan pada pengembangan potensi dan


kekuatan yang ada pada individu secara optimal. Setiap individu memiliki
potensi dan kekuatan – kekuatan tertentu melalui penerapan berbagai teknik
bimbingan potensi, kemudian kekuatan – kekuatan tersebut dikembangkan.
Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua individu,
bukan hanya pada individu yang menghadapi masalah. Bimbingan
perkembangan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok, bahkan klasikal
melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, serta
penyaluran bakat dan minat.

Suryana dan Suryadi (2012) mengusulkan bahwa strategi yang dapat digunakan
dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih,
tutorial, dan konseling. Dalam contoh tersebut, jika guru menggunakan
pendekatan perkembangan, guru tersebut sebaiknya menangani peserta didik
tadi sejak tahun-tahun pertama masuk sekolah, mengajari dan menyediakan
pengalaman belajar bagi murid itu yang dapat mengembangkan keterampilan
hubungan antarpri badiyang diperlukan untuk melakukan interaksi yang efektif
dengan orang lain. Oleh karena itu, dalam pendekatan perkembangan,
keterampilan dan pengalaman belajar yang menjadi kebutuhan peserta didik
akan dirumuskan ke dalam suatu kurikulum bimbingan atau dirumuskan sebagai
layanan dasar umum.

Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan empat


komponen program yaitu: layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual
dan dukungan system.

1. Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan


a. Bimbingan Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa
dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk
melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal,
konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan
layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi
tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan
orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang
diperuntukan bagi para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang
utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan
tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum,
personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran,
perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA),
kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan
informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa
tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka,
baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media
cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan
internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat
mempergunakan jam pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani
kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua
kelas.
b. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon
kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam
bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common
problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat
menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok
ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang
lebih efektif dan produktif.
c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh
semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau
wali kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam
rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar,
kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan
mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru
mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya :
 Menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang
kondusif bagi belajar siswa
 Memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam
 Menandai siswa yang diduga bermasalah
 Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program
remedial teaching
 Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing;
 Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang
kerja yang diminati siswa;
 Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga
dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia
kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan
prospek kerja);
 Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial,
maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur
central” bagi siswa)
 Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran
yang diberikannya secara efektif.
d. Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua
Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan,
konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa.
Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya
berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui
kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi,
pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya
mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin
dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat
dilakukan beberapa upaya, seperti : (1) kepala sekolah atau komite sekolah
mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu
semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan
pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua
(melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang
tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah,
terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.

2. Strategi untuk Layanan Responsif


a. Konsultasi
Konselor memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau
pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi
dalam memberikan bimbingan kepada para siswa.
b. Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa
yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-
tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif
pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat.
Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
Konseling kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa memecahkan
masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini, masing-
masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu
sama lain saling memberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan
masalah tersebut.
c. Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani
masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien
kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter,
dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka yang
memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas),
kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
d. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa
terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya
diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi
pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun
non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang
membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi,
perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan
bimbingan atau konseling.

3. Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual


a. Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group Appraisal)
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa
menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi
belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor membantu siswa
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut
pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki
pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan
konstruktif.
b. Individual or Small-Group Advicement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau
memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang
pribadi, sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk merumuskan
tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang
pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki
kelemahan dirinya, melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau
perencanaan yang telah ditetapkan, dan mengevaluasi kegiatan yang telah
dilakukannya.

4. Strategi untuk Dukungan Sistem


a. Pengembangan Professional
Konselor secara terus menerus berusaha untuk mempebaharui pengetahuan
dan keterampilannya melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam
organisasi profesi, (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar
dan workshop (lokakarya), atau (4) melanjutkan studi ke program yang
lebih tinggi.
b. Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang
tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah (pemerintah,
dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan
bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan
referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk
menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang
relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan.
c. Manajemen Program
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
tercisekolaha, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem
pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas,
sistematis, dan terarah..

Anda mungkin juga menyukai