Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai
bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaannya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar adalah suatu proses
perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu. Oleh karena itu, dalam suatu pembelajaran juga perlu
didukung oleh adanya suatu teori belajar.
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atau
sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan
dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Di dalam masa
perkembangan psikologi pendidikan ini muncullah secara beruntun beberapa
aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu:
1.1.1 Psikologi behavioristik.
1.1.2 Psikologi kognitif.
1.1.3 Psikologi humanistik.
Ketiga aliran psikologi pendidikan di atas tumbuh dan berkembang secara
beruntun, dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode
perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang
belajar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar
humanistik.
Oleh sebab itu, kami akan membahas lebih lanjut tentang teori-teori
belajar tersebut pada pembahasan makalah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja yang mencakup konsep pembelajaran?
1.2.2 Bagaimana pengaplikasian teori teori pembelajaran?
1.2.3 Apa saja ragam strategi pembelajaran? dan bagaimana
pengaplikasiannya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui konsep pembelajaran.
1.3.2 Mengetahui cara mengaplikasikan teori teori pembelajaran.
1.3.3 Mengetahui strategi pembelajaran beserta cara mengaplikasikannya.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Dapat memahami konsep pembelajaran.
1.4.2 Dapat mengaplikasikan teori teori pembelajaran.
1.4.3 Dapat mengetahui strategi pembelajaran beserta cara
mengaplikasikannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pembelajaran


2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon.

2.1.2 Ciri-Ciri Hasil Belajar


Dari beberapa pengertian belajar tersebut di atas, kata kunci dari belajar
adalah perubahan perilaku. Moh. Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari
perubahan perilaku, yaitu:

2.1.2.1 Perubahan yang disadari dan disengaja


(intensional); Perubahan perilaku yang terjadi merupakan
usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan.
2.1.2.2 Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu); Bertambahnya
pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang
telah diperoleh sebelumnya.
2.1.2.3 Perubahan yang fungsional; Setiap perubahan perilaku yang
terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu
yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang
maupun masa mendatang.
2.1.2.4 Perubahan yang bersifat positif; Perubahan perilaku yang
terjadi bersifat normatif dan menunjukkan ke arah kemajuan.

3
2.1.2.5 Perubahan yang bersifat aktif; Untuk memperoleh perilaku
yang baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya
melakukan perubahan.
2.1.2.6 Perubahan yang bersifat permanen; Perubahan perilaku yang
diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi
bagian yang melekat dalam dirinya.
2.1.2.7 Perubahan yang bertujuan dan terarah; Individu melakukan
kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik
tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang.
2.1.2.8 Perubahan perilaku secara keseluruhan; Perubahan perilaku
belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata,
tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya.

2.2 Teori-Teori Pembelajaran


2.2.1 Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori behavioristik menjadi dominan mewarnai
pemikiran selama tahun 1950-an. Berdasarkan hasil karya para ahli dan
pemikir seperti John B. Watson, Ivan Pavlov, dan B.F. Skinner. Para
psikolog behavioristik juga sering disebut “contemporary behaviorists”
atau juga disebut “S-R psychologists”.Teori behavioristik berpendapat
bahwa semua perilaku dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lingkungan,
bukan oleh kekuatan internal.Behavioristik berfokus pada perilaku yang
dapat diamati.
Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa
tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan
mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah

4
laku merupakan hasil belajar. Terdapat tiga macam teori behavioristik,
yakni:
2.2.1.1 Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang
ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike
(1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada
tahun 1890-an yang menggunakan hewan-hewan terutama
kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Berdasarkan
eksperimennya, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar
adalah hubungan antara stimulus dan respons.Itulah sebabnya,
koneksionisme juga disebut “S-R Nond Theory” dan “S-R
Psychology of Learning”.Di samping itu, teori ini juga terkenal
dengan sebutan “Trial and Error Leraning”.Istilah ini
menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah
kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan.

2.2.1.2 Pembiasaan Klasik


Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini
berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh
Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuwan besar Rusia yang
berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada
dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus
sebelum terjadinya reflek tersebut (Terrace, 1973).
Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing untuk
mengetahui hubungan-hubungan antara conditioned stimulus
(CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response
(CR), dan Unconditioned-response (UCR). CS adalah
rangsangan yang mampu mendatangkan respons yang
dipelajari, sedangkan respons yang dipelajari itu sendiri
disebut CR. Adapun UCS berarti rangsangan yang

5
menimbulkan respons yang tidak dipelajari, dan respons yang
tidak dipelajari itu disebut UCR.
Berdasarkan eksperimen Pavlov menyimpulakan bahwa
belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya
hubungan antara stimulus dan respons. Apabila stimulus yang
diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS),
stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan
menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki
yang dalam hal ini CR.
2.2.1.3 Pembiasaan Perilaku Respons
Teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning)
ini diciptakan oleh Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun
1904).Tema pokok yang mempengaruhi karya-karyanya adalah
bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-
konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri
(Bruno, 1987).
“Operant” adalah sejumlah perilaku atau respons yang
membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat
(Rober, 1988). Respons dalam operant conditioning terjadi
tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforce. Reinforce sesungguhnya adalah
stimulus yang meningkatkan kamungkinan timbulnya sejumlah
respons tertentu.
Dalam eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus
yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal
dengan nama “Skinner box”. Eksperimen yang dilakukan
Skinner mirip sekali dengan trial and error learning yang
ditemukan oleh Thorndike.Dalam hal ini, fenomena tingkah
laku belajar menurut Thorndike selalu melibatkan
satisfaction/kepuasan, sedangkan menurut Skinner fenomena
tersebut melibatkan reinforcement/penguatan.

6
Selanjutnya, proses belajar dalam teori operant
conditioning juga tunduk kepada dua hukum operant yang
berbeda, yakni: law of operant conditioning dan law of operant
extinction. Menutut law of operant conditioning, jika
timbulnya tingkah laku operant diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan meningkat.
Sebaliknya, menurut law of operant extinction, jika timbulnya
tingkah laku operant yang telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka
kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan
musnah (Hintzman, 1987). Hukum-hukum ini pada dasarnya
sama saja dengan hukum-hukum yang melekat dalam proses
belajar menurut teori pembiasaan yang klasik.
Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-
respon terhadap stimulus.Apabila murid tidak menunjukkan
reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru tak mungkin dapat
membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan behavior. Guru
berperan penting di dalam kelas untuk mengontrol dan
mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang
telah dirumuskan.

2.2.2 Teori Belajar Kognitif


kognitif adalah cabang psikologi yang mempelajari proses mental
termasuk bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan belajar.
Bidang psikologi kognitif sangat luas, tetapi umumnya dimulai dengan
melihat bagaimana masukan sensori berubah menjadi keyakinan dan
tindakan melalui proses kognisi.
Istilah psikologi kognitif diciptakan oleh Ulric Neisser tahun 1967
dalam sebuah bukunya yang berjudul Cognitive Psychology. Psikologi
kognitif mengakui otak menjalankan fungsi utama, yaitu berpikir. Otak
adalah sistem fisik murni yang bekerja (meskipun kompleks) dalam

7
batas-batas hukum alam dan kekuatan sebab dan akibat. Pandangan ini
disebut fungsionalisme kausal atau fungsionalisme.
2.2.2.1 Teori Belajar Piaget
Jean Piaget adalah seorang ilmuwan perilaku dari Swiss,
ilmuwan yang sangat terkenal dalam penelitian mengenai
perkembangan berpikir khususnya proses berpikir pada anak.
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan
berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap
perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu
yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada
tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut yaitu tahap
Sensori Motor (dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun),
tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7
tahun), tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun),
dan tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai
15 tahun).
2.2.2.2 Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya
Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupan. Bruner meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa
muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive, iconic dan
simbolic. Pembelajaran enaktif mengandung sebuah kesamaan
dengan kecerdasan inderawi dalam teori Piaget.
Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan
memanipulasi objek, melakukan pengetahuan tersebut daripada
hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin paham
bagaimana cara melakukan lompat tali (‘melakukan’ kecakapan
tersebut), namun tidak terlalu paham bagaimana

8
menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan
ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran.
Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang melalui
gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan
pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka.Anak-
anak sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang
pohon mangga dikebun dalam benak mereka, meskipun mereka
masih kesulitan untuk menjelaskan dalam kata-kata.
Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang
dilakukan melalui representasi pengalaman abstrak (seperti
bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan
pengalaman tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan
pengetahuan yang abstrak, dan karena simbolik pembelajaran
yang satu ini serupa dengan operasional formal dalam proses
berpikir dalam teori Piaget.
2.2.2.3 Teori Belajar Bermakna Ausubel
Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah
bekerja untuk mencari hukum belajar yang bermakna. Menurut
Ausubel ada dua jenis belajar : (1) Belajar bermakna
(meaningful learning) dan (2) belajar menghafal (rote learning).
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi
baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah
dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan belajar
menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai
bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.
Menurut Ausubel supaya proses belajar siswa
menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa
menemukan sendiri semuanya. Malah, ada bahaya bahwa siswa
yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak menebak dan
mencoba-coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh
berarti baginya. Seandainya siswa sudah seorang ahli dalam

9
mengadakan penelitian demi untuk menemukan kebenaran baru,
bahaya itu tidak ada; tetapi jika siswa tersebut belum ahli, maka
bahaya itu ada.
Ia juga berpendapat bahwa pemerolehan informasi
merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal
tertentu dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan
informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru bertanggung jawab
untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu
dipelajari oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah
menguasai yang disampaikan gurunya.
Belajar dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning)
yang dikemukakan oleh Ausubel adalah bila informasi yang
akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur
kognitif yang dimiliki peserta didik itu sehingga peserta didik itu
mampu mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif
yang dimilikinya.
Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak
pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang
dipelajari oleh siswa.Ausubel tidak setuju dengan pendapat
bahwa kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih
bermakna daripada kegiatan belajar penerimaan (reception
learning). Sehingga dengan ceramahpun, asalkan informasinya
bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistematis,
akan dihasilkan belajar yang baik.
2.2.2.4 Teori Belajar “Cognitive-Field” dari Lewin
Tokoh dari teori kognitif adalah Kurt Lewin (1892-1947).
Mengembangkan suatu teori belajar kognitif-field dengan
menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi social.
Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam
suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan dimana
individu bereaksi disebut life space. Life space mencankup

10
perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi, misalnya ;
orang – orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi
serta fungsi kejiwaan yang ia miliki.
Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat
dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan sruktur
kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari
stuktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari kebutuhan
motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan lebih
penting pada motivasi dari reward.

2.2.3 Teori Belajar Humanistik


Aliran psikologi humanistik sangat terkenal dengan konsepsi
bahwa esensinya manusia itu baik menjadi dasar keyakinan dan
mengajari sisi kemanusiaan. Psikologi humanistik utamanya didasari
atas atau merupakan realisasi dari psikologi eksistensial dan
pemahaman akan keberadaan dan tanggung jawab sosial seseorang.
Dua psikolog yang ternama, Carl Rogers dan Abraham Maslow,
memulai gerakan psikologi humanistik perspektif baru mengenai
pemahaman kepribadian seseorang dan meningkatkan kepuasan hidup
mereka secara keseluruhan.
Psikologi humanistik adalah perspektif psikologis yang
menekankan studi tentang seseorang secara utuh.Psikolog humanistik
melihat perilaku manusia tidak hanya melalui penglihatan pengamat,
malainkan juga melalui pengamatan atas perilaku individu mengintegral
dengan perasaan batin dan citra dirinya.
Studi psikologi humanistik melihat manusia, pemahaman, dan
pengalaman dalam diri manusia, termasuk dalam kerangka belajar dan
belajar.Mereka menekankan karakteristik yang dimiliki oleh makluk
manusia seutuhnya seperti cinta, kesedihan, peduli, dan harga
diri.Psikolog humanistik mempelajari bagaimana orang-orang
dipengaruhi oleh persepsi dan makna yang melekat pada pengalaman

11
pribadi mereka.Aliran ini menekankan pada pilihan kesadaran, respon
terhadap kebutuhan internal, dan keadaan saat ini yang menjadi sangat
penting dalam membentuk perilaku manusia.
Pendekatan pengajaran humanistik didasarkan pada premis bahwa
siswa telah memiliki kebutuhan untuk menjadi orang dewasa yang
mampu mengaktualisasi diri, sebuah istilah yang digunakan oleh
Maslow (1954).Aktualisasi diri orang dewasa yang mandiri, percaya
diri, realistis tentang tujuan dirinya, dan fleksibel.Mereka mampu
menerima dirinya sendiri, perasaan mereka, dan lain-lain di
sekitarnya.Untuk menjadi dewasa dengan aktualisasi dirinya, siswa
perlu ruang kelas yang bebas yang memungkinkan mereka menjadi
kreatif.
Tujuan dasar pendidikan humanistik adalah mendorong siswa
menjadi mandiri dan independen, mengambil tanggung jawab untuk
pembelajaran mereka, menjadi kreatif dan tertarik dengan seni, dan
menjadi ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka.

2.3 Strategi Pembelajaran


2.3.1 Pembelajaran Akselerasi
Pembelajaran akselerasi adalah suatu proses dimana lingkungan
belajar siswa secara sengaja dikelola agar lebih cepat lulus untuk
memungkinkan siswa mempercepat proses belajarnya. Tahap – tahap
dalam pembelajaran akselerasi adalah:
2.3.1.1 Persiapan
Proses belajar dimulai dari adanya minat untuk
mempelajari sesuatu. Untuk melakukan aktivitas belajar,
individu melakukan persiapan yang relevan dengan usaha yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas belajar.
Adapun persiapan yang diperlukan adalah :
2.3.1.1.1 Menyiapkan mental siswa menjadi aktif.
2.3.1.1.2 Menghapus hambatan-hambatan dalam belajar.

12
2.3.1.1.3 Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2.3.1.1.4 Ciptakan siswa yang aktif yang dapat b siswa keluar
berpikir dan menciptakan.
2.3.1.1.5 Buat siswa keluar dari isolasi dan ajaklah mereka
melihat masyarakat disekitar.
2.3.1.2 Presentasi
Adanya minat untuk mempelajari suatu pengetahuan atau
keterampilan diikuti dengan tahap brikutnya yaitu presentasi.
Dalam pembelajaran ini individu mulai berkenalan dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diminayti untuk
dipelajari.
2.3.1.3 Latihan
Pada tahap latihan ini individu mulai mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diimplementasikan
sebelumnya.
2.3.1.4 Performa
Dalam tahap ini individu mulai melakukan performa atau
penampilan melalui aplikasi pengetahuan keterampilan yang
telah dipelajari dalam situasi yang nyata.
2.3.2 Pembelajaran Mencari Dan Menemukan (Inquiry-Discovery
Learning)
Peran guru dalam teknik pembelajaran ini sebagai fasilitator
siswa, sehingga siswa diharapkan untuk lebih mencari dan
menemukan ilmu (wawasan) secara mandiri.Strategi pembelajaran
Inquiry-discovery learning yaitu:

2.3.2.1 Stimulasi
suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk merangsang
kemampuan dasar siswa agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.

13
2.3.2.2 Perumusan Masalah
Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang relevan sebanyak mungkin.
2.3.2.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
2.3.2.4 Analisis Data
Kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi informasi
yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam
suatu penelitian.
2.3.2.5 Verifikasi
Teori filsafat positif logis dalam memilih yang menyatakan
bahwa pengalaman adalah satu-satunya sumber dasar
pengetahuan dan dalam analisis logis dapat dilakukan dengan
bantuan simbol-simbol logika dengan menggunakan metode
untuk pemecahkan masalah melalui metode verifikasi empirik
yaitu bila terdapat sesuatu yang tidak dapat diverifikasi secara
empirik maka hasilnya adalah sia-sia. penganut teori radikal
ini memiliki masalah konsekuensi untuk filosofi tradisional,
karena, jika benar, akan menyebabkan banyak pekerjaan sia-
sia pada filosofis masa lalu, antara lain pada metafisika dan
etika.
2.3.2.6 Generelasi
Tahap selanjutnya, siswa belajar menarik generelasi atau
kesimpulan tertentu.

14
2.3.3 Pendekatan Saintifik
Ada lima kegiatan utama di dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik, yaitu:
2.3.3.1 Mengamati
Mengamati dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan
mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau
menyimak.
2.3.3.2 Menanya
Menanya untuk membangun pengetahuan peserta didik
secara faktual, konseptual, dan prosedural, hingga berpikir
metakognitif, dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, kerja
kelompok, dan diskusi kelas.
2.3.3.3 Mencoba
Mengeksplor/mengumpulkan informasi, atau mencoba
untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam
mengembangkan kreatifitas, dapat dilakukan melalui
membaca, mengamati aktivitas, kejadian atau objek tertentu,
memperoleh informasi, mengolah data, dan menyajikan
hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar.
2.3.3.4 Mengasosiasi
Mengasosiasi dapat dilakukan melalui kegiatan
menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori,
menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi.
2.3.3.5 Mengkomunikasikan
Mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan
hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar/sketsa, diagram, atau grafik, dapat dilakukan melalui
presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk kerja.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam konsep pembelajaran yang dapat dipahami ialah arti dari kata
belajar yang disebut pengertian belajar, serta ciri-ciri perilaku hasil belajar.
Belajar adalah suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
praktik atau pengalaman tertentu. Sedangkan ciri-ciri hasil belajar dapat dilihat
dari perilaku terdidik yang memiliki moral yang baik.
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atau
sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Pembahasan tentang teori belajar yang telah dipaparkan di atas, memberikan
pandangan untuk dapat memberikan kesimpulan tentang poin – poin yang telah
dibahas antara lain: belajar sebagai kegiatan siswa jika dipandang dari teori-teori
tersebut adalah perubahan tingkah laku (behavioristik), untuk mempelajari proses
mental, bagaimana cara berpikir, mengingat, merasakan dan belajar (kognitif), dan
studi tentang melihat manusia secara utuh, tidak hanya melalui penglihatan
pengamat tetapi juga pengamatan atas perilaku individu, mengintegralkan dengan
perasaan batin dan citra rasa (humanistik).
Selain konsep dan teori-teori pembelajaran yang perlu dipahami,
diperlukan juga strategi untuk mencapai tujuan sukses dalam belajar. Beberapa
contoh strategi dalam pembelajaran yaitu : program kelas akselerasi, pembelajaran
mencari dan menemukan, dan pembelajaran saintifik.

16
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.
Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Dan kami
juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima dan kami ucapkan
terima kasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
Makmun, Abin Syamsuddin. 1996. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda
http://ariefian84.wordpress.com/2010/06/08/teori-kognitif/
http://rizkyfazliana.blogspot.co.id/2013/11/teori-belajar-behavioristik-
kognitif.html
https://jenispembelajaran.wordpress.com/2012/05/01/bagaimana-cara-
implementasi-pembelajaran-akselerasi/
http://imatask.blogspot.co.id/2016/01/pendekatan-inquiry-dan-discovery.html
http://www.matematrick.com/2014/11/pendekatan-saintifik-dan-model.html

18

Anda mungkin juga menyukai