Npm : 16020081
Group : 1K4
KIMIA TEKSTIL
POLITEKNIK STTT BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa metode analisis kimia yang biasa digunakan, baik yang konvensional
maupun yang menggunakan instrumen adalah gravimetri, titrasi (volumetri), ekstraksi,
kromatografi, elektro analisis, dan spektrometri. Pada bab ini akan dibahas metode
gravimetri dan titrasi.
1.2 Tujuan
1 Penetapan Kadar Fe3+ Secara Spektrofotometri
Mengetahui kadar Fe3+ dalam suatu sampel dengan menggunakan
spektrofotometer.
2 Penetapan Kadar Ca2+ Secara Gravimetri
Mengetahui kadar Ca2+ dalam sampel CaCl2 yang diperoleh dari
penimbangan endapan kering.
3 Penetapan Kadar Ca Secara Volumetri
Mengetahui kadar Ca dalam larutan sampel yang diperoleh dari Titrasi
dengan larutan EDTA 0,01 M.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya
yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan
materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi.
𝐼0
𝐴 = −𝐿𝑜𝑔 𝑇 = 𝐿𝑜𝑔 𝐼𝑡
Dimana:
I0 = intensitas cahaya datang
It = intensitas cahaya setelah melewati sampel.
Dimana:
A = Absorbansi
a = Tetapan absorbtivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm)
c = Konsentrasi larutan yang diukur
ε = Tetapan absorbsivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm)
b = Tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1cm)
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu
Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur
kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang
tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan
sebagai sumber lampu.
Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki
warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan
senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya
bereaksi dengan analit yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa
berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil. Salah satu contohnya adalah
pada analisa kadar besi. Fe terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh
karena itu, larutan ini harus dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagen yang
biasa digunakan adalah reagen KCNS
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna.
Bening dan transparan. Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat
berwarna dengan penambahan reagen tertentu. Bahkan sample dapat langsung
dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap
harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentrifugasi.
Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut
sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi. Sebagai contoh pada
analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan spektrofotometri
visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent Folin, maka bila
menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung dianalisa. Ikatan
peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang gelombang
sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample (Absorbansi
tinggi), maka konsentrasi protein terlarut semakin besar.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer
digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample
berwarna juga untuk sample tak berwarna.
2.2 Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan;
metode penguapan; metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya.
Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri
memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji
dan bila perlu faktor – faktor pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan
dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain
(Rivai,1994).
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai
berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu
ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,
dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang
ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai
persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994).
2.2.1 Gravimetri Pengendapan
Gravimetri pengendapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen
yang hendak didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap
dengan sempurna. Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan
dalam bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada kehilangan yang berarti bila
endapan disaring dan ditimbang.
Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang
disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat
diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya
mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problema
utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukan dan sifat-sifat
endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analis
meminimumkan masalah kontaminasi endapan (Day and Underwood, 2002).
Dalam analisa gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan
hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapatkan
sisa bahan suatu gas yang dibentuk dari bahan yang dianalisa. Dalam cara
pengendapan, zat direaksikan dengan menjadi endapan dan ditimbang. Atas
dasar membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi dan endapan
yang dibentuk dengan elektrokimia. Untuk memisahkan endapan dari larutan induk
dan cairan pencuci, endapan dapat disaring. Endapan gravimetri yang disaring
kertas tidak dapat dipisahkan kembali secara kuantitatif.
Endapan murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-
molekul lain (zat-zat lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan).
Pengotor oleh zat-zat lain mudah terjadi, karena endapan timbul dari larutan yang
berisi macam-macam zat. Sedangkan endapan kasar adalah endapan yang butir-
butirnya tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk kelancaran
penyaringan dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan
adalah untuk menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan
maupun yang terbawa secara mekanis (Harjadi, 1993).
2.3 Volumetri
Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume suatu
larutan yang mempunyai kepekaan tertentu yang direaksikan dengan larutan
contoh yang ditetapkan kadarnya.
Dalam volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses di
mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya)
ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan yang ditentukan
atau yang dititrasi sampai keduanya bereaksi sampai sempurna dan mencapai
jumlah equivalen larutan baku sama dengan nol equivalen larutan yang dititrasi
dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir titrasi.
2.3.1 EDTA
EDTA ialah suatu ligan yang heksadentat (mempunyai enam buah atom donor
pasangan elektron), yaitu melalui kedua atom N dan keempat atom O (dari OH).
Dalam pembentukan kelat, keenam donor (tetapi kadang-kadang hanya lima)
bersama-sama mengikat satu atom satu ion inti dengan membentuk lima lingkaran
kelat. Molekul EDTA dilipat mengelilingi ion logam itu sedemikian rupa sehingga
keenam atom donor terletak pada puncak-puncak sebuah oktahedral (bidang
delapan) dan inti terdapat di pusat oktahedral (W. Harjadi, 1986)
Berikut ini prosedur-prosedur yang paling penting untuk titrasi ion-ion logam
dengan EDTA, adalah :
1. Titrasi Langsung. Larutan yang mengandung ion logam yang akan ditetapkan,
dibufferkan sampai ke pH yang dikehendaki (misalnya, pH = 10 dengan NH4+
larutan air NH3), dan titrasi langsung dengan larutan EDTA standar. Pada titik
ekuivalen, besarnya konsentrasi ion logam yang sedang ditetapkan itu turun
secara spontan.
Ion hidrogen yang dibebaskan demikian dapat dititrasi dengan larutan natrium
hidroksida standar dengan menggunakan indikator asam-basa, atau titik akhir
secara potensiometri; pilihan lain, suatu campuran iodida-iodida ditambahkan
disamping larutan EDTA, dan iod dibebaskan dititrasi dengan larutan tiosulfat
standar. Larutan logam yang akan ditetapkan harus dinetralkan dengan tepat
sebelum titrasi; ini merupakan hal yang sukar, yang disebabkan oleh hidrolisis
banyak garam dan merupakan segi lemah dari titrasi alkalimetri.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
1.357
1.5
0.867 y = 0.0769x + 0.1483
1 R² = 0.9967
0.553
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (ppm)
Sampel A
5 mL 0,272
10 mL 0,371
15 mL 0,459
31,43 𝑥 0,01 𝑥 40
= 25
𝑥 100% = 50,32%
BAB V
DISKUSI
Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis penentuan kadar besi Fe(III) dalam
sampel air dengan teknik spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri yang
digunakan tepatnya adalah spektrofotometri cahaya tampak, karena logam besi
mempunyai panjang gelombang lebih dari 400nm, sehingga jika menggunakan
spktrofotometri UV, logam besi dalam sampel tidak terdeteksi. Spektrofotometer
adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang. Syarat analisis menggunakan visibel adalah cuplikan
yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna. Oleh
karena itu, dalam pennetuan kadar besi dalam air, perlu ditambahakan KCNS agar
larutan Fe berwarna dan bisa terdeteksi oleh spektrofotometer dan larutan HNO3
agar larutan tetap dalam suasana asam.
Pada percobaan, mula-mula diukur absoransi larutan standar (Fe 100 ppm)
dengan panjang gelombang sebesar 480 nm. Larutan standar tersebut
dimasukkan dalam enam tabung berbeda dengan konsentrasi yang berbeda pula,
yakni pada konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm dan 30 ppm .
Setelah absorbansi pada keenam larutan standar tersebut, dapat dilihat bahwa
semakin besar konsentrasi larutan standar, maka semakin besar pula
absorbansinya.
Selanjutnya, dilakukan pengukuran absorbansi sampel air dengan panjang
gelombang sebesar 480 nm. Pada percobaan yang telah dilakukan, diambil tiga
sampel air berbeda dengan masing-masing sampel sebanyak 5 ppm dengan nilai
absorbansi 0,272, 10 ppm dengan nilai absorbansi 0,371 dan 15 ppm dengan nilai
absorbansi 0,459.
Berat unsure dapat ditimbang berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-
unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara seperti
metode pengendapan, metode penguapan , metode elektroanalisis.
Pada paraktikum kali ini untuk mengetahui kadar Ca,Ca diendapkan sebagai CaCl2.
Dalam praktikum ini digunakan larutan (NH4)2C2O4 sebagai zat pengendap.
Penambahan zat pengendap dilakukan setetes demi setetes sebanyak 15 mL,
dilakukan pengadukan dalam kondisi panas dimaksudkan untuk memperoleh
endapan kasar dan akan mencegah pembentukan larutan lewat jenuh lokal yang
terlalu besar Pembentukan endapan terjadi karena reaksi.
Dari data yang diperoleh setelah praktikum, didapatkan kadar Ca dalam sampel
CaCl2 yaitu sebesar 9,43 mg/mL
Kadar Ca2+ dalam sampel CaCl2 pada penetapan kadar secara gravimetri
adalah sebesar 9,43 mg/L
Trianjaya, Zunaidi. 2009. ‘Penentuan Kadar Besi pada Soft Water secara
Spektrofotometri di PT. Cocacola Bottling di Indonesia’. Karya Ilmiah.
Universitas Sumatera Utara. Medan.