Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BELAJAR MATEMATIKA PERMULAAN


(Beginnings)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pembelajaran Matematika

OLEH:

KELOMPOK 7

Vita Ria Syafitri Z P2A917036


Wira Novantri P2A918013

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:


Dr. Syaiful, M.Pd
Dr. Nizlel Huda, M.Kes
Dr. Kamid, M.Si

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS JAMBI
2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2

BAB II MATEMATIKA PERMULAAN


A. Bilangan dan Perhitungan ........................................................... 3
B. Sifat dan Karakteristik dari suatu himpunan ............................... 3
C. Apa yang kita maksud dengan ‘tiga’? ......................................... 4
D. Himpunan yang Serasi ................................................................ 5
E. Himpunan standar dan Pengurutan ............................................. 7
F. Perhitungan ................................................................................. 8
G. Perhitungan dan Aritmatika ........................................................ 9
H. Perhitungan anak-anak dan konsep mereka terhadap bilangan .. 10
I. Mengenalkan Matematika Permulaan (Angka dan Pola)............ 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dibutuhkan
manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Misalnya ketika
berbelanja maka kita perlu memilih dan menghitung jumlah benda yang akan
dibeli dan harga yang harus dibayar. Saat akan pergi, kita perlu mengingat
arah jalan tempat yang akan didatangi, berapa lama jauhnya, serta memilih
jalan yang lebih bisa cepat sampai di tujuan, dll.
Matematika permulaan (korespondensi satu ke satu) merupakan
kemampuan yang dapat dikuasai oleh seorang anak dalam menyelesaikan
berbagai persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
berkenaan dengan pola-pola, urutan, pengklasifikasian, ukuran, konsep
bilangan, korespondensi satu-satu, konsep bentuk geometri, melakukan
estimasi serta pengolahan data sederhana dengan memanipulasi dan
menggunakan media-media kongkrit sebelum mengoperasikan simbol-simbol
abstrak, serta melakukan interaksi melalui bermain.
Pemberian keterampilan dalam matematika diberikan secara bertahap
diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkret
yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar. Dalam pengenalan
konsep matematika menggunakan bahasa yang sederhana. Sehingga anak
dapat dengan mudah mengerti apa yang telah disampaikan oleh gurunya.
Pengenalan awal matematika juga bisa diawali dengan pembentukan konsep
imajinasi saat proses pembentukan konsep konkret menuju konsep abstrak.
Dulu sekitar tahun 1880an, Galton menemukan bahwa setiap orang
sangat berbeda imajinasi mentalnya. Beberapa orang seperti dirinya sendiri,
memiliki imajinasi visual yang kuat; yang tidak memilikinya sama sekali, dan
berpikir melalui kata-kata. Inilah yang terjadi selama ini; dan ada juga
individu yang dapat melakukan keduanya, berpikir untuk menentukan pilihan
pada beberapa kemampuan (hal ini tidak benar, bagaimanapun juga, mudah
untuk memutuskan imajinasi apa yang digunakan orang itu, atau bahkan

1
mereka memiliki keduanya, imajinasi visual dan imajinasi verbal.) Seperti
yang dialami oleh ilmuwan terkenal, Albert Einstein. Einstein diajarkan untuk
berpikir dengan imajinasi visual saat ia masih duduk di bangku sekolah. Pada
usia 16 tahun, ia menggunakan imajinasi visual untuk melakukan terobosan
eksperimen otak yang mendasari ilmu pemecahan atom. Ucapannya yang
terkenal yaitu, “Kata-kata atau bahasa tidak berperan penting dalam
mekanisme pikiran saya … elemen pikiran saya adalah imajinasi”.
Dalam proses pembelajaran matematika permulaan pada anak perlu
dikembangkan konsep dasar yang akan menjadi pondasi awal anak dalam
mengetahui pembelajaran matematika. Untuk itu, pendidik anak haruslah
menguasai pembelajaran yang berkaitan dengan matematika dengan
sebenarnya agar tidak terjadi kesalahan konsep. Berikut masalah yang akan
dipaparkan tentang “Belajar Matematika Permulaan”

B. Rumusan Masalah
1. Apa kaitan antara bilangan dan penghitungan?
2. Apa saja sifat dan karakteristik dari suatu himpunan?
3. Apa yang dimaksud dengan himpunan yang serasi (himpunan
berpasangan)?
4. Apa yang dimaksud dengan himpunan standar dan bagaimana
pengurutannya?
5. Bagaimana perhitungan anak-anak dan konsep mereka terhadap
bilangan?
6. Bagaimana cara mengenalkan matematika permulaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kaitan antara bilangan dan penghitungan.
2. Untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari suatu himpunan.
3. Untuk mengetahui himpunan yang serasi (himpunan berpasangan).
4. Untuk mengetahui himpunan standar dan bagaimana pengurutannya.
5. Untuk mengetahui perhitungan anak-anak dan konsep mereka terhadap
bilangan.
6. Untuk mengetahui cara mengenalkan matematika permulaan.

2
BAB II
BELAJAR MATEMATIKA PERMULAAN

Kebanyakan orang, jika ditanya tentang matematika mereka akan menjawab


“bilangan”, atau yang sangat memungkinkan adalah 'perhitungan'. Oleh karena itu
kami memulai analisis konseptual dengan dua gagasan yang saling terkait.
Sebelum memulai pembelajaran matematika, patut untuk memberitahu pembaca
bahwa gagasan yang akan diperkenalkan merupakan dasar dari ilmu tersebut.
Dalam pengertiannya merupakan dasar, namun tidak harus dalam artian yang
mudah. Kadang-kadang malah terasa sulit untuk menjelaskan sesuatu yang
sederhana (misalnya bagaimana cara kerja roda) dari pada sesuatu yang lebih
rumit.

A. Bilangan dan Penghitungan


Bilangan dan penghitungan sama sekali tidak dapat dipisahkan. Belum
sempurna jika mempelajari bilangan tidak mengetahui perhitungan; dan
Piaget telah menunjukkan bahwa anak-anak dapat menghitung secara terbatas
(yang akan dijelaskan kemudian), tanpa benar-benar memiliki konsep tentang
bilangan itu sendiri. Tapi dengan berhitung kita dapat memaknai sesuatu
sebagaimana 'menemukan jumlah apel di mangkuk', maka jelaslah bahwa
menghitung dalam makna sehari-hari adalah cara menemukan makna dari
suatu barang tertentu dari kumpulan benda yang kita sebut atau lafaskan
bilangannya. Ini menyiratkan bahwa bilangan dan penghitungan adalah
gagasan yang saling terkait; dan, berdasarkan dua hal tersebut, bilanganlah
yang merupakan dasar dari pembelajaran matematika. Tetapi konsep yang
lebih mendasar lagi sebelum dapat melakukan perhitungan di dalam
matematika ialah mengetahui “objek” mana yang harus diikutsertakan dan
mana yang tidak harus diikutsertakan.

B. Sifat dan Karakteristik dari Suatu Himpunan


Bagaimana kita bisa mendefinisikan dengan baik kumpulan benda-benda
yang kita miliki? Contoh metode yang digunakan sejauh ini ialah dengan

3
menggunakan kata sifat atau frasa yang dapat mendeskripsikan benda-benda
tersebut. Misalnya buah yang berada di dalam mangkuk (bukan di atas piring
atau treo) apel, pir atau buah persik, maka itu adalah sebuah himpunan. Jika
tidak cocok dengan pernyataan tersebut maka bukan merupakan suatu
himpunan. Kita dapat memutuskan beberapa kriteria terlebih dahulu, dan
mengumpulkan himpunannya berdasarkan karakteristik yang di miliki:
misalnya, ibu kota Eropa, atau himpunan pohon oak di suatu Kepulauan.
Metode ini bermanfaat dalam mencapai konsep baru, dan inilah yang akan
kita gunakan untuk mengembangkan konsep bilangan. Tidak ada batasan
mengenai objek yang membentuk suatu himpunan. Bisa dalam bentuk objek
perhitungan (misalnya kumpulan koin di dompet saya), atau abstraksi
(misalnya, tujuh kebajikan utama). Bahkan kita bisa memiliki satu himpunan
tanpa benda di dalamnya, seperti himpunan babi dengan sayap. Ini disebut
'himpunan kosong'. Kita juga bisa memiliki himpunan yang anggotanya
adalah dirinya sendiri. Misalnya, Manchester United adalah nama tim sepak
bola, semua anggota himpunannya adalah pemain bola. Akan menjadi
himpunan lain jika elemen himpunannya adalah tim di asosiasi sepak bola.
Contoh-contoh semacam ini banyak, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun di dalam pembelajaran matematika.
Ide lain yang perlu kita dapatkan adalah mengenai sub-set. Katakanlah,
himpunan perangko di laci meja, bisa membaginya menjadi seperbilangan
perangko satu sen, perangko dua sen, dan lain-lain. Ini adalah sub-set dari set
pertama.

C. Apa yang Kita Maksud dengan 'Tiga'?


Sebuah jawaban yang masuk akal untuk pertanyaan di atas mungkin: kita
ingin tahu? Saya bisa mengenali tiga cangkir kopi, Sebelum berlanjut,
pembaca berhak diyakinkan tentang apa yang akan mereka baca, tidak lama
dan rumit menjawab pertanyaan ini. Untuk menjawabnya memerlukan ilmu
pengetahun yang baik. Kita akan merasa sangat miskin ilmu jika di hadapkan
dengan pertanyaan kenapa hal itu muncul. Pengetahuan kita saat ini akan
menjadi sia-sia jika tidak ada yang mempertanyakan mengapa sebuah benda

4
tampak berwarna, atau mengapa kaki kodok yang mati berkedut, dalam
kondisi tertentu.
Jawaban kedua adalah bahwa kita bisa dan kita dapat melakukannya
dengan menggunakan konsep “tiga” itu secara efektif pada tingkat intuitif
tanpa pernah menganalisisnya. Sebagian besar dari kita dapat, dan
melakukan, mengelola dengan baik dalam kehidupan sehari-hari tanpa
menjadi (bahkan dengan cara kecil) matematikawan. Kami menggunakan
teknik matematika sederhana tanpa memahaminya, sama seperti banyak
orang menggunakan mobil dan pesawat televisi tanpa memahaminya.
Jika pembaca ingin memahami beberapa permulaan matematika maka ini
hampir tidak mungkin tanpa pemahaman tentang konsep bilangan terlebih
dahulu, pada tingkat reflektif dan intuitif. Bilangan negatif, pecahan, bilangan
irasional, semuanya merupakan generalisasi gagasan yang berasal dari
bilangan penghitungan 1, 2, 3, … (disebut oleh matematikawan 'bilangan
asli). Dan keseluruhan aljabar dasar dimulai dari pernyataan umum tentang
bilangan. Nomor (di mana dalam bab ini tetap berarti bilangan asli) adalah
konsep yang contohnya adalah bilangan khusus seperti 1, 2, 3. jadi mari kita
pertimbangkan bilangan apa yang kita maksud dengan, katakanlah, '3'.
Cara yang baik untuk memahami sebuah gagasan, pada tingkat reflektif,
adalah bagaimana kita akan menyampaikannya kepada orang lain. Dalam
kasus ini, mari kita asumsikan bahwa dia tidak memiliki konsep orde yang
sama atau lebih tinggi yang dapat membuat definisi kita berhasil. Sama
seperti kita harus menyampaikan konsep merah, dalam keadaan ini, dengan
menunjuk ke berbagai benda merah, jadi kita harus menemukan sebuah objek
objek, yang dicontohkan konsepnya dengan tiga. Dengan begitu, kita akan
menemukan bahwa semua benda yang kita pilih adalah himpunannya sendiri:
tiga buah apel, tiga jari bilangan, tiga pensil, tiga kursi.

D. Himpunan yang Serasi


Dengan cara serupa berarti kita juga bisa menyampaikan konsep
kepadanya 1,2,3,4,5,6 untuk menyampaikan konsep seperti 17, 48. Dengan
cara ini menjadi mudah, berpikir seperti itu pasti akan memakan waktu lebih

5
lama. Pencocokan himpunan untuk nomor dilakukan dengan presisi penuh,
dan kita sering melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan satu
himpunan piring di atas nampan, kami mencocokkan ini dengan satu
himpunan cangkir, dan sangat mungkin dengan satu himpunan sendok teh,
semua himpunan ini terdiri dari nomor yang sama. Jika bilangan ini cukup
besar, kita mungkin tidak repot-repot mencari tahu apa itu. Kami hanya
memastikan bahwa untuk setiap piring ada sesuai cangkir, dan sebaliknya.
Harus ada secangkir untuk masing-masing cawan, dan cawan untuk setiap
cangkir, tidak ada yang lebih dari satu himpunan. Begitu juga untuk
himpunan sendok.
Perbandingan semacam ini disebut korespondensi satu lawan satu, dan
apakah dua himpunan yang diberikan sesuai dengan cara ini, atau tidak, tidak
mungkin menjadi masalah untuk ketidak sepakatan. Juga jelas bahwa jika kita
memiliki korespondensi satu sampai satu antara seperti bilangan piring dan
himpunan cangkir dan antara seperti bilangan piring dan himpunan sendok,
kita juga harus memiliki satu sampai satu korespondensi antara seperangkat
piring dan himpunan sendok. Sebuah diagram membuat ini jelas.

Mengingat ini (perbandingan antara {cangkir} & {piring})

dan ini (perbandingan antara {piring} & {sendok})

6
(Perbandingan antara (cangkir) & (sendok)

Properti korespondensi satu lawan satu disebut properti transitif


menggunakan " ↔” sebagai singkatan untuk satu sampai satu korespondensi,
dan memanggil himpunan sumber, dan sendok teh masing-masing 𝐶 , 𝑆 dan
𝑇, kami mengungkapkan hasilnya secara singkat dengan mengatakan bahwa
jika S ⟷ 𝐶 𝐷𝐴𝑁 𝑆 ⟷T, 𝐶 ⟷ 𝑇.

E. Himpunan Standar dan Pengurutan


Dalam contoh “merah” kami menyarankan agar siswa kami dengan
mudah membawa di sakunya sebuah benda/objek dari setiap warna, untuk
membandingkan objek baru yang ditemukan. Ini akan menjadi objek standar
untuk warna.
Himpuan standar ini untuk bilangan yang akan dipilihnya berdasarkan
kenyamanan dan portabilitas. Untuk himpunan dua, dia bisa memilih
matanya, untuk himpunan lima jari tangan, untuk himpunan empat semua
anggota tubuhnya (anggota gerak), untuk himpunan satu, hidungnya.
Penyebutan himpunan “mata”, “jari tangan”, “anggota tubuh”, “hidung”.
Akan mengarahkan sehingga menjadi nama untuk bilangan yang kita sebut
"dua", "lima" "empat", dan "satu"
Dalam bentuk ini, himpunan standarnya akan menjadi portable namun
masih ada beberapa hal yang tidak nyaman (sukar), untuk beberapa alasan.
Pertama pengaturan mereka sembarangan. Untuk menemukan jumlah dari
himpunan baru kita harus mencoba untuk memasangkan pada himpunan
standar mana pun yang dia anggap paling mungkin. Jika dia salah, dia harus
melakukan yang lain. Belum ada organisasi dalam pencobaannya.

7
Cara yang jelas untuk mengenalkannya adalah mencoba himpunan
standar secara reguler, dimulai dari yang memiliki benda/objek paling sedikit,
lalu yang terkecil dari yang tersisa, dan seterusnya. Yaitu mengaturnya secara
berurutan. Karena dia tidak bisa mengatur ulang anatomi, dia akan melakukan
ini secara mental dengan memasukkan nama bilangan secara berurutan:
hidung, mata, anggota gerak, dan jari tangan.
Kekurangan lain sekarang menjadi jelas: bahwa himpunan standar hilang
antara mata dan anggota badan. Kata 'semanggi' disarankan sebagai himpunan
tiga yang mudah diingat. Jadi pengurutan himpunan standar sekarang adalah:
hidung, mata, semanggi, anggota gerak, dan jari tangan.

F. Perhitungan
Tepat pada saat langkah terakhir dari penghitungan di atas tidak
diketahui, kita juga tidak tahu apakah itu masuk dalam sebuah wawasan ke
jenius tunggal, atau apakah penemuan itu berulang pada waktu dan tempat
yang berbeda di seluruh dunia. Tapi untuk kesederhanaan dan keefektifannya
yang brilian dan untuk perhitungannya terhadap peradaban, kita harus
menentukan peringkatnya sama dengan yang dimiliki oleh peradaban.
Langkah ini menggunakan nama-bilangan itu sendiri, dalam urutan,
himpunan standar. (pengingat: kurung kurawal di bawah ini menunjukkan
himpunan)
Bilangan Himpunan standar
Dalam notasi yang kami temukan berisi sejumlah kata
Hidung {hidung}
Mata {hidung, mata}
Semanggi {hidung, mata, semanggi}
Anggota tubuh {hidung, mata, semanggi, anggota tubuh}
Jari tangan {hidung, mata, semanggi, anggota tubuh, jari
tangan}
Menemukan jumlah himpunan objek tertentu masih dilakukan dengan
cara yang sama seperti sebelumnya, dengan mencocokkan unsur-unsur
himpunan standar dalam korespondensi satu-satu dari himpunan yang

8
diberikan. Ini adalah proses pencocokan yang sangat nyaman untuk
dilakukan, dengan menyentuh, menunjuk, melihat, atau hanya memikirkan
objek yang akan dihitung.
Kita tidak perlu lagi mengetahui terlebih dahulu himpunan standar mana
yang dicoba. Bukannya proses coba-coba, coba dahulu pada sebuah
himpunan standar terlalu tebesar, terlalu kecil, sampai kita dapat
melakukannya dengan benar, cukup dengan mencocokkan kata-kata bilangan
dengan elemen yang diberikan himpunan sampai semua kata digunakan. Kata
terakhir yang kita gunakan adalah jumlah himpunan kata yang telah kita
gunakan, dan dipilih secara otomatis.
Inilah yang kita lakukan untuk setiap kali kita menghitung. Nama yang
tidak dikenal untuk lima bilangan pertama telah digunakan untuk sementara,
dalam upaya untuk menyajikan aktivitas yang sangat akrab seolah-olah itu
baru bagi kita. Sekarang kita akan kembali ke kata dan bilangan yang sudah
kita kenal. Setelah himpunan standar telah diurutkan, kita sangat dekat
dengan penghitungan. Tapi ini tidak mengurangi pentingnya langkah terakhir;
untuk sementara jumlah himpunan yang cukup kecil dapat ditemukan dengan
mudah oleh pencocokan coba-coba, hanya dengan teknik penghitungan yang
dapat kita temukan dengan cepat dan akurat, jumlah himpunan yang besar;
dan mereka tidak perlu terlalu besar sebelum keunggulan dalam menghitung
menegaskan sendiri.

G. Perhitungan dan Aritmetika


Sebagai contoh bagaimana matematika lain bergantung pada
perhitungan, pertimbangkan sebuah pernyataan seperti 7 + 5 = 12 yang biasa
dalam matematika, lebih dalam hal ini daripada yang sering kita lihat.
Marilah kita sisihkan untuk sementara proses abstraks yang mengarah pada
pernyataan seperti itu, dan mewujudkannya dalam wujud yang nyata "Kami
memiliki sebuah nampan yang berisi 7 gelas di atasnya, dan nampan lain
berisi 5 gelas di atasnya. Jika kita meletakkan semua cangkir bersama-sama
pada nampan yang sama, berapa banyak gelas yang ada disana? ' Metode
dimana, seorang anak-anak, belajar untuk menjawab pertanyaan semacam ini

9
yang mana bergantung pada penghitungan; pertama, menghitung satu
himpunan dari 7 konter, kubus atau korek api, kemudian himpunan lain dari 5
kemudian disatukan dan dihitung hasilnya. Kemudian, kita belajar untuk
menambahkan (mungkin dengan bantuan jari kita) dengan menghitung dari
“tujuh”, 5 kata selanjutnya: delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas '.
Menghitung jumlah ke lima sekarang dihitung dari ketujuh. Kita sekarang
membutuhkan beberapa perangkat, seperti lima jari, untuk mengetahui lima
himpunan dari kata-kata sejak kata terakhir yang kita sebutkan sekarang
adalah nomornya, bukan dari himpunan kedua, tapi dari himpunan gabungan.

H. Perhitungan Anak-Anak dan Konsep Mereka terhadap Bilangan


Hari ini anak-anak belajar lebih awal untuk membaca nama-nama
bilangan sampai lima atau sepuluh; Biasanya sebelum mereka pergi ke
sekolah. Mereka bisa mencocokkan kata-kata ini dengan benda-benda di
beberapa tempat tanpa banyak kesalahan. Jadi mereka bisa, meski sangat
muda, sering memberikan bilangan pada beberapa himpunan yang kecil
dengan benar. Ini tidak dapat dibedakan dari penghitungan, kecuali satu detail
kecil: mereka mungkin tidak harus memiliki konsep bilangan itu sendiri!
Piaget "telah menunjukkan hal ini dengan berbagai eksperimen berbakat
yang di antaranya dirangkum sebagai berikut:
“Dua himpunan yang serasi diletakkan di hadapan anak, enam
telur dalam enam cangkir telur. Anak ditanya apakah ada banyak
telur sebanyak cangkir telur, atau tidak. Dia berkata "Ya, ada."
Selanjutnya, telur diambil dari cangkir dan disatukan bersama:
cangkir telur ditinggalkan di tempat mereka berada. Ketika
ditanya apakah ada jumlah telur yang tepat untuk dimasukkan
kedalam cangkir, masing-masing satu dan tidak ada yang di atas,
seorang anak berusia lima tahun di antara subjek Piaget berkata
"Tidak, telur tidak cukup. Mereka diminta untuk menghitung telur
dan cangkir, dia melakukannya dengan benar, dia mengatakan
bahwa ada enam dari masing-masing. Sekali lagi ditanya apakah
ada banyak telur seperti cangkir, dia tetap bilang tidak ada. Dia

10
belum memahami dua sifat penting dari bilangan, dimana ada
sifat umum dari dua himpunan yang serasi (berpasangan), dan
bahwa pemasangan (dan juga sifat umum) tidak terpengaruh oleh
perubahan posisi objek.”
Ini sangat menarik untuk membandingkannya dengan perilaku anak
berusia 3,5 tahun yang meletakkan beberapa gerbong kereta mainannya dari
kotak ke atas rel, dengan mengatakan "Satu untuk saya, satu untuk anda, dan
satu untuk ibu." Anak ini, meski tidak dapat menghitung, dan mencocokkan
dengan dua himpunan, terlepas dari posisi objeknya (ibunya berada di luar
ruangan). Jadi, dari kedua anak ini manakah yang paling mendekati kedalam
konsep bilangan?
Mengumpulkan objek ke dalam himpunan berdasarkan sifat umum
(semua yang merah bersama-sama, semua yang biru atau, semua gambar
buah, semua mobil, semua orang) adalah satu aktivitas pra-matematis;
mengurutkan (dengan berbagai kriteria) adalah hal lain: membandingkan dua
himpunan untuk melihat apakah mereka berpasangan adalah hal lain, pada
garis batas matematika.
Idealnya, lebih baik bagi anak-anak untuk memiliki banyak pengalaman
dari semua ini sebelum belajar berhitung. Tetapi berhitung adalah bagian dari
dunia di sekitar mereka sehingga anak-anak dapat menyebutkan nama-
bilangan tidak lama setelah mereka belajar untuk berbicara.
Anak-anak mengikuti orang dewasa dan anak-anak lain, banyak kata-kata
dan frasa yang maknanya mereka dapatkan secara bertahap setelahnya.
Menurut pandangan saya, tidak masalah bahwa anak-anak belajar untuk
'berhitung' sebelum mereka benar-benar memiliki konsep bilangan yang
namanya mereka baca, asalkan konsep yang terakhir ada di beberapa
pelajaran dan melekat. Bahayanya adalah bahwa transisi pekerjaan penulisan
dapat dilakukan hanya atas dasar perhitungan (penghitungan semu) tanpa
kontribusi konsep yang penting. Dalam kasus ini, matematika siswa muda
mulai menjadi dasar yang goyah.
Dengan kesempatan yang sama, bagaimanapun berhitung dapat
berkontribusi dalam pembentukan konsep bilangan dengan dua cara, pertama

11
dengan penamaan dapat membantu dalam proses pembentukan konsep baru.
Menghitung dan menghitung ulang objek-objek setelah beberapa pengaturan
ulang dapat menyebabkan kecurigaan bahwa ada beberapa sifat yang bertahan
melalui perubahan. Juga, menghitung adalah proses memasangkan itu sendiri,
dan cara terbaik untuk menguji dua himpunan untuk dipasangkan “apakah
kita punya gelas yang cukup untuk setiap orang?” jawabannya secara cepat
diperoleh dengan menghitung gelas dan orang; menggunakan, catatlah, sifat
transitif dari korespondensi satu-satu telah disebutkan sebelumnya.
Cara terbaiknya adalah dengan memberi tahu anak-anak dengan banyak
pengalaman yang mengarah ke semua konsep yang relevan secara bertahap
terbentuk berdampingan satu sama lain, dan secara bertahap terhubung
menjadi skema. Pengembangan hierarkis yang begitu ketat sepertinya tidak
penting tetapi banyak pembangunan konsep, eksperimental, dan tentu saja
aktivitas manipulatif sebelum kerja pensil dan kertas.

I. Mengenalkan Matematika Permulaan (Angka dan Pola)


Pembelajaran matematika untuk anak usia dini sangat berguna bagi
perkembangan kecerdasan logika matematika pada anak. Menurut hasil
penelitian Dr. Howard Gardner, seorang profesor pendidikan dari Harvard
University (Adiningsih, 2008: 5), mengungkapkan bahwa kecerdasan logika
matematika merupakan salah satu dari delapan jenis potensi kecerdasan yang
dimiliki anak. Anak usia dini dapat dikelompokan menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok prasekolah (0-3 tahun). Kelompok
kedua adalah kelompok anak yang sudah mampu mengikuti Pendidikan Anak
Usia Dini (3-6 tahun).
Untuk mengenalkan konsep angka pada anak usia dibawah 3 tahun dapat
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Membilang, yaitu menyebutkan bilangan berdasarkan urutan
2. Mencocokan setiap angka dengan benda yang sedang dihitung,
3. Membandingkan antara kelompok benda satu dengan kelompok benda
yang lain untuk mengetahui jumlah benda yang lebih banyak, lebih
sedikit, atau sama

12
Anak-anak mulai dapat mengembangkan pemahamannya tentang konsep
angka bila mereka diajak menggunakan angka-angka di dalam berbagai
kegiatan sehari-hari
Konsep angka dikembangkan melalui 3 tahap:
1. Menghitung. Tahap awal menghitung pada anak adalah menghitung
melalui hapalan atau membilang. Orangtua dapat mengembangkan
kemampuan ini melalui kegiatan menyanyi, permainan jari, dll yang
menggunakan angka.
2. Hubungan satu-satu. Maksudnya adalah menghubungkan satu, dan hanya
satu angka dengan benda yang berkaitan. Teknik ini bisa dilakukan
melalui kegiatan sehari-hari.
3. Menjumlah, membandingkan dan simbol angka.

Untuk mengenalkan konsep pola pada anak 3 tahun dapat dilakukan


dengan cara menyusun. Pola merupakan susunan benda yang terdiri atas
warna, bentuk, jumlah, atau peristiwa. Contoh susunan pola berdasarkan
ukuran: besar, kecil, besar, kecil. Susunan pola berdasarkan warna: merah,
biru, merah, biru. Dan, susunan pola berdasarkan peristiwa sehari-hari:
sesudah makan biskuit, saya minum susu. Untuk mengembangkan
kemampuan mengenal pola dan hubungan, anak perlu diberi banyak
kesempatan untuk menggali dan memanipulasi benda dan mencatat
persamaan dan perbedaanya.
Tujuan mengenalkan pola dan hubungan pada anak usia 3-6 tahun adalah
mengenalkan dan menganalisa pola sederhana, menjiplak, membuat, dan
membuat perkiraan tentang kemungkinan dari kelanjutan pola. Beberapa
contoh kegiatan yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan pola
dan hubungan pada anak:
1. Mengajak anak bermain menyusun antrian mobil-mobilan membentuk
pola barisan merah, hitam, merah, hitam, merah, hitam
2. Mengajak anak bermain membuat rantai gelang dari kertas warna putih,
biru, hijau, putih, biru, hijau.

13
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam bab ini terutama gagasan sehari-hari telah diambil, diteliti lebih dekat,
dan diformulasikan dengan cara membawanya ke dalam matematika sebagai
konsep dasar. Berikut ini adalah gagasan utama yang harus kita ingat.
1. Himpunan: kumpulan objek yang didefinisikan dengan baik, yang
mungkin merupakan objek fisik, atau gagasan.
2. Elemen : salah satu objek dalam satu himpunan
3. Karakteristik dari himpunan:sifat sedemikian rupa sehingga objek
tertentu termasuk dalam himpunan jika memiliki sifat itu.
4. Korespondensi satu-ke-satu:juga disebut dalam bab ini, singkatnya,
pencocokan. Dua himpunan berada dalam korespondensi satu-satu jika
untuk setiap elemen dari satu himpunan sesuai satu dan hanya satu
elemen dari himpunan yang lain.
5. Bilangan:sifat karakteristik dari seperangkatt himpunan yang serasi.
6. Himpunan standar: setiap perwakilan himpunan dari sekumpulan
perangkat yang cocok, yang digunakan untuk perbandingan dengan
himpunan yang ditentukan untuk ditemukan, apakah itu termasuk dalam
kumpulan rangkaian tersebut.
7. Menghitung: perangkat untuk menemukan jumlah himpunan yang
diberikan dengan menggunakan nama nomor, dalam urutan, sebagai
rangkaian standar.
Untuk mengenalkan konsep angka pada anak usia dibawah 3 tahun dapat
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu membilang, mencocokan dan membandingkan.
Untuk mengenalkan konsep pola pada anak 3 tahun dapat dilakukan dengan cara
menyusun, sementara itu tujuan mengenalkan pola dan hubungan pada anak usia
3-6 tahun adalah untuk mengenalkan dan menganalisa pola sederhana, menjiplak,
membuat, dan membuat perkiraan tentang kemungkinan dari kelanjutan pola.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, N. U. 2008. Permainan Kreatif Asah Kecerdasan Logis-Matematis.


Bandung: Semesta Parenting

Guha Smita. 2001. Integrating Mathematics for Young Children Through Play.
From http:// www naecy. org/resources/journal.

Heruman. 2012. Model Pembelajaran di sekolah Dasar. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Lestari KW, M.Hum, Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini. Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia DiniDirektorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan
Nasional Tahun 2011.

Pdf. Korespondensi satu ke satu matematika anak usia dini. Diakses pada tanggal
15 Maret 2019

Skemp, Richard R. 1982. The Psychology of Learning Mathematics. Great


Britain: Hazel Watson & Viney ltd

15

Anda mungkin juga menyukai