Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SEKOLAH

Mata Pelajaran Sejarah Indonesia


MAKALAH

“ Kerajaan
Sriwijaya ”

Oleh
KOMANG TRIS ASTRA PUTRI A. (26)
KADEK DIAN PRADNYANI DEWI (14)
GEDE ADE ARTHAWAN (01)
KADEK ADITYA (09)
KOMANG PRADNYANA DHARMA N. (23)
KOMANG ALDI SATRIANA (20)

X MIPA 1
SMA N 1 BANJAR
Tahun Pelajaran 2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerajaan Sriwijaya”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi siswa-siswi pada khususnya dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun

inspirasi untuk pembaca

Banyuatis, 23 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………... 1


1.1. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………… 2
1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………………… 2
1.4. Manfaat Penulisan ………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………........ 3


2.1. Sejarah Kerajaan Sriwijaya ………………………………………. 3
2.2. Proses berkembangnya Kerajaan Sriwijaya di segala bidang…….. 3
2.3. Raja- raja yang di Kerajaan Sriwijaya ……………………………. 6
2.4. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya ………………………………. 7
2.5. Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya …………………………… 7
2.6. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ………………………………… 8

BAB III PENUTUP …………………………………………………………… 13


3.1. Kesimpulan ……………………………………………………….. 13
3.2. Saran ………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah Indonesia terdiri dari pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh
selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana pelayaran merupakan lalu lintas utama
penghubung antar pulau. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka mendorong aktivitas
perdagangan. Pelayaran perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, bukan
hanya dalam wilayah Indonesia saja, tetapi telah jauh sampai ke luar wilayah
Indonesia.
Pelayaran dan perdagangan di Asia semakin ramai setelah ditemukan jalan
melalui laut antara Romawi dan China. Rute jalur laut yang dilalui dalam hubungan
dagang China dengan Romawi telah mendorong munculnya hubungan dagang pada
daerah-daerah yang dilalui, termasuk wilayah Indonesia. Karena posisi Indonesia
yang strategis di tengah-tengah jalur hubungan dagang China dengan Romawi,
maka terjadilah hubungan dagang antara Indonesia dan China beserta India.
Melalui hubungan itu juga, berkembang kebudayaan-kebudayaan yang
dibawa oleh para pedagang di Indonesia. Dalam perkembangan hubungan
perdagangan antara Indonesia dan India, lambat laun agama Hindu dan Budha
masuk dan tersebar di Indonesia serta dianut oleh raja-raja dan para bangsawan.
Dari lingkungan raja dan bangsawan itulah agama Hindu-Budha tersebar ke
lingkungan rakyat biasa.
Agama Hindu-Budha diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal Tarikh
Masehi, dibawa oleh para musafir dari India. Raja-raja dan para bangsawan yang
pertama kali menganut agama ini kemudian membangun kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu-Budha seperti Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Kalimantan
Timur, Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat, Kerajaan Holing, Kerajaan Melayu di
Sumatra Selatan dan berpusat di Jambi, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram
Kuno, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singasari, Kerajaan Bali dan Pajajaran, serta
Kerajaan Majapahit.
Masing-masing kerajaan tentu memiliki sejarah dan peninggalan-
peninggalan yang harus kita ketahui. Salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan yang terletak di Sumatera Selatan dan beribukota di Palembang ini
memiliki nilai sejarah yang tinggi untuk kita ketahui seperti historiografi, sejarah
berdirinya, lokasi kerajaan, prasasti-prasasti peninggalan, hubungan regional dan
luar negeri, masa kejayaannya, masa kemunduran maupun aspek-aspek kehidupan
apa saja yang terkandung dalam kerajaan ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Kerajaan Sriwijaya?
2. Seperti apa Proses berkembangnya Kerajaan Sriwijaya di segala bidang?
3. Siapa saja Raja- raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya?
4. Bagaimana masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya?
5. Bagaimana Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya?
6. Apa saja Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya?

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum penulisan ini adalah untuk menyelesaikan tugas Sejarah Indonesia
Mengenai Kerajaan di Nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya.
2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Awal masuk
Islam di Kerajaan Sriwijaya, Proses berkembangnya Kerajaan Sriwijaya di
segala bidang, Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Sriwijaya, Puncak
kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kemunduran Kerajaan Sriwijaya, Peninggalan dari
Kerajaan Sriwijaya.

1.3 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan kita
tentang Kerajaan Sriwijaya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Sejarah Kerajaan Sriwijaya


Kata Sriwijaya dijumpai pertama kali didalam prasasti Kota Kapur dari
pulau Bangka. Berdasarkan telaah prasasti ini, H. Kern pada tahun 1913,
mengidentifikasikan kata Sriwijaya tadi sebagai nama seorang raja.
Lima tahun kemudian, yaitu tahun 1918, G. Ceodes dengan menggunakan
sumber-sumber prasasti dan berita Cina berhasil menjelaskan bahwa kata Sriwijaya
yang terdapat didalam prasasti Kota Kapur adalah nama di sebuah kerajaan di
Sumatra Selatan dengan pusatnya di Palembang. Kerajaan ini didalam berita Cina
dikenal dengan sebutan She-li-fo-she. Pendapat bahwa She-li-fo-she adalah sebuah
kerajaan di pantai timur Sumatra Selatan, di tepi sugai Musi, dekat Palembang, juga
pernah dikemukakan oleh Samuel Beal pada tahun 1884. Hanya di saat itu orang
belum mengenal nama Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya merupakan negara maritim da menjadi pusat
perdagangan. Wilayah di kerajaan Sriwijaya adalah sebagai tempat persinggahan
para pedagang-pedagang wilayah asia barat terutama India yang ingin menjajakan
dagangannya ke wilayah Cina dan sebaliknya.
Dari kerajaan Sriwijaya sendiri kita hanya memperoleh 6 buah prasasti.
Prasasti tertua yang ditemukan di kedukan bukit di Palembang. Angka tahunnya
682 M. Prasati ini berhuruf Palawa dan berbahasa melayu tua. Oleh sebab itu,
berdirinya kerajaan Sriwijaya masih menjadi misteri dikarenakan tidak banyaknya
bukti yang ditemukan.

2.2.Proses berkembangnya Kerajaan Sriwijaya di segala bidang


1. Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang
memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.
Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya
dipindahkan dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan
Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti
Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional,
Jambi Hulu yang terletak di tepi Sungai Batanghari dan mungkin juga Jawa
Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah
berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting seperti Selat
Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat. Pada abad ke-8
M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki
Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra.
Pendudukan pada daerah Semenanjung Malaya memiliki tujuan untuk
menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan pada
daerah Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk menguasai lintas jalur
perdagangan antara Cina dan India. Hubungan dengan luar negeri. Kerajaan
Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah
Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti
Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala. Raja Nalanda, Dewapala Dewa
menghadiahi sebidang tanah untuk pembuatan asrama bagi pelajar dari
nusantara yang ingin menjadi ‘dharma’ yang dibiayai oleh Balaputradewa.

2. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Sriwijaya


Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina.
Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi
perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai
perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat
Malaka mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai
negara maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah
air minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan.
Sriwijaya sebagai pusat perdagangan akan mendapatkan keuntungan yang besar
dan akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang hidup dari
pelayaran dan perdagangan.

3. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya


Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan
antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan
Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas
seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan
timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang
melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-
vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau
pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan
perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok,
Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasai urat
nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi
perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan
pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan
inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk
menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap
mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di
pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di
Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah
beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup
pengaruh Sriwijaya.

4. Kehidupan Keagamaan Kerajaan Sriwijaya


Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak
peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari
Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan
studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing
melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga
menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita
yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta
yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di
Sriwijaya.
Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta
mempraktikkan Dharma dengan baik. Mereka menganalisa dan mempelajari
semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual
mereka tidaklah berbeda sama sekali [dengan yang ada di India]. Apabila
seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di India untuk
mendengar dan mempelajari naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya
tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk mempraktikkan
vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh
budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya dalam
agama Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama
Budha di Ligor, Thailand. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu
melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9,
sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta
kebudayaannya di Nusantara.

2.3.Raja- raja Yang Pernah Berkuasa Di Kerajaan Sriwijaya


Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya pernah di pimpin oleh
raja-raja di bawah ini, yaitu:
1) Dapunta Hyang Sri Jayanasa
2) Sri IndravarmanChe-li-to-le-pa-mo
3) Rudra VikramanLieou-t’eng-wei-kong
4) Maharaja WisnuDharmmatunggadewa
5) Dharanindra Sanggramadhananjaya
6) Samaragrawira
7) Samaratungga
8) Balaputradewa
9) Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia-li-tan
10) Hie-tche (Haji)
11) Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa
12) Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi
13) Sumatrabhumi
14) Sangramavijayottungga
15) Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo
16) Rajendra II
17) Rajendra III
18) Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
19) Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
20) Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali
Warmadewa

2.4.Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaan pada abad ke 9-10 M. Dengan
menguasai seluruh jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan ini
mempunyai kekuasaan yang hampir menyeluruh sampai Asia Tenggara, diantaranya
adalah Jawa, Sumatra, Semenanjung, Malay, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan juga
Filiphina. Kerajaan yang berbasis di pesisir ini terkenal dengan armada maritimnya
yang kuat sampai di seganai oelh lawan-lawannya. Dengan kekuatan tersebut maka
langkah untuk memperluas kekuasaan berjalan sangat pesat.
Kerajaan Sriwijaya juga mengenakan bea cukai atas setiap kapal yang
melewati dua selat tersebut. sriwijaya mengumpulkan kekayaan dari jasa pelabuhan
dan gudang perdagangan, khususnya pasar Cina dan India
Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Dapunta
Hyang Sri Jayanaga. Ia dikenal sangat pandai dalam meramu taktik perang dan juga
peduli terhadap rakyatnya. Selama Dapunta Hyang Sri Jayanaga memerintah,
kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai semua wilayah kerajaan yang meliputi
hampir seluruh Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijya saat itu bahkan terkenal dengan armada laut paling kuat
dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam sebuah prasasti disebutkan bahwa Dapunta
Hyang Sri Jayanaga melakukan ekpansi selama 8 tahun dengan 20.000 pasukan.
Tujuan dari ekspansi adalahutnuk memperluas daerah kerajaan dan berhasil
membuat Sriwijaya menjadi makmur.

2.5.Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Dengan kekuasaan yang begitu luas, ternyata Kerajaan Sriwijaya juga dapat
mengalami keruntuhan. Berakhirnya kejayaan kerajaan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
 Kerajaan Sriwijaya menerima serangan yang berhasil menghancurkan armada
perangnya. Kejadian itu terjadi pada tahun 1017 dan 1025. Sriwijaya diseraung
oleh Rajendra Chola I, seseorang dari dinasti Cholda di Koromande, India
Selatan. Kedua serangan tersebut membuat perdagangan di wilayah Asia
tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun, walaupun telah habis-habisan tetapi
Kerajaan Sriwijaya masih tetap berdiri.
 Beberapa daerah taklukan Sriwijaya melepaskan diri karena kekuaan militernya
melemah. Sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung, yang kemudian
menjadi kekuatan baru dan menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai
dari Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.
 Berkurangnya pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan
Sriwijaya. Hal itu disebabkan karena daerah strategis yang dulu merupakan
bagian dari Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja di sekitarnya.
 Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai
menguasai Sriwijaya seutuhnya. Selain itu ada juga Kerajaan Singhasari yang
tercatat pernah melakukan sebuah ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu.
Hingga akhirnya Kerajaan Sriwijaya pun runtuh di tangan Kerajaan Majapahit
pada abad ke-13..

2.6.Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya


Mengenal peninggalan kerajaan Sriwijaya menjadi hal wajib bagi para pelajar
indonesia. Peninggalan-peninggalan kerajaan Sriwijaya diantaranya yaitu:
Candi Muara Takus
Candi Muara Takus merupakan salah satu candi
peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Lokasi Candi
Muara Takus terletak di Kecamatan XIII Koto,
Kabupaten Kampar, Riau. Candi ini menjadi satu-
satunya candi dengan corak Budha di Riau,
dengan beberapa bangunan terdiri dari candi sulung, candi bungsu, mahligai stupa,
dan palangka. Candi ini dinobatkan sebagai salah satu warisan dunia sejak tahun
2009 oleh UNESCO.
Candi Muaro Jambi
Candi Muaro Jambi dibangun sekitar abad ke-11 dan
terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro
Jambi, provinsi Jambi tepatnya di tepi sungai Batang
Hari. Muaro Jambi juga menjadi candi dengan area
terluas di Indonesia dan bahkan Asia Tenggara, dengan total area 3981 hektar. Pada
tahun 2009, Candi Muaro Jambi juga ditetapkan sebagai warisan dunia oleh
UNESCO.

Candi Biaro Bahal


Peninggalan kerajaan Sriwijaya berikutnya adalah
Candi Biaro Bahal. Letaknya ada di Desa Bahal,
Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli
Selatan, provinsi Sumatera Utara. Candi ini
dibangun pada abad 11 dengan struktur bata merah. Kompleks candi ini terdiri dari
beberapa candi yang sering disebut candi Bahal I, candi Bahal II dan seterusnya.

Candi Kota Kapur


Candi Kota Kapur merupakan candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang megah,
yang berkaitan erat dengan prasasti Kota Kapur. Dibangunnya candi ini dengan
tujuan untuk menghindari gangguan dari kapal-kapal perompak yang lewat di
sekitar daerah tersebut yang kerap melakukan penyerangan.

Gapura Sriwijaya
Gapura Sriwijaya merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya dalam bentuk gapura.
Adapun letak gapura ini ada di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota
Pagar Alam, Sumatera Selatan dan terdiri dari 9 bagian gapura.

Prasasti Kota Kapur


Prasasti Kota Kapur terletak di Pulau Bangka bagian barat
yang ditulis dengan memakai bahasa Melayu Kuno serta
aksara Pallawa. Prasasti ini ditemukan pada tahun 686 M.
Konon, isi prasasti ini berisikan tentang harapan-harapan dari rakyat kerajaan
Sriwijaya.
Prasasti Ligor
Prasasti Ligor menjadi salah satu prasasti peninggalan
Sriwijaya. Letak ditemukannya prasasti Ligor adalah di
Nakhon Si Thammarat, wilayah Thailand bagian
Selatan. Prasasti Ligor ditemukan pada tahun 775 M. Prasasti
ini memiliki dua sisi, yang dinamai sisi A dan sisi B.

Prasasti Palas Pasemah


Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Desa Palas
Pasemah, Lampung Selatan. Pada prasasti ini
menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara
Pallawa yang tersusun atas 13 baris kalimat. Prasasti
ini berasal dari abad ke-7 dan berisikan tentang kutukan terhadap orang yang tidak
tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.

Prasasti Hujung Langit


Prasasti Hujung Langit juga termasuk peninggalan
Kerajaan Sriwijaya. Letak ditemukannya prasasti ini di
Desa Haur Kuning, provinsi Lampung. Adapun bahasa
yang digunakan adalah bahasa Melayu Kuno dan aksara
Pallawa. Isi Prasasti Hujung Langit adalah tentang pemberian tanah Sima yang
diperkirakan berasal dari tahun 997 Masehi.

Prasasti Telaga Batu


Prasasti Telaga Batu ditemukan di sekitar kolam Telaga
Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang.
Isi prasasti Telaga Batu yaitu mengenai kutukan bagi mereka
yang berbuat jahat di Sriwijaya. Di sekitar lokasi penemuan
Prasasti Telaga Batu ini juga ditemukan Prasasti Telaga Batu
2 yang menceritakan tentang keberadaam sebuah vihara.
Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di kota
Palembang, yang merupakan kota ibu kota dari
kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini ditemukan sekitar
tahun 683 Masehi dan menceritakan tentang
Dapunta Hyang yang berhasil memakmurkan rakyat.

Prasasti Talang Tuwo


Peninggalan kerajaan Sriwijaya berikutnya adalah Prasasti
Talang Tuwo. Penemuan prasasti ini ditemukan di kaki
Bukit Seguntang di sekitar tepian utara Sungai Musi. Isi
Prasasti Talang Tuwo adalah doa-doa dedikasi dan menunjukkan berkembangnya
agama Buddha di Sriwijaya pada masa itu.

Prasasti Leiden
Prasasti Leiden merupakan peninggalan Sriwijaya
yang ditulis menggunakan bahasa Sansakerta dan
Tamil. Isi dari prasasti Leiden ini menceritakan
mengenai hubungan baik antara dinasti Chola dari
Tamil dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya, India Selatan.
Prasasti Amoghapasha
Prasasti Amoghapasha merupakan prasasti peninggalan
Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di wilayah Jambi.
Diperkirakan prasasti ini sudah ada sejak tahun 1286 Masehi.
Isi Prasasti Amoghapasha ini menyebutkan sebuah penyerahan
hadiah yang diberikan raja Kartanegara kepada raja
Suwarnabhumi.
Prasasti Bukit Siguntang
Prasasti Bukit Siguntang adalah peninggalan kerajaan
Sriwijaya yang ditemukan di kompleks pemakaman para
raja Sriwijaya. Isi Prasasti Bukit Siguntang menceritakan
peperangan yang memakan banyak korban jiwa. Karena
letaknya, banyak benda sejarah lain yang ditemukan bersamaan dengan prasasti ini.
Prasasti Karang Birahi
Prasasti Karang Birahi ini ditemukan di daerah
Karang Berahi, provinsi Jambi. Prasasti ini sendiri
sudah ada sejak tahun 868 Masehi. Isi Prasasti
Karang Birahi berisikan tentang doa-doa kepada
dewa dari rakyat Sriwijaya untuk menghukum
orang-orang yang berbuat jahat.
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di
pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah
kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.
Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya” atau “gemilang”, dan wijaya
berarti “kemenangan” atau “kejayaan”, maka nama Sriwijaya bermakna
“kemenangan yang gilang-gemilang”.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7;
seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun
671 dan tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai
Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang,
bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai
menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya tahun 1025 serangan
Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di
bawah kendali kerajaan Dharmasraya.

3.2. Saran
Kita sebagai masyarakat Indonesia harus mencintai budaya budaya yang ada
saat ini. Peninggalan-peninggalan yang begitu besar di Indonesia membuktikan
bahwa Indonesia adalah negeri yang kaya akan budaya. Dengan cara merawat,
melestarikan dan tidak merusak budaya yang ada itu juga merupakan bukti cinta
kita terhadapan peninggalan budaya di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-sriwijaya.html
http://kakakpintar.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-peninggalan-pendiri-prasasti-letak-
penyebab-runtuhnya
http://www.portalsejarah.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-kerajaan-maritim-
terbesar.html
http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html

Anda mungkin juga menyukai