Anda di halaman 1dari 12

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

SMK Kebangsaan Indonesia Makassar merupakan sekolah swasta yang

terletak di jalan Sunu no 140 Makassar. Sekolah ini mempunyai 3 tingkatan

yakni kelas X, XI dan XII. Tiap tingkatan masing-masing mempunyai 2

jurusan yaitu TKR dan TKJ. Jumlah keseluruhan siswa di sekolah ini adalah

139 orang.

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 12-22 Februari 2019 di SMK

Kebangsaan Indonesia Makassar dengan menggunakan instrumen penelitian

berupa kuesioner. Berdasarkan teknik sampel yang digunakan yakni total

sampling, maka seharusnya responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini

berjumlah 139 orang. Namun, data lengkap yang diperoleh selama penelitian

berlangsung hanya berjumlah 97 responden. Hal tersebut disebabkan karena

kelas XI jurusan TKJ maupun TKR sedang melakukan PKL ke luar daerah

dan akan selesai pada pertengahan bulan April. Sehubungan dengan waktu

penelitian yang terbatas, maka responden yang diambil hanya 4 kelas yaitu

kelas X dan XII jurusan TKJ dan TKR dengan jumlah 97 orang.
1. Karakteristik Responden.

Gambaran karakteristik responden kelas X dan XII di SMK Kebangsaan

Indonesia Makassar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1
Distribusi karakteristik responden kelas X dan XII
di SMK Kebangsaan Indonesia Makassar.

Variabel n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 78 80,4
Perempuan 19 19,6
Umur (Tahun)
15 tahun 22 22,7
16 tahun 37 38,1
17 tahun 26 26,8
18 tahun 9 9,3
19 tahun 2 2,1
20 tahun 1 1,0

Sumber : Data primer, 2019.

Tabel 1 menunjukkan bahwa, dari 97 responden diketahui bahwa

responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 78 orang (80,4%)

dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 19 orang (19,6%).

Selain itu, tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 responden,

jumlah responden terbanyak adalah responden yang berusia 16 tahun

dengan jumlah 37 orang (38,1%) dan umur 20 tahun merupakan

responden dengan jumlah paling sedikit yaitu 1 orang (1%).


2. Analisis Data.

a. Gambaran hasil tingkat pengetahuan responden tentang bahaya

penyalahgunaan Napza.

Tabel 2.
Distribusi frekuensi responden kelas X dan XII berdasarkan tingkat
pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan Napza
Di SMK Kebangsaan Indonesia Makassar.
Pengetahuan n %
Cukup 42 43,3
Kurang 55 56,7
Jumlah 97 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 97 responden yang memiliki

tingkat pengetahuan yang kurang yaitu 55 orang (56,7%) sedangkan

responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup hanya 42 orang

(43,3%)

b. Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang bahaya

penyalahgunaan Napza berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 3.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin terhadap
tingkat pengetahuan responden tentang bahaya penyalahgunaan
Napza di SMK Kebangsaan Indonesia Makassar.

Pengetahuan
Jenis Cukup Kurang n %
Kelamin n % n %
Laki-laki 29 29,9 49 50,5 78 80,4
Perempuan 13 13,4 6 6,2 19 19,6
Jumlah 42 43,3 55 56,7 97 100
Sumber : Data Primer 2019.
Tabel 3 menunjukkan bahwa laki-laki memiliki jumlah

responden terbanyak untuk tingkat pengetahuan yang kurang,

dimana dari 78 responden terdapat 49 responden yang memiliki

pengetahuan kurang., dan 29 responden yang memiliki pengetahuan

cukup, sedangkan perempuan, dari 19 responden terdapat 13

responden yang memiiki tingkat pengetahuan yang cukup, dan hanya

6 responden yang pengetahuannya kurang.

c. Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang bahaya

penyalahgunaan Napza berdasarkan umur responden.

Tabel 4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur terhadap tingkat
pengetahuan responden tentang bahaya penyalahgunaan Napza.
Di SMK Kebansaan Indonesia Makassar.

Pengetahuan
Umur Cukup Kurang n %
n % n %
15 tahun 8 8,2 14 14,4 22 22,6
16 tahun 18 18,6 19 19.6 37 38,2
17 tahun 8 8,2 18 18,6 26 26,8
18 tahun 8 8,2 1 1,1 9 9,3
19 tahun 0 0 2 2,0 2 2,0
20 tahun 0 0 1 1,1 1 1,1
Jumlah 42 43,2 55 56,8 97 100
Sumber : Data Primer, 2019.

Tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang berumur 16 tahun

memiliki tingkat pengetahuan yang hampir seimbang dimana jumlah

responden antara kategori cukup dan kurang hanya selisih 1 orang.

Beda dengan responden yang berumur 15 dan 17 tahun, dimana dari

masing-masing responden memiliki jumlah responden dengan


kategori kurang tingkat pengetahuannya lebih banyak 2 kali lipat

daripada yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Sedangkan

untuk umur 18 tahun, dari 9 responden terdapat 8 responden yang

memiliki tingkat pengetahuan yang cukup.

d. Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang bahaya

penyalahgunaan Napza berdasarkan kelas.

Tabel.5.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas terhadap tingkat
pengetahuan responden terntang bahaya penyalahgunaan Napza.
Di SMK Kebangsaan Indonesia Makassar.

Pengetahuan
Kelas Cukup Kurang n %
n % n %
X 29 29,9 35 36,1 64 66
XII 13 13,4 20 20,6 33 34
Jumlah 42 43,3 55 56,7 97 100
Sumber : Data Primer,2019.

Tabel 5 menunjukkan bahwa baik kelas X maupun kelas XII

memiliki jumlah responden terbanyak dengan tingkat pengetahuan

yang kurang. Dimana dari 64 responden kelas X terdapat 35

responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang dan yang tingkat

pengetahuannya cukup hanya berjumlah 29 orang. Untuk kelas XII,

dari 33 responden terdapat 20 responden dengan tingkat pengetahuan

yang kurang dan hanya 13 responden yang memiliki tingkat

pengetahuan yang cukup.


e. Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang bahaya

penyalahgunaan Napza berdasarkan jurusan.

Tabel. 6.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jurusan terhadap tingkat
pengetahuan responden tentang bahaya penyalahgunaan Napza
Di SMK Kebangsaan Indonesia Makassar

Pengetahuan
Jurusan Cukup Kurang n %
n % n %
TKJ 24 24,7 16 16,5 40 41,2
TKR 18 18,6 39 40,2 57 58,8
Jumlah 42 43,3 55 56,7 97 100
Sumber : Data primer, 2019.

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden dari jurusan TKJ

memiliki jumlah responden terbanyak dengan tingkat

pengetahuannya yang cukup dengan jumlah 24 orang dan tingkat

pengetahuan yang kurang hanya 16 responden. Sedangkan pada

jurusan TKR memiliki jumlah responden dengan tingkat

pengetahuan yang kurang lebih banyak (39 orang) daripada tingkat

pengetahuannya yang cukup (18 orang).


B. PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa di SMK

Kebangsaan Indonesia Makassar masih kurang pengetahuannya tentang

bahaya penyalahgunaan Napza. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian

yang didapat yang menyatakan bahwa 55 (56,7%) responden memiliki

pengetahuan yang kurang. Dimana jumlah tersebut lebih tinggi dari jumlah

responden yang pengetahuannya cukup yang hanya mencapai 42 orang

(43,3%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zulhelmis (2009)

di SMA 1 Sleman Yogyakarta yang diperoleh hasil bahwa pengetahuan siswa

yang kurang tentang narkoba adalah lebih dari 50% tepatnya 78%. Tidak jauh

berbeda dengan Syahrial (2015) yang juga menemukan hasil yang sama

tentang pengetahuan siswa yang kurang tentang narkoba mencapai 63,2%.

Peneliti beramsumsi bahwa kurangnya pengetahuan siswa SMK

Kebangsaan Indonesia Makassar dapat disebabkan karena jumlah siswa

perempuan jauh lebih sedikit daripada laki-laki. Hal tersebut terbukti pada

tabel 3 yang menunjukkan bahwa dari 19 responden yang berjenis kelamin

perempuan, 13 responden diantaranya memiliki tingkat pengetahuan yang

cukup sedangkan yang tingkat pengetahuannya yang kurang hanya berjumlah

6 orang. Berbeda dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki, dimana

78 responden terdapat 49 responden yang mempunyai tingkat pengetahuan

yang kurang sedangkan yang tingkat pengetahuannya yang cukup hanya 29

orang.
Selain itu, menurut jurusan yang dimiliki siswa, jurusan TKJ lebih banyak

yang pengetahuannya cukup dibanding yang TKR. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel 6, dimana pada tabel tersebut dipaparkan bahwa pada jurusan TKJ

terdapat 24 siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sedangkan

yang kurang hanya 16 orang. Sebaliknya di jurusan TKR lebih banyak yang

tingkat pengetahuannya kurang yakni berjumlah 39 orang sedangkan yang

tingkat pengetahuannya yang cukup hanya 18 orang. Hal tersebut disebabkan

karena dijurusan TKR hanya ada siswa laki-laki dan hanya jurusan TKJ yang

memiliki siswa perempuan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita tahun 2011, bahwa

meski jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap

tingkat pengetahuan tetapi perempuan lebih banyak yang tingkat

pengetahuannya cukup daripada laki-laki. Hal itu disebabkan karena

perempuan lebih dominan dalam melihat, memperhatikan dan mengingat hal-

hal detail yang biasanya tidak diperhitungkan oleh kaum laki-laki.

Peneliti berasumsi bahwa adanya perbedaan tingkat pengetahuan antara

perempuan dengan laki-laki dapat disebabkan karena perempuan lebih

banyak waktu untuk berdiskusi dengan teman sebaya serta mencari tahu baik

melalui media sosial maupun buku pedoman tentang bahaya penyalahgunaan

Napza dibanding laki-laki. Hal tersebut terbukti saat peneliti akan

mengumpulkan data yang diisi oleh responden, yang bertanya tentang Napza

hanya responden perempuan, sedangkan sebagian responden laki-laki hanya

acuh dan mengisi lembar kuesioner tanpa mencari tahu apa sebenarnya yang
akan diisi. Selain itu, pada saat pengambilan data awal, pada saat peneliti

bertanya terhadap beberapa siswa tentang Napza, hanya siswa perempuan

yang lebih sering menjawab pertanyaan dari peneliti.

Hal tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Riyanto dan

Budiman (2013) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang adalah informasi/media massa. Dimana menurut

Riyanto dan Budiman (2013) Informasi adalah adalah suatu yang dapat

diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer

pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu

teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,

mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan

tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Informasi yang diperoleh

baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.

Sedangkan dari segi umur, hal tersebut bukanlah salah satu penyebab

cukup atau kurangnya tingkat pengetahuan seseorang. Hal tersebut dapat

terlihat dalam tabel 4, dimana pada tabel tersebut mengungkapkan bahwa pada

pada umur 16 tahun hanya selisih 1 orang yang tingkat pengetahuannya

kurang lebih banyak dibanding yang pengetahuannya cukup tapi pada umur 17

malah bertambah selisihnya menjadi 10 orang. Meskipun umur 18 tahun,

jumlah tingkat pengetahuan yang cukup lebih banyak yaitu 8 orang daripada
yang berpengatahuan kurang namun, umur 19 dan 20 malah tidak ada satupun

dari mereka yang tinggi tingkat pengetahuannya.

Selain itu, berdasarkan tingkat kelas juga tidak ada perbedaan antara

tingkat pengetahuannya. Baik kelas X maupun kelas XII sama-sama lebih

banyak yang tingkat pengetahuannya yang kurang. Hal tersebut terbukti

dengan melihat tabel 5 yang mengungkapkan bahwa siswa kelas X yang

tingkat pengetahuannya kurang berjumlah 35 orang sedangkan yang cukup

hanya 29 orang. Untuk kelas XII yang tingkat pengetahuannya kurang

berjumlah 20 orang dan yang cukup hanya 13 orang.

Hal tersebut tidak sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Riyanto dan

Budiman (2013) yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi pengatahuan seseorang adalah umur. Dimana usia

mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin bertambah

usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Meski dari mereka sudah banyak yang mengetahui tentang jenis serta

penyebab penyalahgunaannya tapi keseluruhan responden ternyata tidak

mengetahui tentang pengertian Napza. Mereka menganggap Napza

adalah singkatan dari Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

Padahal Napza dan Narkoba memiliki pengertian yang sama.

2. Siswa di SMK Kebangsaan Indonesia Makassar masih lebih banyak yang

memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang bahaya

penyalahgunaan Napza dibandingkan dengan tingkat pengetahuannya

yang cukup. Hal tersebut dilihat dari 97 responden terdapat 55 responden

(56,7%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sedangkan

tingkat pengetahuan yang cukup berjumlah 42 responden (43,3%).

3. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian terkait

tingkat pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan Napza, agar

membahas lebih jauh tentang terkait penelitian tersebut, seperti faktor

penyebab kurangnya tingkat pengetahuan tentang bahaya

penyalahgunaan Napza.
2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan agar di SMK Kebangsaan Indonesia Makassar

memberikan beberapa materi tambahan terkait bahaya penyalahgunaan

Napza karena sampai saat ini, sasaran utama pengedar Napza adalah anak

usia remaja termasuk anak SMA.

3. Bagi Siswa

Diharapkan agar siswa SMK Kebangsaan Indonesia Makassar agar

mencari lebih banyak materi tentang Napza dan bahaya

penyalahgunaannya. Baik itu di media sosial atau buku pedoman.

Anda mungkin juga menyukai