Anda di halaman 1dari 12

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

“Dasar Hukum dan Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan”


Dosen Pengampu : Irma Hamdayani Pasaribu, M.Keb

Kelompok 3

Disusun Oleh:

Nursafira Fitriyani 1710630100040


Vany Cristine H 1710630100059
Widayanti 1710630100062

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kamidapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Dasar Hukum dan Aspek Legal dalam Pelayanan
Kebidanan”. Makala ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Etika dan Hukum Kesehatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhir kata kami menyampaikan selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Karawang, 09 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum dan Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan ........ 3
1. Latar Belakang Sistem Legalisasi Tenaga Bidan Indonesia ..... 4
2. Otonomi Bidan dalam Pelayanan Kebidanan ........................... 5
3. Legalisasi Pelayanan Kebidanan ............................................... 6

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................................ 8
B. Saran ................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada
masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung
program pemerintah untuk pembangunan dalam negeri, salah satunya dalam
aspek kesehatan.
1.UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan
standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan
semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan
kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adlah kepuasaan pasien yang dilayani oleh
bidan.
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu
institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar
profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada
masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung
program pemerintah untuk pembangunan dalam negri, salah satunya dalam
aspek kesehatan. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
menjelaskan bahwa tujuan dari pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidaup sehat bagi setiap warga negara
indonesiamelalaui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai
upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.dengan adanya arus
globalisasi salah satu focus utama agar mampu mempunyai daya saing adalah
bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya
manusia dibentuk sejak janin didalam kandugan, masa kelahiran dan masa bayi
serta masa tumbuh kembang balita. Hany asumber daya manusia yang
berkualitas, yang memiliki pengetahuan dankemampuan sehingga mampu
survive dan mampu mengantisipasi perubahan serta mampu bersaing.

1
Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia. Karena
pelayanan bidan meliputi kesehatanreproduksi wanita, sejak remaja, masa
calon pengantin,masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval,
masa klimakterium dan menoupause serta memantau tumbuh kembang balita
serta anak pra sekolah.
Visi pembangunan kesehatan indonesia sehat 2010 adalah derajat
kesehatan yang optimal dengan strategi: paradigma sehat, profesionlisme,
JPKM dan desentralisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang sistem legislasi tenaga bidan Indonesia?
2. Apa Otonomi bidan dalam pelayanan kebidanan?
3. Apa legislasi pelayanan kebidanan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui latar belakang sistem legislasi tenaga bidan Indonesia?
2. Mengetahui otonomi bidan dalam pelayanan kebidanan?
3. Mengetahui legislasi pelayanan kebidanan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum dan Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan


Aspek hukum pelayanan kebidanan adalah penggunaan norma
hukum yang telah disahkan untuk menjadi sumber hukum yang paling
utama sebagai dasar pelaksanan kegiatan membantu memenuhi kebutuhan
seseorang atau kelompok masyarakat oleh bidan dalam upaya pencegahan
pengobatan dan pemulihan kesehatan.
a. Menurut WHO
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program
pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari
pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar
(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan.
b. Menurut IBI
Bidan adalah Seorang wanita yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan
lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat, diberi ijin
secara sah untuk menjalankan praktik
c. Permenkes No. 1464/MENK-ES/ X/2010
Bidan adalah Seorang wanita yang telah mengikuti program
pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku
d. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2017
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

3
1. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian
kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan
kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Peranan legislasi sendiri adalah menjamin perlindungan pada
masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi sendiri, legislasi sangat
berperan dalam pemberian pelayanan professional.
a. UUD 1945
Pembangunan disegala bidang guna kepentingan
keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
b. UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga
Negara Indonesia melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dengan adanya arus globa-lisasi salah satu focus utama
agar mampu mempunyai daya saing ada-lah bagaimana peningkatan
kuali-tas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
dibentuk se-jak janin di dalam kandungan, masa kelahiran dan masa
bayi serta masa tumbuh kembang balita. Hanya sumber daya
manusia yang berkual-itas, yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi
perubahan serta mampu bersaing
c. Bidan erat hubungannya dengan penyiapan sumber daya manusia.
Karena pertayanan bidan melipu-ti kesehatan wanita selama kurun
kesehatan reproduksi wanita, sejak remaja, masa calon pengantin,
masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa
klimakterium dan menopause serta memantau tumbuh kembang
balita serta anak pra sekolah.

4
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2017 Tentang izin penyelenggaraan praktik bidan
Bahwa Bidan merupakan salah satu dari jenis tenaga kesehatan
yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan
asuhan kebidanan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative.

2. Otonomi Bidan dalam Pelayanan Kebidanan


Otonomi dalam pelayanan kebidanan artinya kebebasan dan
kemandirian bidan dalam bertindak secara professional yang dilandasi
kemampuan berpikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar
profesi kebidanan.
Bidan merupaakan profesi yang berhubungan dengan kese-
lamatan jiwa manusia, adalah per-tanggungjawaban dan tanggung gugat
(accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Sehingga
semua tindakan yang dilaku-kan oleh bidan harus berbasis kom-petensi
dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan
satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi
yang bersangkutan. Dengan adanya legitimasi ke-wenangan bidan yang
lebih luas, bidan memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak
secara pro-fesional yang dilandasi kemampuan berfikir logis dan
sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan
dalam penyelenggaraan upaya kes-ehatan yang harus terus menerus
ditingkatkan mutunya melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berke-lanjutan.
2. Penelitian dalam bidang ke-bidanan.
3. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan.
4. Akreditasi
5. Sertifikasi.
6. Registrasi

5
7. Uji Kompetensi
8. Lisensi.

Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari


dan terkait dengan pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:

1. Permenkes No. 1464/MENK-ES/ X/2010 Tentang registrasi dan


praktik bidan
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indone-sia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007
Tentang Standar Profesi Bidan
4. UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Ten-
tang organisasi dan tata kerja Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Oto-nomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/
Menkes/ Per/ IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Beren-cana;
a) UU No. 10/1992 Tentang pengembangan Kependudu-kan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
b) UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Ter-hadap
Perempuan di Dalam Rumah Tangga
13. PMK Nomor 28 Tahun 2017 Tentang izin penyelenggaraan praktik
bidan.

3. Legislasi Pelayanan Kebidanan


Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian

6
kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan
kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakan dan pengabdiannya. (IBI)
Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
sekarang adalah dengan mengadakan uji kompetensi terhadap para
bidan, minimal sekarang para bidan yang membuka praktek atau
memberikan pelayanan kebidanan harus memiliki ijasah setara D3.
Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum
terjun ke dunia kerja. Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur
apakah tenaga kesehatan tersebut layak bekerja sesuai dengan
keahliannya. Mengingat maraknya sekolah-sekolah ilmu kesehatan
yang terus tumbuh setiap tahunnya.
Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak
bisa menjalankan profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah
memiliki surat izin yang dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi.
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut
adalah meliputi: (Farelya & Nurrobikha, 2015)
1. Mempertahankan kualitas pelayanan
2. Memberi kewenangan
3. Menjamin perlindungan hukum
4. Meningkatkan profisionalisme

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan norma
hukum yang telah disahkan oleh badan yang ditugasi untuk menjadi sumber
hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan
membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien/kelompok masyarakat
oleh Bidan dalam upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan
kesehatan. Aspek legal dalam pelayanan kebidanan meliputi legislasi,
registrasi, dan lisensi serta sertifikasi.
Setelah mempelajari aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan
kami sebagian penulis menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan kode etik bidan
Indonesia, dengan aspek legal dan legislasi dalam pelayanan kebidanan.

B. Saran
Sebagai bidan kita harus memperhatikan ,menghayati dan mengamalkan
aspek legal dalam praktek kebidanan agar nantinya tidak terjadi pelanggaran
dan dapat menjalankan tugas kita sesuai peraturan pemerintah ataupun standar
praktek kebidanan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Suhaemi, Mimin Emi, Hj, Etika Keperawatan. Monica Ester: Jakarta,


EGC, 2003

Yanti, Nurul Eko W, Etika Profesi dan Hukum Kebidanan: Sewon, Bantul,
Yogyakarta 2010.

Scribd. Aspek Legal dan Legalisasi Pelayanan Kebidana;

Wahyuningsih, Heni Puji. Etika Profesi Kebidanan. Fitramaya;


Yogyakarta. 2008

Marimba, Hanum. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan. Mitra


Cendikia Press;Yogyakarta.2008

Carol Taylor,Carol Lillies, Priscilla Le Mone, 1997, Fundamental


Of Nursing Care, Third Edition, by Lippicot Philadelpia, New York

Farelya, G., & Nurrobikha. (2015). Etikolegal dalam Pelayanan


Kebidanan.Yogyakarta: Deepublish.

Ristica, O. D., & Julianti, W. (2014). Prinsip Etika dan Moralitas


dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai