Anda di halaman 1dari 4

JURNAL 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang menjadi kausa utama
kematian balita. Di Indonesia pada akhir tahun 2000, angka kematian balita akibat
pneumonia diperkirakan 4,9/1000 balita.faktor sosio-ekonomi berkontribusi besar terhadap
penyakit saluran pernapasan. Pada keluarga miskin, resiko pneumonia yang lebih besar
disebabkan oleh factor konseptual lingkungan yang buruk berupa pencemaran di dalam
rumah yang di control factor komposisi status gizi (95% CI OR 4,05-4,78).kebijakan
intervensi program P2ISPA disarankan lebih mengutamakan intervensi pada factor
konseptual lingkungan buruk pencemaran dalam rumah tangga miskin.
B. Rumusan masalah
Adakah pengaruh kemiskinan keluarga pada kejadian pneumonia balita di Indonesia ?
C. Tujuan khusus
Untuk mengetahui factor sosio-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap pneumonia pada
balita
D. Manfaat
Memberikan informasi kepada tim kesehatan tentang pengaruh kemiskinan keluarga pada
kejadian pneumonia balita di Indonesia

BAB II
RESUME JURNAL

A. Judul :
Pengaruh Kemiskinan Keluarga Pada Kejadian Pneumonia Balita Di Indonesia
B. Peneliti
Rizanda Machmud
C. Tempat penelitian
Lokasi penelitian adalah 27 kabupaten yang meliputi tujuh provinsi di Indonesia. Di
Sumatera Selatan meliputi Ogan Komering Ulu, Muara Enim, dan Musi Rawas ; di Bangka
Belitung (kabupaten Bangka), di Jawa Barat meliputi Tasikmalaya, Sukabumi, Majalengka,
Bandung dan Ciamis ; di Jawa Tengah meliputi Indramayu, Wonosobo, Jepara, Kebumen,
Banjarnegara ; di Kalimantan Selatan meliputi Banjarmasin, Tanah Laut, Hulu Sungai
Tengah, Kotabaru Tapin, di Sulawesi Tengah meliputi Banggai, Toli-Toli, Dongala,. Di Nusa
Tenggara Timur meliputi Sumba Barat, Flores Timur, Sumba Timur, Timor Timur Selatan.
D. Pendahuluan
di Indonesia, insiden pneumonia memperlihatkan kecenderungan yang meningkat tajam dari
tahun 1990 (5 per 10.000 ribu penduduk) menjadi tahun 1998 (212.6 per 10.000 ribu
penduduk). Hasil Survey Kesehatan Nasional (Surkesmas)tahun 2001, menunjukkan bahwa
proporsi kematan bayi akibat ISPA masih terlalu tinggi (28%) dan 80% di sebabkan oleh
pneumonia. Angka kematian balita akibat pneumonia pada akhir tahun 2000 di Indonesia di
perkirakan sekitar 4,9 per 1000 balita, berarti rata-rata satua anak balita Indonesia meninggal
akibat pneumonia setiap 5 menit.
Factor sosio-ekonomi berkontribusi besar terhadap penyakit saluran pernapasan akibat
hubungan terbalik antara status sosial ekonomi dan morbiditas infeksi saluran pernapasan
akut. Di Negara berkembang terlihat huungan yang jelas antara status ekonomi yang di ukur
dari besar rumah tangga, banyak kamar , dan banyak orang yang menghuni tiap kamar
dengan kejadian pneumonia balita.
E. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui adanya pengaruh kemiskinan keluarga pada kejadian pneumonia balita di
Indonesia
F. Metode penelitian
Penelitian menggunakan metode survey rumah tangga yang mengukur berbagai factor pada
level rumah tangga dan level individu serta survey institusi yang mengukur factor kinerja
program pada level kabupaten.
G. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan hasil penelitian yang di dapatkan mendukung data-data
penelitian lainnya, bahwa kemiskinan merupakan masalah global di seluruh dunia. Salah
satu program yang dilakukan untuk menurunkan kematian karena pneumonia balita pada
tahun 1972 adalah dengan meningkatkan akses penduduk miskin ke fasilitas pelayanan
kesehatan dalam program the wome, infants and children.program ini menunjukkan dampak
kematian karena pneumonia balita yang di amati sejak tahun 1939 sampai 1996
menunjukkan bahwa selama 58 tahun periode penelitian , terjadi penurunan jumlah anak
yang meninggal sebesar 98%.
H. Saran penelitian
Intervensi pneumonia pada balita keluarga miskin hendaknya lebih mengutamakan
intervensi pada factor konsektual, factor lingungan yang buruk pencemaran dalam rumah
tangga miskin yang beresiko lebih besar untuk menderita pneumonia dari pada factor anak.
I. Korelasi penelitian
Secara keseluruhan studi-studi yang ada d atas dari hasil penelitian menunjukkan hasil
penelitian yang di dapatkan mendukung data-data penelitian lainnya.

BAB III

A. Kesimpulan
analisis pemodelan multilevel terhadap pneumonia menunjukkan sosio-ekonomi merupakan
factor yang turut berkontribusi. Hasil analisis multilevel lebih lanjut pada keluarga miskin
menunjukkan bahwa pneumonia beresiko lebih besar karena peran factor konsektual
lingkungan yang buruk pencemaran dalam rumah daripada factor compositional status gizi.
Hal tersebut menunjukka kemiskinan terstuktur merupakan pangkal ketidakmampuan
seorang untuk berpendidikan lebih tinggi , mendapatkan lingkungan rumah lebih baik , akses
pengetahuan lebih baik. Berbagai factor tersebut justru semakin meningkatkan resiko
penyakit. Biaya pengobatan yang mahal menyebabkan keluarga tersebut menjadi lebih
miskin. Kemiskinan merupakan pangkal penyebab resiko pneumonia balita pada level
rumah tangga yang lebih besar. Balita yang bergizi baik dan buruk jika berada dalam rumah
tangga miskin beresiko lebih besar untuk menderita pneumonia. Proporsi tersebut akan
bertambah besar pada balita dengan pendidikan ibu rendah, pengetahuan pneumonia rendah,
dan kondisi lingkungan buruk. Factor tersebut merupakan dampak kemiskinan. Factor
konsektual lebih berperan daripada factor anak.
B. Saran
Intervensi terhadap keluarga miskin hendaknya lebih mengutamakan intervensi di factor
konsektual dibandingkan factor compositional.

DAFTAR PUSTAKA
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/199/199

Anda mungkin juga menyukai