Anda di halaman 1dari 88

i

SKRIPSI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA


TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DAN
PERMASALAHANNYA DI SMAN 18
MAKASSAR

MELDA
21706308

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2019
ii

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA


TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DAN
PERMASALAHANNYA DI SMAN 18
MAKASSAR

MELDA
21706308

Skripsi Ini Diajukan


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2019
v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Melda
Nim : 21706308
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya kerjakan ini


merupakan hasil dari penelitian saya sendiri , bukan merupakan pengambilan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbuktiatau dapat
dibuktikan sebagian atau keseluruhan merupakan hasil dari karya orang lai, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 28 Maret 2019


Yang menyatakan,

Melda
vi
vii
viii

ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG


PERNIKAHAN USIA MUDA DAN PERMASALAHANNYA DI SMAN 18
MAKASSAR

MELDA

(dibimbing oleh Anwar Sarman dan Rahma Yulis)

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilaksanakan pada usia yang
melanggar undang-undang perkawinan yaitu perempuan kurang dari 16 tahun dan laki-
laki kurang dari 19 tahun. Telah dilakukan berbagai macam cara untuk menekan laju
peningkatan pernikahan muda di Indonesia, salah satunya adalah program belajar 12
tahun. Meskipun telah diberdayakannya program belajar 12 tahun, tapi masih ada
beberapa orang yang masih melakukan pernikahan pada usia muda dengan berbagai
macam alasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan
dan sikap remaja tentang pernikahan usia muda dan permasalahannya di SMAN 18
Makassar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 928 siswa. Adapun teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah systematic random sampling yang diambil secara acak dengan jumlah sampel
sebanyak 103 siswa.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah dari 103 responden terdapat 75 siswa
(72,8%) responden yang dengan pengetahuan yang cukup sedangkan yang
pengetahuannya yang kurang hanya berjumlah 28 siswa (27,2%). Hasil penelitian untuk
sikap, terdapat 95 siswa (92,2%) yang bersikap positif dan 8 siswa (7,8%) yang memiliki
sikap yang negatif tentang pernikahan dini dan permasalahnnya.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 18 Makassar dengan
pengetahuan cukup lebih banyak daripada siswa yang dengan pengetahuan kurang. Siswa
bersikap yang positif lebih banyak daripada siswa yang bersikap negatif terhadap
pernikahan usia muda dan permasalahannya. Saran untuk siswa yang masih memiliki
pengetahuan kurang agar mencari lebih banyak materi tentang pernikahan dini dan
permasalahannya.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pernikahan usia muda dan


Permasalahannya
Daftar Pustaka : 34 (2009-2018)
ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas berkat

Rahmat dan Taufiq-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang pernikahan usia dini dan

permasalahannya di SMAN 18 Makassar” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Terkhusus penulis persembahkan untuk kedua orang tua, sembah sujud

penulis untuk beliau, H.Latang dan HJ.Hadarah yang senantiasa mendoakan,

memberikan nasehat, dengan penuh kesabaran dan kasih sayang telah mengasuh,

mendidik, memberikan dorongan baik moril maupun material dan semangat serta

doa yang tulus agar penulis menjadi lebih baik dan menyelesaikan pendidikan

dengan baik pula. Semoga Allah SWT membalasnya dengan Rahmat, Rahim,

keberkahan yang berlimpah, dan juga kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

”Tiada kata yang paling indah selain rasa syukur, Tiada kata yang paling

bermakna selain terima kasih, tapi tiada kata yang bisa saya ucapkan untuk

menggambarkan kebahagiaan yang telah beliau berikan mulai dari kandungan

sampai saat ini. Jasa-jasamu tak akan bisa ku balas hingga akhir hayatku”. Tak

lupa buat kakak tercinta H.Suaib, ir.Arham, Wahyuni SE, Muzakkir AMK dan

seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs.H.Anwar

Sarman,M.,Kes.RPT selaku pembimbing I dan Ibu Rahma


x

Yulis,S.Kep.,Ns.,.M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga

mengucapkan banyak terima kasih kepada Sitti.Rahmawati,S.Kep.Ns.M.Kes dan

Ibu Kamariana SKM sebagai Tim Penguji.

Demikian pula ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Ibu Hj.A. Tenriawaru Assad Lantara, Selaku Dewan Pendiri Yayasan

Pendidikan Makassar

2. Alm A. Endre Cecep Lantara, SE, Akt selaku Ketua Dewan pengurus Yayasan

Pendidikan Makassar.

3. Ibu A. Esse Puji P.,SKM.,M.Kes selaku Ketua STIK Makassar dan para

pembantu ketua (Puket) STIK Makassar.

4. Bapak Kepala Sekolah SMAN 18 Makassar.

5. Bapak Muh. Sahlan Zamaa,S.,Kep.,Ns.,Sp.,Kep.M.B selaku Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan.

6. Ibu Dewi Purnama Windasari,SKM, M.Kes selaku Penasehat Akademik

penulis.

7. Ibu A.Wahyuni,S.,Kep.,Ns selaku Pengelolah, yang selalu membantu penulis

dalam menyelesaikan urusannya.

8. Bapak dan Ibu dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Jurusan S1

Keperawatan Makassar, yang telah banyak memberikan bantuan dan

bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan di Prodi S1 Keperawatan

Makassar, STIK Makassar.


xi

9. Yang terkhusus untuk teman-teman kelas F angkatan 2017 yang sudah

memberikan banyak motivasi kepada penulis. ”Tiada kata yang bisa ku

ucapkan selain Terima Kasih, semoga kita akan selalu tetap bersama”.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekururangan

dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran

dan kritikan yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat serta

menambah wawasan ilmu pengetahuan kepada pembaca.

Makassar, Maret 2019

MELDA

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………...……………………. i

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………… iii


xii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI …………………………… iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ………………... v

ABSTRAK ……………………………………………………...………... vi

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... x

DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xiv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN………………………. xv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………... 1

A. Latar Belakang ……………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………. 6
D. Manfaat Penelitian ………………………………………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………........


7
A. Tinjauan tentang Pengetahuan ……………………………
B. Tinjauan tentang Sikap …………………………………... 7
C. Tinjauan tentang Remaja ………………………………… 12
D. Tinjauan Pernikahan Usia Muda dan Permasalahannya…. 16
18
BAB III KERANGKA KONSEP ………………………………………...
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ……………………... 26
B. Pola Fikir Pemikiran Variabel ……………………………. 26
C. Definisi Operasional ……………………………………… 26
27
BAB IV METODE PENELITIAN ……………………………………… 30

A. Jenis Penelitian …………………………………………… 30


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………. 30
C. Populasi dan Sampel ……………………………………... 30
D. Pengumpulan Data ……….………………………………. 32
E. Pengolahan Data …………………………………………. 33
F. Analisis Data ……………………………………………… 34
xiii

G. Penyajian Data ……………………………………………. 35


H. Etika Penelitian …………………………………………… 35

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 37

A. Hasil Penelitian …………………………………………… 37


B. Pembahasan ………………………………………………. 41

BAB VI PENUTUP ………………………….…………………………… 47

A. Simpulan… ……………………………………………….. 47
B. Saran ……………………………………………………… 47

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin……………………… 37

2. Distribusi responden berdasarkan umur………………………………. 38


xiv

3. Distribusi pengetahuan responden…………………………………….. 38

4. Distribusi pengetahuan berdasarkan jenis kelamin…………………… 39

5. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan umur………………… 39

6. Distribusi pengetahuan responden berdasarkan tingkat kelas………… 40

7. Distribusi sikap responden…………………………………………….. 40

8. Distribusi sikap responden berdasarkan jenis kelamin………………... 40

9. Distribusi sikap responden berdasarkan umur………………………… 41

10. Distribusi sikap responden berdasarkan kelas……..………………….. 41

11. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan dan sikapnya…………. 41

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pola fikir variabel penelitian………………………… 26


xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden


xvi

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Master tabel

Lampiran 5 Print out hasil analisis statistik

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Notasi/Simbol dan Singkatan Arti

SMAN Sekolah Menengah Atas Negeri


xvii

UNICEF United Nations chidren’s Fund

SWT Subhanahu wa Ta’ala

ICJ Institute of Community Justice

BPS Biro Pusat Statistik

SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SMK Sekolah Menengah Kejuruan

KIP Kartu Indonesia Pintar

BKKBN Badan Kependudukan Dan Keluarga

Berencana Nasional

WHO World Health Organizati


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilaksanakan pada usia yang

melanggar undang-undang perkawinan yaitu perempuan kurang dari 16 tahun

dan laki-laki kurang dari 19 tahun (Landung et al., 2010). Secara global, satu

dari lima gadis menikah sebelum usia mereka genap 18 tahun. Di negara-

negara terbelakang, angka itu meningkat dua kali lipat sampai 40% anak

perempuan menikah sebelum usia 18 tahun dan 12% anak perempuan

menikah sebelum usia 15 tahun (UNICEF, 2017).

Tingkat pernikahan anak global menurun. Data terakhir menunjukkan

bahwa 25 juta perkawinan usia muda dicegah pada satu dekade terakhir.

Sekitar tahun 2000, satu dari tiga wanita antara usia 20 sampai 24 tahun

melaporkan bahwa mereka telah menikah sebagai anak-anak. Tahun 2018,

jumlah ini menjadi satu dari lima orang remaja. Perkembangan yang tidak

merata dan pernikahan usia muda tidak menurun cukup cepat disebabkan

karena pertumbuhan penduduk di daerah dimana pernikahan muda lebih

umum, jumlah pernikahan dini ini diproyeksikan akan meningkat tahun 2030

(UNICEF, 2018).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2017, angka prevalensi

perkawinan anak meningkat selama 3 tahun terakhir. Data prevalensi pada

tahun 2014 menunjukkan angka 24,5% remaja yang menikah pada usia muda,
2

2015 sebesar 24,7% dan 2016 sebesar 25%. Dari data 2016 Kalimantan

Selatan merupakan wilayah terbanyak yang menikah pada usia muda dengan

persentase sebesar 39,53% sedangkan provinsi Sulawesi Selatan berada pada

urutan ke-9 dengan jumlah persentase sebesar 33,98% (BPS, 2017).

Pertengahan tahun 2017,telah berlangsung 333 pernikahan pada usia muda

yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota. Angka tersebut dirilis oleh

Institute of Community Justice (ICJ). Pada januari 2017, pernikahan usia

muda yang terjadi sebanyak 101 di kabupaten Luwu Utara, Pinrang, Sinjai,

Soppeng, Wajo dan kota Makassar. Bulan februari bertambah 34 pernikahan

dini di kabupaten Sinjai, Wajo dan kota Makassar. Maret, ada 35 pernikahan

dini di wilayah kabupaten Sidrap, Sinjai dan Wajo. Memasuki april ada 26

pernikahan dini di kabupaten Sidrap, Sinjai dan Wajo. Sementara dibulan mei

sebanyak 84 di kabupaten Barru, Bone, Luwu Utara, Sidrap, Sinjai dan Wajo.

Dibulan juni tercatat 53 pernikahan dini, masing-masing di Makassar, Sinjai,

Wajo dan Soppeng (Ronalyw, 2018).

Pernikahan sangat tidak mungkin dilakukan oleh seseorang yang belum

mampu memikul tanggung jawab, dalam hal ini adalah anak-anak usia muda.

Dipandang dari kesehatan reproduksi atau kesehatan psikologi, perkawinan

usia muda mempunyai resiko yang sangat besar, namun pada kenyataannya

masih ada sebagian masyarakat yang mengabaikan pertimbangan usia ketika

melangsungkan pernikahan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya pendidikan yang rendah, desakan ekonomi, faktor lingkungan

serta untuk menghindari perzinaan (Lusiana, 2011).


3

Pernikahan usia muda memberikan dampak pada kehidupan dan kesehatan

anak perempuan, dan itu membatasi prospek masa depan mereka. Gadis-gadis

yang dipaksa menikah maupun anak-anak sering hamil ketika masih remaja,

meningkatkan resiko komplikasi kehamilan atau persalinan. Komplikasi ini

adalah penyebab utama kematian dikalangan gadis remaja yang lebih tua

(Irianti & Herlina, 2011).

Telah dilakukan berbagai macam cara untuk menekan laju peningkatan

pernikahan muda di Indonesia, salah satunya adalah program belajar 12

tahun. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dari

sisi pendidikan, pemerintah mencanangkan program belajar 12 tahun.

Artinya, sampai usia 18 tahun, mereka terus bersekolah. Dengan itu otomatis

kalau strategi itu secara tidak langsung bisa menganstipasi pernikahan dini.

Karena paling tidak orang yang tamat SLTA/SMK itu umurnya 18 tahun,

jadinya nunggu lamaran 1-2 tahun, jadi umur 20 tahun sudah bisa menikah.

Pemerintah menjamin program belajar itu berjalan dengan baik dengan

adanya Kartu Indonesia Pintar (KIP). Dengan begitu, warga miskin sekalipun

bisa terus bersekolah hingga tingkat SMA/SMK (Romadoni, 2017).

Meskipun telah diberdayakannya program belajar 12 tahun, tapi masih ada

beberapa orang yang masih melakukan pernikahan pada usia muda dengan

berbagai macam alasan. Salah satunya pada bulan Agustus lalu, dimana berita

itu sedang populer di media sosial seperti facebook dan diterbitkan oleh

tribun news Makassar, yang mana dalam berita tersebut seorang anak laki-

laki berusia 13 tahun menikah dengan seorang gadis yang masih berusia 17
4

tahun. Kedua orang tua menikahkan mereka karena tidak ingin malu dengan

kedua sejoli yang dikabarkan pacaran sejak 1 tahun lalu. Mereka tidak ingin

banyak warga yang bercerita soal mereka pacaran. Selain itu, untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kedua orangtua menikahkan

keduanya. Ditambah lagi dari ibu perempuan masih saudara sepupu dengan

keluarga pihak laki-laki (Abdiwan, 2018).

Bukan hanya dibantaeng, hal ini juga terjadi di sekitaran daerah Maros.

Anak laki-laki yang berusia 16 tahun dinikahkan dengan anak perempuan

yang masih berumur 14 tahun dengan alasan semua saudara laki-laki sudah

menikah dan ibunya juga sudah mulai sakit-sakitan. Berhubung karena

keluarga laki-laki dan perempuan adalah saudara sepupu, maka keduanya

dibiarkan melangsungkan pernikahan dengan persetujuan dari kedua anak

(Abdiwan, 2018).

Faktor pengetahuan adalah salah satu faktor yang mendorong sikap remaja

untuk melakukan pernikahan dini, kurangnya pengetahuan tentang

pernikahan dini yang dimiliki oleh setiap individu mempengaruhi pernikahan

usia dini kini masih dilaksanakan (BKKBN, 2011).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurhayati Artikasa dan

Ismarwati yang berjudul “Hubungan Pengetahuan tentang Pernikahan Usia

Dini dengan Sikap Siswa terhadap Pernikahan Usia Dini di SMA Negeri 2

Banguntapan Tahun 2015” didapatkan hasil p sebesar 0,042 (<0,05) yang

artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang pernikahan

usia dini dengan sikap siswa terhadap pernikahan usia dini di SMA Negeri 2
5

Banguntapan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmat tahun 2017 yang

berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Terhadap Pernikahan

Dini Pada Remaja Putri Kelas XI di SMA Negeri 2 Wonosari Gunung Kidul

didapatkan hasil 0.000 < 0.05 yang artinya ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan sikap terhadap pernikahan dini pada remaja putri kelas

XI di SMAN 2 Wonosari Gunung Kidul.

Setelah dilakukan survei awal di SMAN 18 Makassar ternyata pada tahun

2017 ada salah satu siswi yang menikah pada saat sementara sekolah jadi

harus putus sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa masih berlakunya sistem

pernikahan muda disekitaran wilayah SMAN 18 Makassar. Dilihat dari data

dunia yang memprediksikan akan pertumbuhan jumlah remaja yang menikah

dini yang disertai penelitian terdahulu yang terkait dan adanya salah satu

bukti yang mana dalam sekolah tempat meneliti terdapat salah satu siswi yang

menikah diusia muda, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

“Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Pernikahan Usia Muda

dan Permasalahannya di SMAN 18 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang diatas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di

daerah Sulawesi selatan ini serta adanya salah satu siswa dari lokasi

penelitian yang menikah saat belum tamat sekolah, maka dirumuskan

masalah “Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang

pernikahan usia muda dan permasalahannya?”


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengetahuan dan sikap remaja tentang pernikahan usia muda dan

permasalahannya.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui pengetahuan remaja tentang pernikahan usia muda dan

permasalahannya.

b. Diketahui sikap remaja tentang pernikahan usia muda dan permasalahannya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk bahan materi dalam penelitian

selanjutnya yang terkait tentang pengetahuan dan sikap pada remaja tentang

pernikahan usia muda dan permasalahannya.

2. Manfaat bagi institusi

Dapat dijadikan bahan ajar serta institusi pendidikan tentang pengetahuan

dan sikap remaja tentang pernikahan usia muda dan permasalahannya.

3. Manfaat praktis

Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu khususnya tentang pengetahuan dan

sikap remaja tentang pernikahan usia muda dan permasalahannya.

4. Manfaat bagi masyarakat

Dengan penelitian ini masyarakat khususnya siswa SMA dapat mengetahui

tentang pernikahan usia muda dan permasalahannya.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah pemahaman secara praktis maupun teoritis

suatu obyek atau domain tertentu. Salam (2008), memiliki pendapat bahwa apa

yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil

daripada kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Sedangkan Notoatmodjo

(2005) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) (Wicaksono, 2018).

2. Sumber Pengetahuan

Ada beberapa sumber pengetahuan menurut beberapa ahli, yaitu :

a. Kesaksian (Otoritas)

Kita dapat mengetahui bahwa Socrates dan Julius Caesar pernah hidup dari

kesaksian orang-orang yang hidup pada masa hidup mereka dan dari ahli-ahli

sejarah. Sesungguhnya cara umum untuk mendapatkan pengetahuan tentang

masa lalu adalah dengan bersandar kepada kesaksian-kesaksian orang lain,

yakni kepada otoritas. Banyak dan pengetahuan yang kita pakai untuk

kehidupan sehari-hari kita dapatkan dengan cara itu. Dengan begitu maka kita

telah memperoleh pengetahuan tersebut tidak dengan intuisi atau dengan

memikirnya sendiri atau dengan pengalaman pribadi, akan tetapi dengan


8

pemikiran orang lain dan fakta-fakta dalam bidang bermacam-macam

pengetahuan (Nasution, 2016).

b. Empirisme

Jhon Locke (1632-1704) mengemukakan teori tabula rasa yang menyatakan

bahwa pada awalnya manusia tidak tahu apa-apa. Seperti kertas putih yang

belum ternoda. Pengalaman indrawinya mengisi catatan harian jiwanya hingga

menjadi pengetahuan yang sederhana sampai begitu kompleks dan menjadi

pengetahuan yang cukup berarti (Batubara et al, 2018).

c. Rasionalisme

Akal mengatur data-data yang dikirim oleh indra, mengolahnya dan

mengaturnya hingga menjadi pengetahuan yang benar. Dalam penyusunan ini

akal menggunakan konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut

mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal ang merupakan

abstraksi dari benda-benda konkret. Selain menghasilkann pengetahuan dari

bahan-bahan yang dikirim oleh indra, yaitu pengetahuan yang bersiat abstrak.

Seperti pengetahuan tentang hukum/ aturan yang menanam jeruk selalu

berbuah jeruk. Hukum ini ada dan logis tetapi tidak empiris (Batubara et al.,

2018).

d. Intuisi dan Wahyu

Keyakinan adanya wujud tertentu di luar zat atau benda fisik melahirkan

anggapan bahwa ada sumber pengetahuan lain diluar wujud atau zat. Beberapa

orang menyebutnya intuisi. Melalui intuisi seseorang tiba-tiba menemukan

jawaban dan permasalahan yang dihadapinya. Maslow menyebut intuisi


9

sebagai peak experience (pengalaman puncak) sementara Neitzche

menganggap intuisi sebagai sumber yang paling tinggi (Nasution, 2016).

3. Jenis Pengetahuan

Menurut Burhanuddin (2018), jenis pengetahuan terbagi atas:

a. Pengetahuan biasa (common sence), yaitu pengetahuan yang digunakan

terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa mengetahui seluk-beluk yang

sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

b. Pengetahuan atau ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara yang

khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam

dan luas kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.

c. Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga

yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar

dan diatas pengalaman biasa.

d. Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat

para Nabi dan Rasul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib diikuti para

pemeluknya.

4. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan beberapa tingkatan atau tahapan pengetahuan, diantaranya :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang
10

diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah (Notoatmodjo,

2012).

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan,

menyebutkan contoh dan lain-lain (Notoatmodjo, 2012).

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain

(Notoatmodjo, 2012).

d. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada

kaitannya dengan yang lain (Abrori, 2014).

e. Sintesis (synthesis)

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan baru (Abrori, 2014).

f. Evaluasi (evalution)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi (Abrori, 2014).


11

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan, diantaranya :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun non

formal),berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Agus dan

Budiman, 2013).

b. Informasi/media massa

Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang

menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi

juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan

menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi

Informasi). Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Agus dan

Budiman, 2013).

c. Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang

akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi


12

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk (Agus dan Budiman, 2013).

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahun oleh setiap individu

(Agus dan Budiman, 2013).

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

lalu (Agus dan Budiman, 2013).

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Agus dan

Budiman, 2013).

B. Tinjauan tentang Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2012). Newcomb,


13

salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana

motif tertentu. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah

kesediaan atau respon seseorang terhadap suatu objek disuatu lingkungan

tertentu.

Banyak psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan kecenderungan

individu untuk merespon dengan pengetahuan baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam

lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk mendekat atau

menghindari positif atau negative terhadap berbagai keadaan social, apakah itu

institusi, pribadi, situasi, ide. konsep dan sebagainya (Gerungan, 2010). Gagne

(2009) mengatakan bahwa sikap merupakan suatu keadaan internal (Internal

State) yang mempengaruhi pilihan tindakan individu terhadap beberapa obyek,

pribadi, dan peristiwa.

2. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari 4 tingkatan (Notoatmojo. 2012) yaitu:

a. Menerima (receiving)

Artinya bahwa orang (subjek) dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek).

b. Merespon (responding)

Artinya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan suatu indikasi dari sikap karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau tugas yang diberikan.


14

c. Menghargai (valuing)

Artinya mengajak orang Iain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah.

d. Bertanggung Jawab (responsible)

Artinya bertanggung jawab dengan segala sesuatu yang dipilihnya.

3. Proses Pembentukan Sikap

Sikap tidak tejadi dengan sendiri, pembentukannya selalu berhubungan

dengan interaksi individu dengan lingkungan disekitarnya dan perbedaan

bakat, minat serta intensitas perasaan.

Akyas Azhari (2009) secara umum menggambarkan bahwa pembentukan

sikap dapat terjadi melalui empat cara yaitu :

a. Adaptasi, yaitu kejadian yang terjadi berulang-ulang

b. Diferensia, yaitu sikap yang terbentuk karena perkembangan intelegensi,

bertambahnya pengalaman dan lain-lain

c. lntegrasi, dimana pembentukan sikap disini terjadi secara ber tahap, dimulai

dengan satu hal tertentu sehingga akhimya terbentuk sikap mengenai hal

tersebut.

d. Trauma, yakni pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan dan biasanya

meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan, sehingga

pada akhimya membentuk sikap tertentu.

4. Komponen Sikap

Sikap pada dasarnya dibagi atas tiga komponen penting yang saling

berhubungan yaitu :
15

a. Komponen Kognitif (cognitive)

Komponen kognitif berupa kepercayaan seseorang mengenai apa yang

berlaku atau apa yang benar bagi suatu obyek. Saifuddin azwar (2013)

mengemukakan bahwa "komponen kognitif berisi persepsi. kepercayaan, dan

stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu”. Hal ini juga diperkuat

oleh Travers dalam H. Abu Ahmadi (2012) yang mengemukakan bahwa

“komponen kognitif berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang

didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan obyek.

b. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif berhubungan dengan emosional subjektif individu

terhadap suatu obyek. Saifuddin azwar (2013) menjelaskan bahwa “komponen

afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut

masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang”.

c. Komponen Konatif (conative)

Komponen konatif juga disebut dengan komponen perilaku adalah

kecenderungan seseorang untuk betindak atau beraksi terhadap sesuatu dengan

cara-cara tertentu. Menurut Saifudin azwar (2013) bahwa “komponen perilaku

atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku

atau cenderung berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan

objek sikap yang dihadapi.


16

5. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Sikap

Menurut Mrawan daIam Akyas azhari (2009) setiap orang memilki sikap

yang berbeda-beda dan khas. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang yang

bersangkutan. Faktor ini menentukan pilihan seseorang dalam memilih sesuatu

yang akan berdampak negative bagi dirinya atau berdampak positif bagi

kehidupannya.

b. Faktor ekstemal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri orang y ang

bersangkutan. Faktor eksternal menyangkut :

1) Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap.

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.

3) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung suatu sikap.

4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.

5) Situasi pada saat sikap itu dibentuk.

C. Tinjauan tentang Remaja

1. Definisi Remaja

Menurut World Health Organization (WHO), remaja (adolescence) adalah

mereka yang berusia 10-19 tahun. Sedangkan PBB menyebutkan anak muda

(youth) yang berusia15-24 tahun. Hal tersebut disatukan dalam terminologi

kaum muda (young people) rentang usia 10-24 tahun. Pada masa remaja terjadi

perubahan-perubahan baik secara fisik, psikologis maupun perubahan sosial.

Perubahan itu terjadi karena mulai aktifnya hormon seks dalam diri remaja,
17

yaitu testosteron pada laki-laki dan estrogen dengan progesteron pada

perempuan (Abrori, 2014).

Masa remaja merupakan masa pemeliharaan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa yang telah mencapai usia 10 sampai 19 tahun dengan terjadinya

perubahan fisik, mental dan psikologi yang cepat dan berdampak pada berbagai

aspek kehidupan selanjutnya (Sibagariang, 2010).

Menurut Piget masa remaja adalah masa berintegrasi dengan masyarakat

dewasa, usia dimana individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang

dewasa, akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama (Pieter dan Namora,

2010).

2. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Mansur (2009), masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence), adalah anak yang telah

mencapai usia 11 sampai 13 tahun.

b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence), adalah anak yang telah

mencapai usia 14 sampai 16 tahun.

c. Masa remaja lanjut (late adolescence), adalah anak yang telah mencapai usia

17 sampai 20 tahun.

Sumber lain membagi umur pada masa remaja, diantaranya :

a. Masa remaja awal (10 – 12 tahun) (Widyastuti et al, 2009)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya

2) Tampak dan merasa ingin bebas


18

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan

mulai berfikir yang khayal (abstrak)

b. Masa remaja tengah (13 – 15 tahun) (Widyastuti et al, 2009)

1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam

4) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang

5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

c. Masa remaja akhir (16 – 19 tahun) (Widyastuti et al, 2009)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri

2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

4) Dapat mewujudkan perasaan cinta

5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

D. Tinjauan tentang Pernikahan Usia Muda dan Permasalahannya

1. Definisi Pernikahan Usia Muda

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilaksanakan pada usia yang

melanggar undang-undang perkawinan yaitu perempuan kurang dari 16 tahun

dan laki-laki kurang dari 19 tahun (Landung et al, 2010). Tujuan dari

ditetapkannya batasan umur ini adalah untuk menjaga kesehatan suami-istri

dan keturunan. Sampai saat ini tidak ada larang seseorang untuk

melangsungkan pernikahan. Tetapi seseorang yang akan menikah harus

memenuhi syarat umur yang diizinkan menikah. Pendapat lain juga


19

mengungkapkan bahwa pernikahan dibawah umur atau pernikahan usia muda

ialah pernikahan yang dilakukan oleh seseorang ketika belum mencapai baligh

bagi pria dan belum mencapai menstruasi bagi wanita (Nafis, 2009).

2. Faktor-faktor Penyebab pernikahan Muda

Selain faktor kehamilan yang menjadi pemicu penikahan muda, ada juga

beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini,

diantaranya :

a. Budaya

Faktor budaya dapat menjadi pendorong kuat seorang remaja harus menikah

secara dini. Sebutan “peratu” (perawan tua) atau “panglatu” (panglima lajang

tua) mendorong mereka untuk segera menikah, walaupun dari segi usia mereka

sebenarnya masih sangat muda. Beberapa budaya menganggap bahwa seorang

anak perempuan yang sudah mendapatkan haid adalah perempuan dewasa yang

harus segera dicarikan jodonya untuk dinikahkan. Dengan demikian, budaya

sebagai faktor terjadinya pernikahan usia muda tidak bisa dianggap enteng

(Surbakti, 2013).

b. Pendidikan

Faktor pendidikan mempunyai peranan penting terhadap pernikah dini.

Rendahnya pendidikan sangat berpotensi menjadi pemicu terjadinya

pernikahan dini. Banyak orangtua yang kurang pendidikan mendorong anak-

anak remajanya agar segera menikah karena pemahaman yang dangkal tentang

seluk beluk berumah tangga. Demikian halnya, remaja putus sekolah


20

cenderung terdorong untuk segera menikah karena tidak ada kesibukan lain

(Surbakti, 2013).

c. Keluarga berantakan

Banyak remaja yang berlatar belakang keluarga berantakan (broken home),

terutama berasal dari keluarga yang bercerai terpaksa menikah muda dengan

berbagai alasan dan pertimbangan misalnya, untuk menyelamatkan keluarga

yang lain, dengan alasan ekonomi atau alasan lainnya. Dapat diduga

pernikahan semacam ini tidak akan bertahan lama karena pernikahan mereka

demikian rapuh (Surbakti, 2013).

d. Pengangguran

Faktor pengangguran memegang peranan terhadap banyaknya pernikahan

dini. Oleh karena itu, semakin tinggi pengangguran, semakin tinggi juga angka

pernikahan muda. Kurangnya kesibukan menyebabkan tingginya tingkat

kebersamaan sehingga mendorong percepatan pernikahan. Patut dicemaskan

bahwa salah satu factor penyebab percepatan pertumbuhan penduduk adalah

pernikahan dini (Surbakti, 2013).

Sumber lain menjelaskan tentang factor-faktor yang menjadi penyebab

pernikahan dini, diantaranya :

a. Kemiskinan

Di banyak keluarga yang hidup dalam cengkraman kemiskinan, menikahkan

anak perempuan mereka yang masih kecil merupakan strategi yang sangat

penting untuk bertahan hidup (dalam persepsi finansial). Hal ini berarti
21

berkurangnya satu beban untuk diberi makan, pakaian dan pendidikan (Sonny

et al, 2018).

b. Keterbatasan Pendidikan dan Pilihan Ekonomi

Putus sekolah atau bahwa tidak sekolah sama sekali memiliki korelasi positif

dengan menikah pada usia muda. Sebaliknya bersekolah dan mengenyam

pendidikan tinggi akan melindungi anak perempuan dari pernikahan dini

(Sonny et al, 2018).

c. Ketidakamanan Karena Konflik dan Perang

Ketika hidup dalam situasi tidak aman, para orangtua kerap berfikir bahwa

menikahkan anak perempuannya merupakan langkah paling strategis utnuk

melindungi merek dari marabahaya. Di wilayah-wilayah yang mengalami

konflik ataupun perang, seperti Afganistan, Burundi, Uganda Utara atau

Somalia, contohnya anak perempuan mungkin dinikahkan dengan pemimpin

perang/konflik atau figure otoritas lainnya yang mampu memastikan bahwa

anak dan keluarganya akan selamat (Sonny et al, 2018).

d. Tradisi dan Agama

Dibanyak wilayah, orangtua sering menagalami tekanan untuk menikahkan

anak perempuan mereka secepat mungkin untuk menghindarkan mereka

menjadi wanita yang aktif secara seksual sebelum mereka menikah. Wanita

yang di ‘cap’ seperti itu akan menjatuhkan martabat keluarga dan warga di

sekitarnya. Karena di banyak masyarakat, pernikahan sering menentukan status

sosial, orangtua juga khawatir jika mereka tidak menikahkan anak perempuan

sesuai dengan ekspektasi-ekspektasi sosial, mereka tidak akan dapat


22

menikahkan anak perempuan mereka sama sekali. Pernikahan anak juga

merupakan salah satu upaya untuk mempersatukan dua keluarga, marga

ataupun suku, serta dapat menyelesaikan sengketa dan hutang (Sonny et al,

2018).

3. Dampak Pernikahan Muda

Ada beberapa dampak dari pernikahan muda, diantaranya :

a. Pendidikan

Seseorang yang melakukan pernikahan terutama pada usia yang masih muda,

tentu akan membawa dampak, terutama dalam pendidikan yang rentan dengan

keberlangsungan ekonomi, seseorang yang melangsungkan pernikahan ketika

baru lulus SMP atau SMA, tentu keinginannya untuk melanjutkan sekolah lagi

atau menempuh pendidikan yang lebih tinggi tidak akan tercapai (Ahmad,

2009).

b. Kependudukan

Pernikahan usia muda, ditinjau dari segi kependudukan mempunyai tingkat

fertilitas (kesuburan) yang tinggi, sehingga kurang mendukung pembangunan

di bidang kesejahteraan (Ahmad, 2009).

c. Kelangsungan Rumah Tangga

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang masih rawan dan belum stabil,

tingkat kemandiriannya masih rendah serta menyebabkan banyak terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian (Ahmad, 2009).


23

d. Kesehatan

Kehamilan usia muda memuat resiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,

emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan

kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan (Rohan dan

Siyoto, 2013).

Berikut ini resiko atau permasalahan yang mengancam gadis dibawah umur

saat hamil di usia muda dibawah 20 tahun:

a. Secara ilmu kedokteran, organ reproduksi untuk perempuan dengan umur

dibawah 20 tahun dia belum siap untuk berhubungan seks atau mengandung,

sehingga jika terjadi kehamilan beresiko mengalami tekanan darah tinggi

(karena tubuh belum kuat). Kondisi ini biasanya tidak terdeteksi pada tahap-

tahap awal, tapi nantinya mengakibatkan kejang-kejang, perdarahan bahkan

kematian pada ibu dan bayinya (Rohan dan Siyoto, 2013).

b. Kondisi sel telur pada perempuan dibawah 20 tahun belum begitu sempurnah,

sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami kecacatan fisik

(Rohan dan Siyoto, 2013).

c. Beresiko mengalami kanker serviks (kanker leher Rahim), karena semakin

muda usia pertamakali seseorang berhubungan seks maka semakin besar resiko

daerah reproduksi terkontaminasi virus (Rohan dan Siyoto, 2013).

d. Keracunan kehamilan (Gestosis), adalah keadaan organ reproduksi yang belum

siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam

bentuk pre-eklamsia dan eklamsia (Rohan dan Siyoto, 2013).


24

e. Perdarahan pada saat melahirkan antaralain disebabkan karena otot Rahim

yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga disebabkan selaput

ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam Rahim), kemudian proses

pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi adanya sobekan pada jalan

lahir (Rohan dan Siyoto, 2013).

f. Kemungkinan keguguran/abortus. Pada saat hamil seorang ibu sangat

memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini disebabkan oleh factor-faktor alamia

(Rohan dan Siyoto, 2013).

g. Persalinan yang lama dan sult, adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu

dan janin, penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan

letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his (Rohan dan Siyoto, 2013).

h. Kemungkinan bayi lahir belum cukup usia kehamilan, adalah kelahiran

premature yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena pada

saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan kurang (Rohan dan Siyoto, 2013).

i. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan

kurang dari 2500gr, kebanyakan dipengaruhi karena kurangnya zat gizi saat

hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun (Rohan dan Siyoto, 2013).

4. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mencegah Pernikahan usia muda

Beberapa rekomendasi yang dihasilkan untuk menekan praktik perkawinan

bawah umur di Indonesia adalah sebagai berikut (Judiasih,dkk. 2018) :

a. Perlunya penguatan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual untuk remaja

secara komprehensif sejak dini untuk memberikan pemahaman untuk remaja.

b. Perlunya sinergi masyarakat, organisasi masyarakat dan lembaga pemerintah.


25

c. Penguatan peran dan tokoh adat dan agama.

d. Meninjau ulang ketentuan mengenai batas usia perkawinan yang terdapat

dalam UU perkawinan

e. Memberikan pemahaman mengenai legalitas perkawinan untuk jngka panjang.


26

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang didapatkan dengan

mnggunakan indera yang dimilikinya. Sedangkan sikap merupakan respon

seseorang terhadap pengetahuan yang dimiliki seseorang.

Pernikahan usia muda atau pernikahan dibawah umur yaitu pernikahan

pada usia dimana seseorang tersebut belum mencapai dewasa yang menurut

undang-undang perkawinan yang menyatakan bahwa seorang pria yang

menikah di bawah 19 tahun dan wanita di bawah 16 tahun.

Berdasarkan penjelasan variabel tersebut, peneliti tertarik untuk

mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang

Pernikahan Usia Muda dan Permasalahannya di SMAN 18 Makassar.

2. Pola Fikir Variabel Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

Pengetahuan dan Pernikahan Usia Muda


sikap siswi SMA dan Permasalahannya

Gambar 1 Pola fikir variabel penelitian


Keterangan :
: Variabel Independen

: Variabel Dependen
27

3. Defenisi Operasional

a. Pengetahuan

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pandangan siswa SMA kelas X,XI

dan XII tentang pernikahan usia muda dan permasalahannya. Untuk mengukur

pengetahuan siswa dilakukan menggunakan skala Guttman.

Kriteria objektif:

1) Cukup: jika pengetahuan tentang pernikahan usia muda dan permasalahannya

mempunyai nilai benar lebih dari 50%.

2) Kurang: jika pengetahuan tentang tentang pernikahan usia muda dan

permasalahannya mempunyai nilai benar sama atau kurang dari 50%.

Penilaian diatas berdasarkan rumus umum penentuan skoring pada kriteria

objektif dimana :

Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)

Range (R) = skor tertinggi – skor terendah = 100-0 = 100%

Kategori (K) = 2 adalah banyaknya kriteria yang disusun pada kriteria

objektif suatu variabel kategori yaitu cukup dan kurang.

b. Sikap

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah respon siswa SMA

terhadap pengetahuan yang dimilikinya tentang pernikahan usia muda. Untuk

mengukur sikap siswa dilakukan dengan menggunakan skala likert.

Kriteria objektif:

1) Pernyataan Negatif

a) Skor 1. Sangat setuju


28

b) Skor 2. Setuju

c) Skor 3. Tidak setuju

d) Skor 4. Sangat tidak setuju

2) Pernyataan Positif

a) Skor 1. Sangat tida setuju

b) Skor 2. Tidak setuju

c) Skor 3. Setuju

d) Skor 4. Sangat setuju

Skala likert untuk penilaian sikap siswa

Jumlah pernyataan : 10

Setiap jawaban bernilai : 4, 3, 2 dan 1

Jumlah kategori : terbagi atas dua yaitu positif dan negatif

Scoring :

a) Nilai tertinggi = skor tertinggi x jumlah pernyataan

= 4 x 10

= 40

b) Nilai terendah = skor terendah x jumlah pernyataan

= 1 x 10

= 10
Skor tertinggi + skor terendah
c) Nilai rata-rata =
Jumlah kategori

40 + 10
=
2
= 25
29

Kriteria Obyektif :

Positif : jika nilai responden > 62,5% dari total skor jawaban.

Negatif : jika nilai responden < 62,5% dari total skor jawaban.

c. Pernikahan Usia Muda dan Permasalahannya

Pernikahan usia muda dan permasalahannya adalah pernikahan yang

dilakukan saat mempelai pria dibawah 19 tahun dan mempelai wanita dibawah

16 tahun serta masalah yang timbul dari pernikahan usia muda.


30

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut

Lehmann (1979) penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis

penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, factual dan akurat

mengenai fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan

fenomena secara detail (Yusuf, 2014).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telahdilaksanakan di SMAN 18 Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 7 Februari sampai 7 Maret

2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti.

(Suryani dan Hendryadi, 2015). Adapun populasi yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah semua siswa di SMAN 18 Makassar yang berjumlah 928

responden.

2. Sampel
31

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara

tertentu, yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap, serta

dianggap mewakili populasi (Prawirohardjo, 2010). Adapun teknik yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah systematic random sampling yang

artinya yang berada pada urutan pertama merupakan sampel yang sampel

selanjutnya dipilih secara acak kemudian diikuti secara sistematik.

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 103 responden yang

diambil dari kelas X, XI dan XII yang didapatkan dengan menggunakan rumus:
N

n=

k
Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

k = interval (9)

Dalam pengambilan sampel, peneliti tetap memperhatikan kriteria inklusi

dan ekslusi.

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Responden adalah siswi kelas X, XI, XII di SMAN 18 Makassar.

2) Bersedia menjadi responden penelitian.

b. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah siswi SMAN kelas X,XI,XII yang

sakit, izin ataupun alfa pada saat dilakukan penelitian.

D. Pengumpulan Data
32

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil

pengukuran, pengamatan, survei, dan lain-lain (Setiadi, 2013). Pengumpulan

data melalui kuesioner pengetahuan dan kuesioner sikap.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan/instansi

yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2013).

2. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner pernyataan

yang akan diisi oleh responden. Sebelum pengumpulan data dilakukan terlebih

dahulu peneliti memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan dilakukannya

penlitian terhadap para reseponden.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa/menyelidiki suatu masalah. Adapun instrument

yang digunakan adalah kuesioner yang berisi kalimat pernyataan menurut skala

Guttman.

E. Pengolahan Data
33

Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang di

sediakan). Adapun langkah-langkah pengolahan data yaitu sebagai berikut:

1. Penyuntingan (Editing)

Editing merupakan proses melengkapi dan merapikan data yang telah

dikumpulkan dalam kuesioner (Dwiastuti, 2017). Setelah data hasil kuesioner

terkumpul peneliti memeriksa kelengkapan data menurut tingkat

pengetahuannya.

2. Pengkodean (Coding)

Coding adalah proses pemberian angka pada setiap pertanyaan yang terdapat

pada kuesioner (Dwiastuti, 2017). Data yang telah dikumpulkan diberi kode

menurut jawaban responden.

a. Keterangan kode untuk pengetahuan

1) Kode 1 untuk yang berpengetahuan cukup

2) Kode 0 untuk yang berpengetahuan kurang

b. Keterangan kode untuk sikap

1) Kode 1 untuk yang bersikap positif

2) Kode 0 untuk yang bersikap negatif

c. Keterangan kode untuk jenis kelamin

1) Kode 1 untuk siswa yang berjenis kelamin laki-laki

2) Kode 2 untuk siswa yang berjenis kelamin perempuan

d. Keterangan kode untuk umur

1) Kode 1 untuk siswa yang berumur 14 tahun

2) Kode 2 untuk siswa yang berumur 15 tahun


34

3) Kode 3 untuk siswa yang berumur 16 tahun

4) Kode 4 untuk siswa yang berumur 17 tahun

5) Kode 5 untuk siswa yang berumur 18 tahun

e. Keterangan kode untuk kelas

1) Kode 1 kelas X

2) Kode 2 kelas XI

3) Kode 3 kelas XII

3. Pemasukan Data (Entry Data)

Entry data adalah proses pemindahan data dari kuesioner ke tabel data dasar

(Dwiastuti, 2017). Setelah jawaban responden dikumpulkan, peneliti

memasukkan hasilnya ke dalam program pengolahan data. Pengolahan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah program analisis statistik di

computer.

4. Pembersihan (Cleaning)

Cleaning adalah proses untuk membersihkan dari kesalahan pengisian dalam

tabel (Dwiastuti, 2017). Setelah semua langkah diatas telah dilakukan, peneliti

melakukan pengecekan kembali untuk menghindari adanya kesalahan dalam

melakukan pengkodean, kelengkapan data dan sebagainya.

F. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa dengan menggunakan

program analisis statistik untuk mengetahui distribusi frekuensi responden

berdasarkan tingkat pengetahuan dan sikapnya. Adapun langkah-langkah untuk


35

menetukan distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan dan

sikapnya adalah :

1. Memasukkan semua data hasil penelitian ke dalam tabel analisis statistik.

2. Klik menu analyse > descriptive statistics > frekuencies.

3. Akan muncul output distribusi frekuensi responden.

G. Penyajian Data

Setelah data terkumpul, peneliti mengolahnya dengan menggunakan rumus

pada analisis data kemudian menyajikan hasilnya dalam bentuk tabel.

H. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Informed Consent artinya partisipan punya informasi yang adekuat tentang

penelitian, mampu memahami informasi, bebas menetukan pilihan,

memberikan kesempatan kepada mereka yang ikut atau tidak ikut berpartisipasi

dalam penelitian secara sukarela (Swarjana, 2012). Informed concent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonimity diartikan bahwa dalam pelaksanaan penelitian, responden

dikondisikan tanpa nama atau anonim (Swarjana, 2012). Masalah etika

keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
36

3. Contidentiality (Kerahasiaan)

Contidentiality (Kerahasiaan) adalah semua Informasi, data, sampel

(material) merupakan rahasia. Penggunaannya harus sesuai dengan yang telah

dinyatakan sebelumnya. Selain itu, kerahasiaan juga menyangkut identitas

subjek penelitian. Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil.
37

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 7 Februar-7 Maret 2019 di

SMAN 18 Makassar. Lokasi penelitian ini berada di jalan Mangga Tiga

Permai Daya Makassar. Terdapat 3 kelas dari masing-masing tingkatan mulai

dari kelas X, XI dan XII. Penelitian dilakukan dengan menggunakan

systematic random sampling dimana dari 928 siswa didapatkan 103

responden yang dijadikan sampel. Responden yang berjumlah 103 tersebut

diambil dari jumlah populasi dibagi jumlah kelas dari SMAN 18 Makassar.

Dari 103 responden ini dibagi menurut tingkatan kelas. Jadi masing-masing

kelas dari kelas X diambil 35 responden sedangkan kelas XI dan XII masing-

masing 34 responden dan dari jumlah sampel tersebut dibagi kembali

berdasarkan jumlah kelasnya dari tiap tingkatan.

1. Data Umum

Tabel 1
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 49 47,6
Perempuan 54 52,4
Jumlah 103 100
Sumber : Data Primer 2019

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak

dibanding laki-laki.
38

a. Data demografi responden berdasarkan umur

Tabel 2
Distribusi demografi responden berdasarkan umur
Umur n %
14 tahun 1 1
15 tahun 20 19,4
16 tahun 29 28,2
17 tahun 47 45,6
18 tahun 6 5,8
Jumlah 103 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang berumur 17 tahun

merupakan responden terbanyak dengan jumlah 47 orang (45,6%) dan umur

14 tahun merupakan responden paling sedikit dengan jumlah 1 orang (1%).

2. Analisis Univariat

Tabel 3
Distribusi pengetahuan responden
Pengetahuan n %
Cukup 75 72,8
Kurang 28 27,2
Jumlah 103 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel di atas menunjukkan bahwa di SMAN 18 Makassar memiliki

pengetahuan yang cukup lebih banyak dibanding yang berpengetahuan

kurang.

Tabel 4
Distribusi pengetahuan berdasarkan jenis kelamin
Pengetahuan
Total
Jenis Kelamin Cukup Kurang
N % n % n %
Laki-laki 24 22,3 25 25,3 49 47,6
Perempuan 51 50,5 3 1,9 54 52,4
Jumlah 75 72,8 28 27,2 103 100
Sumber : Data Primer, 2019
39

Dari jenis kelamin, perempuan lebih banyak yang berpengetahuan

cukup daripada yang kurang. Berbanding terbalik dengan yang berjenis

kelamin laki-laki yang memiliki pengetahuan yang kurang lebih banyak

daripada yang cukup.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita tahun 2011,

bahwa meski jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan

terhadap tingkat pengetahuan tetapi perempuan lebih banyak yang

tingkat pengetahuannya yang cukup dibanding laki-laki. Hal itu dapat

disebabkan karena perempuan lebih dominan dalam melihat,

memperhatikan dan mengingat hal-hal detail yang biasanya tidak

diperhitungkan oleh kaum laki-laki.

Peneliti berasumsi bahwa adanya perbedaan tingkat pengetahuan antara

perempuan dengan laki-laki dapat disebabkan karena perempuan lebih

banyak waktu untuk berdiskusi dengan teman sebaya serta mencari tahu

baik melalui media sosial maupun buku pedoman tentang pernikahan

usia muda dan permasalahannya. Hal tersebut juga sejalan dengan teori

yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2011) yang menyatakan bahwa

jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang.
40

Tabel 5
Distribusi pengetahuan responden berdasarkan umur
Pengetahuan
Total
Umur Cukup Kurang
n % n % n %
14 tahun 1 1 - - 1 1
15 tahun 16 16,4 4 2,9 20 19,3
16 tahun 22 21,4 7 6,8 29 28,2
17 tahun 32 31,1 15 14,6 47 45,7
18 tahun 4 3,9 2 1,9 6 5.8
Jumlah 75 72,8 27 27,2 103 100
Sumber : Data Primer, 2019

Dari semua kalangan umur, mulai dari 14 hingga 18 tahun memiliki

pengetahuan yang cukup lebih banyak daripada yang kurang dan tidak ada

perbedaan pada tingkat umur dengan pengetahun responden.

Tabel 6
Distribusi pengetahuan responden berdasarkan tingkat kelas
Pengetahuan
Total
Kelas Cukup Kurang
n % n % n %
Kelas X 24 23,3 11 10,7 35 34
Kelas XI 28 27,2 6 5,8 34 33
Kelas XII 23 22,3 11 10,7 34 33
Jumlah 75 72,8 27 27,2 103 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel di atas menunjukkan bahwa semua tingkatan kelas baik, kelas X, XI

dan XII memiliki pengetahuan yang cukup lebih banyak dibanding yang

kurang dan tidak ada perbedaan tingkat kelas dengan pengetahuan responden.

Tabel 7
Distribusi sikap responden
Sikap n %
Positif 95 92,2
Negatif 8 7,8
Jumlah 103 100
Sumber : Data Primer, 2019
41

Tabel di atas membuktikan bahwa siswa di SMAN 18 Makassar memiliki

sikap yang positif lebih banyak daripada yang bersikap negatif.

Tabel 8
Distribusi sikap responden berdasarkan jenis kelamin
Sikap
Jenis Total
Positif Negatif
Kelamin
n % N % N %
Laki-laki 43 41,7 6 5,9 49 47,6%
Perempuan 52 50,5 2 1,9 54 52,4%
Jumlah 95 92,2 8 7,8 103 100%
Sumber: Data Primer, 2019

Baik laki-laki maupun perempuan memiliki sikap yang positif lebih banyak

dibanding yang bersikap negatif terhadap pernikahan usia muda dan

permasalahannya.

Tabel 9
Distribusi sikap responden berdasarkan umur
Sikap
Total
Umur Positif Negatif
n % N % n %
14 tahun 1 0,9 0 0 1 0,9
15 tahun 20 19,4 0 0 20 19,4
16 tahun 26 25,2 3 2,9 29 28,1
17 tahun 44 42,7 3 2,9 47 45,6
18 tahun 4 3,9 2 2 6 5,9
Jumlah 95 92,2 8 7,8 103 100
Sumber : Data Primer, 2019

Tidak ada perbedaan sikap responden dari umur mereka. Mulai dari

umur 14 sampai 18 tahun memiliki sikap positif lebih banyak dibanding yang

bersikap negatif.
42

Tabel 10
Distribusi sikap responden berdasarkan kelas
Sikap
Kelas Total
Positif Negatif
n % N % n %
Kelas X 33 32 2 2 35 34
Kelas XI 32 31,1 2 2 34 33
Kelas XII 30 29,1 4 3,8 34 33
Jumlah 95 92,2 8 7,8 103 100
Sumber : Data Primer, 2019

Dari tingkatan kelas juga memiliki hasil yang sama. Baik kelas X, XI

bahkan XII memiliki sikap yang positif lebih banyak daripada yang bersikap

negatif.

Tabel 11
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan dan sikapnya

Sikap
Pengetahuan Total
Positif Negatif
n % n % n %
Cukup 70 67,9 5 2 75 72,8
Kurang 25 24,3 3 2 28 27,2
Jumlah 95 92,2 8 7,8 103 100
Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel di atas, dari 75 responden dengan pengetahuan yang

cukup terdapat 5 responden yang bersikap negatif. Sedangkan yang

berpengetahuan kurang dan memiliki sikap yang negatif terdapat 3

responden.

Ketiga responden yang bersikap negatif dapat disebabkan karena kurangnya

pengetahuannya dilihat dari tabel 11 yang menunjukkan bahwa ketiga

responden tersebut mempunyai pengetahuan yang kurang dan sikap yang

negatif. Sikap negatif yang dimiliki oleh responden dipengaruhi oleh

pengetahuan mengenai pernikahan usia muda. Pengetahuan yang baik akan


43

ikut membentuk dan mempengaruhi pola fikir seseorang kemudian pola fikir

tersebut akan membentuk sikap yang positif.

Berbeda dengan responden yang bersikap negatif tapi berpengetahuan

cukup dikarenakan mereka berasumsi bahwa kalau memang sudah saling

cinta dan mampu bertanggung jawab terhadap pasangan kenapa tidak bisa

melakukan pernikahan diusia muda daripada hal-hal yang tidak baik seperti

hamil sebelum menikah dan seringnya didapat pacaran yang membuat para

orangtua khawatir. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa dengan

menikah diusia muda juga membuat kita lebih cepat berfikiran dewasa.

Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap individu memiliki pemikiran yang

berbeda-beda tergantung kondisi yang mereka lihat. Sejalan dengan teori

yang dikemukakan oleh Mrawan daIam Akyas azhari (2009) yang

menyatakan bahwa setiap orang memilki sikap yang berbeda-beda dan khas.

Adapun salah satu factor penyebabnya adalah faktor internal, yaitu faktor

yang berasal dari dalam diri orang yang bersangkutan. Faktor ini menentukan

pilihan seseorang dalam memilih sesuatu yang akan berdampak negatif bagi

dirinya atau berdampak positif bagi kehidupannya.

B. Pembahasan

1. Gambaran Pengetahuan Siswa SMAN 18 Makassar

Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa di SMAN

18 Makassar sudah cukup banyak yang memiliki pengetahuan tentang

pernikahan usia muda dan permasalahannya. Hal tersebut terbukti dari hasil

penelitian yang menyatakan bahwa dari 103 responden terdapat 75 siswa


44

(72,8%) responden yang memiliki pengetahuan yang cukup sedangkan yang

pengetahuannya yang kurang hanya berjumlah 28 siswa (27,2%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Beatrix dan Ika

(2017) yang menyatakan bahwa siswa SMA Muhammadiyah Ponjong

Kabupaten Gunung Kidul memiliki pengetahuan yang cukup lebih banyak

yakni dari 48 responden terdapat 25 responden (52,1%). Penelitian lain yang

dilakukan oleh I Gusti dan Resti (2017) juga menunjukkan hasil yang sama,

dimana dari 66 responden di SMA Negeri 1 Mendoyo, Jembrana, Bali

terdapat 36 responden (54,4%) yang memiliki pengetahuan yang baik tentang

dampak pernikahan usia muda.

Peneliti beramsumsi bahwa banyaknya siswa yang memiliki pengetahuan

yang cukup karena mereka telah mendapatkan informasi tentang pernikahan

usia muda dan permasalahannya baik itu melalui media sosial maupun

edukasi yang didapatkan tentang pernikahan usia muda. Hal tersebut terbukti

dari asumsi yang responden tuliskan tentang pernikahan usia muda,

kebanyakan dari mereka tahu bahwa pernikahan muda itu mempunyai banyak

resiko meskipun alasan dari beberapa siswa yang menuliskan asumsinya

karena masalah uang yang akan dihentikan orangtua untuk mereka karena

mereka menganggap seorang anak yang sudah menikah berarti mereka juga

sudah mampu memperoleh uang sendiri.

Adapun responden yang kurang pengetahuannya dapat disebabkan karena

mereka kurang berminat untuk mengetahui tentang pernikahan usia muda dan

permasalahannya. Hal tersebut terbukti dengan melihat master tabel yang


45

menunjukkan bahwa beberapa dari mereka tidak mengetahui batas usia

pernikahan usia muda baik untuk laki-laki maupun perempuan.

2. Gambaran Sikap SMAN 18 Makassar

Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa di SMAN

18 Makassar memiliki sikap yang positif lebih banyak dibanding yang

negatif. Hal tersebut nampak dalam master tabel yang menunjukkan bahwa

terdapat 95 responden (92,2%) sedangkan yang kurang berjumlah 8

responden (7,8%).

Dari tabel 5, 6 dan 7 juga menunjukkan hasil yang sama, baik dari jenis

kelamin, umur dan tingkatan kelas memiliki sikap yang positif lebih banyak

terhadap pernikahan usia muda dan permasalahannya dibanding yang

memiliki sikap yang negatif. Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Hikah Sobri (2016) yang menunjukkan bahwa dari 90

responden terdapat 57 responden (63,3%) yang memiliki sikap yang tinggi

terhadap pernikahan usia muda.

Peneliti berasumsi bahwa sikap positif yang responden miliki dapat

disebabkan karena adanya dampak yang mereka lihat dari pernikahan usia

muda seperti perceraian dan lain-lain. Melihat asumsi yang mereka tuliskan,

hampir semua siswa menolak melakukan pernikahan usia muda karena

banyaknya resiko yang mungkin terjadi seperti perceraian, penyakit akibat

melakukan hubungan seks dibawah umur serta penghentian pemasukan uang

dari orangtua. Adapun yang setuju dengan pernikahan usia muda karena
46

keadaan terpaksa seperti hamil diluar nikah dan pacaran yang membuat para

orangtua malu.
47

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Siswa SMAN 18 Makassar memiliki pengetahuan yang cukup lebih banyak

daripada responden yang kurang pengetahuannya. Hal tersebut dapat dilihat

dari tabel 3 yang menunjukkan bahwa dari 103 responden terdapat 75

(72,8%) yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang pernikahan usia

muda dan permasalahannya.

2. Siswa SMAN 18 Makassar memiliki sikap yang positif lebih banyak daripada

yang bersikap negatif. Hal terssbut dapat dilihat pada tabel 7 yang

menunjukkan bahwa dari 103 responden terdapat 95 responden (92,2%) yang

memiliki sikap yang positif tentang pernikahan usia muda dan

permasalahannya.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian terkait

tingkat pengetahuan dan sikap terhadap pernikahan usia muda dan

permasalahannya agar membahas lebih lanjut tentang asumsi para responden

tentang pernikahan usia muda.


48

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan agar di SMAN 18 Makassar memberikan edukasi tambahan

tentang pernikahan usia muda dan dampak yang mungkin terjadi karena

pernikahan dini.

3. Bagi Siswa

Diharapkan agar siswa SMAN 18 Makassar untuk lebih banyak mencari

materi tentang dampak pernikahan usia muda agar ke depannya tidak ada

yang mengikuti jejak siswa yang sebelumnya berhenti sekolah karena harus

menikah di usia dini.


DAFTAR PUSTAKA

Abrori. 2014. Disimpang Jalan Aborsi. Gigih Pustaka Mandiri. Semarang.

Afriani, Riska dan Mufdillah. Analisis Dampak Pernikahan Dini pada Remaja
Putri di Desa Sidoluhur Kecamatan Godean Yogyakarta pada Tahun 2016.
RAKERNAS AIPKEMA 2016. 235-243.

Agus, R dan Budiman. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.

Ahmad. 2009. Pernikahan Dini Masalah Kita Bersama. http://pa-bantul.net. 2


Oktober 2018 (00.30).

Artikasari, Nurhayati dan Ismarwati. 2015. Hubungan Pengetahuan tentang


Pernikahan Dini di Sma Negeri 2 Banguntapan. Jurnal Ners dan Kebidanan
4 (1) : 051-055.

Azhari, A. 2009. Psikologi Umum dan Perkembangan. Teraju PT.Mizan Publika.


Bandung.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori Skala dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Jakarta

Batubara, C et al. 2018. Handbook Metodologi Studi Islam. Kencana. Jakarta.

BKKBN. 2011. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2011. Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Pelaporan dan
Statistik. Jakarta.

BPS. 2017. Perkawinan Usia Anak Sekolah. http://www.bps.go.id. 10 Oktober


2018 (10.00).

Burhanuddin, N. 2018. Filsafat Ilmu. Kencana. Jakarta.

Dwiastuti. Rini. 2017. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Universitas Brawijaya


Press. Malang.

Gagne ,R.M. 2009. Prinsip Instruksi Desain. Holt, Rinehart dan Wiston ,Inc.
New York.

Gerungan .2010.Psikologi Soaial . Refika Aditima. Bandung.

Irianti I dan Herlina N. 2011. Buku Ajar Psikologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.
EGC. Jakarta.
Judiasih, Sonny Dewi dkk. 2018. Perkawinan Bawah Umur di Indonesia. PT
Refika Aditama. Bandung

Landung et al. 2010. Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan Usia Dini pada
Masyarakat Kecamatan Snggalangi Kabupaten Tana Toraja. Jurnal MKMI
5 (4) : 89-94.

Lusiana, E. 2011. 100+ Kesalahan dalam Pernikahan. Qultum Media. Jakarta.

Mansur, H. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Salemba Medika.
Jakarta.

Nafis, C. 2009. Fiqih Keluarga. Mitra Abadi Press. Jakarta.

Nasution, A.T. 2016. Filsafat Ilmu. Deepublish. Yogyakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku kesehatan.


Rineka Cipta. Jakarta.

Rohan H.H. dan S. Siyoto. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Nusa
Medika. Yogyakarta.

Romadoni, A. 2017. Unicef Soroti Pernikahan Dini di Indonesia.


http://www.liputan6.com. 1 Oktober 2018 (10.55)

Ronalyw. 2018. 333 Pernikahan Usia Dini di Sulsel.


https://beritakotamakassar.fajar.co.id. 10 Oktober 2018 (09.47).

Sibagariang, E.E. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Trans Info Medika.


Jakarta.

Surbakti. 2013. Kenakalan Orangtua Penyebab Kenakalan Remaja. PT.Elex


Media Komputindo. Jakarta.

Suryani dan Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Prenada Media Grup.
Jakarta.

Abdiwan, Muhammad. 2018. Pernikahan Dini di Bantaeng, Ini Alasan Orangtua


yang Menikahkan Anaknya yang Masih 13 Tahun.
http://www.makassar.tribbunnews.com. 1 Oktober 2018 (00.47).

Abdiwan, Muhammad. 2018. Ada Pernikahan Dini di Desa Majannang Maros,


Begini Pembelaan Kades. http://www.makassar.tribbunnews.com. 1
Oktober 2018 (01.12).
UNICEF. 2017. Prevalence of Child Marriage. https//:data.unicef.org. 14
Desember 2018 (13.30).

UNICEF. 2018. Child Marriage Around The World. https//:data.unicef.org. 14


Desember 2018 (13.43).

Wicaksono, Soetam Rizky. 2018. Studi Kasus Sistem Berbasis Pengetahuan.


Seribu Bintang. Malang.

Widyastuti et al. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta.


Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Bapak / Ibu / Saudara (i)

Calon Responden

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Melda

Nim : 21706308

Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Makassar akan mengadakan

penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang

Pernikahan Usia Muda di SMAN 18 Makassar.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak /

Ibu / Saudara (i) sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang Bapak /

Ibu / Saudara (i) berikan merupakan tanggung jawab saya untuk menjaganya. Jika

saudara (i) bersedia ataupun menolak untuk menjadi responden, maka tidak ada

ancaman. Jika selama menjadi responden saudara/saudari merasa dirugikan maka

saudara (i) diperbolehkan untuk mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi pada

penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, jika saudara/saudari telah

menyetujui permintaan saya untuk menjadi responden, maka saya sebagai peneliti

sangat mengharapkan kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan


untuk menjadi responden dan menjawab segala pertanyaan yang kami berikan

baik melalui kuesioner ataupun wawancara.

Atas perhatian dan persetujuan dari saudara/saudari responden, saya

mengucapkan terima kasih.

Peneliti
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Makassar. Saya

akan melakukan penelitian sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir pendidikan di Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambran Pengetahuan dan Sikap

Remaja tentang Pernikahan Usia Muda di SMAN 18 Makassar. Saya

mengharapkan partisipasi Bapak / Ibu / Saudara (i) untuk memberikan tanggapan

atau jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Tanggapan atau jawaban bersifat

bebas dan tanpa paksaaan. Saya akan menjamin kerahasiaan pendapat dan

identitas saudara.

Jika Bapak / Ibu / Saudara (i) bersedia menjadi peserta penelitian, silahkan

menandatangani kolom di bawah ini dan mengisi kuesioner yang tersedia.

Tanda Tangan : ……………………..

Tanggal : ……………………..

No. Responden : ……………………..


KUESIONER PENELITIAN

Pengetahuan
No : (diisi oleh peneliti)
Nama :
Umur :
Kelas :
Pilihlah salah satu jawaban atas pernyataan di bawah ini dengan memberi
tanda (√) :
No Pernyataan Benar Salah
1. Pernikahan usia muda merupakan
pernikahan yang dilangsungkan pada usia
laki-laki di bawah 19 tahun dan
perempuan di bawah 16 tahun.

2. Hubungan seksual di usia wanita kurang


dari 20 tahun dapat menyebabkan dapat
menyebabkan gangguan/penyakit pada
alat reproduksi.

3. Tingginya angka kematian ibu dan bayi


merupakan dampak dari pernikahan usia
muda

4. Wanita yang menikah di usia muda


cenderung mengalami perdarahan akibat
belum matangnya kesehatan reproduksi.

5. Faktor-faktor penyebab pernikahan muda


adalah budaya, pendidikan, keluarga
berantakan dan pengangguran.

6. Pernikahan usia muda mempunyai resiko


yang tinggi terhadap perceraian karena
kurang matangnya pola fikir yang
dimiliki.

7. Pernikahan usia muda dianjurkan untuk


semua anak yang sudah mampu mencari
nafkah lebih untuk dirinya sendiri.

8. Pernikahan usia muda memberi peluang


besar untuk mendapatkan banyak anak
semakin tinggi. Karena semakin banyak
anak semakin banyak pula rezeki.
9. Pernikahan usia muda umumnya
dilakukan karena telah saling mencintai,
rasa takut kehilangan pasangan dan
merasa siap untuk menikah.

10. Pernikahan muda merupakan solusi


utama agar kita tidak perlu lagi
melanjutkan pendidikan.

Kunci Jawaban
1. Benar
2. Benar
3. Benar
4. Benar
5. Benar
6. Salah
7. Salah
8. Salah
9. Salah
10. Salah

Sikap
Beri tanda √ pada pernyataan yang anda pilih di bawah ini :
No Pernyataan SS S TS STS
1 Dengan menikah di usia muda saya dapat merasa
lebih dewasa.
2 Saya akan tetap menikah diusia muda apapun
resikonya
3 Pernikahan usia muda di daerah saya adalah
suatu keharusan
4 Saya akan menikah sesuai peraturan yang
berlaku
5 Saya akan menikah apabila adanya kesiapan
jasmani dan rohani.
6 Saya ingin menikah di usia muda agar tidak
menjadi perawan tua.
7 Saya akan menikah muda karena orangtua
memaksa
8 Pernikahan di usia muda merupakan tren atau
gaya masa kini.
9 Dengan menikah di usia muda, seseorang belajar
untuk bertanggung jawab
10 Pernikahan di usia muda itu asyik.

Kunci jawaban
1. Negatif
2. Negatif
3. Negatif
4. Positif
5. Positif
6. Negatif
7. Negatif
8. Negatif
9. Negatif
10. Negatif
Master Tabel
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Pernikahan Usia Muda dan Permasalahannya
di SMAN 18 Makassar

Jenis Pengetahuan Sikap


No Inisial Kode Umur Kode Kelas Kode Nilai Kategori Kode Nilai % Kategori Kode
Kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 "MF" Laki-laki 1 15 tahun 2 X 1 0 0 10 10 10 0 10 10 0 10 60 cukup 1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 38 95% positif 1


2 "WN" Laki-laki 1 17 tahun 4 X 1 10 10 10 10 10 0 10 10 10 10 90 cukup 1 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 32 80% positif 1
3 "WH" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 0 10 0 10 10 0 10 10 10 10 70 cukup 1 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 33 83% positif 1
4 "YE" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 0 10 0 10 10 0 0 0 10 10 50 kurang 1 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 33 83% positif 1
5 "HE" Laki-laki 1 16 tahun 3 X 1 0 10 10 10 10 0 0 0 0 0 40 kurang 0 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 32 80% positif 1
6 "AY" Laki-laki 1 17 tahun 4 X 1 10 10 10 10 10 0 0 10 0 0 60 cukup 1 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 35 88% positif 1
7 "NH" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 10 10 10 10 10 0 0 10 0 10 70 cukup 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 98% positif 1
8 "N" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 98% positif 1
9 "AM" Laki-laki 1 15 tahun 2 X 1 0 0 10 10 10 0 10 10 0 10 60 cukup 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 98% positif 1
10 "B" Laki-laki 1 15 tahun 2 X 1 10 10 10 10 10 0 0 0 0 0 50 kurang 0 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 35 88% positif 1
11 "C" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 10 10 0 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 36 90% positif 1
12 "WD" Laki-laki 1 15 tahun 2 X 1 0 0 10 10 10 0 10 0 0 10 50 kurang 0 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 37 93% positif 1
13 "S" Perempuan 2 16 tahun 3 X 1 0 10 10 10 10 0 10 10 10 10 80 cukup 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31 78% positif 1
14 "WA" Perempuan 2 16 tahun 3 X 1 0 10 10 10 10 0 0 10 10 10 70 cukup 1 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 33 83% positif 1
15 "N" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 10 10 10 10 10 0 10 10 10 10 90 cukup 1 3 4 4 2 4 3 3 4 3 4 34 85% positif 1
16 "NR" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 10 10 0 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 3 3 4 2 2 4 4 3 3 4 32 80% positif 1
17 "Z" Laki-laki 1 16 tahun 3 X 1 0 10 0 10 10 0 10 0 0 10 50 kurang 0 3 3 4 4 3 2 3 3 2 2 29 73% positif 1
18 "MA" Laki-laki 1 16 tahun 3 X 1 0 10 10 10 10 0 10 0 0 10 60 cukup 1 1 3 2 4 4 3 3 3 1 1 25 63% negatif 0
19 "S" Laki-laki 1 16 tahun 3 X 1 0 10 0 10 10 0 0 0 0 10 40 kurang 0 1 3 3 4 4 3 3 2 1 2 26 65% positif 1
20 "AA" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 0 10 10 0 10 0 10 10 0 10 60 cukup 1 2 4 3 4 4 2 3 3 1 2 28 70% positif 1
21 "NZ" Perempuan 2 16 tahun 3 X 1 0 10 10 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 22 55% negatif 0
22 "R" Perempuan 2 16 tahun 3 X 1 10 10 0 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 37 93% positif 1
23 "NA" Laki-laki 1 16 tahun 3 X 1 10 10 10 10 0 0 0 0 0 0 40 kurang 0 3 4 4 3 4 3 4 4 2 4 35 88% positif 1
24 "Y" Laki-laki 1 15 tahun 2 X 1 10 10 0 10 0 0 0 0 0 10 40 kurang 0 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 37 93% positif 1
25 "W" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 98% positif 1
26 "Y" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39 98% positif 1
27 "MI" Laki-laki 1 16 tahun 3 X 1 10 0 0 0 10 0 10 10 0 10 50 kurang 0 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 37 93% positif 1
28 "M" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 10 10 10 10 10 0 0 10 0 10 70 cukup 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39 98% positif 1
29 "Z" Perempuan 2 16 tahun 3 X 1 10 10 10 10 10 0 0 10 0 10 70 cukup 1 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 34 85% positif 1
30 "MA" Laki-laki 1 15 tahun 2 X 1 10 10 10 10 10 0 10 10 0 0 70 cukup 1 4 4 3 4 4 3 3 3 2 3 33 83% positif 1
31 "R" Laki-laki 1 15 tahun 2 X 1 0 10 10 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 36 90% positif 1
32 "A" Perempuan 2 15 tahun 2 X 1 0 10 10 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 4 3 4 4 3 3 3 4 2 4 34 85% positif 1
33 "W" Laki-laki 1 16 tahun 3 X 1 0 10 10 10 10 0 0 0 0 10 50 kurang 0 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 34 85% positif 1
34 "AN" Laki-laki 1 17 tahun 4 X 1 0 10 10 10 10 0 0 10 0 0 50 kurang 0 1 2 3 4 4 2 3 4 2 4 29 73% positif 1
35 "N" Perempuan 2 14 tahun 1 X 1 0 0 10 10 10 0 10 10 0 10 60 cukup 1 3 4 4 4 3 2 4 4 3 4 35 88% positif 1
36 "A" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 3 3 4 3 4 2 2 3 32 80% positif 1
37 "A" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 10 10 10 10 10 0 0 10 0 10 70 cukup 1 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 29 73% positif 1
38 "F" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 0 10 0 10 10 0 10 10 10 10 70 cukup 1 4 3 3 4 4 1 3 4 4 4 34 85% positif 1
39 "A" Perempuan 2 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 3 4 4 4 1 3 4 3 4 34 85% positif 1
40 "R" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 10 10 90 cukup 1 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 37 93% positif 1
41 "R" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 28 70% positif 1
42 "W" Perempuan 2 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 10 10 90 cukup 1 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 34 85% positif 1
43 "R" Laki-laki 1 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 10 0 10 0 10 80 cukup 1 3 4 4 4 3 2 4 4 3 4 35 88% positif 1
44 "R" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 10 0 10 10 10 0 0 0 0 10 50 kurang 0 3 4 4 4 4 3 3 4 2 4 35 88% positif 1
45 "J" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 10 10 10 10 0 0 10 10 0 10 70 cukup 1 4 4 4 2 4 3 4 3 2 4 34 85% positif 1
46 "A" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 10 10 90 cukup 1 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 36 90% positif 1
47 "R" Laki-laki 1 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 0 0 0 60 cukup 1 2 3 3 4 4 1 4 0 1 2 24 60% negatif 0
48 "K" Laki-laki 1 17 tahun 4 XI 2 10 0 10 10 10 0 0 10 0 0 50 kurang 0 4 3 4 3 4 3 3 4 2 2 32 80% positif 1
49 "M" Laki-laki 1 17 tahun 4 XI 2 0 10 10 10 0 0 10 0 0 10 50 kurang 0 4 3 4 4 3 4 4 3 2 4 35 88% positif 1
50 "A" Laki-laki 1 17 tahun 4 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 35 88% positif 1
51 "A" Perempuan 2 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 0 0 0 10 60 cukup 1 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 33 83% positif 1
52 "A" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 10 0 0 0 10 10 0 0 0 10 40 kurang 0 2 3 4 4 4 3 3 3 1 2 29 73% positif 1
53 "S" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 10 0 10 10 0 10 0 10 10 0 60 cukup 1 3 1 2 4 3 1 2 3 2 2 23 58% negatif 0
54 "MY" Laki-laki 1 16 tahun 3 XI 2 0 0 10 10 10 0 0 10 0 0 40 kurang 0 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 37 93% positif 1
55 "AH" Laki-laki 1 17 tahun 4 XI 2 10 0 0 10 10 0 0 10 0 10 50 kurang 0 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 33 83% positif 1
56 "MR" Perempuan 2 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 36 90% positif 1
57 "MF" Perempuan 2 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 36 90% positif 1
58 "SH" Perempuan 2 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 35 88% positif 1
59 "NT" Perempuan 2 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 38 95% positif 1
60 "MW" Laki-laki 1 17 tahun 4 XI 2 10 10 0 10 10 0 0 10 10 10 70 cukup 1 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 38 95% positif 1
61 "V" Perempuan 2 15 tahun 2 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 0 0 10 70 cukup 1 3 3 4 4 4 1 3 4 3 4 33 83% positif 1
62 "MA" Laki-laki 1 16 tahun 3 XI 2 10 10 0 0 10 0 10 10 0 10 60 cukup 1 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 35 88% positif 1
63 "AA" Laki-Laki 1 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 3 4 4 4 4 3 4 2 2 3 33 83% positif 1
64 "HK" Laki-Laki 1 16 tahun 3 XI 2 0 0 10 10 10 0 10 10 10 0 60 cukup 1 4 4 4 4 4 2 3 4 1 4 34 85% positif 1
65 "SS" Perempuan 2 17 tahun 4 XI 2 0 10 10 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 38 95% positif 1
66 "DA" Perempuan 2 16 tahun 3 XI 2 0 10 10 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 36 90% positif 1
67 "L" Laki-laki 1 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 10 0 0 10 0 10 70 cukup 1 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 36 90% positif 1
68 "I" Perempuan 2 16 tahun 3 XI 2 0 10 10 10 10 0 10 0 0 10 60 cukup 1 3 4 4 3 4 4 4 4 2 4 36 90% positif 1
69 "L" Laki-laki 1 16 tahun 3 XI 2 10 10 10 10 0 0 0 10 10 10 70 cukup 1 3 4 4 3 4 1 3 4 3 2 31 78% positif 1
70 "R" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 10 10 0 10 10 10 10 10 0 10 80 cukup 1 2 3 4 4 4 0 1 3 1 1 23 58% negatif 0
71 "A" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 10 10 0 10 10 0 10 0 10 10 70 cukup 1 4 3 4 4 4 1 3 2 2 3 30 75% positif 1
72 "AS" Perempuan 2 18 tahun 5 XII 3 0 10 0 10 10 0 10 10 10 10 70 cukup 1 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 38 95% positif 1
73 "NM" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 0 0 0 10 60 cukup 1 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 30 75% positif 1
74 "AA" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 0 0 0 10 10 0 10 0 0 10 40 kurang 0 3 4 4 3 4 1 4 2 2 2 29 73% positif 1
75 "AW" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 0 0 0 0 50 kurang 0 3 4 3 4 2 2 4 3 2 4 31 78% positif 1
76 "R" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 3 4 4 4 4 3 4 1 1 4 32 80% positif 1
77 "P" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 36 90% positif 1
78 "N" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 38 95% positif 1
79 "Y" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 0 10 10 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 4 4 4 0 3 4 4 4 3 4 34 85% positif 1
80 "D" Laki-laki 1 18 tahun 5 XII 3 0 0 0 10 10 0 0 0 0 10 30 kurang 0 2 3 3 4 4 1 4 0 1 1 23 58% negatif 0
81 "R" Perempuan 2 18 tahun 5 XII 3 10 10 10 10 10 10 10 10 0 10 90 cukup 1 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 36 90% positif 1
82 "A" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 0 10 10 10 10 0 10 10 0 10 70 cukup 1 3 3 4 4 4 2 4 3 2 3 32 80% positif 1
83 "L" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 0 0 10 10 10 0 10 10 0 10 60 cukup 1 3 3 3 4 4 2 3 4 2 2 30 75% positif 1
84 "K" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 0 0 10 10 10 0 0 0 0 10 40 kurang 0 2 4 4 3 4 1 3 3 2 3 29 73% positif 1
85 "R" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 0 0 10 10 10 0 0 0 0 10 40 kurang 0 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 33 83% positif 1
86 "M" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 30 75% positif 1
87 "H" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 35 88% positif 1
88 "P" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 0 10 0 10 70 cukup 1 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 35 88% positif 1
89 "AA" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 10 10 0 10 80 cukup 1 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 36 90% positif 1
90 "MF" Laki-laki 1 18 tahun 5 XII 3 10 0 10 10 10 0 0 10 0 10 60 cukup 1 2 4 4 3 4 2 3 4 2 4 32 80% positif 1
91 "M" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 0 10 10 10 0 0 10 10 10 10 70 cukup 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39 98% positif 1
92 "HK" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 0 0 0 10 60 cukup 1 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 32 80% positif 1
93 "WR" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 10 0 0 10 10 0 0 0 10 10 50 kurang 0 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 28 70% positif 1
94 "AL" Laki-laki 1 18 tahun 5 XII 3 0 0 0 10 10 0 0 10 0 0 30 kurang 0 3 4 1 2 4 2 3 4 1 0 24 60% negatif 0
95 "DW" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 10 0 0 0 0 0 10 0 0 10 30 kurang 0 3 4 3 4 3 3 4 3 2 3 32 80% positif 1
96 "EN" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 10 0 0 0 0 0 10 0 0 0 20 kurang 0 1 1 4 4 4 4 4 1 1 1 25 63% negatif 0
97 "N" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 0 10 0 0 10 0 0 0 0 10 30 kurang 0 2 3 3 3 4 3 4 4 2 3 31 78% positif 1
98 "AY" Laki-laki 1 18 tahun 5 XII 3 0 0 10 10 10 0 10 10 10 10 70 cukup 1 4 4 3 4 4 0 4 4 4 4 35 88% positif 1
99 "AZ" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 0 0 0 10 60 cukup 1 2 3 3 4 3 2 3 3 2 2 27 68% positif 1
100 "J" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 10 10 10 10 10 0 0 0 0 10 60 cukup 1 2 3 3 3 4 4 3 3 2 2 29 73% positif 1
101 "Z" Laki-laki 1 17 tahun 4 XII 3 0 0 10 0 10 0 0 10 10 10 50 kurang 0 1 3 4 3 2 4 4 4 4 3 32 80% positif 1
102 "AP" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 0 10 10 10 10 0 10 10 10 10 80 cukup 1 4 3 4 1 0 3 4 4 3 4 30 75% positif 1
103 "Y" Perempuan 2 17 tahun 4 XII 3 0 10 10 10 10 10 0 10 10 10 80 cukup 1 4 3 4 1 0 3 4 4 3 4 30 75% positif 1
Frequencies

Statistics
KategoriPenget
JenisKelamin Umur ahuan KategoriSikap
N Valid 103 103 103 103
Missing 0 0 0 0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 49 47.6 47.6 47.6
Perempuan 54 52.4 52.4 100.0
Total 103 100.0 100.0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 14 tahun 1 1.0 1.0 1.0
15 tahun 20 19.4 19.4 20.4
16 tahun 29 28.2 28.2 48.5
17 tahun 47 45.6 45.6 94.2
18 tahun 6 5.8 5.8 100.0
Total 103 100.0 100.0

Kategori Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 76 73.8 73.8 73.8
kurang 27 26.2 26.2 100.0
Total 103 100.0 100.0

Kategori Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid negatif 8 7.8 7.8 7.8
positif 95 92.2 92.2 100.0
Total 103 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
JenisKelamin * 103 100.0% 0 0.0% 103 100.0%
KategoriPengetahuan
JenisKelamin * 103 100.0% 0 0.0% 103 100.0%
KategoriSikap
Umur * 103 100.0% 0 0.0% 103 100.0%
KategoriPengetahuan
Umur * KategoriSikap 103 100.0% 0 0.0% 103 100.0%
Kelas * 103 100.0% 0 0.0% 103 100.0%
KategoriPengetahuan
Kelas * KategoriSikap 103 100.0% 0 0.0% 103 100.0%

Jenis Kelamin * Kategori Pengetahuan Crosstabulation


Count
KategoriPengetahuan
cukup kurang Total
JenisKelamin Laki-laki 24 25 49
Perempuan 52 2 54
Total 76 27 103
Jenis Kelamin * Kategori Sikap Crosstabulation
Count
KategoriSikap
negatif positif Total
JenisKelamin Laki-laki 6 43 49
Perempuan 2 52 54
Total 8 95 103

Umur * Kategori Pengetahuan Crosstabulation


Count
KategoriPengetahuan
cukup kurang Total
Umur 14 tahun 1 0 1
15 tahun 17 3 20
16 tahun 22 7 29
17 tahun 32 15 47
18 tahun 4 2 6
Total 76 27 103

Umur * Kategori Sikap Crosstabulation


Count
KategoriSikap
negatif positif Total
Umur 14 tahun 0 1 1
15 tahun 0 20 20
16 tahun 3 26 29
17 tahun 3 44 47
18 tahun 2 4 6
Total 8 95 103

Kelas * Kategori Pengetahuan


Crosstabulation
Count
KategoriPengetahuan
Cukup kurang Total
Kelas X 25 10 35
XI 28 6 34
XII 23 11 34
Total 76 27 103

Kelas * Kategori Sikap Crosstabulation


Count
KategoriSikap
negatif positif Total
Kelas X 2 33 35
XI 2 32 34
XII 4 30 34
Total 8 95 103

Anda mungkin juga menyukai