PENDAHULUAN
1
2
abortus setiap tahunnya untuk setiap 1000 perempuan usia reproduksi (15-
49 tahun). Perkiraan ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-
negara lain di Asia; dalam skala regional sekitar 29 abortus terjadi untuk
setiap 1000 perempuan usia reproduksi.2
Berbagai kelainan dapat terjadi pada konseptus maupun pada area
sekitar saluran reproduksi. Salah satu penyebab terseringnya adalah
kelainan kromosom pada konseptus. Abortus yang terjadi akibat kelainan
pada saluran reproduksi akan menyebabkan defek anatomis pada uterus
baik congenital maupun didapat. Kelainan tersebut juga dapat disebabkan
oleh kelainan endokrin yang menyebabkan pematangan ovum sebelum
waktunya, atau pematangan dan pertumbuhan endometrium saat
mempersiapkan diri untuk implantasi. Meningkatnya usia ibu diikuti pula
dengan kejadian kelainan kromosom pada embrio dan janin serta
terjadinya abortus spontan.1
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus.
Namun beberapa faktor penting yang mempengaruhinya antara lain umur
ibu, paritas dan riwayat abortus dan riwayat penyakit kronis seperti
hipertensi. Hipertensi menjadi suatu faktor risiko yang paling sering
dihadapi dalam kehamilan, yang menyebabkan banyak komplikasi serius
sehingga harus segera dicegah saat terjadinya hipertensi tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa literatur diatas,
angka kejadian abortus dan hipertensi masih terbilang tinggi di Indonesia.
Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk membuat laporan kasus
mengenai Abortus Dengan Hipertensi.