Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI PEMERINTAHAN

R M K

Persamaan Akuntansi dan Analisis Transaksi Pemerintah

Dosen Pembimbing :

Sitti Nafisah, SE., M. Si

Disusun oleh :

Andi Rida Syahraida Ramadani


1710321119

Kelas 4 Akuntansi S1

Fakultas Ekonomi dan Ilmu – Ilmu Sosial

Universitas Fajar

Makassar
PEMBAHASAN

A. PERSAMAAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

Akuntansi Berbasis Akrual

Akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan
peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam
periode laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas
atau ekuivalen kas diterima atau dibayarkan. Akuntansi berbasis akrual ini banyak dipakai
oleh institusi sektor non publik dan lembaga lain yang bertujuan mencari keuntungan.
International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga kreditur menyusun Government
Finance Statistics (GFS) yang di dalamnya menyarankan kepada negara-negara debiturnya
untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan keuangan. Alasan
penerapan basis akrual ini karena saat pencatatan (recording) sesuai dengan saat
terjadinya arus sumber daya. Jadi basis akrual ini menyediakan estimasi yang tepat atas
pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian secara makro. Selain itu basis
akrual menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya
dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind transaction, dan arus ekonomi lainnya.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh atas penerapan basis akrual, baik bagi
pengguna laporan (user) maupun bagi pemerintah sebagai penyedia laporan keuangan.
Manfaat tersebut antara lain:

1. Dapat menyajikan laporan posisi keuangan pemerintah dan perubahannya;

2. Memperlihatkan akuntabilitas pemerintah atas penggunaan seluruh sumber daya;

3. Menunjukkan akuntabilitas pemerintah atas pengelolaan seluruh aktiva dan


kewajibannya yang diakui dalam laporan keuangan;

4. Memperlihatkan bagaimana pemerintah mendanai aktivitasnya dan memenuhi


kebutuhan kasnya;

5. Memungkinkan user untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah dalam medanai


aktivitasnya dan dalam memenuhi kewajiban dan komitmennya;

6. Membantu user dalam pembuatan keputusan tentang penyediaan sumber daya ke atau
melakukan bisnis dengan entitas;

7. User dapat mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal biaya pelayanan, efisiensi dan
penyampaian pelayanan tersebut.

Sesuai dengan Exposure Draft Standar Akuntansi Pemerintahan, basis akrual untuk
neraca berarti bahwa aktiva, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Secara rinci pengakuan atas item-item yang ada dalam neraca dengan penerapan basis
akrual adalah:

1. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah.

2. Investasi, suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila
memenuhi salah satu kriteria: (a) Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial
atau jasa pontensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat
diperoleh pemerintah; (b)Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara
memadai (reliable). Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui
sebagai pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam
laporan realisasi anggaran, sedangkan pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka
panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.

3. Aktiva tetap, untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan
memenuhi kriteria: (a) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
(b)Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; (c) Tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam operasi normal entitas; dan (d) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan.

4. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP), suatu benda berwujud harus diakui sebagai KD
jika: (a) Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan
dengan aset tersebut akan diperoleh; (b) Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara
andal; dan (c) Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan. KDP dipindahkan ke pos
aset tetap yang bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi: (1) Konstruksi secara
substansi telah selesai dikerjakan; dan(2) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai
dengan tujuan perolehan;

5. Kewajiban, suatu kewajiban yang diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran
sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban yang ada sampai saat ini, dan perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.

Modifikasi dari Akuntansi Berbasis Akrual

Basis akuntansi ini meliputi pengakuan beberapa aktiva, namun tidak seluruhnya,
seperti aktiva fisik, dan pengakuan beberapa kewajiban, namun tidak seluruhnya, seperti
utang pensiun. Contoh bervariasinya (modifikasi) dari akuntansi akrual, dapat ditemukan
dalam paktek sebagai berikut ini:

1. Pengakuan seluruh aktiva, kecuali aktiva infrastruktur, aktiva pertahanan dan aktiva
bersejarah/warisan, yang diakui sebagai beban (expense) pada waktu pengakuisisian
atau pembangunan. Perlakuan ini diadopsi karena praktek yang sulit dan biaya yang
besar untuk mengidentifikasi atau menilai aktiva-aktiva tersebut;
2. Pengakuan hampir seluruh aktiva dan kewajiban menurut basis akrual, namun
pengakuan pendapatan berdasar pada basis kas atau modifikasi dari basis kas;

3. Pengakuan hanya untuk aktiva dan kewajiban finansial jangka pendek;

4. Pengakuan seluruh kewajiban dengan pengecualian kewajiban tertentu seperti utang


pensiun.

Beberapa penyusun standar telah mengidentifikasi kriteria atas waktu pengakuan


pendapatan dengan akuntansi berbasis akrual, sebagai contoh Pemerintah Kanada
mengakui pendapatan dalam periode di mana transaksi atau peristiwa telah terjadi ketika
pendapatan tersebut dapat diukur (measurable). Pemerintah Federal Amerika Serikat
(State) mengakui pendapatan pajak dalam periode akuntansi di mana pendapatan tersebut
menjadi susceptible to accrual (yaitu ketika pendapatan menjadi measurable dan available
untuk mendanai pengeluaran). Available berarti dapat ditagih dalam periode sekarang atau
segera setelah terjadi transaksi.

Basis akuntansi mana yang dipakai oleh suatu pemerintah tertentu, tergantung pada
kebijakan dan kondisi yang ada. Masing-masing basis akuntansi tersebut mempunyai
kelebihan dan kekurangan, basis akuntansi akrual memberikan manfaat yang lebih banyak
dibandingkan dengan basis akuntansi yang lain, baik bagi pemerintah sendiri sebagai
penyusun laporan keuangan maupun bagi pengguna laporan keuangan (user). Pemerintah
Indonesia, sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, sudah
harus menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh paling lambat tahun 2008.

B. PERSAMAAN AKUNTANSI BERBASIS KAS

Akuntansi Berbasis Kas

Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika kas
diterima atau dibayarkan. Basis kas ini dapat mengukur kinerja keuangan pemerintah yaitu
untuk mengetahui perbedaan antara penerimaan kas dan pengeluaran kas dalam suatu
periode. Basis kas menyediakan informasi mengenai sumber dana yang dihasilkan selama
satu periode, penggunaan dana dan saldo kas pada tanggal pelaporan. Model pelaporan
keuangan dalam basis kas biasanya berbentuk Laporan Penerimaan dan Pembayaran
(Statement of Receipts and Payment) atau Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement). Selain
itu perlu dibuat suatu catatan atas laporan keuangan atau notes to financial statement yang
menyajikan secara detail tentang item-item yang ada dalam laporan keuangan dan informasi
tambahan seperti:

1. Item-item yang diakui dalam akuntansi berbasis akrual, seperti aktiva tetap dan
utang/pinjaman;

2. Item-item yang biasa diungkapkan dalam akuntansi berbasis akrual, seperti komitmen,
kontinjensi, dan jaminan;

3. Item-item lain, seperti informasi yang bersifat prakiraan (forecast).


Pada praktek akuntansi pemerintahan di Indonesia basis kas untuk Laporan Realisasi
Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima oleh Rekening Kas
Umum Negara/Daerah, dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah. Secara rinci pengakuan item-item dalam laporan realisasi anggaran,
sesuai dengan Exposure Draft PSAP Pernyataan No. 2 tentang Laporan Realisasi Anggaran
adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau
entitas pelaporan.

2. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui pemegang kas
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan

3. Dana Cadangan diakui pada saat pembentukan yaitu pada saat dilakukan penyisihan
uang untuk tujuan pencadangan dimaksud. Dana Cadangan berkurang pada saat
terjadi pencairan Dana Cadangan.

4. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.

5. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.

Akuntansi berbasis kas ini tentu mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan-
kelebihan akuntansi berbasis kas adalah laporan keuangan berbasis kas memperlihatkan
sumber dana, alokasi dan penggunaan sumber-sumber kas, mudah untuk dimengerti dan
dijelaskan, pembuat laporan keuangan tidak membutuhkan pengetahuan yang mendetail
tentang akuntansi, dan tidak memerlukan pertimbangan ketika menentukan jumlah arus kas
dalam suatu periode. Sementara itu keterbatasan akuntansi berbasis kas adalah hanya
memfokuskan pada arus kas dalam periode pelaporan berjalan, dan mengabaikan arus
sumber daya lain yang mungkin berpengaruh pada kemampuan pemerintah untuk
menyediakan barang-barang dan jasa-jasa saat sekarang dan saat mendatang; laporan
posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan, karena tidak terdapat pencatatan secara
double entry; tidak dapat menyediakan informasi mengenai biaya pelayanan(cost of service)
sebagai alat untuk penetapan harga (pricing), kebijakan kontrak publik, untuk kontrol dan
evaluasi kinerja.

Modifikasi dari Akuntansi Berbasis Kas

Basis akuntansi ini pada dasarnya sama dengan akuntansi berbasis kas, namun dalam
basis ini pembukuan untuk periode tahun berjalan masih ditambah dengan waktu atau
periode tertentu (specific period) misalnya 1 atau 2 bulan setelah periode berjalan (?leaves
the books open?). Penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama periode tertentu
tetapi diakibatkan oleh periode pelaporan sebelumnya akan diakui sebagai penerimaan dan
pengeluaran atas periode pelaporan yang lalu (periode sebelumnya). Arus kas pada awal
periode pelaporan yang diperhitungkan dalam periode pelaporan tahun lalu dikurangkan dari
periode pelaporan berjalan.
Laporan keuangan dalam basis ini juga memerlukan pengungkapan tambahan atas
item-item tertentu yang biasanya diakui dalam basis akuntansi akrual. Pengungkapan
tersebut sangat beragam sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sebagai tambahan atas
item-item yang diungkapkan dalam basis kas, ada beberapa pengungkapan yang terpisah
atas saldo near-cash yang diperlihatkan dengan piutang-piutang yang akan diterima dan
utang-utang yang akan dibayar selama periode tertentu dan financial assets and liabilities.
Sebagai contoh Pemerintah Malaysia menggunakan specified period dalam laporan
keuangan tahunan, yang mengungkapkan beberapa catatan (memo) mengenai : aktiva,
investasi, kewajiban, utang pemerintah (public debt), jaminan (guarantees), dan notes
payable.

Dalam basis ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Fokus pengukuran di bawah basis ini adalah pada sumber keuangan sekarang (current
financial resources) dan perubahan-perubahan atas sumber-sumber keuangan tersebut.
Basis akuntansi ini mempunyai fokus pengukuran yang lebih luas dari basis kas,
pengakuan penerimaan dan pembayaran kas tertentu selama periode spesifik berarti
bahwa terdapat informasi mengenai pituang dan hutang, meskipun tidak diakui sebagai
aktiva dan kewajiban.

2. Kriteria pengakuan atas penerimaan selama periode tertentu adalah bahwa penerimaan
harus berasal dari periode yang lalu, namun penerapan ini tidak seragam untuk semua
negara. Beberapa pemerintah menganggap bahwa seluruh penerimaan yang diterima
selama periode tertentu adalah berasal dari periode sebelumnya, sedangkan
pemerintah yang lain mengakui hanya beberapa dari penerimaan tersebut.

3. Penetapan panjangnya periode tertentu bervariasi antara beberapa pemerintah, namun


ada beberapa ketentuan, yaitu:

 Periode tertentu diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun;

 Periode tertentu harus sama untuk penerimaan dan pembayaran kas;

 Kriteria yang sama atas pengakuan penerimaan dan pembayaran kas selama
periode tertentu harus diterapkan untuk seluruh penerimaan dan pembayaran;

 Satu bulan adalah waktu yang tepat, karena pembelian barang secara kredit
umumnya diselesaikan dalam periode tersebut, periode tertentu yang terlalu lama
mungkin mengakibatkan kesulitan dalam menghasilkan laporan keuangan;

 Kebijakan akuntansi yang dipakai harus diungkapkan secara penuh (fully disclosed).

C. JENIS AKUN, SALDO NORMAL, DAN ANALISIS TRANSAKSI

Analisis Transaksi

Untuk dapat memahami yang dimaksud dengan analisis transaksi, terlebih dahulu akan
diulang kembali penjelasan tentang “system (tata buku) berpasangan” dan “persamaan
dasar akuntansi”. Akuntansi menggunakan system pencatatan berpasangan (double entry
system). Sebagai contoh, pemda mengeluarkan kas untuk membayar sewa garasi.
Terhadap transaksi ini, akuntansi mencatat tidak hanya “pengeluaran kas,” tetapi juga
“tujuan dikeluarkannya” kas tersebut. Analisis transaksi juga tunduk pada system
berpasangan tersebut. Untuk memahami analisis transaksi demikian, kita akan
menggunakan alat bantu “persamaan dasar akuntansi”.

Pada saat pembentukan suatu entitas, para pemilik menyetorkan sejumlah uang atau
barang pada entitas tersebut. Kontribusi para pemilik menyebabkan entitas tersebut memiliki
harta atau aktiva. Kesepakatan akuntansi menghendaki kontribusi para pemilik (dalam hal
ini rakyat) secara nyata menjadi aktiva pemda yang dipisahkan dari kekayaan pemiliknya,
yaitu rakyat. Kesepakatan akuntansi menghendaki pula pencatatan yang jelas di mana
aktiva pemda diperoleh. Sumber diperolehnya aktiva dicatat pada sisi yang bersebrangan
dengan sisi pencatatan aktiva pemda, sehingga selalu terpelihara keseimbangan antara
aktiva dan sumbernya.

Secara matematis, posisi keseimbangan antara aktiva (sarana) dan sumbernya


dinyatakan dengan identitas (persamaan) sebagai berikut:

AKTIVA = PASIVA

Dalam perjalanan hidup selanjutnya, bisa jadi pemda menerima aktiva dari para pihak
kreditur. Jadi, terdapat dua pihak yang menjadi sumber diperolehnya aktiva, yaitu pemilik
(rakyat) dan kreditur. Agar dapat dibedakan dengan jelas antara hak pemilik dan hak
kreditur, maka hak para kreditur disebut utang atau kewajiban sedangkan hak para pemilik
(rakyat) disebut ekuitas dana. Dengan demikian, persamaan akuntansinya menjadi:

AKTIVA = UTANG + EKUITAS DANA

Jadi, aktiva adalah sumber-sumber ekonomi yang dikuasai oleh suatu entitas dan masih
memberikan kemanfaatan di masa yang akan datang. Utang merupakan pengorbanan-
pengorbanan ekonomi untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas lain di masa
yang akan datang. Ekuitas dana adalah hak residu atas aktiva setelah dikurangi utang.

Jika entitas berupa perusahaan, maka dalam rangka mencari laba perusahaan menjual
produknya (barang atau jasa). Aktivitas penjualan barang atau penyerahan jasa akan diikuti
dengan penerimaan aktiva, baik berupa uang maupun piutang. Dalam konteks keuangan
daerah, pemda juga menerima aktiva. Contoh pendapatan pemda adalah pendapatan asli
daerah (PAD) dan dana perimbangan. Jadi, pendapatan adalah semua penerimaan daerah
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang mempengaruhi kekayaan daerah.

Disamping itu, jika entitas berupa perusahaan, dalam rangka mencari laba, perusahaan
perlu mengeluarkan harta/aktivanya untuk membiayai berbagai pengeluaran, yang disebut
dengan biaya. Jadi, biaya adalah semua pengorbanaan ekonomi yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan. Pemda, sebagai suatu entitas, juga melakukan pengorbanan
ekonomi, baik untuk melaksanakan pelayanan public maupun melaksanakan kegiatan-
kegiatan lainya. Pengorbanan ekonomi tersebut disebut dengan belanja. Jadi, belanja
adalah semua pengeluaran pemda pada suatu periode anggaran. Contohnya biaya atau
belanja tersebut adalah belanja pegawai, belanja bunga, belanja bagi hasil dan bantuan
keuangan, dan belanja tak terduga.
Baik pendapatan maupun biaya atau belanja akan menyebabkan perubahan pada
ekuitas dana. Pendapatan pemda akan menyebabkan naiknya ekuitas dana, sedangkan
biaya atau belanja akan menurunkan ekuitas dana. Dengan adanya pendapatan dan biaya
atau belanja tersebut, maka persamaan dasar akuntansi di asta menjadi:

AKTIVA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN – BELANJA

Atau, jika rekening biaya dipindah ke ruas kiri sebelum tanda sama dengan, maka
persamaan akuntansi dasar di atas akan menjadi

AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN

Karena pada dasarnya rekening-rekening pendapatan dan biaya/belanja merupakan


subbagian dari rekening ekuitas dana, maka pada akhir periode akuntansi atau akhir tahun
anggaran saldo-saldonya akan ditransfer ke rekening ekuitas dana memalui proses tutup
buku. Rekening pendapatan dan biaya tersebut disebut dengan rekening temporer (nominal)
karena bersifat sementara. Di pihak lain, kelompok rekening aktiva, utang, dan ekuitas dana
disebut rekening permanen (riil) karena bersifat permanen.

Jurnal Transaksi

Penjurnalan adalah prosedur pencatatan transaksi keuangan pada buku jurnal. Jurnal
dibedakan menjadi dua yaitu jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal umum adalah jurnal
yang digunakan untuk mencatat semua jenis transaksi, sedangkan jurnal khusus adalah
jurnal yang digunakan untuk mencatat hanya satu jenis transaksi.

Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, buku jurnal yang digunakan dalam
akuntansi keuangan daerah meliputi buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal pengeluaran
kas, dan buku jurnal umum.

Posting ke Buku Besar

Transaksi keuangan pertama kali dicatat dalam buku jurnal, kemudian diringkas dalam
“Buku Besar”. Buku besar adalah sebuah buku yang berisi kumpulan rekening
perkiraan/akun. Rekening-rekening digunakan untuk mencatat secara terpisah pendapatan,
belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Proses memasukkan rekening-rekening dari jurnal ke dalam buku besar inilah yang
disebut dengan posting. Dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, pemerintah telah
menetapkan format-format jurnal umum, jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas,
buku besar, buku besar pembantu, dan neraca. Oleh karena itu, semua pemda wajib
mengikuti format tersebut.

Neraca Saldo

Prosedur penjurnalan dan posting dilakukan selama satu periode akuntansi. Prosedur
berikutnya adalah penyusunan neraca saldo pada akhir periode akuntansi. Neraca saldo
adalah daftar rekening-rekening beserta saldo yang menyertainya. Neraca saldo yang benar
menuntut kesamaan keseluruhan jumlah pendebitan dengan keseluruhan jumlah
pengkreditan. Neraca saldo akan benar jika proses pemindahan transaksi dari jurnal ke
rekening juga benar.

Jurnal Penyesuaian

Jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Melaporkan semua pendapatan yang diperoleh selama periode akuntansi.

2. Melaporkan semua belanja yang terjadi selama periode akuntansi.

3. Melaporkan dengan akurat nilai aktiva pada tanggal neraca. Sebagian nilai aktiva pada
awal periode telah terpakai selama satu periode akuntansi yang dilaporkan.

4. Melaporkan secara akurat kewajiban (utang) pada tanggal neraca. Dalam hal ini
pembiayaan sebenarnya sudah terjadi, tetapi belum dibayar.

Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Setelah jurnal penyesuaian dibuat, langkah berikutnya adalah memostingnya ke buku


besar, sesuai dengan rekening-rekeningnya. Setelah posting dilakukan, maka rekening-
rekening akan menunjukkan saldonya yang terbaru. Prosedur akuntansi berikutnya adalah
penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian, yaitu neraca saldo yang disusun setelah
membuat jurnal-jurnal penyesuaian. Dengan demikian, saldo-saldo rekening yang terdapat
dalam neraca saldo setelah penyesuaian adalah saldo rekening-rekening setelah baru ini
juga dimasukkan dalam neraca saldo setelah penyesuaian.

Laporan Keuangan

Berdasarkan PasaL 232 dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan keuangan
pemda terdiri atas:

1. Laporan realisasi anggaran

2. Neraca

3. Laporan arus kas

4. Catatan atas laporan keuangan

Jurnal Penutup

Proses penutupan rekening temporer terdiri atas tiga tahap; tahap pertama menutup
rekening pendapatan ke rekening ikhtisar surplus defisit atau surplus/defisit, tahap kedua
menutup rekening belanja ke rekening ikhtisar surplus defisit atau surplus/defisit, dan tahap
ketiga menutup rekening ikhtisar surplus defisit ke rekening ekuitas dana atau R/K Pemda.

Neraca Saldo Setelah Tutup Buku


Tahap terakhir dari siklus akuntansi adalah penyusunan neraca saldo setelah
penutupan. Seperti halnya neraca saldo yang lain, neraca saldo setelah tutup buku juga
berisi ringkasan saldo rekening-rekening, hanya saja saldo tersebut adalah setelah
pembuatan jurnal penutup. Karena proses penutupan rekening temporer mentransfer saldo
rekening-rekening pendapatan dan biaya ke rekening ekuitas dana, maka dalam neraca
saldo setelah tutup buku tidak akan dijumpai rekening-rekening temporer tersebut. Kalaupun
ada, saldonya akan bernilai nol.

Dengan disusunnya neraca saldo setelah tutup buku ini, akan tampak bahwa rekening-
rekening pemda atau satuan kerja sudah siap untuk digunakan kembali pada periode
akuntansi berikutnya. Rekening-rekening nominal sudah kembali nol, sedangkan rekening-
rekening riil menyajikan jumlah yang benar-benar menjadi aset/aktiva, utang, dan ekuitas
dana atau rekening koran pemda.

D. KETERKAITAN LAPORAN KEUANGAN SKPD, PPKD, DAN Pemda

Sistem Akuntansi Keuangan Pemda


Sesuai dengan PP 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah, tanggungjawab atas pelaksanaan APBN/APBDada pada entitas pelaporan.
Setiap entitas pelaporan memiliki dua entitas akuntansi, yaitu sebagai bendahara umum dan
sebagai pengguna anggaran. Dari dua sistem tersebut, pada akhir periode laporan yang
dihasilkan akan digabungkan menjadi laporan entitas yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
Di dalam pencatatan akuntansi hubungan Pusat- Cabang dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
a. Sistem sentralisasi, dengan sistem ini akuntansi SKPD diselenggarakan oleh PPKD,
sehingga SKPD tidak melakukan siklus akuntansi secara normal, dan tidak memerlukan
konsolidasi pusat- cabang pada akhir siklus akuntansi.
b. Sistem desentralisasi, dengan sistem ini akuntansi SKPD diselenggarakan terpisah
dengan akuntansi PPKD, namun untuk menjaga sinkronisasi serta hubungan pusat-
cabang, maka dibutlah akun pusat dengan akun cabang atau disebut Rekening Koran.

Struktur Akuntansi Keuangan Pemda


Struktur akuntansi di pemerintah daerah menggunakan konsep transaksi Kantor Pusat-
Kantor Cabang. Yang bertindak sebagai Kantor Pusat adalah PPKD dan sebagai Kantor
Cabang adalah SKPD. Sebagai konsekuensi dari struktur akuntansi tersebut diperlukan
control pencatatan antara PPKD dan SKPD melalui mekanisme akun resiprokal, yaitu akun
Rekening Koran-PPKD yang ada di SKPD dan akun Rekening Koran- SKPD yang ada di
PPKD.
Saldo normal akun “Rekening Koran-PPKD” adalah kredit. Akun Rekening Koran –
PPKD Utang merupakan contra account dari Rekening Koran PPKD, sehingga saldonya
adalah Debit. Akun- akun Rekening Koran-PPKD ini rekening reciprocal-nya yaitu akun
Rekening Koran SKPD yang ada di PPKD sebagai akun asset.
Saldo normal akun “REkening Koran –SKPD” adalah Debit. Akun Rekening Koran-
SKPD Utang merupakan contra account dari Rekening Koran-SKPD, sehingga saldonya
adalah Kredit.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.


Jakarta: Salemba Empat.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), Draf Standar Akuntansi
Pemerintahan, Februari 2004.

Anda mungkin juga menyukai